Anda di halaman 1dari 6

Proyek B.

Indonesia
‘’Mengubah Cerita Rakyat menjadi Drama’’
D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H
Kelas IX-B
Anggota:
a) Vina
b) Peter
c) Angel
d) Nicholas
SMP Kusuma Pekanbaru
T.P 2022/2023
Cerita Rakyat

Malin Kundang

Dahulu di sebuah dusun nelayan, tepatnya di Sumatra Barat, hiduplah seorang anak
laki-laki bernama Malin Kundang. Ia tinggal bersama ibundanya, Mande Rubayah. Sang
ayah telah lama pergi meninggalkan ibu dan anak semata wayangnya itu.

Malin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, tapi sedikit nakal.
Mereka hidup serba kekurangan. Hingga suatu ketika saat Malin beranjak dewasa, ia
berpikir untuk mencari peruntungan di negeri seberang. Dengan harapan nantinya
saat kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi saudagar kaya raya.

Malin tertarik dengan ajakan seorang nahkoda kapal dagang yang dulunya miskin
sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Tekadnya semakin kuat, Malin
meminta izin kepada ibundanya. Mande Rubayah sempat tidak setuju dengan
keinginan anaknya, tetapi karena Malin terus mendesak akhirnya ia mengizinkan.

"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan
lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak," pesan dari ibunya.
Ternyata keberadaan Malin di kapal itu sangat disukai. Selain karena ia sangat
rajin dan selalu siap menolong, ia juga seorang pekerja keras.

Beberapa tahun berlalu, kini Malin telah menjadi seorang nahkoda yang
mengepalai banyak kapal dagang. Ia pun berhasil memperistri salah seorang putri
raja yang cantik jelita. Kabar kesuksesannya sampai kepada ibunda Malin. Setiap hari
Mande Rubayah menyempatkan diri pergi ke dermaga berharap bisa bertemu
putranya, Malin.

Suatu ketika, sampailah kapal mereka di kampung tempat Malin dulu dibesarkan.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Kemudian disambut oleh ibundanya.

"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar,"
katanya sambil memeluk Malin.

Malin Kundang justru malah segera melepaskan pelukan tersebut dan mendorong
ibundanya hingga terjatuh.

"Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku," kata Malin
kepada ibunya. Malin berpura-pura tidak mengenal ibunya, karena malu melihat
ibunya yang sudah tua dan memakai baju compang-camping.

"Wanita itu ibumu?," tanya istri Malin. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang
pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku," sahut Malin.

Melihat tingkah Malin yang congkak di depan istrinya, Mande Rubayah sangat
sakit hati. Ia melihat kapal anaknya yang bertolak dari pantai, sambil berdoa dalam
hatinya agar Tuhan menghukum anaknya.

Badai besar kemudian menerjang kapal Malin Kundang sampai seluruh isinya hancur
berhamburan. Ternyata serpihan kapal ini berubah menjadi batu karang, termasuk
sosok Malin Kundang yang sedang bersimpuh.

Tokoh/Pemeran
1) Malin Kundang : Peter

Dalam cerita rakyat ini, Malin adalah pekerja keras, jujur, sombong, dan
angkuh

2) Mande Rubayah : Vina

Ibu Malin Kundang yang memiliki sifat penyayang, perhatian, baik hati.

3) Istri Malin : Angel

Istri Malin adalah seorang putri raja yang cantik jelita. Namun, istrinya
memiliki sifat pemarah dan angkuh

4) Narator : Nicholas

Naskah drama

Dahulu di sebuah dusun nelayan tepatnya di Sumatera barat, hiduplah


seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Malin anak yang cerdas dan
pemberani, tapi sedikit nakal. Ia tinggal dengan ibunya, Mande Rubayah.
Mereka hidup serba kekurangan hingga saat ia beranjak dewasa, ia merasa
kasihan kepada ibunya dan berpikir untuk mencari peruntungan di negeri
seberang. Dengan harapan saat pulang ke kampungnya, ia sudah menjadi
saudagar kaya raya.

Malin tertarik dengan ajakan seorang nahkoda kapal dagang yang dulunya
miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Kesempatan ini
tentunya tidak ingin dibuang oleh Malin. Ia pun segera memberitahukan
kepada ibunya.

Malin : Bu, izinkanlah aku merantau ke negeri seberang

Ibu : Jangan anakku, ibu takut kamu tidak kembali. Hanya kamu satu

satunya anak ku. Jika kamu tidak kembali, aku hidup dengan

siapa?
Malin : Aku berjanji akan kembali dan menjadi orang kaya bu. Aku
juga

akan membawa ibu bersamaku.

Ibunya pun tidak tau apalagi yang harus ia lakukan. Dengan berat hati ia
pun mengizinkan Malin pergi.

Ibu : Baiklah nak. Tapi anakku, jika engkau sudah berhasil menjadi

orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan


kampung

halaman mu ini, nak.

Malin. : Tentu ibu, terima kasih.

Malin pun pergi ke negeri seberang dan ternyata keberadaan malen di


kapal itu sangat disukai orang-orang. Selain karena ia rajin dan suka
menolong, ia juga pekerja keras. Sekarang, Malin sudah jadi seorang
nahkoda yang mengepalai banyak kapal dagang. Ia juga memperistri
seorang putri raja yang cantik jelita. Kabar kesuksesan Malin telah sampai
kepada ibunya.

Tiap hari ibunya menyempatkan diri ke dermaga dan berharap bisa


bertemu putranya, Malin.

Suatu ketika, sampailah kapan Malin di kampung halamannya. Kemudian ia


disambut oleh ibunya.

Malin &
Istrinya. : (Turun dari kapalnya)
Ibu Malin : Malin Kundang, anakku, mengapa engkau pergi begitu

lama tanpa mengirimkan kabar? (Sambil memeluk Malin)

Malin : (Melepaskan pelukan ibunya)

(Mendorong ibunya sampai terjatuh)

Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku

sebagai ibuku
Istri Malin : Wanita itu ibumu?

Malin : Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura

mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku.

Melihat tingkah Malin yang congkak di depan istrinya ibunya sangat sakit
hati dan sedih. Ibunya mengutuk Malin menjadi batu.

Ibu Malin : (Sakit hati, lalu melihat kapal anaknya dan memohon

kepadaTuhan) Ya Tuhan, jika benar ia memang anakku

Malin Kundang, ku kutuk dia menjadi batu.

Seketika petir menggelegar, badai besar menerjang kapal Malin Kundang


sampai seluruh isinya berhamburan. Serpihan kapal itu pun berubah jadi
batu karang termasuk sosok Malin Kundang yang bersimpuh.

Malin. :

Amanat :

Janganlah durhaka terhadap orang tua (ibu atau bapak), jangan lupa diri
sombong, dan angkuh

Anda mungkin juga menyukai