Anda di halaman 1dari 1

Dongeng

MALIN KUNDANG

Zaman dahulu kala hidup seorang ibu yang telah lama ditinggalkan
suaminya dan hanya tinggal dengan anak semata wayangnya yaitu Malin Kundang
dan mereka hidup berkekurangan.
Malin kundang tumbuh menjadi cerdas dan pemberani meski sedikit nakal.
Saat dewasa, Malin ingin mencari pekerjaan di negeri seberang dan Kembali ke
kampung halamannya jika sudah menjadi orang kaya. Mulanya sang ibu kurang
setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau
menyetujui kepergian anaknya.
“Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan,
jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah
kepada anaknya, Malin Kundang.
Malin pun kerja di kapal dan karena ia rajin dan selalu menolong, ia menjadi
nahkoda dari banyak kapal dagang. Tak hanya itu, Malin juga berhasil meminang
seorang putri raja. Kabar tentang Malin ini pun terdengar ke telinga Ibunya dan ia
pergi ke dermaga berharap bertemu anaknya.
Suatu saat, kapal Malin tiba di kampung halamannya dan Ibunya memeluk
untuk menyambutnya. Namun Malin melepaskan pelukan itu dan mendorong
ibunya hingga terjatuh.
“Wanita tidak tahu diri, sembarang saja mengaku sebagai Ibuku,” kata Malin
Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura – pura tidak mengenali
Ibunya, karena Ibunya sudah tua dan memakai pakaian yang compang – camping.
Dengan rasa sakit hati, Ibu Malin mengutuk anaknya agar Tuhan
menghukumnya menjadi batu. Tiba -tiba badai besar menyambar kapal Malin
Kundang dan hancur berkeping – keping. Serpihan kapal ini berubah menjadi batu
karang, begitu juga dengan Malin Kundang yang menjadi batu dengan posisi
berlutut.

Anda mungkin juga menyukai