Anda di halaman 1dari 12

Bahasa Indonesia - Grade 2

DONGENG

Dongeng ialah sebuah cerita khayalan atau cerita yang tidak benar-benar terjadi.
Dongeng biasanya mempunyai sifat menghibur dan mengandung nilai pendidikan.
Dongeng yaitu cerita yang dikarang dan diceritakan kembali dengan secara berulang-
ulang oleh orang-orang. Cerita itu bisa dibuat dikarenakan terinspirasi dari suatu
peristiwa.

1. Saudagar yang Kikir

Ada seorang saudagar kaya raya yang hidup di sebuah desa. Ia adalah orang terkaya di
sana. Sayangnya, tabiatnya sangat buruk. Ia tidak mau berbagi apa yang ia miliki.

“Anakku sakit. Aku akan meminjam uang kepada saudagar kaya itu.” ucap salah satu
penduduk dengan panik.

“Lebih baik jangan. Kau hanya akan dipermalukan di sana. Kalaupun tidak, kau hanya
akan terjerat utang,” balas penduduk yang lain.

Namun, penduduk itu sudah tak tahu lagi bagaimana cara mendapatkan uang. Ia pun
memberanikan diri menghadap ke saudagar.

“Aku tak akan membantumu!” ucap saudagar itu dengan sombong, saat penduduk itu
datang meminta bantuannya.

“Baiklah, Tuan. Jika begitu, izinkan aku meminjam uangmu. Anakku membutuhkan
pertolongan,” pinta penduduk itu.

“Dengan apa kau akan membayar utangmu?” tanya saudagar itu, masih sangat
sombong.

“Aku akan bekerja, Tuan. Jika aku memiliki uang, aku akan langsung membayarnya,” ujar
penduduk itu.

Muncullah pikiran jahat di benak saudagar kaya. Ia bisa memanfaatkan penduduk desa
itu untuk membayar utang dengan bunga yang besar. Akhirnya, saudagar itu
meminjaminya uang.
Saudagar kaya itu memang sangat kejam. Banyak penduduk yang merasa tersiksa
karena bunga-bunga utang darinya yang besar. Semua penduduk pun membenci
saudagar kaya itu.

Suatu malam, rumah saudagar kaya itu didatangi oleh perampok. Perampok itu
merampas semua uang saudagar. Saudagar yang tak mau kehilangan kekayaannya,
berusaha menyelamatkan diri. Ia berlari keluar rumah.

“Tolong! Tolong aku, rumahku dirampok!” teriak saudagar.

Semua penduduk keluar rumah. Namun saat melihat saudagar yang meminta tolong,
mereka justru kembali masuk ke dalam rumah. Mereka mengunci pintu mereka rapat-
rapat

“Biarkan saja saudagar kikir itu mendapatkan balasannya. Ia sudah berbuat jahat kepada
kita. Sekarang, dia tahu bagaimana rasanya dijahati,” kata seorang penduduk sambil
masuk ke dalam rumah.

Mendengar perkataan itu, saudagar merasa sedih. Ia sadar, bahwa ia telah menyakiti
banyak orang. Ia pun menangis. Ia tahu, ia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Harusnya ia membantu orang lain dengan ikhlas, agar ia juga mendapatkan bantuan
saat ia membutuhkannya.

Sejak saat itu, saudagar kaya itu berubah menjadi saudagar yang baik

Pesan moral dari Cerita Rakyat Dunia : Saudagar yang Kikir adalah kita tidak bisa hidup
sendiri. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, bantulah orang lain dengan
ikhlas, agar kita mendapat bantuan saat kita membutuhkannya.

2. Bawang Merah & Bawang Putih

Di sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan dua putrinya yang cantik, Bawang
Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih yang juga suami dari ibu Bawang
Merah telah meninggal lama, jadi Bawang Putih adalah saudara tiri dari Bawang Merah.

Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda.
Bawang Putih rajin, baik hati, jujur dan rendah hati. Sementara itu, Bawang Merah
malas, glamor, bangga dan iri. Kepribadian Bawang Merah yang buruk diperburuk
karena ibunya memanjakannya. Ibunya selalu memberinya semua yang dia inginkan.
Sedangkan Bawang Putih yang melakukan semua pekerjaan di rumah. Mencuci,
memasak, membersihkan rumah, dan semua pekerjaan dilakukan sendiri. Sementara
itu, Bawang Merah dan ibunya hanya menghabiskan waktu untuk diri mereka sendiri,
karena ketika mereka membutuhkan sesuatu, mereka bisa meminta Bawang Putih.

Bawang Putih tidak pernah mengeluh nasib buruk yang harus dia hadapi. Dia selalu
melayani ibu tiri dan saudara perempuannya dengan gembira. Suatu hari, Bawang Putih
sedang mencuci baju ibu dan saudara perempuannya di sungai. Bawang Putih tidak
menyadarinya ketika sepotong kain milik ibunya hanyut oleh sungai. Betapa sedihnya
dia, berpikir bahwa jika kain itu tidak dapat ditemukan, dia akan disalahkan, dan bukan
tidak mungkin dia akan dihukum dan diusir dari rumah.

Karena takut kain ibunya tidak bisa ditemukan, Bawang Putih terus mencari dan berjalan
di sepanjang sungai. Setiap kali dia melihat seseorang di tepi sungai, dia selalu bertanya
tentang pakaian ibunya yang hanyut oleh sungai, tetapi semua orang tidak tahu di mana
kain itu. Akhirnya Bawang Putih datang ke suatu tempat di mana sungai mengalir ke
sebuah gua. Anehnya, ada seorang wanita yang sangat tua di dalam gua. Bawang Putih
bertanya pada wanita tua itu jika dia tahu keberadaan kain milik ibunya.

Wanita itu tahu di mana kain itu, tetapi dia memberi syarat sebelum menyerahkannya
ke Bawang Putih. Syaratnya adalah dia harus bekerja membantu wanita tua itu. Bawang
Putih terbiasa bekerja keras sehingga pekerjaannya menyenangkan wanita tua itu. Saat
itu sore hari dan Bawang Putih sedang mengucapkan selamat tinggal kepada wanita tua
itu. Wanita itu menyerahkan kain itu padanya. Karena kebaikannya, wanita tua itu
menawarkannya hadiah labu . Ada dua di antaranya, yang satu lebih besar dari yang
lain. Bawang Putih diminta untuk memilih hadiah yang diinginkannya. Karena Bawang
Putih tidak serakah, maka dia memilih yang lebih kecil.

Setelah itu Bawang Merah kembali ke rumah. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat
marah karena Bawang Putih terlambat. Dia pun menceritkan apa yang terjadi. Ibu tirinya
masih marah karena Bawang Putih terlambat dan hanya membawa satu labu kecil, jadi
ibunya membanting labu itu ke tanah.
Prakk” dan labunya pecah, tapi aneh ternyata di labu ada perhiasan emas yang indah
dan berkilauan. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat terkejut. Mereka akan menjadi
sangat kya dengan perhiasan yang begitu banyak. Tapi mereka serakah, mereka malah
berteriak pada Bawang Putih dan membentak kenapa Bawang Putih tidak mengambil
labu yang besar. Dalam pikiran Bawang Merah dan Ibunya, jika labu yang lebih besar
diambil, mereka pasti mendapatkan lebih banyak perhiasan.

Untuk memenuhi keserakahan mereka, Bawang Merah mengikuti langkah-langkah yang


diceritakan oleh Bawang Putih. Dia rela menghanyutkan kain ibunya, berjalan di
sepanjang sungai, bertanya pada orang-orang dan akhirnya datang ke gua tempat
wanita tua itu tinggal. Namun, tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah menolak
perintah wanita tua itu untuk bekerja dan ia bahkan dengan arogan memerintahkan
wanita tua itu untuk memberinya labu yang lebih besar. Wanita tua itu memenuhi
permintaan Bawang Merah memberikan labu yang Besar untuk Bawang Merah.

Bawang Merah dengan senang hati membawa labu yang diberikan wanita tua itu, sambil
membayangkan berapa banyak perhiasan yang akan ia dapatkan. Sekembalinya ke
rumah, sang Ibu menyambut putri kesayangannya. Tidak lama setelah itu, labunya
dihancurkan ke tanah, tetapi alih-alih perhiasan, berbagai ular berbisa yang menakutkan
keluar dari dalam labu. Bawang Merah dan Ibunya akhirnya menyadari apa yang telah
mereka lakukan selama ini adalah salah dan meminta Bawang Putih untuk memaafkan
mereka.

Pesan moral dari Dongeng Cerita Bawang Putih Bawang Merah adalah jadilah anak
yang rajin maka orang lain akan menyukaimu. Selain itu ingatlah sifat serakah tidak kan
membuatmu bahagia, bahkan akan membaw kesusahan dimasa yang akan datang.

3. Legenda Si Lancang

Pada zaman dahulu, di daerah Kampar, hiduplah Si Lancang dengan ibunya. Mereka
sehari-hari hidup prihatin mengandalkan penghasilan yang minim sebagai buruh tani.
Keadaan ini membuat Si Lancang berpikir untuk memperbaiki nasib dengan pergi
merantau.

Pada suatu hari, Si Lancang berangkat ke negeri orang. Diceritakan, Si Lancang bekerja
keras bertahun-tahun lamanya. Segala perjuangannya tidak sia-sia, ia berhasil
menggapai cita-citanya menjadi orang kaya. Ia menjadi saudagar yang memiliki
berpuluh-puluh kapal dagang. Akan tetapi, ia lupa pada ibunya dan segala janji
manisnya dahulu.

Pada suatu hari, Si Lancang singgah di Kampar. Berita kedatangan Si Lancang terdengar
oleh ibunya. Ia mengira bahwa Si Lancang pulang untuk dirinya. Dengan memberanikan
diri, ia naik ke geladak kapal mewah Si Lancang. Si ibu langsung menghampiri Si Lancang
dan ketujuh istrinya. Betapa terkejutnya Si Lancang ketika menyaksikan bahwa
perempuan berpakaian compang camping itu adalah ibunya. Akan tetapi, harapan ibu Si
Lancang hanya tinggal harapan. Rasa malu dan marah pun tak dapat ia tahan. Ibunya
segera menghampirinya.Advertising

“Engkau Lancang, Anakku! Oh… betapa rindunya hati emak padamu.” Mendengar
sapaan itu, si Lancang begitu tega menepis pengakuan ibunya sambil berteriak.

“Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir
perempuan gila ini!”

Dengan perasaan hancur, ibunya pergi meninggalkan semua angan-angan tentang


anaknya. Luka hati seperti disayat sembilu. Setibanya di rumah, hilang sudah akal
sehatnya dan kasih sayangnya karena perlakuan buruk yang diterimanya. Ia mengambil
pusaka yang dimilikinya berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Diputarnya
lesung itu dan dikibas-kibaskan nyiru itu sambil berkata, “Ya Tuhanku… hukumlah si
anak durhaka itu.”

Tidak perlu waktu lama, Tuhan mengabulkan permintaan ibu tua renta itu. Dalam
sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut meluluh lantakkan kapal-kapal dagang
milik Si Lancang dan harta benda miliknya. Menurut cerita rakyat setempat, kain
sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar
Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Ogong. Tembikarnya
melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar
hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang. Hingga sekarang,
nama nama tempat itu masih ada dan dapat kita disaksikan.

Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Riau : Kisah Si Lancang adalah hendaknya kita
menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, terutama kepada ibu, karena itu adalah
kewajiban kita dan pasti akan mendapat pahala. Sebaliknya, menjadi anak durhaka
akan membawa malapetaka.
Sumber: https://dongengceritarakyat.com/

4. KELINCI PEMBOHONG
Di padang rumput nan hijau, hiduplah seekor kelinci yang sangat nakal, setiap hari
kerjaannya mengusili penghuni padang rumput. Pada suatu hari, si kelinci ketemu pak
kijang. Dalam hati kelinci berpikir “saya kerjain saja Pak Kijang, tapi bagaimana ya?” Si
kelinci berpikir keras dan tiba-tiba ide nakal sampai di kepalanya. “Saya pura-pura saja
lari Pak Kijang sambil berteriak ‘pak singa ngamuk'”.

Maka sambil larilah, Si Kelinci sambil berteriak “Pak Singa ngamuk! Pak Singa ngamuk!”,
akhirnya pak kijang sekeluarga lari tak beraturan, sampai anaknya Pak Kijang jatuh ke
jurang.

Puaslah hati Si Kelinci, berbahak-bahak dia, “kena saya kerjain Pak Kijang”. Begitu
bangganya Si Kelinci, “cerdas juga saya” Congkak si kelinci.

Si kelinci melanjutkan jalan-jalannya sambil mencari korban berikutnya. Dari kejauhan,


Si Kelinci melihat Pak Kerbau. Dia pun melakukan hal yang sama seperti pada Pak Kijang.
“Pak Singa ngamuk! Pak singa Ngamuk” teriak Si Kelinci, sambil berlari ke arah Pak
Kerbau sekeluarga.

Terang saja Pak Kerbau langsung lari terbirit-birit sampai istri Pak Kerbau yang lagi
hamil, keguguran. Duka Pak Kerbau jadi suka cita Si Kelinci.

Hari berikutnya Pak Kijang bertemu Pak Kerbau, mereka menceritakan kejadian yang
mereka alami kemarin. Selagi mereka asik membahas masalah yang menimpa keluarga
mereka yang disebabkan oleh Si Kelinci, tiba-tiba terdengarlah suara teriakan Si Kelinci
dari kejauhan, “Tolong, saya dikejar-kejar Pak Singa, Pak Singa ngamuk! Tolong, tolong,
tolooong!,” tapi tidak ada yang perduli, “ah, paling-paling Si Kelinci lagi-lagi
membohongin kita” pikir mereka.

Sekuat tenaga Si Kelinci menghindari kejaran Pak Singa, tapi apalah daya, Pak Singa lebih
cepat larinya, akhirnya Si Kelinci mati dikoyak-koyak Pak Singa dan tidak ada yang
perduli.

Hikmahnya adalah kita tidak boleh jadi pembohong. Kalau kita berbohong, kita tidak
akan bisa dipercaya.
5. Cerita Dongeng Itik Buruk Rupa

Di sebuah desa di dekat sungai, hiduplah keluarga bebek. Ada Pak Bebek, Ibu
Bebek, dan telur-telur bebek yang sedang dierami. Pak Bebek sangat senang
saat telur-telur yang telah dierami lbu Bebek menetas satu per satu.
“Kwekk… Kwekk… Kwekk…” bunyi anak-anak bebek yang telah menetas dari telur. Wah.
suasana rumah mereka menjadi amat ramai.

Pak Bebek dan Ibu Bebek sangat menyayangi bebek-bebek kecil yang baru menetas itu.
Namun sayang, telur bebek yang terakhir menetas ternyata berbeda dari saudara-
saudaranya.

“Ooorrkk…. Ooorrkk…” begitu bunyi anak bebek yang terakhir.

“Mengapa yang terakhir menetas sangat berbeda suaranya denganku?” tanya Pak
Bebek dengan penuh keheranan.

“Mungkin karena dia baru menetas, makanya jadi berbeda,” jawab Ibu Bebek.

Tetapi, perbedaannya terlalu mencolok. lbu Bebek dan Pak Bebek memiliki warna tubuh
kuning keemasan dan berparuh oranye. Sedangkan anak bebek yang terakhir ini
memiliki bulu yang hitam dan berparuh cokelat. Wajahnya pun tak secantik saudaranya.

Pak Bebek amat marah. Dia mengira bahwa anak bebek yang terakhir adalah bukan
anaknya. Karena kemarahannya itu, Pak Bebek pergi meninggalkan keluarganya. Semua
bebek kecil sedih dan menangis.

Ibu Bebek pun menjadi kesal. Saat menyusuri hutan, dia membiarkan bebek kecil buruk
rupa itu tertinggal jauh. Saudara-saudara bebek kecil pun terus mencerca si bebek kecil.
Bahkan, lbu Bebek tidak mau mengakui si bebek kecil buruk rupa sebagai anaknya.

Sungguh malang nasib bebek kecil buruk rupa itu. Dia tidak bisa berenang. Dia
ditinggalkan begitu saja oleh Ibu Bebek dan saudara-saudaranya. Hatinya amat sedih
dan setiap hari, dia menangis sendirian di tepi sungai.
Tiba-tiba, datang dua ekor bebek yang sama buruk rupanya dengan dirinya. Kedua
bebek buruk rupa itu mencoba menghibur bebek kecil yang sedari tadi menangis
sendirian.

Tak lama kemudian, datang induk dua bebek tersebut. Ia kebingungan mencari dua
anaknya yang tak kunjung pulang. Ketika menemukan anak-anaknya bersama bebek
kecil buruk rupa, ia menghampiri bebek kecil.

“Mengapa kamu menangis, Makhluk Manis?” tanya induk itu.

“Aku tertinggal sendirian di sini. Aku dibiarkan begitu saja oleh indukku, karena aku
amat buruk rupa. Aku berbeda dengan saudaraku yang cantik dan pandai berenang,”
jawab si bebek kecil sembari menangis tersedu-sedu.

“Wahai makhluk Tuhan yang manis, tenanglah. Kamu tak perlu bersedih dan berkecil
hati,” ucap si induk.

“Tetapi, aku tak punya siapa-siapa lagi sekarang,” ujar si bebek kecil.

“Aku yang akan merawatmu. Semua makhluk diciptakan berbeda. Ibumu dan saudara-
saudaramu tidak memiliki apa yang kamu punya. Begitu juga sebaliknya. Kamu tidak
memiliki apa yang mereka punya,” jawab si induk dengan penuh rasa sayang dan
kelembutan.

“Kamu lihat wajahmu di air sungai itu. Kamu sama seperti anak-anakku. Kamu bukan
anak bebek, melainkan anak itik. Saat ini memang rupamu terlihat kurang baik. Tetapi
percayalah, setelah kamu tumbuh besar nanti, kamu akan menjadi hewan yang cantik,”
jelas si induk yang ternyata adalah induk itik.

Ya, bebek kecil buruk rupa itu ternyat adalah seekor itik. Akhirnya, itik kecil
mendapatkan keluarga baru yang menyayanginya.

Pesan Moral jadilah anak yang penyayang kepada sesama makhluk. Maka, kamu juga
akan mendapatkan kasih sayang dari makhluk lain.
6. Serigala Berbulu Domba

Di suatu hari, terdengar suara aungan serigala di dalam hutan.

“Aauuuu! Auuuu!”

Rupanya serigala amat kelaparan, karena tidak ada seorang pun yang mau memberi
makan untuknya. Serigala menjadi sangat marah kepada seluruh penduduk di desa dan
kepada binatang-binatang lainnya.

Suatu hari, serigala menyusuri desa terpencil. Dia melihat ke kanan dan ke kiri, berharap
ada binatang yang bisa dimakan. Tak lama kemudian, serigala melihat banyak domba
sedang beristirahat di kandang. Dia pun mendekati kandang domba itu.

“Mbeek… Mbeek… Mbeek… ” teriak semua domba di dalam kandang.

Si Gembala segera menghampiri domba-dombanya itu. Melihat kedatangan Gembala,


serigala bergegas meninggalkan kandang domba tersebut. Serigala merasa kesal karena
tidak bisa memangsa domba-domba itu.

Keesokan harinya, saat serigala berjalan menyusuri desa, dia menemukan kulit domba
yang tergeletak di tepi jalan. Serigala pun mendapat ide. Ia segera mengambil kulit
domba itu dan memakainya. Ya! Ia akan menyamar menjadi domba.

“Kali ini, aku bisa menyusup masuk ke kandang domba itu dan menyantap mereka satu
per satu,” ujarnya di dalam hati.

Serigala bergegas kembali ke kandang domba. Pada hari pertama, dia memakan domba-
domba kecil milik si Gembala dengan mudah. Si Gembala belum menyadari bahwa ada
serigala berkulit domba yang masuk ke kandangnya.

Suatu ketika, si Gembala menghitung domba-dombanya. Dia terkejut saat mengetahui


dombanya telah berkurang.

“Wah, ke mana perginya domba-dombaku ini? Padahal aku selalu mengawasi domba-
domba ini setiap hari,” ucapnya di dalam hati.
Keesokan maIamnya, si Gembala sengaja bersembunyi di balik semak-semak. Tiba-tiba,
serigala berkulit domba datang dan langsung menyantap domba-domba kecil lagi.

Betapa marahnya si Gembala ketika menyaksikan kejadian tersebut. Ternyata selama ini
yang memakan domba miliknya adalah seekor serigala yang memakai kulit domba. Si
Gembala pun segera menangkap serigala dan menghukumnya.

Hukumannya adalah serigala dibiarkan di dalam kandang selama berhari-hari. Akhirnya,


serigala itu mati, karena tidak diberikan makanan sedikit pun oleh si Gembala.

Pesan moral: Serigala Berbulu Domba adalah hewan yang berbuat jahat pasti akan
mendapat balasan atas perbuatannya. Namun alangkah baikanya jika kita tidak
membalas hal yang buruk dengan keburukannya juga.
7. Burung Gagak dan Kendi Air

Pada suatu musim kemarau yang cukup panjang, para hewan sangat kesulitan untuk
mencari air. Salah satunya adalah seekor burung gagak. Burung gagak ini selalu di jauhi
teman-temanya. Selain karena warna bulunya yang aneh dan jelek, burung gagak ini
juga sering di ejek sebagi burung yang bodoh. Sebenarnya, burung gagak tak merasa
akan hal itu. Dia tetap menerima semua ejekan teman-temanya dengan hati yang
ikhlas.

Musim kemarau panjang semakin menjadi, hingga kekeringan terjadi di mana-mana.


Banyak sumber air yang telah mengering. Hingga membuat para hewan menjadi putus
asa. Pada suatu hari, para hewan memutuskan untuk pindah mencari tempat baru yang
memiliki sumber air yang masih mengalir. Mereka sengaja tidak memberi tahu burung
gagak karena mereka benci gagak. Akhirnya, pada suatu malam para hewan
berbondong-nondong pergi dengan diam-diam ketika si burung gagak tengah asik tidur
di sarangnya.

Pada ke esokan harinya, si burung gagak merasa bingung. Karena hanya tinggal dia
sendiri di tempat itu. Hewan-hewan yang lain tak ada di sana, dan dia tak tahu kemana
mereka pergi. Akhirnya dia memutuskan untuk terbang tidak tentu arah untuk mencari
teman-temanya.

Matahari yang panas menyengat dan rasa haus yang sangat menyiksa, membuat
burung gagak itu kelelahan dan memutuskan turun untuk berteduh di bawah sebuah
pohon. Rasa haus yang dirasakan semakin menjadi, hingga mendorongnya untuk
berusaha mencari air. Setelah lama dia berputar-putar mengitari tempat itu, dia tak
menemukan ada satu pun sumber air yang ada. Ketika dia hampir menyerah, burung
gagak itu menemukan sebuah kendi yang berisi air di dalamnya.

Tentu saja burung gagak merasa sangat senang sekali. Tapi masalah kembali muncul.
Leher kendi yang panjang dan sempit membuatnya tak bisa meminum air di dalam
kendi itu. Sebisa mungkin dia berusaha, tetap saja dia tak bisa menggapainya. Ingin di
tumpahkanya, tapi sebagian badan kendi itu tertanam di dalam tanah. Rasa putus asa
hampir saja menghampiri dirinya.

” Mungkin aku memang sebodoh yang di katakan teman-temanku”. Keluh burung


gagak itu. Tapi Tuhan selalu memberi jalan kepada hambanya yang bersabar.
Ketika burung gagak itu hampir putus asa karena merasa hampir mati karena ke
hausan, dia melihat kerikil di samping kendi itu. Lalu tiba-tiba muncul sebuah ide di
benaknya. Dia kemudian mengumpulkan banyak kerikil yang ada di sekitar tempat itu.
Kemudian dia memasukan satu persatu ke dalam kendi yang berisi air tersebut.

Lambat laun, kendi yang mulai terisi penuh dengan kerikil memaksa air yang ada di
dalamnya untuk naik ke atas dan keluar dari kendi. Segera saja si gagak meminum air
itu sepuasnya untuk menghilangkan dahaganya. Setelah dia rasa cukup, burung gagak
kemudian meneruskan perjalananya untuk mencari teman-temanya.

Usahanya tak sia-sia, dia menemukan teman-temanya yang telah pindah dan
menemukan sebuah mata air baru. Tentu saja mereka sangat terkejut dengan
kedatangan burung gagak itu. Bagaimana mungkin burung gagak yang bodoh itu
mampu bertahan bahkan dapat menemukan mereka. Karena rasa penasaran, mereka
bertanya pada burung gagak itu. Lalu si burung gagak mulai bercerita tentang semua
hal yang di alaminya.

Hal tersebut membuat para teman-teman hewanya menjadi sangat kagum. Mereka tak
mengira burung gagak yang selama ini mereka anggap sangat bodoh ternyata secerdas
itu. Mulai saat itu, mereka tak mengejek burung gagak itu lagi sebagai burung yang
bodoh. Bahkan mereka sangat menghormati burung gagak itu dan meminta maaf atas
semua kesalahan mereka. Dan burung gagak pun memaafkan mereka dengan senang
hati.

Pesan Moral dari Cerpen Binatang Terbaru – Dongeng Burung Gagak adalah ilmu sedikit
akan lebih balk jika kita dapat mengamalkan dan menggunakanya, daripada memiliki
ilmu yang banyak tapi kita menggunakanya hanya untuk pamer dan sombong kepada
sesama.

Sumber: https://dongengceritarakyat.com

Anda mungkin juga menyukai