Anda di halaman 1dari 5

Dongeng Cerita Rakyat Jawa Tengah :

Timun Mas
Alkisah, ada seorang janda yang tidak mempunyai anak bernama Mbok Srini. Saat
pergi ke hutan, ia didatangi raksasa yang memberinya biji timun. Raksasa tersebut
mengatakan kalau ia akan mempunyai anak lewat biji timun tersebut.

Mbok Srini pulang dan menanam biji timun itu. Setelah beberapa waktu, tanaman
timunnya hanya berbuah satu, warnanya emas. Ia membelah buah tersebut dan kaget
karena isinya bayi perempuan. Anak itu diberi nama Timun Mas.

Singkat cerita, Timun Mas sudah dewasa. Suatu malam, Mbok Srini bermimpi didatangi
raksasa. Raksasa tersebut akan menjemput Timun Mas seminggu lagi. Mbok Srini
takut, lalu menemui petapa sakti. Petapa itu memberikan empat bungkusan kecil,
berisi biji timun, jarum, garam, dan terasi.

Cerita Legenda Timun Mas dari Jawa Tengah

Pada hari yang ditentukan, Mbok Srini meminta Timun Mas pergi. Raksasa pun
mengejarnya. Timun Mas membuka bungkusan pertama, seketika sekelilingnya
menjadi ladang timun dan menghambat sang Raksasa. Begitu akan tertangkap lagi,
Timun Mas membuka bungkusan kedua. Dalam sekejap, sekelilingnya menjadi
rerimbunan pohon bambu yang runcing. Raksasa terus mengejar meski terluka. Timun
Mas membuka bungkusan ketiga. Daerah sekitarnya menjadi lautan luas. Namun,
raksasa itu bisa melewatinya. Dengan ketakutan, Timun Mas melempar bungkusan
terakhir. Sekelilingnya berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Raksasa pun
tercebur dan tewas. Selamatlah Timun Mas. Ia menemui ibunya dan mereka hidup
bahagia.
Cerita Rakyat Nusantara : Legenda Batu Menangis
Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin
bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia
selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama
dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.

Cerita Rakyat Legenda Nusantara Batu Menangis


Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti.
Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang
meskipun sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.
Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah
mereka sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat
putrinya kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang
sangat bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi
kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan,
berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.
Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada
satu orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata
tertuju kepada kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang
menghampirinya dan memandang wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat
penasaran, siapa perempuan tua di belakangnya tersebut.
‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’
Jawabnya dengan sinis.
Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya
hal yang sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya
sendiri di perlakukan sebagai seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari
Putri kandungnya sendiri. Namun,  mendengar berulang kali dan jawabannya itu
sangat menyakkitkan hatinya,  tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan
sambil meneteskan air mata.
‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.
Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa.  Melihat hal aneh yang di
lakukan ibunya, sang anak merasa kebingungan.
‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.
Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya
sendiri.
‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa
mendidik putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah
anak durhaka ini.’’ Doa sang Ibu.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun.  Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah
menjadi batu dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon
ampun kepada ibunya. Ia merasa ketakutan.
‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan
menjadi anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat.
Hukuman itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu.
Gadis durhaka itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum
kepalanya menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang
yang berada di sana menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah
menjadi batu.
Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih
menitihkan air mata seperti sedang menangis. Oleh karena itu,  masyarakat
tersebut menyebutnya dengan Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih
ada sampai sekarang.

Cerita Rakyat Bawang Merah Dan Bawang Putih

Alkisah pada sebuah kampung, hidup seorang janda yang mana memiliki dua orang anak yang
masih gadis dan cantik, namanya sendiri adalah Bawang Merah dan juga Bawang Putih.

Ayah kandung dari Bawang Putih sendiri memang sudah lama meninggal dunia. Dan Bawang
Merah serta Bawang putih memiliki sifat dan juga perangai yang sangat bertolak belakang.

Bawang Putih merupakan seorang gadis yang memiliki sifat sederhana, rendah hati, rajin, baik
hati, tekun dan juga jujur. Sedangkan Bawang Merah memiliki sifat yang malas, suka bermewah
– mewah, pedengki, sombong dan tamak.

Sifat dari Bawang Merah tersebut juga semakin menjadi karena memang sang ibu yang selalu
memanjakannya. Ibu dari Bawang Merah sendiri selalu memenuhi semua kebutuhan dan
permintaan dari Bawang Merah. Bahkan untuk semua pekerjaan rumah dilimpahkan dan
dikerjakan oleh Bawang Putih.

Mulai dari memasak, mencuci pakaian, bersih – bersih rumah dan semua pekerjaan lainnya
menjadi tanggung jawab Bawang Putih, sedangkan Bawang Merah dan ibunya selalu bermalas –
malasan dan selalu berdandan dan jika mereka membutuhkan sesuatu hanya tingga menyuruh
Bawang Putih.

Bawang Putih sendiri juga tidak pernah mengeluh akan nasib buruknya tersebut, dirinya selalu
siap dalam melayani ibu tiri dan saudari tirinya dengan perasaan senang dan ikhlas.
Di suatu hari, Bawang Putih sedang mencuci pakaian milik ibu dan saudari titinya naun
selendang milik ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Dirinya sangat takut dan juga sedih
karena jika ketahuan oleh ibu tirinya, maka akan dimarahi dan disalahkan bahkan bisa saja diusir
dari rumah. Bawang Pu

tih khawatir akan hal tersebut sehingga Bawang Putih menyusuri sepanjang sungai yang
memiliki arus deras tersebut untuk mencari selendang milik ibu tirinya tersebut.

Namun setiap kali bertemu dengan seseorang yang ada di sungai tersebut, dirinya selalu
menanyakan apakah mereka melihat selendang tersebut atau tidak, tetapi sayangnya tidak
seorangpun melihat dimana selendang tersebut hanyut.

Sampai pada akhirnya Bawang Putih sampai di bagian sungai yang mana mengalir ke dalam
sebuah gua. Dirinya sangat terkejut saat ada seorang nenek tua yang tinggal di gua tersebut. Dan
Bawang Putihpun menanyakan selendang tersebut, nenek tersebut mengetahuinya tetapi
mengajukan persyaratan terlebih dahulu.

Dan persyaratannya adalah Bawang Putih harus membantu pekerjaan dari nenek tua tersebut.
Dan karena sudah terbiasa, maka Bawang Putih membantu nenek tersebut sepenuh hati mulai
dari merapikan dan membersihkan gua sampai dengan memasak. Nenek tua tersebut sangat puas
dengan hasil dari pekerjaan Bawang Putih.

Baca Juga:  Legenda Sangkuriang dan Asal Usul Tangkuban Perahu


Pada sore hari, Bawang Putih pamit kepada nenek tersebut, kemudian nenek itu mengembalikan
selendang milik ibu tiri Bawang Putih yang tadinya hanyut sembari menawarkan dua buah labu
sebagai hadiah atas pekerjaannya.

Dua buah labu tersebut memiliki ukuran yang berbeda, yang satu besar dan yang satu lagi kecil,
karena Bawang Putih memang tidak tamak dan serakah, maka dirinya memilih labu yang kecil.
Pada saat kembali ke rumah, ibu dan saudari tirinya sangat marah karena Bawang Putih pulang
terlambat.

Namun Bawang Putih menceritakan kejadian sebenarnya yang dialaminya namun tetap saja
marah karena hanya membawa satu buah labu yang kecil.

Setelah itu labu tersebut dibanting oleh ibu tiri tersebut, setelah pecah, di dalam labu tersebut
terdapat perhiasan, permata, emas dan juga intan. Alangkah terkejutnya mereka, karena Bawang
Putih membawa labu yang kecil maka dimarahilah Bawang Putih.

Karena ibu dan saudari tirinya memiliki sifat yang tamak dan serakah, maka Bawang Merah juga
berusaha untuk mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh Bawang putih. dirinya menghanyutkan
selendang milik ibunya secara sengaja dan berjalan mengikuti arus sungai tersebut sembari
bertanya kepada beberapa orang yang ada di situ.

Namun tidak seperti Bawang Putih yang ramah dalam bertanya, Bawang Merah bertanya dengan
nada kasar dan sombong. Pada akhirnya Bawang Merah sampai ke sebuah gua tempat tinggal
nenek tersebut, dan tidak seperti Bawang Putih yang membantu pekerjaan nenek, dengan
sombongnya Bawang Merah meminta labu yang berukuran besar serta malas dan menolak untuk
membantu pekerjaan nenek tersebut.

Meskipun demikian nenek tersebut tetap memberikan labu besar tersebut dan dengan gembira,
Bawang Merah pulang dengan membawa labu besar sembari membayangkan betapa banyaknya
perhiasan yang ada di dalam labu tersebut.

Dan ibunya juga sudah tak sabar membuka labu tersebut, sesampainya Bawang Merah di rumah,
maka segeralah labu tersebut dipecahkan dan apa yang terjadi? Bukan setumpuk perhiasan yang
ada di dalam labu tersebut, melainkan ular dan juga hewan berbisa lainnya, mereka ketakutan
dan lari.
Pada akhirnya Bawang Merah dan ibunya menyadari serta menyesali perbuatan buruk yang
diberikan kepada Bawang Putih serta meminta maaf. Sedangkan Bawang Putihpun dengan baik
hati memaafkan mereka berdua.

Pesan Moral Cerita


Cerita ini menyimpan pesan moral bagi pembacanya yaitu setiap orang yang berbuat kasar serta
serakah akan mendapatkan balasan yang setimpal. Karena sifat kasar dan juga serakah sangat
tidak baik untuk dilakukan.

Selain itu juga mengajarkan seseorang untuk selalu jujur, rendah hati dan selalu sabar dalam
menghadapi setiap masalah.

Anda mungkin juga menyukai