Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BAHASA INDONESIA

“Contoh Cerita Rakyat”

Disusun Oleh :
Nama : Annisa Darmastuti
No : 06
Kelas : VII D

SMP NEGERI 1 CEPER


Tahun Ajaran 2021/2022
Malin Kundang

Dahulu kala, di sebuah perkampungan, hiduplah seorang janda miskin bersama dengan anak
tunggalnya yang bernama Malin Kundang. Setiap hari janda tersebut hanya bekerja sebagai
seorang nelayan.

Penghasilan yang ia tak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berdua, sehingga
mereka selalu hidup di dalam kekurangan. Hari demi hari mereka lewati dengan kondisi
perekonomian yang sama.

Saat ini Malin Kundang sudah beranjak dewasa, dan ia memutuskan untuk mengadu nasibnya
di kota besar. “Bu, izinkan Malin untuk pergi ke kota ya?Barangkali dengan cara Malin pergi
ke kota, aku dapat menaikkan derajat kita, bu,” ucap Malin sebelum ia pergi ke kota.

Dengan rasa sedih, ibunya pun mengizinkan Malin untuk mengadu nasib ke kota. Setelah
kepergian Malin, saat ini ibunya benar-benar menjadi perempuan tua kesepian.

Selama kepergiannya ke kota, ibunya senantiasa memikirkan bagaimana keadaan anaknya di


sana. Ia jadi sering sakit-sakitan, sementara itu Malin tidak pernah mengirimkan sepucuk surat
pun kepada Ibunya.

Beberapa tahun berlalu, saat ini Malin sudah menjadi seorang saudagar yang kaya. Malin
mempunyai banyak kapal dimana-mana. Hidupnya kini sudah tidak susah lagi, bahkan ia sudah
menikah dengan gadis bangsawan yang sangat cantik.

Pada suatu hari, Malin hendak melihat-lihat keadaan di desanya, sebab setelah kepergiannya
ke kota ia tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya. Malin pulang
kampung bersama dengan istri dan juga pekerjanya.

Tak lupa, Ia juga membawa banyak sekali uang yang nantinya akan dibagi-bagikan kepada
penduduk desa tersebut. Kini Malin sudah sampai di kampung halamannya. Dengan
sombongnya ia membagi-bagikan uang yang ia bawa kepada para penduduk.

Penduduk yang ada di desa itu pun sangat senang. Namun, di antara kerumunan penduduk ada
yang mengenalinya, yaitu tetangganya sendiri. Tak lama kemudian, orang itu pergi ke rumah
Malin, hendak menyampaikan kabar gembira ini kepada Ibu Malin.
“Amak, apakah kamu sudah tahu, bahwa anakmu Malin Kundang saat ini sudah menjadi
saudagar kaya.” seru tetangga tersebut. “Tunggu dulu, dari mana kau tahu bahwa anakku sudah
menjadi orang kaya? Selama ini aku tidak pernah mendapatkan kabar darinya,” ucap ibu Malin
dengan terkejut.

“Aku baru saja melihat anakmu membagi-bagikan uang di dermaga. Sekarang ayo kita pergi
ke dermaga. Dia sekarang terlihat sangat tampan, dan istrinya pun sangat cantik rupawan,”
ucap tetangganya tersebut.

Mendengar kabar tersebut matanya pun berkaca-kaca. Ia sangat merindukan anak semata
wayangnya yang selama beberapa tahun ini tidak pulang. Tanpa berpikir lagi ia pun berlari
menuju dermaga dan benar saja, ia melihat Malin bersama istrinya yang sangat cantik.

Ibunya langsung mendekati anaknya sambil berkata “Malin anak ku, kau akhirnya pulang juga,
Nak,”. Malin terkejut melihat ibunya. Tetapi, ia malu untuk mengakui ibunya yang
mengenakan pakaian sangat lusuh itu.

Dia bingung harus bagaimana menjelaskan kepada istrinya mengenai semua kebohongannya.
“Kau bilang pada ku, bahwa ibumu sudah meninggal. Apakah benar wanita tua ini ibumu?”
tanya sang istri yang kebingungan.

“Bukan, dia bukan ibuku, dia hanya pengemis yang mengaku sebagai ibuku.” seru Malin tanpa
memikirkan perasaan ibunya. Mendengar hal itu, ia langsung meneteskan air mata menahan
sesak di dada.

“Mengapa kau lupa dengan Ibu kandung mu Malin. Hatimu benar-benar sekeras batu. Maka,
saat ini juga kau akan aku kutuk menjadi batu. Kau anak durhaka.” kutukan ibunya kepada
Malin.

Saat itu juga, angin bertiup sangat kencang dan hujan turun sangat lebat. Mendengar Ibunya
mengucapkan sumpah, Malin sangat ketakutan, ia minta ampun kepada Ibunya. Tetapi, karena
sudah sakit hati ia tidak menggubrisnya. Saat petir menyambar, dan saat itu pula Malin menjadi
batu.

pesan moral yang bisa diambil hikmah ataupun pelajaran dari legenda Malin Kundang,
adalah sebagai berikut :

Hormatilah orang tua hingga akhir hayatnya

Orang tua terutama ibu adalah sosok yang paling berjasa pada anak-anaknya, bahkan
derajatnya pun lebih tinggi dari seorang ayah. Untuk itu hormati, sayangi dan hargai ibu
dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan sehat, sakit, ataupun sudah meninggal dunia.

Jangan pernah lupa diri dengan kemewahan

Jangan hanya karena harta dan kemewahan yang dimiliki sekarang, membuat lupa diri dari
mana dulunya berasal.

Jangan pernah berbohong


Pada cerita rakyat Malin Kundang, demi untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya, Malin
berani berbohong, mengatakan bahwa dirinya dari keluarga bangsawan kaya

Pesan untuk kaum wanita

Istri adalah milik suaminya, sementara ibu, bagaimana pun keadaannya tetaplah yang
berhak atas anak laki-lakinya.
Batu Menangis

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin bersama
anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia selalu membanggakan
kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat yang ia miliki. Ia
sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.

Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti. Tanpa
berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun sering
sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.

Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka
sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya
kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat bagus.
Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya, sedangkan
ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan, berpakaian sangat dekil layaknya
pembantu.

Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada satu
orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju kepada
kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan memandang
wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan tua di belakangnya
tersebut.

‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.

‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.

Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal yang
sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri di
perlakukan sebagai seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri
kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat
menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil meneteskan
air mata.

‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.

Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan
ibunya, sang anak merasa kebingungan.

‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.

Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya sendiri.

‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik
putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.’’
Doa sang Ibu.

Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah menjadi batu
dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia
merasa ketakutan.

‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi
anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.

Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman
itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis durhaka itu
hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya menjadi batu, sang
ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang berada di sana menyaksikkan
peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu.

Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu
Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis adalah selalu hormati dan sayangi
kedua orang tuamu, karena kesuksesan dan kebahagiaan mu akan sangat tergantung dari doa
kedua orangtuamu.
Rubah Yang Rakus

Seekor rubah pergi berburu disebuah rawa yang penuh dengan hewan-hewan lain sedang
mencari makanan seperti burung-burung yang sangat menyukai ikan-ikan kecil. Rubah itu
mengendap-mendap mencari seekor burung besar untuk dijadikan makanannya di bawah
bayang-bayang rumput rawa rubah itu bergerak sekaligus mengamati mangsanya tidak jauh
dari tempat rubah itu berjalan munculah dari udara seekor burung bangau yang ukuran
tubuhnya yang sangat besar kepalanya panjang dan bulunya berwarna putih kakinya panjang
sehingga burung bangau itu terlihat tinggi dan menawan ketika mendarat dia melihat
kebeberapa arah untuk memastikan tempat itu tidak dihuni hewan seperti rubah namun burung
bangau itu tidak melihat kehadiran rubah yang bersembunyi pada rumput rawa yang tinggi.

Rubah itu mulai mendekati dengan perlahan-lahan dan hampir-hampir langkahnya sama sekali
tidak mengeluarkan suara sedikitpun terlebih lagi suara yang terdengar pada saat itu adalah
suara kicauan burung yang hadir di rawa itu. Rubah itu sampai pada posisi untuk menangkap
burung bangau itu kemudian dia meloncat namun ketia dia meloncat burung bangau itu kaget
dan mematuk kepala rubah itu sambil terbang menghidari serangan rubah itu akhirnya burung
itu berhasil lolos dari tangkapan sang rubah.

Rubah itu gusar karena mangsanya telah mematuk dirinya dan pergi kemudian rubah itu pergi
meninggalkan tempat itu dia berjalan mencari makanan tiba-tiba dia mencium bau daging dari
arah kejauhan rubah itu mengikuti bau tersebut hingga akhirnya sampai pada tempat bau itu
tercium .

Ternyata bau itu adalah tumpukan daging hasil perburuan beberapa serigala. Rubah itu melihat
serigala memakan daging dengan lahapnya hingga air liurnya menetes rubah itu mencari
kesempatan untuk menyelinap dan mencuri daging besar untuk dia makan.

Beberapa saat rubah itu diam memperhatikan para serigala memakan santapannya hingga
mereka lupa akan kehadirannya, disaat itulah rubah itu segera menyelinap dan menggigit
daging yang cukup besar untuk dirinya tanpa disadari oleh para serigala dia berlari ke arah
sungai yang tenang. Ketika rubah itu merasa aman dia berjalan dengan wajah terlihat gembira.
Saat rubah itu melewati sungai yang tenang dengan berjalan di atas pohon tumbang yang
melintang dengan santainya rubah itu berjalan namun dia kaget ketika rubah itu melihat kearah
sungai yang tenang.
Rubah itu melihat bayangan dirinya di sungai yang tenang itu rubah itu mengira bayangannya
adalah rubah lain padahal itu adalah bayangannya sendiri. Rubah itu melihatnya dengan sangat
gusar karena banyangannya terlihat menggigit daging yang lebih besar dari dirinya hingga dia
ingin sekali merebut daging itu. Lalu rubah itu menjatuhkan daging dimulutnya dan berharap
bisa mengambil daging lebih besar dari bayangannya. Namun setelah rubah itu melepaskan
daging dari mulutnya dia melihat bayangannya sendiri tidak lagi menggigit daging besar.

Rubah itu sadar bahwa itu hanyalah bayangannya rubah itu menyesal atas apa yang
dilakukannya tadi. “Padahal baru saja aku mendapat makanan kini hanya karena aku iri pada
bayanganku sendiri aku menjatuhkan makananku”. Sesal sang rubah.

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Fabel Nusantara Rubah Yang Rakus adalah keserakahan dan
iri dengki adalah sifat buruk yang akan membawa kerugian untuk diri kita

Anda mungkin juga menyukai