Anda di halaman 1dari 7

Nama : NUGROHO ALFARIZI

NIM : A 231 17 062

Narasumber : Ibu. NANIK WALDYANTINI

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

1. Sistem Kepercayaan
Mayoritas orang jawa, khususnya di daerah Semarang menganut agama
Islam. Ada juga agama lain seperti agama Kristen, agama Hindu, dan
agama Buddha. Menurut narasumber ada juga yang menganut sistem
kejawen pada kepercayaannya. adalah sebuah kepercayaan yang terutama
dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang
menetap di Jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana
keberadaanya ada sejak orang Jawa itu ada. Hal tersebut dapat dilihat dari
ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama
yang dianut pada zamannya. Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak
menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki laku.
Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut karena
filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf
Jawa.

Disamping hal-hal di atas, di Jawa juga percaya terhadap hari-hari baik,


contohnya yang biasa dipakai sebagai hari untuk melaksanakan
pernikahan, dengan harapan acara pernikahan tersebut membawa
kebaikan. Hari-hari yang dianggap baik ini oleh beberapa masyarakat Jawa
biasa dikaitkan dengan hari kelahiran, maksudnya ada hari yang dianggap
baik untuk melahirkan.

Malam satu suro dalam masyarakat Jawa merupakan suatu perayaan tahun
baru menurut kalender Jawa. Di Keraton Surakarta, upacara ini diperingati
dengan Kirab Mubeng Benteng (arak-arakan mengelilingi benteng
keraton).
2. Sistem Pengetahuan
Sistem penanggalan atau kalender merupakan sistem pengetahuan yang
masih ada di Jawa. Kalau kita perhatikan, biasanya pada kalender di
rumah kita terdapat nama-nama hari yang berbahasa Jawa. Meskipun
sekarang kalender yang ada saat ini dan menjadi kalender resmi nasional
ialah yang tercetak angka besar kalender Masehi dan angka kecil Hijriah.
Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan,
yaitu nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan.
Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan)
diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil
akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Sedangkan kalender
Jawa matahari yang terdiri dari 12 bulan dan biasanya dipakai oleh para
petani.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang
terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara
yang terdiri dari lima hari pasaran.

Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa
dan terdiri dari hari-hari:

1. Legi
2. Pahing
3. Pon
4. Wage
5. Kliwon

3. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia


Kita akan membahas tentang rumah adat Jawa yaitu rumah Joglo. Bagian
pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas
tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk
acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari,
gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai
tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek,
dan tumpang sari. Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara
pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi
dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian
pringgitan biasanya sebagai ruang tamu. Rumah Joglo, umumnya dimiliki
sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya saja para kerabat
keraton.

Kemudian baju adat suku jawa, akaian resmi adat Jawa Tengah bernama
Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri
atas beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat.
Jawi jangkep terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga,
bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di pinggang, destar berupa
blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki).
Berikut ini adalah gambar seorang pria yang mengenakan pakaian Jawi
Jangkep tersebut. Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang
terdiri dari atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih pinjung,
konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang,
serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian
rupa sesuai dengan strata sosial si pemakainya.

4. Mata Pencarian dan Sistem-Sistem Ekonomi


Pada umumnya masyarakat bekerja pada segala bidang, terutama
administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang
Jawa. Selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum,
pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian
dan perkebunan, mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan
mata pencaharian lain, karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah
dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa cukup
dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan
nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.

Masyarakat Jawa juga banyak yang bermigrasi keluar pulau, dengan mata
pencariaan yang beragam pula. Masyarakat Jawa juga banyak bermata
pencarian sebagai pedagang atau membuka usaha makan, contohnya di
Sulawesi yang sangat banyak terdapat warung-warung masakan Jawa.
Masyarakat Jawa juga ada yang bermata pencarian di bidang industri,
contohnya pada bidang industri kain batik, yang sangat terkenal bahkan
sampai ke mancanegara. Solo, Pekalongan, Juwana, dan Lasem dikenal
sebagai kota Batik yang kental dengan nuansa klasik. Kudus dikenal
sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen.

5. Sistem Organisasi Kemasyarakatan


Masyarakat jawa tengah terkenal dengan orang-orangnya yang
ramah,sopan,santun dan sistem kekerabatannya yang masih sangat kental.
Dikota-kota besar seperti jakarta dan sekitarnya sudah sangat jarang
ditemukan sistem yang masih mengakui saudaranya yaitu sistem
kekerabatan. Kekerabatan itu sendiri adalah dimana anggota-anggotanya
yang memiliki hubungan darah atau perkawinan, misalnya antara kita
sebagai anak dari orang tua dengan kakak/adik dari orang tua kita.
Seseorang dikatakan kekerabatan jika memiliki hubungan darah walaupun
belum mengetahui maupun mengenal siapa saja hubungan darahnya
(belum mengenal satu dengan yang lainnya) sebelumnya. Kekerabatan
mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, paman,
bibi, keponakan, cucu dan seterusnya.

Sedangkan sistem kekerabatan sendiri merupakan suatu pola kehidupan di


masyarakat agar memiliki ciri atau sifat tertentu dalam kekekuargaannya
yang disebabkan oleh adanya hubungan darah atau perkawinan. Di jawa
sendiri sistem kekerabatan mengacu pada garis keturunan dari kedua belah
pihak baik dari pihak ayah maupun pihak ibu dari satu nenek sampai
generaasi ketiga yang biasa disebut didaerah saya dengan istilah sanak
sedulur. Dalam sistem kekerabatan masyarakat jawa sangat dilarang
adanya perkawinan antara saudara sekandung,perkawinan pancer lanang
(yaitu seperti perkawinan antara anak anak dari dua orang tua yang
bersaudara). Suku jawa mengenal keluarga luas. Keluarga luas sendiri
merupakan perkembangan dari keluarga inti,yang artinya keluarga luas ini
terdiri lebih dari satu keluarga inti jadi anggota keluarga luas memiliki
anggota yang lebih banyak dan nantinya ini yang akan disebut dengan
kerabat. Biasanya keluarga luas masyarakat jawa terutama didaerah
pedesaan apalagi daerah saya masih berdekatan tempat tinggalnya, bahkan
seringkali masih tinggal bersama-sama dalam satu rumah.

Sistem kemasyarakatan yang kental tercermin juga pada kegiatan


kerukunan Jawa, misalnya kerukunan Jawa Sasono Among Mitro.

6. Bahasa
Pada sistem bahasa kita bagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang biasa
digunakan masyarakat Jawa dan bahasa tulisan atau biasa disebut dengan
aksara Jawa.
Pada bahasa lisan, meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi,
umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa
sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa
Standar.

Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara


umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di
bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek
Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa
Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di
antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan
kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua
dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.

Di Jawa juga sering kita mendengar istilah bahasa Jawa kasar dan halus.
Jenis ini dipakai tergantung dengan lawan bicara kita. Kita harus
memperhatikan umur ataupun situasi kita berada. Bahasa Jawa kasar biasa
disebut ngoko, biasanya dipakai untuk orang yang sebaya dengan kita
seperti, teman bermain. Bahasa Jawa biasa madya, biasanya dipakai
sehari-hari di rumahbersama saudara. Dan terakhir bahasa Jawa halus
krama, yang biasanya dipakai untuk berbicara kepada orang yang lebih tua
dari kita.

Kemudian bahasa aksara Jawa, merupakan sebuah penulisan yang khas


dari jawa, yang simbol hurufnya tentu berbeda. Aksara jawa disebut juga
dengan nama aksara Legenda. Aksara Legena merupakan aksara Jawa
pokok yang jumlahnya 20 buah. Sampai saat ini masih banyak sekolah-
sekolah di Jawa yang mengajarkan tentang aksara Jawa ini, sembari
melestarikannya hingga tidak dilupakan begitu saja. Bahkan ada salah satu
komik Webtoon yang sering menggunakan aksara Jawa, yaitu komik
Dracko Diary, dia menempatkan Jawa di komiknya yang justru menambah
minat pembaca untuk lebih mengetahui tentang kebudayaan Jawa yang
satu ini.

7. Kesenian
Pertama kita bahas tentang rumah adat daerah Jawa Tengah yaitu rumah
Joglo. Rumah Joglo dibangun dengan desain arsitektur yang cukup unik.
Salah satu keunikan tersebut terletak pada desain rangka atapnya yang
memiliki bubungan cukup tinggi. Desain atap yang demikian dihasilkan
dari pola tiang-tiang yang menyangga rumah. Utamanya pada bagian
tengah rumah, terdapat 4 tiang berukuran lebih tinggi yang menyangga
beban atap.
Kemudian kita bahas mengenai batik. Batik adalah kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sudah sejak lama. Wanita di Jawa di masa lampau
menjadikan batik untuk sebuah ketrampilan sebagai sumber mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan ini adalah pekerjaan
eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Dahulu bahan
pewarna batik diambil dari tumbuh-tumbuhan, kemudian dicampur dengan
lilin malam cair, dan dimasukkan ke dalam canting, yang berbentuk seperti
pena yang digunakan untuk menggambar berbagai motif batik, seperti
motif bunga dan tanaman.

Selanjutnya ialah kesenian wayang kulit. Wayang kulit adalah


boneka yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dimanfaatkan untuk
memerankan tokoh pada pertunjukan tradisional dan merupakan salah satu
bentuk teater tradisonal yang paling tua, biasa wayang ini dimainkan oleh
seorang dalang. Wayang memiliki berbagai banyak jenis, salah satu dari
jenis tersebut adalah wayang purwa/ kulit.

Terakhir yang dibahas mengenai seni tari dan arsitektur. Contoh seni tari
asal Jawa Tengah ialah tari serimpi dan contoh seni arsitektur dari Jawa
tengah ialah candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai