Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anne Setia Andini

KElas : X.3
BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

Dikisahkan sebuah keluarga bahagia yang mempunyai anak perempuan yang cantik dan baik
bernama Bawang Putih. Suatu hari ibu jatuh sakit dan tak lama meninggal dunia. Bawang
Putih dan ayahnya sangat bersedih hati. Setelah beberapa lama, ayah Bawang Putih menikah
dengan janda yang mempunyai seorang anak bernama Bawang Merah.
Awalnya ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik kepada Bawang Putih. Namun, lama
kelamaan mereka berbuat jahat dan selalu menindas Bawang Putih ketika ayahnya tidak
berada di rumah karena bekerja. Lama berselang, ayahnya sakit dan meninggal dunia.
Bawang Putih sangat sedih tapi tetap harus tinggal bersama ibu dan saudari tirinya.
Suatu hari, ketika Bawang Putih mencuci semua baju kotor, tanpa sadar baju kesayangan ibu
tirinya hanyut terbawa arus sungai. Sesampainya di rumah, Bawang Putih menceritakan hal
ini kepada ibu tirinya. Ibu tiri sangat marah dan memerintahkan Bawang Putih segera
mencari baju tersebut sampai dapat.

Bawang putih kembali ke sungai dan menyusuri alirannya. Lalu ia bertemu dengan pemburu
yang sedang istirahat. Ia menanyakan sehelai baju yang hanyut. Pemburu tersebut
mengetahuinya dan menunjukkan arah baju yang hanyut.
Kembali Bawang Putih berjalan menuju arah yang ditunjuk si pemburu. Baju yang hanyut tak
kunjung ditemukan hingga Bawang Putih melihat rumah yang dihuni oleh seorang nenek. Ia
pun mengetuk pintu dan menanyakan baju ibu tirinya yang hanyut.
Ternyata, nenek tersebut menemukan baju tersebut ketika ia mengambil air di sungai. Karena
sudah malam, nenek meminta Bawang Putih menginap.
Selama tinggal di rumah nenek, Bawang Putih rajin membantu nenek dengan membersihkan
rumah. Oleh karena itu, sebelum Bawang Putih pulang nenek menawarkan dua buah labu
untuk dipilih sebagai hadiah dan dibawa pulang. Bawang Putih memilih labu yang kecil agar
mudah membawanya.

Setibanya di rumah Bawang Putih membelah labu pemberian sang nenek. Alangkah terkejut
ia, ternyata labu tersebut berisi emas permata yang sangat banyak. Ia menceritakan kejadian
itu kepada Bawang Merah dan ibu tirinya. Mendengar cerita Bawang Putih, ibu tirinya
langsung menyuruh Bawang Merah melakukan hal persis yang dilakukan Bawang Putih dan
berpesan agar Bawang Merah memilih labu yang sangat besar.Lalu Bawang Merah
melakukan hal sama dengan yang dilakukan Bawang Putih. Ia sengaja menghanyutkan
sehelai baju, kemudian mencarinya ke rumah nenek itu. Nenek pun meminta Bawang merah
tinggal di rumahnya. Berbeda dengan Bawang Putih, selama tinggal di rumah nenek Bawang
Merah sangat malas, tidak mau membantu pekerjaan nenek.
Setelah lima hari dengan kesal nenek menyuruhnya pulang. Sebelum pulang Bawang Merah
meminta labu seperti yang diberikan pada Bawang Putih. Bawang Merah memilih labu yang
besar lalu bergegas pulang tanpa berterima kasih pada nenek.
Setelah sampai di rumah, Bawang Merah dan ibunya meminta Bawang Putih untuk keluar
dari rumah karena mereka akan membelah labu yang diharapkan berisi emas permata.
Bawang Merah dan ibunya langsung membelah labu tersebut.
Ternyata yang keluar dari labu tersebut bukan emas permata melainkan kelabang,
kalajengking, dan ular berbisa. Binatang-binatang berbisa itu pun menyerang mereka hingga
meninggal. Meski hidup sebatang kara, Bawang Putih bahagia dikelilingi masyarakat yang
menyayanginya.

Unsur Intrinsik Cerita Bawang Merah Bawang Putih


1. Tema
Tema dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih adalah kecemburuan terhadap saudara
dan kebaikan yang berbuah keberuntungan. Dikisahkan Bawang Putih adalah gadis baik
hati yang suka menolong, sehingga ia mendapat keberuntungan atas kebaikannya.
Berbeda dengan Bawang Merah beserta ibunya yang semena-mena dan serakah.
2. Tokoh
a. Ayah Bawang Putih: Ayah yang baik, memiliki satu anak perempuan. Istrinya
meninggal karena sakit sehingga ia yang mengasuh Bawang Putih. Ia kemudian
menikah lagi dengan seorang janda anak satu.
b. Bawang Putih: Tokoh utama protagonis. Memiliki waktak yang baik, sopan, patuh,
dan rajin. Ibunya sudah meninggal sehingga ia berada dalam asuhan sang ayah.
c. Bawang Merah. Tokoh utama antagonis. Ia selalu dimanja ibunya, malas, dan suka
menyuruh-nyuruh. Bawang Merah iri dengan keberuntungan Bawang Putih yang
mendapatkan emas permata dalam labu.
d. Ibu Tiri: Ibu tiri yang galak dan selalu menyuruh Bawang Putih melakukan semua
pekerjaan rumah. Ibu Bawang Merah juga iri dengan keberuntungan Bawang Putih
yang mendapatkan labu berisi emas permata.
e. Paman Pemburu. Pria yang ditanya Bawang Putih tentang baju ibu tirinya yang
hanyut. Ia jujur dan bersedia membantu.
f. Nenek: Wanita tua yang menemukan baju ibu tiri Bawang Putih. Ia menguji Bawang
Putih dengan menyuruhnya membersihkan rumah selama beberapa hari lalu memberi
imbalan berupa labu yang ternyata berisi emas permata.
3. Alur
Cerita Bawang Merah Bawang Putih menggunakan alur maju. Dimulai dengan kisah
keluarga bahagia dengan anak perempuan yang cantik dan baik, bernama Bawang Putih.
Ibu Bawang Putih sakit lalu meninggal, ayah Bawang Putih menikah dengan seorang
janda beranak satu yang ternyata berwatak jahat.
Klimaks cerita terjadi saat Bawang Putih membelah labu pemberian nenek di rumah dan
ternyata labu tersebut berisi emas dan berlian.
Sedangkan oeleraian peristiwa terlihat ketika ibu dan saudara tiri Bawang Putih merasa iri
dan menyuruh Bawang Merah melakukan apa yang diperbuat Bawang Putih.
Cerita ditutup dengan peristiwa Bawang Merah dan ibu tiri yang membelah labu berisi
serangga dan ular berbisa yang menyerang mereka. Bawang Putih hidup akhirnya hidup
bahagia dikelilingi masyarakat yang menyayanginya.
4. Latar
a. Latar tempat:
Secara umum latar tempat utama pada cerita Bawang Merah Bawang Putih adalah di
suatu daerah di Riau.
Di sungai, ketika Bawang Putih diperintah ibu tirinya mencuci baju kotor.
Di hutan, ketika Bawang Putih bertemu paman pemburu dan nenek yang menemukan
baju ibu tirinya.
b. Latar Waktu
Pagi hari: ketika Bawang Putih mencuci baju di sungai.
Malam hari: saat Bawang Putih mencari baju ibu tirinya yang hanyut hingga malam
hari di hutan dan menginap di rumah seorang nenek.

5. Amanat
Hendaknya bersikap baik, menyayangi keluarga, rajin bekerja, dan membantu sesama atau
orang yang membutuhkan. Hidup sederhana, tidak bersikap serakah, dan iri dengki kepada
orang lain karena manusia mempunyai takdir dan keberuntungan masing-masing.

Unsur Ekstrinsik Cerita Bawang Merah Bawang Putih


1. Nilai Moral : bawang putih memiliki sifat yang baik, tulus. sedangkan bawang merah
memiliki sifat yg jahat, kejam.
2. Nilai sosial : bawang putih menolong nenek tua dengan ikhlas, bawang merah menolong
dengan meminta imbalan
Nama : Khaila Nur Fadila
Kelas : X.3

TIMUN MAS

Dahulu kala di Jawa Tengah hidup seorang janda yang sudah tua dan belum dikaruniai
keturunan. Suatu hari ia bertemu raksasa di hutan. Raksasa itu memberi biji mentimun
kepada Mbok rondo. Nantinya dari timun tersebut akan muncul seorang anak perempuan.
Jika si anak berusia enam tahun, raksasa akan datang memakannya. Mbok Rondo kemudian
pulang dan menanam benih timun di halaman belakang. Dua minggu kemudian, tanaman itu
sudah berbuah. Ada satu buah yang sangat besar dengan warna kekuningan.

Mbok rondo memetik buah yang paling besar itu kemudian membelahnya dengan hati-hati. Ia
terkejut karena di dalamnya ada seorang bayi perempuan yang cantik. Mbok Rondo
kemudian memberinya nama Timun Mas dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Tahun demi tahun pun berganti. Suatu hari Mbok Rondo mendengar suara gaib dalam
mimpinya. “Hai Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada
seorang pertapa di bukit Gandul.”
Karena tidak ingin Timun Mas jadi santapan raksasa, Mbok rondo segera menemui pertapa.
Sang pertapa memberikan empat bungkusan yang isinya biji timun, jarum, garam, dan terasi.
Ia menjelaskan khasiat benda-benda itu kepada Mbok rondo.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan pemberian pertapa itu kepada Timun Mas. Esok
harinya raksasa datang. Mbok rondo segera menyerahkan bungkusan yang diberi pertapa
kepada Timun Mas dan menyuruhnya untuk kabur lewat pintu belakang.

Mbok Rondo mengatakan kepada raksasa bahwa Timun Mas sudah pergi. Raksasa segera
mengejar Timun Mas. Karena terus-terusan berlari, Timun Mas mulai kelelahan.
Ia menaburkan biji mentimun pemberian sang pertapa di sekitarnya. Ajaibnya mentimun itu
langsung tumbuh dengan lebat. Raksasa berhenti ketika melihat buah mentimun yang besar-
besar. Ia pun melahapnya.
Setelah kenyang, raksasa itu kembali mengejar Timun Mas. Pada saat yang bersamaan,
Timun Mas menaburkan jarum ke tanah. Jarum-jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang
lebat. Raksasa berusaha menembusnya, namun tubuhnya terasa sakit karena tergores dan
tertusuk bambu.
Ketika melewati hutan bambu, ia terus mengejar Timun Mas. Timun Mas segera membuka
bungkusan garam. Seketika butiran garam itu berubah menjadi lautan. Namun raksasa terus
mengejarnya.

Timun Emas melemparkan isi bungkusan yang terakhir, yaitu terasi. Tiba-tiba terbentuklah
lautan lumpur yang mendidih. Raksasa pun terjebak dalam lumpur dan tubuhnya pelan-pelan
tenggelam ke dasar. Timun Mas segera pulang ke rumah untuk menemui sang ibu yang telah
menunggunya. Mbok rondo dan Timun Mas pun hidup bahagia.
Unsur Intrinsik Cerita Timun Mas
1. Tema
Tema cerita Timun Mas adalah keberanian dan perjuangan.
2. Amanat
a. Kita harus berani dalam menghadapi kejahatan dan permasalahan di sekitar, seperti
Timun Mas yang melawan raksasa untuk menyelamatkan hidupnya.
b. Hendaknya berharap dan meminta segala sesuatu hanya kepada Tuhan.
c. Apabila berjanji harus ditepati. Bila tidak sanggup, sebaiknya tidak membuat janji.

3. Tokoh dan Penokohan


a. Timun Mas: Timun Mas merupakan tokoh utama yang memiliki sifat berani dan
pantang menyerah.
b. Mbok Rondo: Penyayang dan pantang menyerah.
c. Raksasa: Tokoh jahat yang rakus.
d. Pertapa: Sosok yang bijak dan gemar membantu.

4. Alur
Maju, diceritakan secara runtut dari awal hingga akhir.

5. Gaya Bahasa (Majas) :


Hiperbola : Raksasa merasakan lapar yang amat sangat
Personifikasi : Batang timun melilit raksasa

Unsur Ekstrinsik :

1. Budaya serta nilai-bilai yang dianut :Budaya Jawa


2. Tingkat pendidikan : Tidak terlalu tinggi, karena mengandung bahasa-bahasa yang mudah
dimengerti
3. Kondisi sosial di masyarakat : Individual
4. Agama dan keyakinan : Percaya kepada hal-hal ghaib

5. Biasanya unsur ekstrinsik berkaitan dengan pengarang dan tergantung subjektivitas


penulis.

Anda mungkin juga menyukai