Anda di halaman 1dari 7

Dikisahkan Pada zaman dahulu di daerah Lombok selatan pesisir pantai takar-akar tinggallah

seorang kyai beserta seorang istrinya. Sang suami namanya Penghulu Alim, dia dipanggil
Pengghulu Alim karna dia adalah seorang kyai dan sering diundang  dalam acara perkawinan
sekaligus menjadi penghulunya. 

Pada suatu hari, penghulu alim diundang keacara kawinan, dan pada saat itu istrinya sedang
dalam keadaan hamil, penghulu alim akan pergi beberapa bulan sehingga sebelum berangkat,
sang penghulu alim menyerahkan seutas sabuk dan selendang kepada istrinya seraya berkata “
istriku,,, nanti kalau anak kita lahir dan sudah mampu berjalan suruhlah untuk mencariku
ditempat acara kawinan itu, dan ikatkan sabuk dan selendang itu sebagai pakaiannya agar aku
dapat mengenalinya”. istrinya dengan penuh kelembutan pun menjawab “ baiklah kakak” seraya
menyiapkan perbekalan untuk suaminya sang penghulu alim

Sepergi suaminya Penghulu Alim, lahirlah Si Kuat Makan(Si Kuat Medaran) dan dirawat oleh
sang ibunya seorang. Ketika si kuat medaran sudah menginjak beberapa bulan dia sudah mampu
berjalan dengan lincahnya. Namun selama kelahiran dia belum tau siapa dan dimana ayahnya.
Akhirnya si kuat medaran  pun bertanya pada ibunya “ibu… dimanakah ayahku?. Kata Si Kuat
Medaran kepada ibunya. Ibunya menjawab; ayahmu diundang ke acara kawinan daerah
sebelah, “tapi kenapa sampai sekarang belum juga pulang.. Bu?  . Kata si kuat medaran lagi
kepada ibunya.Sambil mengelus anaknya ibunya pun menjawab,”mungkin ayahmu sibuk disana,
karna banyak undang yang harus dipenuhi, kalau kau mau melihat ayahmu maukah kamu
menyusulnya anakku..!. kata ibunya seraya menatap Si Kuat Medaran.“Mau ibu, tapi dimanakah
tempat ayah….“berjalanlah desa diutara, nanti kalau kamu menemukan ada acara (begawe),
tanyalah kepada warga disana tentang ayahmu Penghulu Alim..” kata ibunya“kalu begitu baiklah
buuu…”jawab Si Kuat MedaranAkhirnya dengan perasaan cemas ibunya menyiapkan
perbekalan untuk Si Kuat Medaran. Walaupun masih kecil tapi Si Kuat Medaran memiliki
kekuatan yang sangat tinggi. 

Setelah perbekalan sudah siap si kuat medaran pun berangkat. Selama dalam perjalanan Si Kuat
Medaran tidak pernah menemukan suatu halangan yang berarti, walaupun masih kecil namun
anak ini memiliki kekuatan yang sangat  tinggi dan anehnya lagi sang anak memiliki kebiasaan
makan yang banyak tanpa pernah puas itulah sebabnya dia di juluki Si Kuat Medaran(makan).
Sesampai ditempat itu, Si Kuat Medaran bertemu dengan beberapa anak kampung yang sedang
bermain-main di luar pagar pembatas dusun itu, dan kebetulan disana kebetulan lagi ada acara
kawinan atau begawe (roah ) dalam bahasa sasaknya. Sang anak pun ikut bermain dengan anak-
anak itu, namun keanehan terjadi, setiap anak yang disentuh selalu merasakan kesakitan, ada
yang nangis. Melihat hal itu ada anak asing yang datang kedusun mereka yang memiliki
kekuatan aneh, akhirnya penduduk dusun itu pun membawa Si Kuat Medaran ketempat begawe
atau acara itu, dan kebetulan ayahnya ada disana lagi pimpin acara pernikahan itu.

Penduduk desa membawa si kuat medaran keberanda atau betaran dan dikasih makan oleh
penduduk setempat. Namun si kuat medaran selalu minta makanannya ditambah, penduduk
setempat menuruti kemauan si kuat medaran, sampai-sampi persedian makanan untuk tamu yang
lain pun habis. Sehingga ditempat inilah dia mulai dipanggil dan dijuluki si kuat medaran
(makan). Mendengar ada kegaduhan dengan kedatangan anak masih kecil tetapi makannya tidak
pernah kenyang akhirnya sang penghulu alim pun melihatnya dengan penuh penasaran. Dengan
raut wajah yang kaget sang penghulu alim terkejut bukan main ketika melihat si kuat medaran itu
adalah anaknya sendiri. Sang penghulu alim mengetahuinya dari pakaian dan sabuk yang dipakai
Si Kuat Medaran karna itu adalah pemberiannya kepada istrinya dulu ketika sedang hamil.

Dengan persaan malu penghulu alim tidak mengakui bahwa itu adalah anaknya sendiri. Penghulu
alim pun pamit dan mebawa si kuat medaran untuk pulang kerumahnya menanyakan kepada
istrinya apakah benar si kuat medaran itu adalah anaknya.Setelah kejadian ditempat acara
begawe itu, penghulu alim jadi sangat membenci si kuat medaran karna dia merasa telah
dipermalukan oleh anaknya sendiri sebagai seoarang kyai. Ketika sampai dirumahnya sang
penghulu alim pun langsung menemui istrinya kemudian bertanya”“istriku,,,! Panggil sang
Penghulu Alim terhadap istrinya.“Yaa suamiku…” jawabnya dengan nada lemah
lembut “apakah benar anak ini adalah anak kita” kata Penghulu Alim dengan nada sedikit
garangSang istri pun menjawabnya; “yaaa…  emang benar itu adalah anak kita, memangnya ada
apa dengan anak kita”Dengan rasa acuh dan angkuh sang penghulu laim pun berkata “dia telah
mempermalukan aku, di tempat acara begawe itu, dengan kebiasaan makannya yang tidak puas
dan merasa kenyang sampai persedian makanan ditempat itu habis dimakan oleh anak kita
itu”Namun si kuat medaran diam tak berkata, walaupun ayahnya memarahinya dan kini sudah
membenci dirinya namun dia tetap penurut terhadap ayahnya penghulu alim. 

Sang penghulu alim sendiri sangat membenci anaknya sehingga dia berniat membunuh si kuat
medaran meski dia adalah anak kandungnya sendiri.Pada suatu hari sang penghulu alim berniat
mau membunuh si kuat medaran. Dia mengajak si kuat medaran kesebuah sumur tanpa
sepengetahuan istrinya. Sesampainya di sumur itu, sang penghulu alim langsung mengajak si
kuat medaran untuk membuang air sumur itu. Tanpa banyak bicara si kuat medaran menuruti
ajakan ayahnya meskipun Sang Penghulu Alim sangat membencinya. Akhirnya ketika air sumur
sudah mau mengering  sang penghulu pun istirahat dan menyuruh Si Kuat Medaran untuk
mengumpulkan ikan-ikan yang ada dalam sumur itu. Sang penghulung pun naik dari sumur itu,
dan mencungkil sebuah batu yang sangat besar kemudian digelindingkankan kedalam sumur itu.
Si kuat medaran yang lagi asyik mengumpulkan ikan didalam sumur itu pun langsung tertimpa
oleh batu yang besar itu. Dengan perasaan puas telah membunuh anaknya yang dibencinya,
penghulu alim langsung pulang.

Ibunya Si Kuat Medaran sedih dan gelisah semenjak kepergian suaminya dan  si kuat medaran
yang  tak pulang-pulang juga. Ketika melihat sang suami penghulu alim sudah pulang sementara
Si Kuat Medaran tak kunjung pulang, sang ibu bertanya kepada suaminya itu.
 “suamiku… apakah kau melihat anakmu si kuat medaran” Tanya sang ibu dengan perasaan
cemas.

Penghulu alim pun menjawabnya dengan jawaban yang singkat dan acuh “ah… tadi aku liat dia
di hutan lagi mengejar burung” jawabnya acuh sembari masuk kedalam kamar dan tidur, karena
merasa puas telah mampu membunuh si kuat medaranSementara ibunya Si Kuat Medaran
gelisah bercampu cemas, karna anaknya tak jua pulang, hingga matahari sudah masuk
diperaduannya si kuat medaran masih belum juga pulang kerumah. Dengan perasaan cemas dan
berlinang air mata sang ibu duduk diberanda rumahnya menunggu kepulangan anaknya Si Kuat
Medaran. Ketika dipertengahan malam sang ibu yang lagi duduk sedih menunggu anaknya
dikejutkan dengan kedatangan anaknya Si Kuat Medaran dengan membawa batu dipundaknya
yang begitu besar seraya berkata;
“ibu… ibuuuu… dimanakah  aku taruh batu besar ini”
 “Oohh taruhlah disana anakku” jawab ibunya dengan perasaan kaget campur senang karna
anaknya sudah kembali.Si Kuat Medaran pun membanting batu itu hingga terjadinya gempa
disekitar rumahnya. Sementara Penghulu Alim yang lagi nyenyak tidur kaget dengan adanya
gempa , dia langsung keluar rumah. Dan yang lebih mengagetkan dan membingungkan adalah
pulangnya Si Kuat Medaran sambil membawa batu besar yang dia gunakan untuk membunuhnya
tadi siang.  

Konon batu itu sampai sekarang di sebut batu penyenger (yaitu batu dari sifat marah campur
kesal dai penghulu alim Melihat kejadian ini,  lagi- lagi Penghulu Alim semakin berniat
untuk  membunuh anaknya. kemarin dia gagal membunuhnya dengan menimpakan batu besar,
kali ini penghulu alim berencana untuk mengajaknya  menebang pohon dihutan. Tapi Kali ini
Penghulu Alim meminta izin kepada istrinya,,, untuk mengajak si kuat medaran untuk menebang
pohon di hutan. Tanpa berpikir dan merasa mau dibunuh si kuat medaran pun menuruti ajakan
ayahnya, begitu juga ibunya pun mengizinkannya.Akhirnya keesokan harinya, ketika matahari
mulai menyongsong sang ibu menyiapkan bekal seadanya dan peralatan untuk suami dan
anaknya Si Kuat Medaran.

Si Kuat Medaran dan ayahnya Penghulu Alim pun berangkat kehutan. hutan yang dipilihnya
adalah hutan yang punya pohon-pohon yang besar. Setelah menemukan sasaran yang tepat dan
pohon yang besar dan tinggi, penghulu alim pun langsung memulai untuk menebang pohon ini,
sementara Si Kuat Medaran disuruh untuk istirahat dulu. Beberapa waktu kemudian penghulu
alim sudah kelelahan, dia pun menyuruh anaknya si kuat medaran untuk melajutkannya. Setelah
selang beberapa waktu pohon pun sudah punya tanda-tanda mau tumbang, dengan cepat
penghulu alim menggantikan Si Kuat Medaran kemudian menyuruhnya untuk duduk ketempat
dimana arah pohon itu akan tumbang. Tanpa berkomentar Si Kuat Medaran pun menuruti saja
kemauan ayahnya. Ketika Si Kuat Medaran duduk ditempat yang disuruhnya sang Penghulu
Alim melanjutkan untuk menebang pohon itu yang sudah mau tumbang. Dengan
cepat  tumbanglah pohon itu tepat dimana si kuat medaran duduk. Karna besarnya pohon ini Si
Kuat Medaran pun belum sempat untuk menghindar dan tertimpa oleh pohon ini hingga tidak
berkutik. Lagi-lagi penghulu alim pulang dengan perasaan senang karna usahanya untuk
membunuh si kuat medaran pun berhasil. 

Sesampai dirumah sang ibu pun bertanya kepada suaminya,,,Kakanda suamiku,,, kemana
anakmu Si Kuat Medaran. Kenapa dia tak pulang bersamamu…???Penghulu alim ; “anakmu
masih asyik bermain-main dihutan tadi, sudah aku ajak pulang tapi tidak mau….!!Seperti hari-
hari sebelumnya sang Penghulu Alim pun masuk kedalam kamar rumahnya. Sementara ibunya si
kuat medaran mencemaskan anaknya.  Malam sudah tiba, tapi si kuat medaran tak juga ada yang
pulang. Ibunya sedih campur gelisah menanti kepulangan anaknya diteras rumah. Dengan cara
sebelumnya, ketika dipertengahan malam, si kuat medaran pun pulang dengan membawa pohon
besar beserta ranting-rantingnya kerumahnya. “Ibu,,,, ibu,,, ayah… dimanakah aku menaruh
pohon ini???” ,,,kata Si Kuat Medaran“Taruhkan saja disana anakku…” jawab sang ibu dengan
senang karena anaknya telah kembali, namun dia kaget dan bingung dengan tingkah anaknya
yang bisa membawa batu besar dan pohon yang besar. Sementara sang penghulu alim semakin
menbenci kelakuan Si Kuat Medaran. Namun si kuat medaran masih menuruti kemauannya.

Setelah kejadian itu sang Penghulu Alim semakin membenci anaknya si kuat medaran, namun Si
Kuat Medaran tetap menuruti kemauan ayahnya. Sang penghulu alim bingung dengan cara apa
untuk melenyapkan anaknya itu. Sehingga kali ini dia berpikir untuk mengusirnya tanpa
sepengetahuan ibunya. Si kuat medaran pun menuruti kemauan ayahnya sehingga dia pun pergi
kearah barat di wilayah Poret yaitu salah satu dusun kecil didaerah pesisir pantai. Setelah
beberapa lama tinggal ditempat itu, dengan kelakuannya yang kalau makan tak pernah kenyang
membuat masyarakat di didusun Poret ini enggan untuk mengasihnya makan. Pada suatu waktu
si kuat medaran merasa lapar sekali, dan meminta makanan pada penduduk. Sehingga salah satu
warga yang memiliki sebuah lumbung padi yang mau mengasihnya makan tapi dengan memberi
satu syarat. Orang ini akan memberi makan apabila Si Kuat Medaran mampu mengangkat
lumbung padi miliknya dan jika bisa mengangkatnya, dia boleh membawa pulang lumbung padi
itu. tanpa banyak komentar si kuat medaran menuruti syarat itu. Dengan kesaktian yang
dimilikinya dia mengangkat lumbung itu, dan bergegas pulang. Sementara orang itu tercengang
kaget melihat kejadian itu, dia merasa menyesal telah meremehkan Si Kuat Medaran.Sambil
membawa lumbung padi beserta isinya, Si Kuat Medaran pulang kerumahnya. Ibunya sudah
lama menunggu kepulangannya. Sesampai dirumahnya, Sang Penghulu Alim dan sang ibu kaget
dengan anaknya itu. Kali ini sebuah lumbung yang dibawa pulang. Sang penghulu alim melihat
kepulangan Si Kuat Medaran, semakin membencinya dan semakin kesal terhadapnya. Dengan
segala usaha untuk melenyapkan si kuat medaran namun selalu gagal.

Kini Si Kuat Medaran sudah tumbuh dewasa, namun ayahnya tetap membencinya. Tak ada rasa
kasih saying yang diberikan ayahnya untuknya. Ayahnya berharap tidak mau melihatnya. dengan
itulah Si Kuat Medaran merasa harus pergi jauh dari hadapan ayah untuk selamanya. Dia pun
berbicara kepada ibunya dan menjelaskan tentang ayahnya yang selama ini membencinya dan
tak pernah mengangganya sebagai anaknya. Si kuat medaran meminta izin dan restu ibunya
untuk pergi jauh mengembara untuk selamanya. Walupun berat hati walau ibu maupun si kuat
medaran namun tidak pilihan lain baginya kecuali pergi. Sang ibu dengan berat hati mengizinkan
anakmya itu.

Keesokan harinya sang ibu  menyiapkan perbekalan untuk anaknya Si Kuat Medaran dengan
seadanya. Sang ibu menyiapkan tujuh buah ketupat, satu pisau kecil dan moto siu (adonan dari
beras merah yang dicampur parutan kelapa).ibunya menyediakan pisau untuk membelah
ketupatnya. Setelah perbekaln sudan siap si kuat medaran pun berpamitan kepada ibunya dan
juga ayahnya penghulu alim. Dengan menangis sang ibu memeluk anaknya erat-erat karna ini
adalah pelukan terakhir untuk anaknya itu, sedangkan sang penghulu tetap biasa saja, ,malah dia
senang sekali atas kepergian Si Kuat Medaran.

Seusai berpelukan Si Kuat Medaran pun berangkat dan pergi mengembara kearah timur.Selama
dalam pengembaraannya dia bertemu dengan dua seorang pemuda yaitu Seger Penyalin dan
Kambing Moter. Dengan kedua sahabatnya itu dia jalani hari-harinya dan melawan jin-jin
maupun seorang raksasa yang menggangunya sampai mereka bertemu dengan tiga orang gadis.
Salah satu gadis itu berpakaian kotor karena dilumuri lumpur. Merka sangat menginginkan
seorang untuk menemaninya selama dalam pengembaraannya. Mereka pun melakukan undian
siapa yang menang dia yang dapat yang paling cantik. Namun Si Kuat Medaran selau kalah dan
dengan terpaksa dia mendapatkan gadis yang kotor itu. Namun Si Kuat Medaran sangat
terpesona akan kecantikan gadis itu setelah gadis itu membersihkan dirinya. Dia terlihat berbeda
dari sebelumnya.

Tidak hanya Si Kuat Medaran yang terpana melihatnya, seger penyalin dan kambing moter pun
melihatnya tanpa berkedip dan merasa iri terhadap si kuat medaran. Malah mereka ingin
mengulangi undian itu.Selama dalam pengembaraannya Si Kuat Medaran dan teman-temannya
itu, memberikan nama setiap tempat yang di lewati diantaranya dusun Tambuk dan Gunung
Junjung. Dan konon ceritanya Si Kuat Medaran Ini adalah nenek moyang dari raja pejanggik di
Lombok timur.

Anda mungkin juga menyukai