1. Sistem Kepercayaan
Mayoritas orang jawa, khususnya di daerah Semarang menganut agama
Islam. Ada juga agama lain seperti agama Kristen, agama Hindu, dan
agama Buddha. Menurut narasumber ada juga yang menganut sistem
kejawen pada kepercayaannya. adalah sebuah kepercayaan yang terutama
dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang
menetap di Jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana
keberadaanya ada sejak orang Jawa itu ada. Hal tersebut dapat dilihat dari
ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama
yang dianut pada zamannya. Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak
menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki laku.
Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut karena
filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf
Jawa.
Malam satu suro dalam masyarakat Jawa merupakan suatu perayaan tahun
baru menurut kalender Jawa. Di Keraton Surakarta, upacara ini diperingati
dengan Kirab Mubeng Benteng (arak-arakan mengelilingi benteng
keraton).
2. Sistem Pengetahuan
Sistem penanggalan atau kalender merupakan sistem pengetahuan yang
masih ada di Jawa. Kalau kita perhatikan, biasanya pada kalender di
rumah kita terdapat nama-nama hari yang berbahasa Jawa. Meskipun
sekarang kalender yang ada saat ini dan menjadi kalender resmi nasional
ialah yang tercetak angka besar kalender Masehi dan angka kecil Hijriah.
Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan,
yaitu nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan.
Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan)
diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil
akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Sedangkan kalender
Jawa matahari yang terdiri dari 12 bulan dan biasanya dipakai oleh para
petani.
Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang
terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara
yang terdiri dari lima hari pasaran.
Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa
dan terdiri dari hari-hari:
1. Legi
2. Pahing
3. Pon
4. Wage
5. Kliwon
Kemudian baju adat suku jawa, akaian resmi adat Jawa Tengah bernama
Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri
atas beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat.
Jawi jangkep terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga,
bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di pinggang, destar berupa
blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki).
Berikut ini adalah gambar seorang pria yang mengenakan pakaian Jawi
Jangkep tersebut. Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang
terdiri dari atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih pinjung,
konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang,
serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian
rupa sesuai dengan strata sosial si pemakainya.
Masyarakat Jawa juga banyak yang bermigrasi keluar pulau, dengan mata
pencariaan yang beragam pula. Masyarakat Jawa juga banyak bermata
pencarian sebagai pedagang atau membuka usaha makan, contohnya di
Sulawesi yang sangat banyak terdapat warung-warung masakan Jawa.
Masyarakat Jawa juga ada yang bermata pencarian di bidang industri,
contohnya pada bidang industri kain batik, yang sangat terkenal bahkan
sampai ke mancanegara. Solo, Pekalongan, Juwana, dan Lasem dikenal
sebagai kota Batik yang kental dengan nuansa klasik. Kudus dikenal
sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen.
6. Bahasa
Pada sistem bahasa kita bagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang biasa
digunakan masyarakat Jawa dan bahasa tulisan atau biasa disebut dengan
aksara Jawa.
Pada bahasa lisan, meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi,
umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa
sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa
Standar.
Di Jawa juga sering kita mendengar istilah bahasa Jawa kasar dan halus.
Jenis ini dipakai tergantung dengan lawan bicara kita. Kita harus
memperhatikan umur ataupun situasi kita berada. Bahasa Jawa kasar biasa
disebut ngoko, biasanya dipakai untuk orang yang sebaya dengan kita
seperti, teman bermain. Bahasa Jawa biasa madya, biasanya dipakai
sehari-hari di rumahbersama saudara. Dan terakhir bahasa Jawa halus
krama, yang biasanya dipakai untuk berbicara kepada orang yang lebih tua
dari kita.
7. Kesenian
Pertama kita bahas tentang rumah adat daerah Jawa Tengah yaitu rumah
Joglo. Rumah Joglo dibangun dengan desain arsitektur yang cukup unik.
Salah satu keunikan tersebut terletak pada desain rangka atapnya yang
memiliki bubungan cukup tinggi. Desain atap yang demikian dihasilkan
dari pola tiang-tiang yang menyangga rumah. Utamanya pada bagian
tengah rumah, terdapat 4 tiang berukuran lebih tinggi yang menyangga
beban atap.
Kemudian kita bahas mengenai batik. Batik adalah kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sudah sejak lama. Wanita di Jawa di masa lampau
menjadikan batik untuk sebuah ketrampilan sebagai sumber mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan ini adalah pekerjaan
eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Dahulu bahan
pewarna batik diambil dari tumbuh-tumbuhan, kemudian dicampur dengan
lilin malam cair, dan dimasukkan ke dalam canting, yang berbentuk seperti
pena yang digunakan untuk menggambar berbagai motif batik, seperti
motif bunga dan tanaman.
Terakhir yang dibahas mengenai seni tari dan arsitektur. Contoh seni tari
asal Jawa Tengah ialah tari serimpi dan contoh seni arsitektur dari Jawa
tengah ialah candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.