Indonesia Ciri
Ditulis oleh : Admin
di
Indonesia
dan
Menurut Hildred Geertz dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia,
di Indonesia saat ini terdapat lebih 300 dari suku bangsa yang berbicara dalam 250
bahasa yang berbeda dan memiliki karakteristik budaya lokal yang berbeda pula.
Wilayah Indonesia memiliki kondisi geografis dan iklim yang berbeda-beda.
Misalnya, wilayah pesisir pantai Jawa yang beriklim tropis hingga wilayah
pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua yang bersalju. Perbedaan iklim dan
kondisi geografis tersebut berpengaruh terhadap kemajemukan budaya lokal di
Indonesia.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang dari
daerah Cina Selatan sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, keadaan geografis
Indonesia yang luas tersebut telah memaksa nenek moyang bangsa Indonesia
untuk menetap di daerah yang terpisah satu sama lain. Isolasi geografis tersebut
mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau di Nusantara tumbuh
menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi dari suku bangsa lainnya.
Setiap suku bangsa tersebut tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang disatukan
oleh ikatan-ikatan emosional serta memandang diri mereka sebagai suatu kelompok
masyarakat tersendiri. Selanjutnya, kelompok suku bangsa tersebut mengembangkan kepercayaan bahwa mereka memiliki asal-usul keturunan yang sama
dengan didukung oleh suatu kepercayaan yang berbentuk mitos-mitos yang hidup di
dalam masyarakat.
Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat
istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti suku Jawa, Sunda,
Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku memiliki adat istiadat dan
bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang
sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan geografis yang terisolir menyebabkan
penduduk setiap pulau mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbedabeda. Misalnya, perbedaan bahasa dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas
di daerah pegunungan Gayo-Alas dengan penduduk suku bangsa Aceh yang tinggal
di pesisir pantai Aceh.
daerah
bahasa
bahasa
banyak
gerebeg, sedekah bumi, upacara apeman, dan gunungan yang masih dilaksanakan
sampai sekarang.
nilai-nilai budaya suatu kelompok yang dianggap lebih baik atau buruk dibanding
kelompok lainnya.
6. Mitchel
Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar ,
pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu
individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak,
berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain.
Dari beberapa definisi budaya menurut para ahli diatas, bisa diambil kesimpulan tentang
beberapa hal penting yang dicakup dalam arti budaya yaitu: sekumpulan pengalaman
hidup, pemrograman kolektif, system sharing, dan tipikal karakteristik perilaku setiap
individu yang ada dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya tentang bagaimana
sistem nilai, norma, simbol-simbol dan kepercayaan atau keyakinan mereka masingmasing.
Budaya Lokal
Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan
batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan
konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya
merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut
penjelasannya:
Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau
daerah. Contoh : Budaya Sunda;
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada tingat culture. Hal ini
berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia dimana terdiri dari
masyarakat yang bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya (multikultural)
maupun ekonomi.
Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya lokal atau
budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada aspek
ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya
lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang
berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau tempat tersebut.
Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah.
Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (2000).
Koentjaraningrat memandang budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana
menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Dalam hal ini unsur bahasa
adalah ciri khasnya.
Menurut Judistira (2008:141), kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan
regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan
kebudayaan nasional.
Dalam pengertian yang luas, Judistira (2008:113) mengatakan bahwa kebudayaan
daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui
kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak,
serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.
Contoh Budaya Lokal
Suku Sunda merupakan suku yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Suku sunda adalah
salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya pakaian
tradisional, kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Diantara sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh suku sunda adalah
sebagai berikut :
1. Pakaian Adat/Khas jawa Barat
Suku sunda mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya.
Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini
kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian
adat nasinal. Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian
dari kebudayaan nasional.
2. Kesenian Khas Jawa Barat
1. Wayang Golek
Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian
yang menapilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang
Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang
memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh
seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa
Barat yang disebut dengan degung.
2. Jaipong
Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya
menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang
disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik
Jaipong.
Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang
menarikan berakan gerakan khas tari jaipong.
3. Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara
hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu,
gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat,
karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan
yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan
sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa
Barat lainnya.
4. Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak
Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan
menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk
melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah
mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak
gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
5. Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah
kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah
9. Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama
dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu
tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya
adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron,
Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet.
Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara
pementasan atau acara pesta.
10. Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan
nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun
merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain
untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.
11. Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu
permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling.
Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada
umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan,
yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
12. Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada
umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional
yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang
mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan
membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah
cerita lucu atau lelucon.
jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat
yang bisa berlaku di semua daerah di Negara tersebut walaupun tidak semuanya dan
juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai
dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah
Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di
Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan
pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam
satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan bhineka tunggal ika.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara
tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang
terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada
Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan
semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan realitas,
karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap
apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak
kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat
Indonesia (Suseno; 1992).
Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau budaya
daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya nasional
dan budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat penganutnya.
1. Secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif serta menjunjung tinggi HAM,
nilai: religi, kultural, dan keberagaman suku bangsa.
2. Sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna.
Apalagi tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap
simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang
berbeda. Menurut Imron Mashadi dalam windakutubuku.blogdetik.com pendidikan
multikultural bertujuan mewujudkan sebuah bangsa yang kuat, maju, adil, makmur dan
sejahtera tanpa perbedaan etnik, ras, agama dan budaya. Dengan semangat
membangun kekuatan di seluruh sektor sehingga tercapai kemakmuran bersama,
memiliki harga diri yang tinggi dan dihargai bangsa lain
2.2 Problematika Pendidikan Multikultural di Indonesia
Pembelajaran Berbasis Budaya atau pendidikan multikultural dalam aplikasi maupun
pada tahap persiapan tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang terdapat dalam
setiap komponen pembelajaran.
Beberapa permasalahan pada tahap persiapan awal menurut Dikti pada Sutarno, antara
lain:
1) Guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta
didik;
2) Guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta didiknya,
terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan diajarkannya;
3) Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat
merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali peserta didik terhadap khasanah
budaya masing-masing dalam konteks budaya masing-masing dalam konteks
pengalaman belajar yang diperoleh.
Pada kenyataannya berbagai dimensi dari keberagamaan budaya Indonesia dapat
menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran, terutama dalam kelas yang budaya
etnis peserta didiknya sangat beragam (Banks, 1997), antara lain:
1) Masalah seleksi dan integrasi isi (content selection and integration) mata pelajaran:
Sejauh mana guru mampu memilih aspek dan unsur budaya yang relevan
dengan isi dan topik mata pelajaran.
Sejauh mana guru dapat mengintegrasikan budaya lokal dalam mata pelajaran
yang diajarkan, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik.
Masalah ini muncul apabila guru terlalu banyak memakai budaya etnis atau kelompok
tertentu dan (secara tidak sadar) menafikan budaya kelompok lain. Untuk
mempersiapkan atau memilih unsur budaya membutuhkan waktu, tenaga dan referensi
dari berbagai sumber dan pustaka, mencari tahu dari tokoh sehingga guru dapat
melaksanakan kesetaraan pedagogi. Guru harus memiliki khasanah budaya mengenai
berbagai unsur budaya dalam tema tertentu, termasuk Tionghoa dan yang lainnya.
Misal:
a. Sastra Hikayat Rakyat dengan tema durhaka. Contoh; Malin Kundang (Minangkabau),
Tangkuban Perahu (Sunda), Loro Jonggrang (Yogyakarta).
b. Obat-obatan : jamu (Jawa), minyak kayu putih (Maluku).
c. Tekstil/tenun : batik (Jawa), kain ikat (Nusa Tenggara), songket (Melayu Deli,
Palembang, Kalimantan, Lombok, dan Bali).
d. Perahu Layar: Phinisi (Bugis-Makasar), Cadik (Madura), Lancang Kuning (Melayu).
e. Seni teater: Ludruk (Jawa Timur), Wayang Wong (Jawa Tengah), Lenong (Betawi),
Ketoprak (Yogyakarta).
f. Tokoh Pahlawan: Dewi Sartika (Sunda), Cut Nyak Dien, Cut Meutia (Aceh), Kartini
(Jawa Tengah).
mengabaikan perbedaan ras dan etnis yang Anda lihat; cobalah merespon
perbedaan ini secara positif dan sensitif.
6. Bijaksanalah dalam pilihan kita dalam menggunakan materi pelajaran. Sebagian
materi mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok atas kelompok
etnis. Menjelaskan pada siswa kalau suatu kelompok etnis seringkali
distereotipkan, atau menggambarkan materi dari sudut pandang tertentu.
7. Gunakan buku, film, video, dan rekaman yang dijual di pasaran untuk pelengkap
buku teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok etnis pada
siswa kita. Beberapa sumber ini mengandung gambaran yang kaya dan kuat atas
pengalaman dari orang kulit berwarna. Siaran di televisi saat ini sudah banyak
yang mengisahkan berbagai peristiwa budaya di tanah air.
8. Berikan sentuhan warisan budaya dan etnis kita sendiri. Dengan berbagi kisah
etnis dan budaya dengan siswa, kita akan menciptakan iklim berbagi di kelas. Hal
ini akan membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya dan etnis dan akan
menghasilkan pembelajaran yang kuat bagi siswa kita.
9. Sensitiflah dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi
etnis. Jika kita telah jelas dan paham tentang tujuan pengajaran, kita dapat
menggunakan buku yang kurang kontroversial untuk mencapai tujuan yang sama.
10. Sensitiflah dengan tahap perkembangan dari siswa kita jika kita memilih konsep,
materi, dan aktivitas yang berkaitan dengan kelompok etnis. Konsep dan aktivitas
belajar bagi anak TK dan SD seharusnya spesifik dan kongkrit. Siswa di sekolah
dasar seharusnya diajari konsep seperti persamaan, perbedaan, prasangka, dan
diskriminasi daripada konsep yang lebih tinggi seperti rasisme dan penjajahan.
Visi dan biografi merupakan wahana yang bagus untuk memperkenalkan konsep
ini pada siswa di Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar. Kita bisa kenalkan
bagaimana seorang yang memiliki kekurangan dalam segi pendengaran dan
terkucilkan dari lingkungan seperti Thomas Alfa Edison mampu menghasilkan
karya yang spektakuler. Siswa berkembang berangsur-angsur, mereka dapat
dikenalkan konsep, contoh, dan aktivitas yang lebih kompleks.
11. Memandang siswa kelompok minoritas kita sebagai pemenang. Siswa dari kelompok
minoritas ingin mencapai tujuan karier dan akademis yang tinggi. Mereka membutuhkan
guru yang meyakini bahwa mereka dapat berhasil dan berkemauan untuk membantu
keberhasilan mereka. Baik riset maupun teori menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin
mencapai prestasi akademis tinggi jika guru mereka memiliki harapan akademis yang
tinggi untuk siswa-siswanya.
12. Ingatlah bahwa orang tua dari siswa kelompok minoritas amat berminat dalam
pendidikan dan ingin anak-anak mereka berhasil secara akademis sekalipun orang tua
mereka terpinggirkan dari sekolah. Jangan menyamakan pendidikan dengan
persekolahan. Cobalah memperoleh dukungan dari orang tua dan menjadikan mereka
partner dalam pendidikan bagi anak-anak mereka.
13. Gunakan teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan
integrasi ras dan etnis di sekolah dan di kelas. Riset menunjukkan bahwa jika kelompok
belajar itu berkumpul dari berbagai ras, siswa dapat mengembangkan lebih banyak
teman dari kelompok rasial yang lain dan dapat memperbaiki hubungan rasial di sekolah.
14. Yakinkan bahwa permainan sekolah, pemandu sorak, publikasi sekolah, kelompok
informal dan formal yang lain berintegrasi secara rasial. Juga yakinkan bahwa berbagai
kelompok etnis dan rasial memiliki status yang sama di penampilan dan presentasi
sekolah. Dalam sekolah multirasial, jika semua pemegang peran pembimbing di sekolah
diisi oleh karakter Kulit putih, pesan penting dikirimkan pada siswa dan orang dari siswa
kulit berwarna betapa pun pesan itu diintensifkan atau tidak.
artikel tersebut. Setelah mengerti maka anda akan mudah memahami unsurunsur budaya berikut ini.
Unsur-unsur budaya
Berikut ini adalah 7 unsur-unsur budaya yang mana kami mohon maaf tidak
dapat kami jelaskan satu persatu, dan hanya kami sebutkan saja :
mata pencaharian
peralatan hidup
bahasa
kesenian
pengetahuan
Contoh budaya lokal yang pertama adalah tradisi upacara labuhan merapi.
Tradisi ini dilaksanakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke 10 setiap tanggal
30 rajab.
2. Tadisi Ngaben
Contoh yang kedua adalah tradisi ngaben. Tadisi ini merupakan suatu upacara
pembakaran mayat yang dilakukan oleh mereka para penganut agama Hindu
di Bali.
Contoh budaya lokal yang ke-empat adalah tradisi era-era tu urau. Tradisi ini
adalah upacara tindik telinga untuk anak perempuan atau gadis yang akan
menginjak dewasa. Tradisi ini dilaksanakan di daerah Waropen, Irian Jaya.
Tedhak sinten, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan upacara bagi
bayi yang usianya 5 - 6 bulan saat pertama turun ke tanah. Tujuan dari
tradisi ini adalah agar si anak menjadi pribadi yang mandiri dan sukses
ketika besar nanti.
Supitan, yaitu tradisi adat jawa berupa upacara khitanan untuk putra
bangsawan yang usianya sudah 8 tahun.
Tarapan, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan inisiai haidh pertama
kali untuk anak perempuan atau gadis.