Anda di halaman 1dari 3

FINAL TEST KELAS MEMBACA

1. Membuat huruf abjad alfabet A-Z di kertas yang telah disediakan


2. Membuat angka 1-10 di kertas yang telah disediakan
Kisah Malin Kundang
(Dibacakan oleh anak-anak dengan didampingi oleh relawan)

Di sebuah desa, hiduplah seorang perempuan miskin. Ia hidup bersama


anak tunggalnya, namanya Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja
sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tak bisa mencukupi kebutuhan mereka
sehari-hari sehingga hidup mereka selalu berkekurangan. Saat Malin Kundang
mulai dewasa, ia memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin mengadu nasibnya
di sana.
“Barangkali dengan pergi ke kota, aku bisa mengubah nasib kita, Ibu,” ucap
Malin Kundang.
Dengan berat hati, ibunya pun mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi
perempuan tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu
memikirkan keadaan anaknya itu. Ia jadi sakit-sakitan, sementara Malin tak
pernah mengirim kabar untuknya. Hingga beberapa tahun kemudian, Malin
berhasil mengubah nasib. Ia telah menjadi saudagar yang kaya raya. Malin
memiliki banyal kapal. Hidup Malin tak lagi susah. Malin juga menikahi
seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.
Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak
pulang. Malin pergi bersama istri dan banyak pekerjanya. Ia juga membawa
banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk. Sampailah Malin di
desanya. Dengan sombong ia membagikan uang kepada penduduk. Penduduk di
desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin, yakni
tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke rumah Malin, hendak
memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.
“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang
kaya.” seru tetangga itu.
“Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya,”
ucap ibu Malin, terkejut.
“Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat
tampan, dan istrinya juga sangat rupawan,” ucap tetangganya.
Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat
merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari
menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat
rupawan.
“Malin, kau pulang, Nak,” seru ibunya.
Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang berpakaian
sangat lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua
ini?
“Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?”
tanya istri Malin, bingung.
“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru
Malin.
Sungguh sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu
mengutuk Malin.
“Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau
anak yang durhaka.” ucap ibunya.
Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya
sudah sangat sakit hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar.
Saat itu pula Malin berubah menjadi batu

Anda mungkin juga menyukai