Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alisha Khaira Wilda

Kelas : 4B

No. Absen : 03

CERITA MALIN KUNDANG

Di sebuah desa, hiduplah seorang perempuan miskin. Ia hidup bersama anak


tunggalnya, namanya Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan.
Namun, penghasilannya tak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga hidup
mereka selalu berkekurangan. Saat Malin Kundang mulai dewasa, ia memutuskan untuk
pergi ke kota. Ia ingin mengadu nasibnya di sana. “Barangkali dengan pergi ke kota, aku bisa
mengubah nasib kita, Ibu,” ucap Malin Kundang. Dengan berat hati, ibunya pun
mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi perempuan tua yang kesepian. Setelah kepergian
Malin, ibunya selalu memikirkan keadaan anaknya itu. Ia jadi sakit-sakitan, sementara Malin
tak pernah mengirim kabar untuknya.

Hingga beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasib. Ia telah menjadi
saudagar yang kaya raya. Malin memiliki banyal kapal. Hidup Malin tak lagi susah. Malin
juga menikahi seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik. Suatu hari, Malin ingin
melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak pulang. Malin pergi bersama istri dan
banyak pekerjanya. Ia juga membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para
penduduk. Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia membagikan uang kepada
penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin,
yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke rumah Malin, hendak memberikan
kabar gembira tersebut kepada ibu Malin. “Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin
sekarang telah menjadi orang kaya.” seru tetangga itu. “Dari mana kau tahu itu? Selama ini
aku tak pernah mendapat kabar darinya,” ucap ibu Malin, terkejut. “Sekarang pergilah ke
dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat tampan, dan istrinya juga sangat
rupawan,” ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan


anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja,
di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan. “Malin, kau pulang, Nak,” seru
ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang berpakaian sangat
lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini? “Kau bilang
ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?” tanya istri Malin, bingung.
“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru Malin. Sungguh
sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin. “Hatimu
sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang durhaka.”
ucap ibunya. Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah
sangat sakit hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar. Saat itu pula Malin
berubah menjadi batu.

Pesan moral dari Cerita Malin Kundang Singkat (Indonesia) adalah surga ada di
bawah telapak kaki ibu. Sayangilah ibumu, karena ibumu adalah manusia paling berjasa
dalam hidupmu.

Anda mungkin juga menyukai