Anda di halaman 1dari 7

-Hatiku Berlabuh di

Labuan Bajo-
By Dewi Sekar Sari

Namaku Tiffany Khayla Adhmaja, biasa dipanggil Tiffany. Aku kelas


XI IPA 1 bersekolah di SMA Cenderawasih Taruna Bangsa. Aku
terlahir dari keluarga yang hobi traveling, dari kecil aku selalu ikut
kedua orangtuaku kemanapun mereka pergi. Sampai suatu ketika
aku memutuskan untuk traveling sendiri tanpa mereka. Aku
menulis semua tempat perjalananku dalam sebuah bucket list yang
akan aku wujudkan semua sebelum aku lulus SMA. Meskipun aku
masih duduk dibangku sekolah, tapi aku yakin tekad yang kuat bisa
merealisasikan semua keinginanku.

Salah satu tempat yang jadi incaranku selama ini adalah Pulau Nusa
Tenggara Timur, tempat yang eksotis yang berada di bagian timur
Indonesia. Maupun hobiku traveling, tetap aku tidak melupakan
kewajibanku sebagai pelajar. Aku hanya ingin traveling ketika
liburan akhir tahun atau liburan akhir semester, melepas kegiatan
monotonku yang sehari-hari berada disekolah. Aku juga ingin
menghirup udara bebas yang berada diluar sana. Dengan itu aku
merencanakan liburan akhir tahun akan traveling ke Nusa Tenggara
Timur.

Nusa Tenggara Timur memiliki berjuta wisata alam yang luar biasa.
Lanskap alam yang menarik, garis pantai yang istimewah dan
panorama yang tiada duanya. Salah satunya Labuan Bajo, suatu kota
yang berada di Manggarai Barat, kawasan wisata yang merupakan
tempat habitat hewan langkah Komodo juga dikelilingi banyak
pulau dan bukit yang cantik. Destinasi keren yang bisa aku eksplor
keindahannya. Surga Indonesia dari Pulau Nusa Tenggara Timur.

-000-

Meskipun aku traveling sendirian, tetapi aku tidak merasa kesepian.


Karena aku dapat berinteraksi dengan orang-orang sekitar,
mendapatkan informasi lebih jauh tentang Labuan Bajo. Destinasi
premium ini menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun
wisatawan asing untuk berkunjung menikmati keindahan alam
lukisan Labuan Bajo.

-000-

1 day trip....

Pada hari ke-1 tempat yang pertama kali aku kunjungin adalah
Pulau Padar, pulau ketiga terbesar di Kawasan Taman Nasional
Komodo setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Wisata ini memang
mainstream tapi keindahannya benar-benar mengagumkan. Di
Pulau Padar aku disuguhi pemandangan indah, yakni perbukitan
dengan laut biru yang memikat hati. Untuk bisa mencapai puncak,
aku harus menaiki ratusan anak tangga. Tetapi rasa lelah itu
terbayarkan semua saat aku mencapai puncak. Aku dapat berfoto
cantik di puncak Pulau Padar, seperti selebgram atau selebritis yang
sedang hits di instagram.

Kemudian aku melanjutkan perjalananku menuju Pink Beach


dengan naik speedboat yang menghabiskan waktu 2 jam selama
perjalanan dari Pulau Padar. Pink Beach memiliki pasir yang
berwarna pink, warna pink ini berasal dari hewan berukuran
mikroskopis bernama Foraminifera yang memberikan pigmen
merah pada koral. Perpaduan dengan pasir putih ini yang
menyebabkan pasirnya menjadi berwarna pink. Keindahannya
super instagramable banget! Disini aku juga melihat berbagai jenis
ikan. Akupun tidak lupa untuk snorkeling disekitar Pink Beach.

“Kalo kalian kesini jangan lupa membawa sunblock!” karena


panasnya matahari akan menyengat kulit kalian.

Setelah dari Pink Beach aku mengakhiri hari di Pulau Kalong, pulau
yang terletak diantara Pulau Papagarang dan Pulau Rinca. Seperti
namanya, pulau ini dihuni oleh ribuan kalong (kelelawar). Pulau
Kalong menjadi salah satu daya tarik yang mencuri perhatianku.
Meskipun aku hanya bisa melihat dari atas kapal, karena pulau ini
masih cukup rawan. Tetapi tidak mengurangi rasa kekagumanku
dengan keindahan lautan luas dengan bukit-bukit savana yang
berada disekitar Pulau Kalong. Sekitar pukul 18.00 WITA banyak
kapal yang berparkir sekitar pulau, menyambut senja yang sebentar
lagi tiba. Saat senja mulai menampilkan warna jingga yang sedikit
memudar, kawanan kalong mulai keluar dan berterbangan kesana
kemari mencari makanan. Akupun tidak lupa untuk mengabadikan
fenomena alam yang langkah ini.

“Ini cantik mba, jarang ada pemandangan langit sore yang


menampilkan beribuan bahkan ratusan kalong yang bertebangan”
ujar awak kapal yang ikut menyaksikan keindahan tersebut.

-000-

2 day trip....

Pada hari ke-2 aku melanjutkan perjalanan ke Pulau Rinca, yang


berada tidak jauh dari Pulau Kalong. Pulau yang berada di sebelah
barat Pulau Flores, yang dipisahkan oleh Selat Molo. Pulau ini juga
menjadi tempat habitat komodo, setelah Pulau Komodo. Meskipun
jumlah komodo yang berada di Pulau Rinca lebih sedikit ketimbang
yang ada di Pulau Komodo.
“Wisatawan yang biasa berkunjung ke Pulau Rinca akan melakukan
kegiatan trekking dengan rute pendek atau panjang. Pemandangan
padang savana seperti di Afrika yang menjadi daya tarik, dengan
cuaca yang panas makin terasa” ujar ranger yang memandu
perjalananku. “Pada tahun 1980 Taman Nasioanal Komodo
ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai pelindung komodo.
Dan pada tahun 1991, Komodo diakui sebagai situs Warisan Dunia
UNESCO” sambung ranger.

Kita harus mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan di


Kawasan Taman Nasional Komodo, karena komodo termasuk
hewan yang sensitif terhadap orang baru.

“Untuk pengunjung wanita yang lagi menstruasi, disarankan jangan


datang untuk berkunjung karena komodo dapat merangsang bau
darah menstrusi dan menganggap kalian adalah santapan
makanannya!”

Kemudian aku lanjut pergi ke Manta Point, tempat surganya pecinta


diving. Disini akupun tidak melewatkan untuk berenang bersama
ikan manta atau ikan pari khas Indonesia Timur, satwa air langkah
dan dilindungi. Untuk pertama kalinya aku bisa langsung
berinteraksi dengan ikan manta menyentuh, membelai, hingga
memberinya makan. Aku tak hanya bertemu dengan ikan manja
saja, tetapi aku juga bertemu ubur-ubur, terumbu karang, dan ikan-
ikan cantik lainnya.

Setelah dari Manta Point aku bergegas ke Goa Rangko. Goa Rangko
merupakan kolam renang, tetapi berada di dalam sebuah gua. Untuk
bisa mencapai Goa Rangko memakan waktu perjalanan selama 1
jam. Selama perjalanan menuju Goa Rangko, aku melewati Taka
Makassar, sebuah pulau tak berpenghuni dengan hamparan pasir
putih yang ukuran tidak luas banget hanya sekitar lapangan sepak
bola. Aku tidak lupa memotret pemandangan alam Taka Makasar.
Sesampainya di bibir pantai Goa Rangko, aku harus berjalan kaki
menyusuri hutan gersang selama 15 menit. Setelah aku masuk
kedalam Goa Rangko, aku suguhi keindahan kolam dengan warna
biru yang eksotis ditambah pemandangan arsitektur alam sekitar
menjadi point plus tersendiri.

Dan perjalananku berakhir di Gili Laba, sebuah pulau kecil yang


ditumbuhi rumput-rumput ilalang. Aku bermalam disini dengan
menikmati suasana sunset dan sunrice Gili Laba. Aku membangun
tenda kecil sedekar untuk beristirahat melepas lelah dan letihku
selama seharian perjalanan.

“Keindahan Labuan Bajo seperti lukisan alam yang dipajang


menghiasi dinding putih yang kosong. Keindahan yang memanjakan
mata pengunjungnya.” gumamku dalam diam sembari melihat
pemandangan langit malam dari ketinggian.

-000-

3 day trip....

Pada hari ke-3 adalah perjalanan terakhirku di Labuan Bajo.


Sebelum aku kembali pulang, aku menyempatkan diri mampir ke
Kampung Ujung untuk sekedar membeli oleh-oleh dan menikmati
beberapa makanan khas seafood Labuan Bajo.

-000-

Rasanya aku tak ingin pulang secepat ini, masih banyak tempat yang
belum aku eksplor di Labuan Bajo. Dan aku tidak dapat berkata-kata
lagi tentang Labuan Bajo. Tempat yang jauh dari perkotaan, polusi,
macet, dan lain-lainnya. Suasana alam yang masih asri menjadi daya
tarik wisatawan.

Ini merupakan destinasi wisata terbaik yang dimiliki Indonesia,


wisata alam yang tidak kalah tanding dibandingkan negara-negara
Eropa. Bersyukur masih diberi berkesempatan untuk melihat
pemandangan alam Labuan Bajo serta berkunjung ke situs Warisan
Dunia, melihat langsung hewan langkah kadal terbesar yang hanya
ada di Indonesia. Jaga dan lestarikan semua pesona keindahan alam
Negeri kita, agar tidak luntur dengan seiring perkembangan zaman.
Karena ini adalah Surga Indonesia.

-000-
Biografi Penulis Cerpen

Namaku Dewi Sekar Sari biasa dipanggil Dewi atau Uwi panggilan
akrab teman-teman sekolahku. Aku Lahir di Balikpapan, 12 Maret
2006, umurku baru 14 tahun. Dan aku masih duduk dibangku
Sekolah Menengah Pertama.

Alasanku menulis cerita pendek tentang Labuan Bajo, karena aku


sangat mengagumi pesona alam yang dimiliki Labuan Bajo.
Destinasi yang sedang hits diinstagram serta dibeberapa
pemberitaan stasiun televisi swasta. Aku jatuh cinta saat pertama
kali melihatnya, maupun hanya dari kaca televisi.

Ketika disuruh membuat cerpen untuk pembelajaran Bahasa


Indonesia disekolah, aku tertarik untuk membuat cerita tentang
Keindahan Alam Labuan Bajo, sekedar untuk menuangkan mimpi
serta angan-aganku. Entah kapan, aku bisa mewujudkan ini semua.
Tetapi aku senang bisa menceritakan sedikit mimpiku melalui karya
tulisan.

Anda mungkin juga menyukai