Anda di halaman 1dari 7

A.

LETAK GEOGRAFIS

Kebudayaan Jawa adalah milik orang Jawa yang mendiami wilayah paling luas di Pulau Jawa karena
meliputi Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Propinsi Jawa Timur
berbatasan dengan Selat Madura serta Kabupaten Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan Selat
Bali , di bagian barat ada Kabupaten Madiun , Pacitan , Ponorogo yang berbatasan dengan Jawa Tengah.
, Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat , yaitu Kabupaten Cilacap
serta Kabupaten Brebes, serta di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur , yaitu kabupaten
Batang , Kabupaten Sragen , Kabupaten Wonogiri. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak
bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara,bahkan ada suku Jawa yang tinggal di
Suriname . Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga
memiliki sub-suku seperti Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur dan Suku Tengger di Gunung Bromo ,
Jawa Timur .

B. KEBUDAYAAN FISIK
1. Bahasa dan Aksara

Bahasa Jawa terdiri atas Ngoko dan Krama. Ada bahasa Bagongan yang digunakan di lingkungan keraton.
Aksara Jawa berupa :

Ha-Na-Ca-Ra-Ka

Da-Ta-Sa-Wa-La

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga

2. Sistem Organisasi Sosial

a. Sistem kekerabatannya menganut prinsip bilateral. Adat menetap sesudah menikah ada tiga
sifat, yaitu:
1) Utrolokal, apabila pasangan pengantin menetap di dekat tempat kediaman kerabat suami

2) Uxorilokal, apabila pasangan pengantin menetap di dekat tempat kediaman kerabat isteri

3) ) Neolokal, apabila pasangan pengantin mempunyai tempat tinggal sendiri yang terlepas dari
tempat menetap kerabat masing-masing pihak.
Kebiasaan hidup berkelompok menyebabkan mereka merasa dekat satu dengan lainnya,
menghasilkan peribahasa Mangan ora mangan kumpul

b. Rangkaian adat perkawinan

Rangkaian sebelum pernikahan :

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinanya melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian
acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup:

Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).

Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.

Paningset; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
Pasok Tukon; Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa uang,pakaian
dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.

Pingitan; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum
perkawinan.

Tarub; Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan janur.

Siraman; Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan selamatan.

Ijab Kabul (Akad Nikah); Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua atau
Wali dan saksi-saksi.

Temon (Panggih manten); Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.

Ngunduh Mantu (ngunduh temanten); Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin


pria yang disertai pesta ditempat pengantin pria.

Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan "Pegatan"
(Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri meminta cerai kepada
suami di sebut "talik". Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri mengajukan ke
pengadilan maka disebut "rapak". Jika ingin kembali lagi jenjang waktunya mereka rukun kembali
adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih dari 100 hari dinamakan "balen" (kembali). Setelah
cerai seorang janda boleh menikah dengan yang lain setelah "masa Iddah".

c. Sistem Pengetahuan

Salah satu bentuk sistem pengetahuan yang ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah
bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa adalah salah satu bentuk pengetahuan
yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena
penciptaanya yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit
budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun penggunaanya
yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalam menggambarkan penanggalan, karena
didalamnya berpadu dua sistem penanggalan, baik penanggalan berdasarkan sistem matahari
(sonar/syamsiah) dan juga penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).
Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti yang kita kenal saat
ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. Sejarah penggunaan kalender Jawa baru
ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang
sedang berusaha menytebarkan agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah
kekuasaanya menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan
demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namun tetap
menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.

Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu nama bulan dalam
kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa
komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir,
rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem
penanggalan komariah dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa
bercocok tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender berdasarkan
sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan.

d. Sistem Teknologi
Sebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki peralatan dan perlengkapan hidup yang khas
diantaranya yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan. Masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah Jawa memiliki ciri sendiri dalam bangunan mereka, khususnya rumah tinggal.
Ada beberapa jenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah
limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah limasan, adalah rumah yang paling umum
ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini merupakan rumah yang dihuni oleh golongan rakyat
jelata. Sedangkan rumah Joglo, umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan,
misalnya saja para kerabat keraton.
Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur),
dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum
digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu, walaupun sekarang, seiring dengan
perkembangan zaman, banyak juga yang telah menggunakan dinding dari tembok. Atap pada
umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak) dan banyak juga yang menggunakan
genting. Dalam sektor pertanian, alat-alat pertanian diantantaranya: bajak (luku), grosok, bakul
besar tenggok, garu.
e. Sistem Ekonomi
Pada umumnya masyarakat bekerja pada segala bidang, terutama administrasi negara dan
kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka bekerja pada sektor
pelayanan umum, pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan
perkebunan, mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain,
karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian
yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan
nasional, seperti padi, jagung.dll.

1. Pertanian

Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama
adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang
umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau dan
tebu. Dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani
disawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan

2. Perikanan

Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan
laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring

3. Peternakan

Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.

4. Kerajinan

Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan
peralatan pertanian.

f. Sistem Religi

Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam, sebagian yang lainya menganuti agama Kristian,
Protestan dan Katolik, termasuknya dikawasan luar bandar, dengan penganut agama Buddha dan
Hindu juga ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku Jawa
yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini pada dasarnya berdasarkan kepercayaan
animisme dengan pengaruh agama Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal kerana
sifat asimilasi kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut nilai-
nilai Jawa.
Suku Jawa berbeda dengan suku-suku lain dalam hal pandangan hidup, jika suku lain selalu
melabelkan agama tertentu sebagai identitas kesukuannya, atau bukanlah bagian dari suku tertentu
jika bukan beragama tertentu, maka suku jawa merupakan suku yang universal identitas sukunya
tidak dibangun oleh agama maupun ras tertentu walaupun setiap individu jawa wajib beragama
dan dituntun untuk melaksanakan syariat agamanya yang mesti dilaksanakan dengan taat oleh
pribadi jawa yang memeluknya sebagai konsekwensi hidup sebagai hamba tuhan.

Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap keramat, yang dapat
mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan itu diantaranya :

1. Aja mangan neng ngarep lawang mundhak angel jodho. Jangan makan di depan pintu nanti
susah mendapatkan jodoh.

2. Aja tangi kawanen mundhak rejekine dithothol pitik. Jangan bangun kesiangan nanti rejekinya
dipatuk ayam.
3. Yen mangan kudu dientekke mundhak pitike padha mati. Kalau makan harus dihabiskan agar
ayamnya tidak pada mati.
4. Yen nyapu sing resik mundhak bojone jebresen. Kalau menyapu yang bersih agar besok
suaminya tidak brewokan (wajahnya dipenuhi rambut).

5. Aja nglungguhi bantal mundhak wudunen. Jangan meduduki bantal / duduk diatas bantal nanti
bisa bisulan.
6. Yen wektu maghrib aja dolan mundhak digondhol wewe gombel. Waktu maghrib jangan
bermain keluar rumah nanti diculik hantu Wewe Gombel.

7. Menikah di bulan sura itu terlarang

8. "Rumah Tusuk Sate" sebaiknya dihindari

g. Kesenian

- Batik

- Tari Tarian , contoh : Tari Serimpi , Tari Bedoyo Wulandaru , dll

- Gamelan Jawa

- Ketoprak
- Wayang Kulit

- Reog Ponorogo

- Ludruk

- Gerabah

- Kuliner , contoh : Gudeng , Pecel , Kupat Tahu , Lumpia , Nasi Liwet , Mendoan , Timlo ,
Bandeng Presto , Bakpia , Rawon , dan masih banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai