Anda di halaman 1dari 2

1. Bacalah teks dongeng berikut dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai!

Malin Kundang Anak Durhaka

Pada zaman dahulu, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu

bersama anak kesayangannya yang bernama Malin Kundang. Suaminya sudah lama

meninggal dunia. Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah

saatnya untuk menggantikan ibunya bekerja. Malin pun ingin pergi ke luar kota agar

menjadi kaya.

“Ibu, Malin ingin pergi ke kota seberang. Malin akan bekerja dan mencari uang yang

banyak di sana.” Ibu Malin sangat kaget mendengar ucapan Malin.

“Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Ibu. Ibu bahagia walau hidup dengan

sederhana asalkan tetap bersama anak ibu.” Tetapi Malin Kundang tetap ingin pergi.

Akhirnya ibunya mengizinkannya.

“Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk

Malin dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk

mengantarkan kepergian Malin.

Bertahun-tahun lamanya Malin tidak kunjung pulang ke rumah dan ibunya hanya

hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Malin Kundang datang bersama istrinya.

Ibunya pun ke berlari ke arah Malin Kundang hendak memeluknya.

"Malin Kundang!! Akhirnya kamu pulang juga, nak! Kamu semakin tampan nak"

ujar Ibu Malin Kundang dengan bahagia.

Malin Kundang merasa malu karena ibunya berpakaian lusuh dan kotor.

"Cih, siapa kau? Ngaku-ngaku ibuku. Ibuku itu cantik, kaya raya, dan pakaiannya

indah! Kau itu kotor dan miskin!" mendorong ibunya.


"Malin... Ini Ibu, nak. Apa kau sudah lupa pada Ibu?" kata ibu Malin sedih.

"Aku sama sekali tidak lupa. Aku ingat ibuku cantik dan kaya raya. Mana mungkin

aku punya ibu sepertimu, huh!" Malin Kundang meludah ke arah Ibunya.

"Meski kau banyak berubah, aku takkan pernah lupa 'kan siapa kau, nak. Kau anak

Ibu. Dan ternyata, setelah bertahun-tahun, bukan hanya wajahmu yang berubah. Tapi

juga sikapmu juga, nak!" kini Ibu Malin Kundang benar-benar menangis.

"Kau bukan Ibuku! Dasar wanita tua miskin!!" Malin Kundang menendang ibunya

hingga terjatuh. Ibunda Malin bangun sambil menangis.

"Ya Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Agung... Jika benar dia anakku Malin

Kundang, ubahlah anak durhaka ini menjadi patung batu!!" kutuk Ibunda Malin.

Guntur dan petir menyambar-nyambar, hujan deras turun. Tiba-tiba... duarr!! Malin

Kundang disambar petir dan sekarang ia hanyalah batu. Ibunya menjerit dan

memeluknya sedih bercampur kaget. "Malin!!!

Anda mungkin juga menyukai