Ini adalah kisah tentang seorang gadis cantik yang memiliki perilaku buruk meskipun
memiliki penampilan yang menarik. Dia adalah anak dari seorang ibu tunggal yang bekerja
keras. Suatu hari, ibunya mengajaknya pergi ke pasar yang jaraknya jauh dari rumah,
melewati berbagai desa.
Namun, gadis ini terlalu sibuk memamerkan kecantikannya di depan orang-orang desa dan
bersikap sombong, bahkan menganggap ibunya sebagai pembantunya.
Meskipun ditanya oleh penduduk desa, gadis itu terus berbohong, mengatakan bahwa
ibunya adalah pembantunya. Ibunya menerima perlakuan ini dengan sabar beberapa kali,
tetapi hatinya akhirnya terluka karena anaknya terus berbohong.
Ketika gadis itu berbohong berkali-kali, hati ibunya sangat terluka. Ia berhenti sejenak dan
berdoa agar anaknya mendapat pelajaran. Tiba-tiba, gadis itu merasa aneh, kakinya
menjadi kaku, dan ia terkejut melihat kakinya berubah menjadi batu. Ternyata, ibunya telah
mengutuknya.
Gadis itu mencoba memohon ampun, tetapi terlambat. Kutukan itu berlanjut, dan meskipun
ia menangis, ia akhirnya berubah menjadi batu, dengan air matanya masih berlinang.
Anak bebek abu-abu ini harus menghadapi ejekan dan penolakan dari anak bebek lainnya
setiap hari. Karena kesedihannya, ia akhirnya meninggalkan peternakan dan pergi ke
sungai, di mana ia bertemu dengan seekor angsa putih yang sangat cantik.
Awalnya, anak bebek abu-abu itu mencoba menghindari angsa tersebut karena masih
merasa terlalu sedih atas perlakuan anak bebek lainnya. Namun, saat ia melihat
bayangannya sendiri di air sungai saat menyeberang, ia terkejut menyadari bahwa
penampilannya telah berubah menjadi angsa yang cantik. Ia baru menyadari bahwa selama
ini ia bukanlah bebek jelek, melainkan angsa yang indah.
Nyai Bagendit terkenal memberikan pinjaman uang dengan bunga yang sangat tinggi dan
bahkan memerintahkan bawahannya untuk memperlakukan kasar pada orang-orang yang
meminjam uang darinya tanpa membayar.
Suatu hari, seorang kakek misterius datang dan meminta minum pada Nyai Bagendit, yang
menolak permintaannya. Kakek itu kemudian menancapkan tongkatnya di pekarangan
rumah Nyai Bagendit, tanpa disadari olehnya.
Ketika kakek tersebut pergi dan mencabut tongkatnya, air mulai mengalir dari tanah dengan
deras, dan seiring berjalannya waktu, genangan air tersebut semakin membesar hingga
terjadi banjir.
Nyai Bagendit yang sibuk menyelamatkan harta bendanya akhirnya tenggelam dalam banjir
bersama dengan kekayaannya, tanpa mempedulikan nyawanya.
Baca artikel detikedu, "15 Contoh Cerita Fiksi Pendek dengan Berbagai Tema"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6953285/15-contoh-cerita-fiksi-
pendek-dengan-berbagai-tema.