Oleh :
Mila Herfina (1805421023)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis dengan tepat
waktu.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai referensi dalam pembelajaran
Komunikasi Bisnis oleh Ibu Titik Purwinarti, S.Sos., M.Pd. dan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis.
Dengan makalah ini, diharapkan para mahasiswa dapat paham mengenai Budaya
pada Suku Jawa Timur. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya para mahasiswa. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diperlukan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG 1
PEMBAHASAN 2
1. SUKU BANGSA 2
2. BAHASA 2
3. AGAMA 4
4. KESENIAN 5
5. KEBUDAYAAN 23
6. ARSITEKTUR 24
7. PARIWISATA 25
8. KULINER KHAS 27
DAFTAR PUSTAKA 29
iii
Latar Belakang Masalah
Suku adalah sebuah realitas atau kenyataan dari kelompok masyarakat tertentu di
daerah tertentu yang ditandai oleh adanya kebiasaan-kebiasaan dan praktek hidup
yang hanya ada pada kelompok masyarakat itu sendiri (adat istiadat, bahasa, budaya,
dan kebiasaan).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya juga merupakan simbol
peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah
bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu untuk punah.
Salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan budayanya adalah Jawa
Timur. Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia.
Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah
penduduknya 42.030.633 jiwa (sensus 2017). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di
antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di
Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat.
Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean
serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa (Kepulauan Masalembu), dan
Samudera Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung). Jawa Timur dikenal sebagai
pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang
cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.
1
PEMBAHASAN
1. SUKU BANGSA
Selain penduduk asli, Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para
pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan, dan
mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Arab dan India; mereka umumnya
tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga tinggal di sejumlah desa
di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak ekspatriat tinggal di Jawa
Timur, terutama di Surabaya, dan sejumlah kawasan industri lainnya.
2. BAHASA
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun
demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku Jawa sebagai
bahasa sehari-hari. Dialek Bahasa Jawa timur dikenal dengan Bahasa Jawa
Timuran, yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa
Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan
bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun
2
demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik, dan bangga dengan
bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa dialek Surabaya dikenal
dengan Boso Suroboyoan. Dialek Bahasa Jawa di Malang umumnya hampir
sama dengan dialek Surabaya. Dibanding dengan bahasa Jawa dialek
Mataraman (Ngawi sampai Kediri), bahasa dialek Malang termasuk bahasa
kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata makan, jika
dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek
Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara
bahasa arek Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik
yang lazim dipakai oleh arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering
juga disebut sebagai bahasa Walikan atau Osob Kiwalan.
Berdasarkan penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosakata (vocabulary)
bahasa walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari kata
benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa
Jawa, Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Cina, dan Inggris.
Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom,
dan polisi diucapkan silup. Produksi bahasa walikan Malangan semakin
berkembang pesat seiring dengan munculnya supporter kesebelasan Arema
(kini Arema Indonesia) yang sering disebut Aremania. Bahasa-bahasa walikan
banyak yang tercipta dari istilah-istilah di kalangan supporter.
Seperti Ongisnade atau Singo Edan, Otruham, Rajajowas, Ongisiras,
dan Utab untuk menyebut wilayah Muharto, Sawojajar, Singosari dan Batu.
Terlepas dari tiga kelompok dialek bahasa Jawa tersebut (Malangan atau
Kiwalan, Boso Suroboyoan, dan Mataraman) saat ini Bahasa Jawa merupakan
salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari
tingkat SD hingga SLTA.
Bahasa Madura dituturkan oleh Suku Madura di Madura maupun di mana
pun mereka tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti
halnya Bahasa Jawa, yaitu enja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa
tengahan), dan engghi-bhunten (bahasa halus). Dialek Sumenep dipandang
3
sebagai dialek yang paling halus, sehingga dijadikan bahasa standar yang
diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian besar penduduknya
menguasai dua bahasa daerah: Bahasa Jawa dan Bahasa Madura. Kawasan
kepulauan di sebelah timur Pulau Madura menggunakan Bahasa Madura
dengan dialek tersendiri, bahkan dalam beberapa hal tidak dimengerti oleh
penutur Bahasa Madura di Pulau Madura (mutually unintellegible). Suku
Tengger menggunakan bahasa Tengger yang lebih dekat dengan Bahasa Jawa
Kuno. Suku Osing Banyuwangi menggunakan bahasa Osing.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah
stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita, dan talk show,
misalnya JTV memiliki program berita menggunakan Boso Suroboyoan,
Bahasa Madura, dan Bahasa Jawa Tengahan.
3. AGAMA
Mayoritas penduduk Jawa Timur umumnya menganut agama Islam, dan
sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.
Sebagian penduduk, utamanya Suku Jawa juga masih memegang teguh
kepercayaan Kejawen. Suku Madura umumnya beragama Islam dan terkenal
sangat taat dalam menjalankan agama Islam. Suku Osing mayoritas beragama
Islam, sedangkan mayoritas Suku Tengger menganut agama Hindu. Orang
Tionghoa umumnya menganut agama Buddha, Kristen, Katolik, Konghucu dan
sebagian kecil menganut Islam, bahkan Masjid Cheng Ho di Surabaya dikelola
oleh orang Tionghoa, dan memiliki arsitektur layaknya kelenteng.
4
4. KESENIAN
Berikut ini adalah macam-macam tarian dari daerah Jawa Timur:
1) Tari Remo
Tari Remo berasal dari daerah Jombang Jawa Timur. Tarian ini
diciptakan oleh seorang pengamen dan dalam perkembangannya, tari Remo
sangat dikagumi oleh masyarakat Jawa Timur. Kini tari Remo menjadi
salah satu tarian pembuka setiap pertunjukan kesenian Ludruk di Jawa
Timur. Jika dillihat dari gerak kaki yang energik, maka kita temukan
keunikan dari Tari Remo. Kesan yang dihadirkan sangat sarat dengan
suasana ceria dan bahagia. Busana atau kostum yang menjadi properti tari
Remo yang dikenal terdapat tiga jenis yakni:
Gaya Surabayan,
Gaya Jombangan, dan
Gaya Sawunggaling.
5
Tari Jaranan (Tari Jaran Kepang). Makna dari Tari Jaranan adalah tari
tradisional yang dimainkan oleh para penari dengan menaiki kuda tiruan
yang tebuat dari anyaman bambu. Pesan yang ingin disampiakn oleh Tari
jaranan ini menceritakan tentang sosok pahlawan. Dimana ilustrasinya
seorang perajurit yang gagah perkasa sedang menunggang kuda. Yang
selalu membuat heboh adalah, pada tarian Jaranan sering ada kejadian
pertunjukan atraksi kesurupan.
3) Tari Gandrung
4) Tari Ambarang
6
Tari Ambarang termasuk tarian tradisonal yang berasal dari
Tulungagung Jawa Timur. Dalam pesan yang disampaikan, tarian ini
menceritakan tentang para pengamen jaranan di Tulungagung. Seni tradisi
jaranan ini sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, diantara adalah Jaranan
Serentewe, Jaranan Campursari, Jaranan pegon, dan Jaranan Jawa. Pada
tari Ambarang ini, seni Jaranan yang diambil sebagai landasannya adalah
Jaranan Serentewe. Jaranan jenis tersebut memiliki ciri khas pada
gerakannya yang lebih agresif.
Tarian Batik Pace. Katanya, tarian ini terinspirasi dari pendiri Kota
Pacitan yang didalam perjuangannya suka minum sari buah Pace atau
Mengkudu. Tari Batik Pace ini diciptakan oleh Anang, yaitu pendiri
Sanggar Blarak Pacitan. Terkait dengan buah Pace (Mengkudu), tarian ini
mengakomodasi sejarah dari buah Pace dan kebutuhan memperkenalkan
karya khas yang berupa batik Pace.
7
Tari Bedoyo Wulandaru yang merupakan tarian tradisional yang
berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini merupakan perwujudan
rasa bahagia dari masyarakat pada saat menyambut kedatangan tamu besar
yang datang kesana. Konon, pada zaman dahulu Tari Bedoyo Wulandaru
digunakan oleh masyarakat Blambangan dalam menyambut kedatangan
rombongan dari Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada saat
bertamu ke daerah mereka.
7) Tari Boran
Tari Boran merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari
Lamongan, Jawa Timur. Kisah yang tersirat pada tarian ini adalah sebuah
potret kehidupan dari para penjual nasi boran yang menjajakan
dagangannya serta berinteraksi dengan pembeli. Selain kaya akan nilai seni
dan sosial budaya, Tari Boran ini juga banyak terdapat nilai filosofis
didalamnya. Nasi Boran adalah yakni makanan tradisional khas dari
Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Melalui tari ini, produk nasi tersebut
tersosialisasi melalui pertunjukkan seni.
8
Tari Caping Ngancak ini termasuk kedalam seni tari tradisional dari
kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Potret kehidupan bertani di
sawah adalah pesan yang disampaikan pada Tarian Caping Ngancak
tersebut. Beberapa properti dalam bertani pun dikenakan oleh para penari,
para penari menari layaknya seorang petani yang menggunakan caping atau
topi. Selama masih ada petani Indonesia yang bertani di sawah, maka
keberadaan tarian ini masih relevan. Maka dari itu, kebijakan impor beras
dari luar negeri harus segera dihapus oleh pemerintah. Biarkan petani
dengan segala kreativitasnya bekerja menghasilkan swasembada beras.
9
Didalam setiap pertunjukannya, diselipkan pesan propaganda guna
melawan penjajah pada tarian Gandrung Marsan ini. Sedangkan hasil yang
didapat dari seni pertunjukan ini digunakan untuk membantu para pejuang
seperti membeli perlengkapan alat perang atau kebutuhan lain.
Tari Giri Gora Dahuru Daha adalah salah satu Sendratari dari Provinsi
Jawa Timur. Tari ini menceritakan kembali kisah dari Calon Arang.
Dimana Calon Arang digambarkan sebagai seorang perempuan jahat
tukang teluh yang sakit hati dikarenakan anaknya tidak ada yang mau
meminang.
Datangnya teluh,
10
11) Tari Taledhek
Tari daerah Jawa Timur yang ini adalah Tari Taledhek. Tari ini adalah
tari pertunjukan yang dibawakan oleh seorang seniman wanita yang
berprofesi sebagai penari. Sebuah seni yang sudah tua, tari Taledek sudah
ada sejak pada masa kerajaan jaman kuno dulu. Eksistensi tari Taledhek
sudah ada dan sering digunakan sebagai pertunjukan oleh keluarga
kerajaan atau bangsawan ketika itu. Nah, sampai sekarang tari Taledhek
masih sering dipertunjukkan pada acara-acara seperti pesta dan lain
sebagainya. Dengan umur yang sebegitu tuanya, seni tari Taladhek ini
wajar jika mendapat perhatian dari masyarakat Jawa secara khusus dan
warga Indonesia secara umum.
Tari ini termasuk jenis tari pergaulan yang dibawakan oleh para wanita
berparas ayu nan lemah gemulai. Kolaborasi antara gerakan, musik, dan
lagu jawa menambah keunikan terhadap tari kelompok ini.
11
Tari ini diberi nama tari Jejer dan sebutan lainnya yaitu tari Gandrung
Banyuwangi. Tari Jejer ini bisa digambarkan sebagai sebuah kesenian
pertunjukan yang menampilkan gerakan berirama dari para penarinya dan
diiringi dengan permainan musik tradisional yang unik. Beberapa alat
musik tradisional yang dimainkan pada tari Jejer ini adalah Gong dan
Kempul. Dikenal sebagai tarian khas kabupaten Banyuwangi, tarian ini
termasuk memiliki ciri khas tari yang dibilang unik, baik dari segi gerakan
tariannya, maupun jenis alat musik yang dipakai.
12
akan menari pada pertunjukan atau pementasan. Syarat dan kriteria untuk
menjadi penari Seblang ini pun hanya sang dukun yang mengetahuinya.
Ada keunikan pada tarian ini. Dimana tarian ini merupakan tarian yang
gerakannya menirukan tingkah laku dari kethek alias hewan yang bernama
kera. Pada pementasannya, Tari Kethek Ogleng ini dipentaskan oleh 4
(empat) orang penari, yaitu 3 (tiga) orang penari perempuan dan seorang
penari laki-laki. Penari laki – laki mempunyai peran sebagai manusia kera.
Ilustrasinya, tarian ini diawali dengan masuknya ketiga para penari wanita
kedalam panggung. Kemudian 2 (dua) dari ke-3 (ketiga) para penari
perempuan tadi memerankan sebagai dayang-dayang dan seorang penari
perempuan satunya memerankan sebagai putri Dewi Sekartaji, yaitu putri
Kerjaan Jenggala, Sidoarjo. Sedangkan Peran penari laki-laki sebagai
Raden Panji Asmorobangun yang berasal dari kerajaan Dhaha Kediri.
13
Tari Lahbako adalah tarian tradisional yang berasal dari Jember,
Provinsi Jawa Timur. Tarian Lahbako yang berasal dari daerah Jember
provinsi Jawa Timur ini menggambarkan kehidupan dari para petani
tembakau di Jember. Pada pertunjukkannya, tarian ini dipentaskan oleh
beberapa para penari perempuan dengan gerakan yang menggambarkan
aktivitas dari para petani di ladang atau kebun tembakau. Tari Lahbako
menjadi ikon kota Jember dengan segala keunikannya.
Tari Lenggang merupakan tarian selamat datang yang khas dari daerah
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Tarian ini dimainkan oleh penari wanita
yang menari dengan gerakan yang indah dan juga anggun. Tari Lenggang
Surabaya ini merupakan adaptasi dari pengembangan kesenian sebelumnya
yaitu Tari Tanda’an atau Ledek Tayub dan juga Sandur Madura.
14
Tari Muang Sangkal merupakan sebuah seni tari tradisional yang
berasal dari daerah Madura provinsi Jawa Timur. Kabarnya, Tarian ini
mempunyai tujuan untuk ritual tolak bala atau menjauhkan dari mara
bahaya oleh masyarakat Madura. Pembuat tari tradisional ini adalah
seorang seniman yang berasal dari Sumenep, Madura, Provinsi Jawa
Timur. Beliau memiliki nama Yaufikurrachman. Tarian ini adalah ekspresi
bentuk rasa kepedulian para seniman kepada kekayaan yang dimiliki oleh
Madura yang sarat akan karya dan juga keunikan didalamnya serta
mengangkat kembali sejarah dari kehidupan Keraton Sumenep.
Tari Petik Pari yang merupakan satu tarian tradisional berasal dari
daerah Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Tarian adalah tarian yang bertujuan
untuk merayakan hasil panen padi. Tari Petik Pari dikembangkan oleh
Anang dari sanggar Blarak Pacitan.
15
20) Tari Singo Ulung
16
telah sangat dikenal oleh masyarakat Kota Surabaya dan menjadi salah satu
tarian selamat datang bagi wisatawan atau tamu besar yang datang.
Tari ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari
daerah Malang, Jawa Timur. Pada pementasannya, tarian ini diperankan
oleh orang yang menggunakan topeng. Dilihat secara sekilas, Tari Topeng
Malangan ini hampir sama dengan Wayang Wong, tetapi yang
membedakan adalah pemerannya yang menggunakan topeng dan cerita
yang dibawakan biasanya adalah cerita panji.
17
Tari Reog Ponorogo adalah kesenian tari dari daerah Jawa Timur. Tari
ini merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain
dengan penari inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya
terdapat mahkota bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50
kg. Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Pada
tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba
hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan
sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan
oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini
biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita.
Tari Jaranan Buto adalah tari tradisional yang berasal dan berkembang
didaerah Banyuwangi dan Blitar. Tari jaranan buto ini dipertunjukkan pada
upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Pada pertunjukkannya, Tari
ini memakai properti kuda buatan, seperti halnya yang biasa kita dapati
pada Kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan meski tidak
sama persis. Perbedaan itu bisa dilihat pada properti kuda yang digunakan
18
tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda tersebut
berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga
menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap
dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan
gimbal.
Tari yang berasal dari jawa Timur berikut ini adalah Tari Reog
Kendang. Tari ini mempunyai sebutan lain yaitu Reog Tulungagung,
karena tari tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan
sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang mengandung kata Kendang, para
pemain Reog Kendang membawa alat musik yang serupa dengan Kendang
atau Tam-Tam (kendang kecil yang digendong). Awalnya Reog Kendang
19
menceritakan kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak mencari jati
diri. Karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakan
dalam pementasan.
Seseorang dari Madura yang bernama Seno atau lebih dikenal Sari
Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura adalah yang
membawakan tarian Giblang ini. Berdasarkan sejarahnya, Sari Truno
membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil,
Probolinggo. Hal yang mengejutkan terjadi terkait reaksi dari masyarakat
Madura yang agamais. Mereka menolak adanya topeng Madura tersebut
dengan alasan karena didalamnya terdapat Alat musik tradisional Gamelan.
Pada akhirnya kesenian tersebut dirubah menjadi Raudlah yang artinya
olahraga. Sampai sekarang tari Glipang ini menggambarkan betapa gagah
dan terampilnya para pemuda yang sedang berlatih olah keprajuritan
20
Tarian tradisional Gembu (Gambu) juga merupakan kesenian dari
Jawa Timur. Tarian ini juga menggambarkan prajurit yang berlatih perang
dengan berbekal senjata tradisional keris dan perisai kecil. Tarian ini
digunakan untuk menyambut tamu agung dan para raja di daerah Sumenep,
Madura. Ada yang menyatakan bahwa tarian ini hampir sama dengan tari
Glipang.
21
Tari Beskalan merupakan tarian yang berasal dari daerah Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Tari ini dibawakan untuk menyambut kedatangan
tamu kehormatan yang datang kesana. Selain untuk menyambut tamu, tari
Beskalan juga sering diadakan pada pembukaan kesenian ludruk, tepatnya
sebagai tari pembuka kedua setelah tari remo. Tari Beskalan juga disebut
dengan tari topeng malangan. Ada kesamaan dengan Tari Remo dalam hal
gerakannya. Hanya saja gerakan dalam tarian ini lebih anggun, lincah dan
dinamis. Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang
wanita.
Tari Sri Panganti merupakan seni tari yang berasal dari daerah
Lamongan, Jawa Timur. Makna dari tari yaitu, “Sri” memiliki arti
perempuan dan kata “Panganti” memiliki arti menanti atau menunggu,
yang berarti seorang perempuan yang sedang menanti pemuda idaman. Tari
Sri Panganti ini menceritakan tentang kegembiraan anak-anak yang
menginjak usia remaja yang jatuh cinta dan menanti seorang pemuda.
Gerakan tarian yang lemah gemulai menggambarkan para remaja yang
berusaha memikat sang pemuda idaman.
22
Tari Tanduk Majeng berasal dari daerah Madura, Jawa Timur. Sesuai
dengan namanya, tarian ini juga diiringi lagu daerah Jawa Timur yaitu
Tanduk Majeng. Pesan yang disampaikan oleh tarian ini yaitu
menggambarkan tentang para wanita Madura yang semangat untuk
menghibur suaminya.
5. KEBUDAYAAN
Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat
menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal
sebagai Mataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan
daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-
Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-
Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Nganjuk), dan
23
sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit, dan
ketoprak cukup populer di kawasan ini.
24
setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului
dengan acara temu atau kepanggih. Akan tetapi, masyarakat di pesisir
utara: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan
lumrah keluarga wanita melamar pria (ganjuran), berbeda dengan lazimnya
kebiasaan daerah lain di Indonesia, di mana umumnya pihak pria yang melamar
wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalam keluarga wanita.
6. ARSITEKTUR
Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun,
Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa
Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki
bentuk joglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak
setangkep). Masa kolonialisme Hindia Belanda juga meninggalkan sejumlah
bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang
didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya, dan Malang.
7. PARIWISATA
Jawa Timur memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu
ikon wisata Jawa Timur adalah Gunung Bromo, yang dihuni oleh Suku
Tengger, di mana setiap tahun diselenggarakan upacara Kasada. Di kawasan
pegunungan Tengger juga terdapat sebuah air terjun yaitu Madakaripura yang
merupakan tempat pertapaan terakhir Mahapatih Gajah Mada sebelum
25
mengabdi di Kerajaan Majapahit. Air terjun Madakaripura memiliki ketinggian
sekitar 200 meter, yang menjadikan air terjun ini yang tertinggi di Pulau Jawa
dan tertinggi kedua di Indonesia. Jawa Timur juga memiliki beberapa daerah
wisata pegunungan lainnya di antaranya adalah daerah pegunungan Malang
Raya yang dikenal sebagai kawasan wisata pegunungan alami yang
mencakup Malang dan Batu. Daerah pegunungan Tretes dan Trawas, juga
dikenal memiliki karakteristik seperti daerah Puncakdi provinsi Jawa Barat.
Wisata alam lainnya di Jawa Timur adalah Taman Nasional (4 dari 12 Taman
Nasional di Jawa), Kebun Raya Purwodadi di Purwodadi, Pasuruan, dan Taman
Safari Indonesia II di Prigen.
Jawa Timur juga terdapat peninggalan sejarah pada era klasik. Situs
Trowulan di Kabupaten Mojokerto, dulunya merupakan pusat Kerajaan
Majapahit, terdapat belasan candi, dan makam raja-raja Majapahit. Candi-candi
lainnya menyebar di hampir seluruh wilayah Jawa Timur, di antaranya Candi
Penataran di Blitar. Di Madura, Sumenep merupakan pusat kerajaan Madura, di
manaterdapat Keraton Sumenep, museum, dan makam raja-raja Madura (Asta
Tinggi Sumenep).
26
Danau di Jawa Timur antara lain Telaga Sarangan di Magetan, Bendungan Ir.
Sutami di Kabupaten Malang, dan Bendungan Selorejo di Kabupaten Blitar.
Kawasan pesisir utara terdapat sejumlah makam para wali, yang menjadi
wisata religi para peziarah bagi umat Islam. Lima dari sembilan walisongo
dimakamkan di Jawa Timur: Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri, dan Sunan
Gresik di Gresik, Sunan Drajat di Paciran (Lamongan), dan Sunan Bonang di
Tuban. Di kawasan pesisir utara ini juga terdapat gua-gua yang menarik,
yaitu: Gua Maharani di Lamongan, dan Gua Akbar di Tuban, serta Gua Gong
yang berada di Kabupaten Pacitan yang terkenal sebagai gua terindah di Asia
Tenggara. Objek wisata ziarah di Jawa Timur antara lain yaitu makam
proklamator yang juga Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno yang
terdapat di Kota Blitar, serta makam Presiden Republik Indonesia
keempat Abdurrahman Wahid / Gus Dur yang terletak di Kabupaten Jombang.
27
juga terdapat Wana Wisata Dander, dan Waduk Pacal di Kabupaten
Bojonegoro.
8. KULINER KHAS
Makanan khas Jawa Timur yang terkenal di antaranya adalah bakso
malang, rawon, dan tahu campur lamongan. Beberapa makanan khas masing-
masing daerah di Jawa Timur dapat kita deskripsikan sebagai berikut :
28
11. Kabupaten/Kota Blitar memiliki makanan khas yaitu nasi pecel. Buah yang
terkenal asli Blitar yaitu rambutan.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur
https://www.silontong.com/2018/09/13/tarian-adat-tradisional-daerah-jawa-timur/
30