Anda di halaman 1dari 4

Penyesalan Ikan Koi

Sepulang sekolah Anna bersama sahabatnya, Rina pergi ke toko hewan untuk membeli
beberapa ikan hias. Akhir-akhir ini Anna sangat menyukai ikan hias karena sering melihatnya di
acara televisi.

“hmm… beli yang mana ya Rin??” Tanya Anna kepada Rina. “Kalau aku sepertinya akan
mengambil ikan koi itu. Warnanya bagus sekali seperti matahari” balas Rina. “iya ya…..
yasudah, gimana kalau kita kembaran ikan? Anggap saja ini sebagai simbol persahabatan kita!!!”
tutur Anna. “ide yang bagus…”. Setelah membeli ikan koi itu, mereka bergegas pulang ke rumah
masing-masing.

Sesampainya di rumah, Anna cepat-cepat menaruh ikan koi nya kedalam aquarium yang
jauh hari sudah dibeli dan dihiasnya. Setiap hari Anna selalu merawat ikan koinya dengan penuh
kasih sayang sehingga ikan koi itu tumbuh besar dengan warna orennya yang sangat mencolok.
Lama kelamaan Anna bosan dengan ikan koi miliknya itu, sehingga ia memutuskan untuk
memberi beberapa ikan hias lagi. Mungkin ikan koinya juga bisa mempunyai teman bermain,
pikirnya.

Keesokan harinya, Anna sampai di rumahnya dengan membawa beberapa kantong plastik
berisi bermacam-macam ikan. Dimasukkannya ikan-ikan itu ke dalam aquarium yang telah
dihuni oleh ikan koinya.

“Eh…siapa kalian?? Sembarangan aja masuk kesini” tutur Ikan Koi yang kaget ketika
melihat ikan-ikan lainnya. “haii….salam kenal yaa kita baru nih disini. Namamu siapa?” jawab si
Ikan Cupang. “Kenalin nih, namaku Koi. Asal kalian tau ya…aku yang pertama kali menempati
akuarium ini jadi kalian jangan sekali-kali macam-macam padaku” jawab Ikan Koi dengan amat
sombong. Mendengar hal itupun ikan-ikan yang lain, termasuk ikan cupang menjadi takut
kepada Ikan Koi.

Setiap hari, ikan koi selalu berkeliling memutari aquarium mengawasi ikan-ikan lainnya
sambil menyombongkan warna sisiknya yang indah. Karena hal itu pun, banyak ikan yang
merasa risih dengan ikan koi dan memilih untuk menjauhinya saja. Pada awalnya Ikan Koi
bersikap acuh tak acuh saja terhadap perlakuan ikan-ikan lain terhadapnya. Sampai suatu hari di
rumahnya…..

BRUKKK…….sebuah batu hias yang sangat besar jatuh menutupi pintu masuk rumah
ikan koi. Ikan koi yang sedang terlelap pun dikejutkan oleh suara batu itu, demikian ikan-ikan
lainnya. Namun ikan-ikan lainnya lagi-lagi hanya bersikap acuh tak acuh dan menganggap jika
mereka melihat apa yang terjadi, mereka malah akan terlibat masalah dengan Si Ikan Koi.
Sementara itu, Ikan Koi sedang berteriak-teriak meminta bantuan seraya berusaha untuk
menyingkirkan batu itu.
Hari demi hari pun berlalu. Suasana aquarium sangat tenang tanpa kehadiran Si Ikan Koi.
Ketenangan itu terpecah dengan rasa kecurigaan ikan cupang terhadap hilangnya Si Ikan Koi. Ia
pun mencoba untuk pergi ke rumah ikan koi sekedar untuk mengecek keadaan ikan koi. Alagkah
terkejutnya ketika ia melihat terdapat sebuah batu yang sangat besar menghalangi pintu masuk
rumah ikan koi. Cepat-cepat ia memanggil teman-temannya yang lain untuk membantunya
menyingkirkan batu itu.

“1..2..3.. dorong….” Ujar Si Ikan Cupang memimpin operasi penyingkiran batu besar itu.
Setelah mencoba beberapa lama akhirnya batu itu tersingkir juga. Didalamnya, terdapat Si Ikan
Koi yang terkulai lemas karena sudah beberapa hari tidak makan. Para ikan yang melihat hal itu
syok dan langsung memberikan bantuan.

Melalui kejadian ini, Ikan Koi tersadar akan perbuatannya dan menyesal. Ia sadar bahwa
dalam hidup kita juga membutuhkan orang lain. Ia pun berubah menjadi pribadi yang lebih baik
dan berjanji tidak akan mengulangi sikapnya yang jelek itu.

Hikayat Malim Deman

Syahdan hiduplah seorang pemuda yatim piatu pada zaman dahulu kala. Malim Deman
namanya. Dia pemuda yang rajin giat bekerja dan baik budinya. Setiap hari dia mengerjakan
sawah dan ladang milik ibunya yang berada dipinggir hutan. Dia bekerja membantu pamannya.

Di sekitar sawah milik ibu Malim Deman itu tinggal seorang janda tua. Mandeh Rubiah
namanya. Malim Deman sangat akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mandeh Rubiah telah
mengaggap Malim Deman sebagai anaknya sendiri. Mandeh Rubiah kerap mengirimkan
makanan kepada Malim Deman ketika Malim Deman tengah menjaga tanaman padinya pada
malam hari.

Pada suatu malam Malim Deman kembali menjaga tanaman padinya. Dia hanya seorang diri
ditengah sawah. Dia merasa sangat haus. Malim Deman segera ke pondok Mandeh Rubiah untuk
meminta air minum. Belum juga Malim Deman tiba di pondok Madeh Rubiah, Malim Deman
mendengar suara beberapa perempuan di belakang pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan
berjingkat-jingkat, Malim Deman segera menuju sumber suara yang sangat mencurigakan
tersebut.
Cerita Rakyat Singkat Hikayat Malim Deman

Terperanjatlah Malim Deman ketika melihat tujuh bidadari tengah mandi di kolam yang terletak
di belakang pondok Mandeh Rubiah. Malim Deman sangat terpesona melihat kecantikan tujuh
bidadari itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang tengah purnama. Malim Deman
juga melihat tujuh selendang tergeletak di dekat kolam itu. Malim Deman menerka, tujuh
selendang itu digunakan para bidadari untuk terbang dari khayangan ke kolam itu. Maka, dengan
berjalan mengendap-endap dia mendekati tujuh selendang itu dan mengambil salah satu
selendang. Segera disembunyikan selendang itu dan dia kembali mengintip tujuh bidadari yang
tetap mandi tersebut.

Menjelang waktu pagi datang, tujuh bidadari itu berniat kembali ke khayangan. Salah satu
bidadari, yakni bidadari bungsu, tidak dapat menemukan selendangnya. Enam kakaknya telah
berusaha turut membantu mencari selendang itu, namun hingga menjelang fajar selendang milik
bidadari bungsu tetap tidak ditemukan. Karena matahari sebentar lagi terbit, enam bidadari yang
telah mendapatkan selendang dengan terpaksa meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya
menggunakan selendang mereka masing-masing untuk terbang kembali ke Khayangan.

Sepeninggalan kakak-kakaknya, si bungsu menangis. Dia ketakutan untuk tinggal dibumi Malim
Deman lantas mendekati dan menghibur si bidadari bungsu. Malim Deman kemudian mengajak
bidadari itu kerumah Mandeh Rabiah. Dengan hati gembira Mandeh Rabiah menerima bidadari
bernama Putri Bungsu itu dan mengakuinya sebagai anak.

Malim Deman kembali ke rumahnya setelah mengantarkan bidadari bernama Putri Bungsu ke
rumah Mandeh Rabiah. Sesampainya di rumah, Malim Deman menceritakan kejadian yang
dialaminya kepada ibundanya. Dijelaskannya pula adanya bidadari yang tinggal bersama
Mandeh Rabiah. Malim Deman lalu memberikan selendang bidadari itu kepada ibunya untuk
disimpan. Malim Deman meminta ibunya untuk menyembunyikan selendang itu selamanya.

Sejak saat itu Malim Deman kian rajin berkunjung ke rumah Mandeh Rabiah untuk menemui
Putri Bungsu. Malim Deman dan Putri Bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya lantas
menikah. Tidak beberapa lama mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Malim Deman memberi
nama Sutan Duano untuk nama anak lelakinya itu.
Putri Bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan Malim Deman. Namun sejak Sutan Duano
lahir, perangai Malim Deman menjadi berubah. Malim Deman malah lebih banyak
menghabiskan waktunya di arena perjudian. Dia sangat senang menyabung ayam dengan
menggunakan taruhan. Begitu senangnya dia dengan perjudian hingga seringkali dia tidak pulang
berhari-hari lamanya.

Putri Bungsu menjadi sangat bersedih melihat perangai buruk suaminya. Dia kadang menangis
sendiri meratapi nasibnya. Kerinduannya untuk pulang kembali ke kahyangan kembali muncul.
Semakin lama rasa itu semakin besar. Hingga pada suatu saat dia menemukan selendang
miliknya di rumah ibu Malim Deman. Dia berpura-pura hendak menjemur selendang itu.
Seketika dia membawa selendang itu kerumahnya. Putri Bungsu kemudian menemui Bujang
Karim pegawai Malim Deman. “Tolong kau sampaikan kepada Malim Deman, aku akan kembali
ke Kahyangan dengan membawa Sutan Duano.”

Bujang Karim segera cepat mencari Malim Deman ke arena perjudian. setelah bertemu
diceritakannya pesan dari Putri bungsu kepada Malim Deman.

Malim Deman panik dengan terburu-buru dia segera kembali ke rumah untuk menemui istri dan
anaknya. Namun terlambat. Sesampainya dirumah, istri dan anaknya sudah tidak ada. Istrinya
telah membawa anak kesayangannya kembali ke Kahyangan. Malim Deman hanya dapat
menyesali kepergian anak dan istrinya. Benar-benar dia sangat menyesal. Namun penyesalan
hanya penyesalan, apa yang telah terjadi tidak dapat diulang lagi. Akibat sikap buruknya dia
harus kehilangan keluarga yang dicintainya.

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Singkat Hikayat Malim Deman adalah berjudi hanyalah akan
merugikan diri sendiri dan keluarga di kemudian hari. Hendaknya kita menghidari perbuatan
buruk tersebut agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Kita juga harus berhati-hati
dalam bertindak karena penyesalan dikemudian hari tidak ada gunanya.

Yesenia Zabrina Maharani Y.H

X IPA 5/ 34

Anda mungkin juga menyukai