Anda di halaman 1dari 12

REVISI TTS

EVALUASI CERITA FIKSI

Kak tolong tambahkan 1 menu lagi di dalamnya langsung


Teka teki silang seperti dibawah ini
MENDATAR :
1. Sikap yang harus di contoh pada tokoh Bawang Putih yaitu
(SABAR)
2. Sikap yang seharusnya dilakukan oleh Putri Telaga Warna
(MENGHARGAI)
3. Hal yang seharusnya dilakukan Toba kepada istrinya yaitu
(MENEPATIJANJI)
4. Sikap yang harus di tiru pada Semut dalam cerita Gajah dan
Semut yaitu (BERKERJASAMA)
MENURUN :
1. Sifat yang tidak baik di contoh dalam cerita Kura-kura dan
Kelinci yaitu (SOMBONG)
2. Sikap yang seharusnya dilakukan Malin kepada ibunya
yaitu (HORMATI)
3. Hal baik apa yang dilakukan Timun Mas kepada Mbok
Rondo (BERKORBAN)
PERTANYAAN YANG DI REVISI
TIMUN MAS
MENDATAR :
3. Paras yang dimiliki Timun Mas yaitu

MALIN KUNDANG
MENDATAR :
3. Hal yang terjadi setelah Malin dikutuk

DANAU TOBA
MENDATAR
2. Paras yang dimiliki Ikan Ajaib yaitu
MENURUN
3. Apa yang ditemukan oleh petani

TELAGA WARNA
MENDATAR :
2. Bagaimana sikap putri sejak kecil
3. Hadiah apa yang diberikan Raja kepada Putri

GAJAH DAN SEMUT


MENURUN :
2. Berapa banyak jumlah semut yang menyerang gajah

Kak tolong ganti background dari cerita dibawah ini karena


gambarnya ngeblur gambarnya sesuaikan saja kak sama ceritanya
• BAWANG PUTIH BAWANG MERAH
• GAJAH DAN SEMUT

Cerita yang belum tuntas


• BAWANG MERAH PUTIH
• MALIN KUNDANG
• TIMUN MAS
• ASAL USUL DANAU TOBA
CERITA LENGKAPNYA DIBAWAH
Bawang Putih Bawang Merah

Alkisah, pada dahulu kala di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang ayah dan
anak perempuannya. Anak perempuan itu bernama Bawang Putih. Dia tidak hanya
memiliki paras yang cantik, tetapi juga hati dan sikap yang sangat baik.
Kehidupan Bawang Putih mulai berubah ketika ayahnya memutuskan untuk menikahi
seorang wanita yang telah memiliki anak bernama Bawang Merah. Seolah bertolak
belakang dengan Bawang Putih, Bawang Merah merupakan anak perempuan yang
tidak sopan, gampang marah, dan selalu bersikap jahat kepada Bawang Putih. Begitu
pula, sang ibu tiri. Ia selalu bersikap pilih kasih dan lebih menyayangi Bawang Merah.
Meskipun begitu, Bawang Putih tidak pernah membenci ibu dan saudara tirinya. Dia
selalu bersikap baik dan mematuhi segala perintah mereka.
di suatu hari, Bawang Putih menghadapi masalah besar karena ia menghayutkan
salah satu baju milik ibu tirinya ketika mencuci pakaian di pinggir sungai. Bawang
Putih menyusuri setiap sisi sungai untuk menemukan keberadaan baju ibu tirinya itu.
Bawang Putih takut, jika ia tidak menemukannya, ibu tirinya pasti akan sangat marah.
Pencarian tersebut berakhir ketika Bawang Putih menemukan seorang wanita tua
yang berhasil menyelamatkan baju itu sehingga tidak hanyut bersama arus sungai.
Namun, wanita tua itu memberikan syarat kepada Bawang Putih agar membantu
pekerjaannya.
Dengan senang hati, Bawang Putih membantu seluruh pekerjaan wanita tua itu.
Bawang Putih berterima kasih karena wanita tua telah menyelamatkan baju milik ibu
tirinya. Sebelum pulang ke rumah, Bawang Putih ditawari labu oleh wanita tua itu.
Bawang Putih diharuskan untuk memilih di antara labu berukuran besar dan labu
berukuran kecil. Tidak perlu berpikir lama, Bawang Putih memilih labu berukuran kecil.
Sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya Bawang Putih saat membelah buah labu
pemberian wanita tua. Ternyata, buah labu kecil itu berisikan emas dan perhiasan
yang berkilau-kilau. Ibu tiri dan Bawang Merah ikut terkejut melihat Bawang Putih bisa
mendapatkan labu berisi emas dan perhiasan. Mereka menyuruh Bawang Putih untuk
menceritakan cara ia mendapatkan labu ajaib itu.
Pada keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang persis sama dengan
cerita dari Bawang Putih. Akan tetapi, ketika ditawarkan labu oleh wanita tua itu,
Bawang Merah memilih labu berukuran besar.
Di perjalanan pulang, Bawang Merah sangat bahagia. Dia membayangkan bahwa
labu berukuran besar itu berisikan emas dan perhiasan yang jauh lebih banyak
daripada milik Bawang Putih.
Ibu tiri menyambut dengan tidak kalah bahagia Bawang Merah yang telah sampai di
rumah. Mereka berdua sangat bersemangat untuk mebelah buah labu itu. Namun,
selanjutnya hal yang tidak terduga terjadi. Bukannya berisi emas dan perhiasan yang
lebih banyak, labu berukuran besar yang dipilih oleh Bawang Merah ternyata berisikan
ular-ular berbisa.
Ibu tiri dan Bawang Merah berteriak ketakutan. Bawang Putih segera membantu
mereka mengusir ular-ular berbisa itu. Setelah ular-ular berbisa itu pergi dari rumah
mereka, Bawang Putih dengan tulus memberikan emas dan perhiasan yang ia
temukan di dalam buah labu kecil.
Atas kebaikan Bawang Putih serta kejadian buruk yang menimpa mereka, Ibu Tiri dan
Bawang Merah meminta maaf kepada Bawang Putih. Keduanya akhirnya menyadari
kesalahan mereka dan berjanji tidak akan bersikap jahat lagi kepada Bawang Putih.
MALIN KUNDANG
Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak
kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus
berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa
bahagia karena Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin
akan selalu menemani ibunya bekerja menjual ikan.
Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk
menggantikan ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat
banyak teman sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota.
“Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang
untuk Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra
kesayangannya itu.
“Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang
menimpamu jika merantau ke kota.”
Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati
yang gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau.
“Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin
dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk
mengantarkan kepergian Malin.
Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun,
ibunya hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar
dari salah satu anak temannya yang juga merantau di kota seberang.
“Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan
kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota
seberang.
“Tidak, Malin pasti akan kembali.”
Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai
Air Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan
istrinya itu. Di dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika
ia harus mengenalkan ibunya kepada istrinya.
Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan
ikan melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu
bergegas berlari dan memeluk tubuh Malin.
“Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin.
“Malin, ini aku, ibumu.”
“Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau
anak bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin
yang terungkap.
“Tidak, dia bukan ibuku!”
Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk
meninggalkan pantai.
Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada Tuhan dan
menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu.
Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar.
Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada ibunya.
“Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!”
Teriakan Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing
oleh ombak hingga karam dan terpecah.
Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak
kepingan kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu
berbentuk manusia tengah bersujud.
Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia kutuk menjadi batu.
Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya.
TIMUN MAS
Kisah bermula pada zaman dahulu, hidup seorang janda tua yang tinggal sebatang
kara pada sebuah desa setelah suaminya meninggal. Ia bernama Mbok Rondo.
Karena kesepian, ia sangat mendambakan kehadiran seorang anak di hidupnya. Tak
henti-henti Mbok Rondo berdoa agar dapat diberikan seorang anak.
Hingga suatu ketika, ia bertemu dengan raksasa yang dapat mengabulkan
permohonan Mbok Rondo untuk memiliki anak. Namun dengan syarat, ketika anak itu
berusia 6 tahun, anak itu harus diserahkan kembali pada raksasa yang ingin
menjadikannya sebagai santapan.
Mbok Rondo pun menyetujui hal tersebut karena keinginannya begitu besar untuk
memiliki anak. Raksasa tersebut kemudian memberinya biji mentimun agar ditanam
dan dirawat.
Siapa sangka, beberapa waktu kemudian, buah ketimun yang ditanamnya tumbuh
sangat besar dan berkilau seperti emas. Perlahan, Mbok Rondo membelahnya, dan
betapa terkejutnya ia saat mengetahui isi mentimun tersebut adalah seorang bayi
cantik.
Rasa bahagia menyelimuti hati Mbok Rondo, yang kemudian memberi nama bayi
tersebut sebagai Timun Mas. Waktu berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis cantik
nan jelita, juga anak yang penurut dan sangat disayangi Mbok Rondo.
Suatu hari, raksasa datang menagih janjinya. Di tengah ketakutan, Mbok Rondo
berhasil mengulur waktu dengan meminta kepada raksasa untuk datang dua tahun
lagi, saat usia Timun Mas 17 tahun.
Mbok Rondo mengatakan, saat ini Timun Mas masih sangat kecil dan dagingnya tidak
akan enak untuk disantap. Raksasa pun menyetujuinya karena berpikir hal yang
serupa.
Tak terasa, waktu semakin dekat menuju Timun Mas berusia 17 tahun. Suatu hari
Mbok Rondo mendengar suara gaib dalam mimpinya. “Hai Mbok Rondo, kalau kau
ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada seorang pertapa di bukit Gandul.”
Karena tidak ingin Timun Mas jadi santapan raksasa, Mbok Rondo segera menemui
pertapa. Sang pertapa memberikan empat bungkusan yang isinya biji timun, jarum,
garam, dan terasi. Ia menjelaskan khasiat benda-benda itu kepada Mbok rondo.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan rahasianya selama ini kepada Timun Mas. Ia
juga memberikan pemberian pertapa itu kepada anak tercintanya itu.
Keesokan harinya, raksasa datang untuk menagih janji Mbok Rondo. Mbok rondo
segera menyerahkan bungkusan yang diberi pertapa kepada Timun Mas dan
menyuruhnya kabur lewat pintu belakang.
Raksasa yang mengetahui Timun Mas kabur, akhirnya mengejar gadis tersebut.
Dalam pelariannya, ia menebar biji mentimun di hutan. Ajaib, biji mentimun berubah
menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Raksasa pun langsung melahap buah-buah tersebut yang menambah tenaganya.
Berhasil melewatinya, raksasa kembali mengejar Timun Mas. Di saat bersamaan,
Timun menyebarkan jarum di atas tanah. Jarum-jarum itu berubah menjadi hutan
bambu yang lebat.
Raksasa berusaha menembusnya, meski harus melukai tubuhnya karena tergores
dan tertusuk bambu. Berhasil melewati hutan bambu, ia terus mengejar Timun Mas.
Timun Mas segera membuka bungkusan garam. Seketika butiran garam itu berubah
menjadi lautan.
Namun, lagi-lagi raksasa mampu melewatinya dan terus mengejar Timun Mas. Hingga
tersisa satu bungkusan terakhir yang berisi terasi. Timun Mas segera membukanya
dan seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih.
Raksasa pun terjebak dalam lumpur dan tubuhnya perlahan tenggelam. Timun Mas
pun merasa lega karena raksasa tersebut akhirnya sirna dan ia bisa kembali ke rumah
untuk menemani sang ibu.
Akhirnya, Timun sampai ke rumah dengan selamat, dan hidup bahagia dengan Mbok
Rondo.
ASAL-USUL DANAU TOBA
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Toba. Ia merupakan yatim piatu yang
hidup sebatang kara. Pekerjaan sehari-hari dari Toba adalah memancing atau bekerja
di ladang.
Suatu hari, Toba memutuskan untuk memancing di sungai untuk dijadikan sebagai
lauk. Beruntungnya, mata kail yang dilemparkan berhasil menangkap seekor ikan
besar.
Ikan tersebut menarik perhatian Toba karena ukuran serta bentuknya yang berbeda
dari ikan-ikan lainnya. Warna ikan itu adalah kekuningan dan sisik-sisiknya kuning
keemasan. Toba semakin terkejut ketika melihat ikan tersebut berubah menjadi
seorang perempuan yang cantik jelita.
"Tuan, aku adalah kutukan Dewa karena telah melanggar larangan besarnya. Telah
ditakdirkan kepadaku, bahwa aku akan berubah bentuk menyerupai makhluk apa saja
yang memegang atau menyentuhku. Karena tuan telah memegangku, maka akupun
berubah menjadi manusia seperti Tuan ini," ungkap perempuan tersebut.
Toba akhirnya membawa perempuan tersebut ke rumah dan karena kecantikan yang
dimiliki oleh perempuan itu, Toba meminta izin untuk menikahinya. Perempuan itu
lantas menyetujui tetapi dengan beberapa syarat.
"Permintaanku hanya satu, hendaklah tuan menutup rapat-rapat rahasiaku. Jangan
sekali-kali tuan menyebutkan jika aku berasal dari ikan. Jika tuan menyatakan
kesediaan tuan untuk menjaga rahasia ini, aku bersedia menjadi istri Tuan," jelas
perempuan tersebut.
Toba pun menyetujuinya dan mereka pun menikah. Pernikahan tersebut berjalan
sesuai dengan harapan. Keduanya hidup dalam kebahagiaan dan juga
kesederhanaan hingga akhirnya mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama
Samosir.
Samosir tumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian cukup nakal dan sulit untuk
dimintai tolong. Bahkan Samosir hanya ingin tidur-tiduran saja di rumah tanpa
membantu siapa pun.
Tidak hanya itu, Samosir memiliki nafsu makan yang tinggi dan membuat Toba harus
mencari lauk pauk yang lebih dari biasanya. Suatu hari, sang ibu meminta tolong
kepada Samosir untuk mengantarkan makanan kepada Toba yang ada di ladang.
Meski malas, Samosir akhirnya mengiyakan permintaan ibunya dan berjalan menuju
ladang. Sayangnya, baru sampai setengah perjalanan, Samosir merasa lapar dan
memutuskan untuk memakan setengah bekal yang diberikan sang ibu untuk ayahnya.
Mengetahui bahwa makanannya hanya setengah saja, Toba marah dan membentak
Samosir. Toba bahkan tidak sengaja mengatakan kepada Samosir bahwa ia adalah
anak dari seekor ikan.
Mendengar hal ini, Samosir pergi ke ibunya dan mengadukan apa yang telah
dikatakan Toba. Apa yang diceritakan Samosir membuat sang ibu marah kepada
suaminya, Toba, yang telah melanggar janji.
Tidak lama setelah itu, Samosir dan ibunya menghilang dan tanah yang sebelumnya
dipijak oleh mereka mengeluarkan air yang begitu banyak. Air tersebut dalam sekejap
membuat seluruh daratan yang ada di sekitarnya dipenuhi dengan air dan membentuk
sebuah danau.
Kini, danau tersebut dikenal sebagai Danau Toba dan pulau yang ada di tengahnya
adalah Pulau Samosir.

Anda mungkin juga menyukai