Anda di halaman 1dari 6

Home

Posts RSS
Comments RSS
Cerita
Ilmu
Foto
Puisi
Share
Gak Penting

TANJUNG MENANGIS ( Cerita Rakyat Sumbawa )


Tanjung menangis merupakan nama tanjung yang berada di bagian timur pulau
Sumbawa. Pada zaman dahulu, putri dari Datu Samawa terjangkit penyakityang sangat
aneh, tak ada seorang pun di seantero negeri Samawa yang dapat menyembuhkannya.
Datu Samawa telah melakukan berbagai cara demi menyembuhkan putrinya. Dia telah
berkunjung ke rekan-rekannya sesama pemimpin, yaitu kepada Datu Dompu dan Datu
Bima untuk mencari tabib sakti yang dapat menyembuhkan putrinya, namun hasilnya
tetap nihil.

Bertahun-tahun tuan putri mengidap penyakit aneh tersebut, namun belum ada orang
ataupun tabib yang mampu menyembuhkannya. Suatu hari, Datu Samawa membuat
sayembara bagi seluruh orang diseantero negeri. Barang siapa yang mampu
menyembuhkan tuan putri maka baginya akan diberikan hadiah. Apabila dia perempuan
maka akan dijadikan sebagai anak angkat. Namun, apabila laki-laki, maka akan
dijadikan menantu dan dinikahkan dengan tuan putri.

Sayembara ini menyebar hingga ke pulau Sulawesi di seberang sana. Telah banyak tabib
yang mencoba mengikuti saymebara ini namun belum seorang pun yang berhasil
menyembuhkan tuan putri. Suatu hari, datanglah seorang kakek tua renta ke kediaman
Datu Samawa. Dia berasal dari negeri Ujung Pandang dan memperkenalkan dirinya dengan
nama Daeng Ujung Pandang. Dia telah mendengar kabar tentang penyakit aneh yang
diderita tuan putrid dan ingin mencoba mengobati tuan putri bila Tuhan Yang Maha
Kuasa mengijinkan.Dengan kuasa Allah Taala, melalui tangan serta pengetahuan yang
dimiliki Daeng Ujung Pandang, tuan putri pun sembuh seperti sedia kala.
Sesuai dengan janjinya, tibalah waktunya bagi Datu Samawa untuk membayar janji
kepada Daeng Ujung Pandang yang telah menyembuhkan putrinya. Seperti yang telah
beliau janjikan, beliau harus menikahkan putri beliau dengan Daeng Ujung Pandang.
Namun, karena melihat fisik Daeng Ujung Pandang yang sudah tua renta dan bungkuk
pula, Datu Samawa merasa tidak rela untuk menikahkan putrinya dengan Daeng Ujung
Pandang. Datu Samawa akhirnya merubah hadiah dari sayembara.

Daeng Ujung Pandang oleh Datu Samawa dipersilahkan untuk mengambil harta
sebanyak-banyaknya, berapapun yang diinginkan olehnya, asalkan Daeng bersedia
untuk tidak dinikahkan dengan tuan putri. Daeng Ujung Pandang merasa sangat terhina
dengan sikap Datu. Beliau menolak untuk mengambil sepeser harta pun dari istana.
Dengan hati teriris, ia pun pulang kembali ke Ujung Pandang menggunakan sampan
kecil yang dilabuhkan di sebuah tanjung.

Putri Datu Samawa merasa iba melihat kekecewaan di mata Daeng Ujung Pandang, ia
pun menyusul Daeng Ujung Pandang ke tanjung tersebut. Saat putri Datu Samawa tiba
di pelabuhan, saat itu pula, Daeng Ujung Pandang baru saja menaiki sampannya. Atas
kekuasaan Allah, Daeng Ujung Pandang yang tua renta tersebut berubah menjadi
pemuda yang tampan tiada taranya ketika telah menginjakkan kakinya di atas sampan.
Melihat hal tersebut, putri Datu Samawa menangis, menyesali keputusan yang diambil
ayahnya serta menangisi betapa tersiksa rasanya ditinggal seseorang yang baru ia cintai,
Daeng Ujung Pandang. Sambil menangis, putri berlari menyusul sampan Daeng Ujung
Pandang hingga tengah laut tanpa menyadari ia mulai tenggelam. Hal ini
menyebabkan Tuan Putri Datu Samawa meninggal di tengah laut sambil menangis.
Akhirnya, hingga kini tanjung tempat dimana putri dan Daeng Ujung Pandang
berpisah tersebut dinamakan Tanjung Menangis untuk mengenang kisah tragis
antara kedua insan tersebut.

Cerita Rakyat : Malin Kundang Si Anak Durhaka


Cerita Rakyat Malin Kundang, siapa masyarakat Indonesia yang belum mendengar cerita
rakyat yang melegenda itu?? Pasti sudah sangat akrab akan cerita itu. Yup Cerita Rakyat Malin
Kundang sangat lah populer di masyarakat Indonesia. Cerita rakyat yang mengajarkan kita agar
tidak durhaka pada orang tua itu bahkan pernah difilemkan di layar kaca.

Cerita Rakyat Malin Kundang diangkat dari latar belakang sebuah desa nelayan di Sumatra
Barat tepatnya di Pantai Air Manis, Padang Selatan. Jika sobat mengunjungi tempat tersebut,
pastilah menjumpai sebuah batu yang menyerupai orang sujud. Nah batu itu yang diyakini
sebagai perwujudan Malin Kundang.

Nah pada kesempatan kali ini, Zona Siswa mencoba menampilkan Cerita Rakyat Malin
Kundang tersebut ke hadapan sobat semua. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Malin Kundang

Dahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari seorang ibu dan anaknya
yang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harus
bekerja keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.

Malin adalah anak yang pintar tapi sedikit nakal. Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa
kasihan pada ibunya yang sedari dulu bekerja keras menghidupinya. Kemudian Malin meminta
izin untuk merantau mencari pekerjaan di kota besar.

Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini. pinta Malin.
Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini. kata sang ibu menolak.
Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang. kata Malin.
Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana Ujar sang
ibu berlinang ari mata.

Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelah
beberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekarang menjadi orang
kaya yang bahkan mempunyai banyak kapal dagang. Dan Malin pun sudah menikah dengan
wanita cantik di sana. Berita tentang Malin yang menjadi orang kaya sampai lah ke ibunya. Sang
ibu sangat senang mendengarnya. Dia selalu menunggu di pantai setiap hari, berharap anak si
mata wayangnya kembali dan mengangkat drajat ibunya. Tetapi Malin tak pernah datang.

Suatu hari istiri Malin bertanya mengenai ibu Malin dan ingin bertemu dengan nya. Malin pun
tidak bisa menolak keinginan istri yang sangat dicintainya itu. Malin menyiapkan perjalanannya
tersebut menuju desanya menggunakan sebuah kapal pribadinya yang besar nan cantik.
Akhirnya Malin pun datang ke desanya beserta istri dan anak buahnya.

Mendengar kedatangan Malin, sang ibu merasa sangat gembira. Dia bahkan berlari menuju
pantai untuk segera melihat anak yang disayanginya pulang.

Apa itu kamu Malin, anak ku? Ini ibu mu, kamu ingat Tanya sang Ibu.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirim kabar?" Katanya
sambil memeluk Malin Kundang.

Sang istri yang terkejut melihat kenyataan bahwa wanita tua, bau, dekil yang memeluk
suaminya, berkata:
"Jadi wanita tua, bau, dekil ini adalah ibu kamu, Malin"

Karena rasa malu, Malin Kundang pun segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya
hingga jatuh.
Saya tidak kenal kamu wanita tua miskin kata Malin.
"Dasar wanita tua tak tahu diri, Sembarang saja mengaku sebagai ibuku." Lanjut Malin
membentak.

Mendengar perkataan anak kandungnya seperti itu, sang ibu merasa sedih dan marah. Ia tidak
menduga, anak yang sangat disayanginya berubah menjadi anak durhaka.
"Oh Tuhan ku yang kuasa, jika dia adalah benar anak ku, Saya mohon berikan azab padanya dan
rubah lah dia jadi batu." doa sang ibu murka.

Tidak lama kemudian angin dan petir bergemuruh menghantam dan menghancurkan kapal
Malin Kundang. Setelah itu, Tubuh Malin Kundang kaku dan kemudian menjadi batu yang
menyatu dengan karang.

Amanat: Jadilah orang yang berbakti pada orang tua. Dan janganlah sekali-kali durhaka
padanya.

Semoga Cerita Rakyat Malin Kundang di atas bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua. Dan
jika dari pembaca sekalian menemukan kesalahan baik dari segi penulisan maupun
pembahasan dalam artikel di atas, kami membuka kritik dan saran. Terima kasih ^^

Anda mungkin juga menyukai