“TEORI PSIKOEDUKASI”
Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan makalah dengan
pembahasan tentang “Teori Psikoedukasi”. Tujuan penyusunan makalah ini guna memenuhi
penugasan mata kuliah Psikoedukasi yang diampu oleh Ibu Evi Winingsih, S.Pd., M.Pd. serta
Bapak Dr. Mochamad Nursalim, M.Si. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi pihak-pihak lain.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Ibu Evi Winingsih, S.Pd., M.Pd. serta Bapak Dr. Mochamad Nursalim, M.Si.,
sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikoedukasi yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan penulis terkait bidang studi ini.
2. Kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu selama penyusuna makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini mungkin masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan selalu penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
1.3. TUJUAN......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1. PENGERTIAN PSIKOEDUKASI..............................................................................5
2.2. TEORI YANG MELATAR BELAKANGI PSIKOEDUKASI..................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................15
3.2. SARAN......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemberian pendidikan tak hanya melalui pendidikan formal tentang mata
pelajaran dan berbagai ilmu pengetahuan. Namun ada pula pendidikan dengan basis
psikologis. Dimana dalam pendidikan tersebut para peserta atau klien akan diberikan
pengajaran bagaimana mengembangkan kemampuan psikis klien tersebut. Seperti
penguatan kemampuan penyelesaian masalah serta peningkatan penerimaan diri
sendiri dengan tujuan akhir peserta atau klien mampu memperbaiki keadaan dalam
hidupnya.
Psikoedukasi yang merupakan layanan pendidikan psikologis belum terlalu
dikenal dalam masyarakat. Masih terdapat masyarakat yang asing dengan apa itu
psikoedukasi. Oleh karena itu, pada saat ini telah digencarkan psikoedukasi ke
masyarakat dalam berbagai bidang. Pendidikan, kesehatan, sosial, hingga karir pun
telah menerapkan psikoedukasi. Di luar gencarnya penerapan psikoedukasi di
masyarakat, masih ada beberapa kendala yang kerap terjadi. Dan umumnya masih
belum ada kesiapan masyarakat dalam menerima psikoedukasi tersebut. Masih
banyak kalangan yang belum mampu mengembangkan dan menerapkan dari
psikoedukasi yang telah diberikan. Kurangnya tenaga ahli professional dalam
memberikan psikoedukasi juga turut menjadi salah satu kendala.
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah :
a. Untuk mengetahui makna psikoedukasi
b. Untuk mengetahui teori-teori yang melatar belakangi psikoedukasi
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PSIKOEDUKASI
Psikoedukasi adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk memberikan
pelayanan publik di bidang konsultasi psikologi kepada masyarakat. Menurut Nelson-
Jones (1982), menjelaskan bahwa terdapat enam pengertian psikoedukasi yang
masing-masing mewakili gerakan tertentu.
3. Pendekatan Naratif
Pendekatan naratif merupakan sebuah metode yang mulai di kembangkan oleh
beberapa konselor di Amerika Serikat sebagai bagian dari praktek konseling.
Konseling bukan hanya “terapi bicara” atau wawancara, namun bisa dilakukan
dengan metode tertentu dalam upaya membantu seseorang memecahkan suatu
permasalahan tertentu. Praktek konseling dengan pendekatan naratif atau biasa
disebut terapi naratif memandang bahwa setiap individu adalah ahli mengenai
masalah-masalah yang dialaminya. Menurut Ula Horwitch dalam Bagus Takwin
(2007: 73) terapi naratif berasumsi bahwa orang memiliki banyak keterampilan,
kompetensi, keyakinan, nilai, komitmen dan kemampuan yang membantu mereka
mengurangi pengaruh dari masalah yang di alami dalam hidupnya. Naratif
merujuk pada cerita- cerita yang disusun berdasarkan urutan kejadiannya. Setiap
individu memiliki cerita yang berisi tentang pengalaman- pengalamannya yang
memiliki pemaknaan yang berbeda-beda.
Pendekatan naratif untuk konseling dan psikoterapi memiliki teknik dan
aplikasi bervariasi. Filosofi umum mendasari pemikiran yang berbeda adalah
bahwa pengalaman hidup klien secara internal diatur dalam cerita atau narasi.
Umumnya, pendekatan narasi melibatkan menulis dalam bentuk puisi,
bibliotherapy, cerita, dan rekonstruksi narasi. Dengan mendorong klien untuk
berbagi cerita, konselor atau terapis memfasilitasi pertumbuhan klien melalui
reauthoring persepsi tentang hidup mereka. Untuk alasan ini, beberapa teori
percaya bahwa aplikasi naratif adalah alat terapeutik sentral dalam konseling dan
psikoterapi.
Mengadopsi sebuah narasi, postmodern, melihat konstruksionis sosial
menyoroti bagaimana kekuasaan, pengetahuan, dan “kebenaran” yang
dinegosiasikan dalam keluarga dan konteks sosial budaya lainnya. Ada tiga
konsep dalam pendekatan naratif ini yakni :
a. Fokus Narasi, yakni Terapis dianjurkan untuk membangun pendekatan
kolaboratif dengan minat khusus dalam mendengarkan hormat kepada klien,
membantu klien dalam pemetaan pengaruh masalah ini terhadap kehidupan
mereka, membantu klien dalam memisahkan diri dari cerita-cerita dominan
mereka yang telah diinternalisasi sehingga ruang dapat dibuka untuk
berkreasi dengan cerita kehidupan alternatif.
b. Peran Cerita, Cerita-cerita membentuk realitas untuk membangun dan
membentuk apa yang kita lihat, rasakan, dan lakukan.
c. Mendengarkan Dengan Pikiran Terbuka, Semua teori konstruksionis
sosial menekankan pada mendengarkan klien tanpa menghakimi atau
menyalahkan, menegaskan dan menghargai klien.
5. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa
untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas
individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam
diri individu.
Behavioristik merupakan suatu pendekatanyang dikembangkan oleh Pavlov
dan Skinner. Skinner berpendapat bahwa tidaklah produktif untuk menjelaskan
sesuatu dengan merujuk pada struktur yang tidak dapat diamati secara
langsung. Bagi Skinner istilah kepribadian tidak ada, yang ada adalah
perilaku, perilaku sepenuhnya dapat dipahami karena merupakan tanggapan
terhadap faktor-faktor dari lingkungan. Skinner lebih menekankan subjek
penelitian yang bersifat individu. Fokus utama dalam konsep Behaviorisme
adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya serta
pentingnya control terhadap perilaku. Konsep utama behavioristik adalah
berfokus pada tingkah laku yang kelihatan, ketepatan dalam menyusun
tujuan-tujuan treatmen, perumusan rencana-rencana treatmen yang spesifik, dan
evaluasi yang lebih obyektif berkenaan dengan hasil-hasil konseling.
Behavioristik merupakan suatu pendekatan terapi tingkah laku yang
berkembang pesat dan sangat populer, dikarenakan memenuhi prinsip-prinsip
kesederhanaan, kelogisan, mudah dipahami dan diterapkan, serta adanya
penekanan perhatian pada perilaku yang positif. Pendekatan Behavioristik
adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia, dalil
dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang
dikendalikan dengan cermat akan mengungkapkan hukum-hukum yang
mengendalikan tingkah laku. Pendekatan behavioristik adalah suatu
pendekatan psikologi yang berpendirian bahwa organisme dilahirkan
tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, dimana perilaku adalah hasil
pengalaman dan perilaku dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan. Menurut A. Supratikna
pendekatan Behavioristik adalah pendekatan yang menerapkan prinsip
penguatan stimulus respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan.
Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Tujuan dari konseling behavioristik adalah untuk membantu klien membuang
respons-respons yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat. Tujuan konseling ini juga menghapus pola-pola
tingkah laku yang salah suai yang selama ini sering digunakan klien didalam
kehidupannya, sehingga klien mampu menguasai tingkah laku baru yang efektif
dengan cara menciptakan suatu kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan
menerapkan gagasan pengkondisian operan.
6. Teori Belajar
Dalam penerapan psikoedukasi, dapat digambarkan dengan kegiatan
pembelajaran. Dimana keduanya memiliki tujuan untuk mengubah suatu perilaku
individu (Sugiarmin, ). Sehingga dapat dikatakan bahwa psikoedukasi banyak
terinspirasi dan mengembangkan prosesnya dari teori belajar. Dalam Nursalim
(2019) dijelaskan terdapat 4 perspektif teori belajar, diantaranya:
a. Teori Belajar Behavioristik
Dalam teori ini, belajar merupakan hasil dari reaksi atau sebuah respon
dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Dan hasil yang terlihat adalah
akibat adanya pengalaman yang telah ia lewati sehingga perilaku yang
nampak relatif permanen. Dalam teori ini, seseorang dikatakan telah belajar
jika ia telah mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan apa yang
pelajari. Dalam psikoedukasi, teori belajar behavioristik dapat diterapkan
dengan memberikan edukasi berkaitan dengan perilaku yang sesuai dengan
apa yang dikehendaki.
b. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif berfokus pada perubahan cara berpikir, perasaan,
atau motif yang mungkin tidak dapat diamati melalui perilaku. Teori
kognitif menjelaskan bahwa belajar merupakan berubahnya persepsi serta
pemahaman. Teori ini memiliki pendapat bahwa setiap individu secara
alami telah memiliki bentuk struktur kognitifnya masing-masing (Nursalim,
2019). Dengan kesimpulan bahwa ketika menerapkan psikoedukasi
menggunakan teori ini, maka yang ditekankan adalah proses perubahan cara
berpikir para klien/peserta. Sehingga dengan begitu, tujuan psikoedukasi
dapat dicapai dengan baik.
c. Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam Nursalim (2019) dijelaskan bahwa teori belajar ini menekankan
perubahan individu dengan mengonstruksi informasi/pengetahuan yang
telah ia miliki sebelumnya dengan orang lain ataupun lingkungan. Teori ini
memiliki pandangan bahwa lingkungan sosial mulai dari proses interaksi,
budaya/kebiasaan, hingga keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses
belajar. Penerapannya dalam psikoedukasi dengan memberikan makna pada
siswa tentang pengalaman yang telah ia lalui sehingga akan terbentuk
sebuah pengetahuan atau pemahaman baru.
7. Teori Kognitif-Perilaku
Teori kognitif perilaku merupakan gabungan dari dua teori, yakni teori
kognitif dan teori perilaku atau behavior. Yang mana dalam teori memiliki
anggapan bahwa sebuah pemikiran (kognisi) mampu mempengaruhi emosi,
hingga berakibat pada tingkah laku seorang individu. Sehingga, dalam penerapan
teori ini lebih ditekankan pada modifikasi cara berpikir hingga memunculkan
perilaku yang dikehendaki.
Tak jarang individu terlalu memikirkan hal-hal negatif yang mungkin belum
tentu terjadi, atau disebut dengan overthinking. Dan umumnya, banyak individu
yang terlalu berfokus pada pikiran negatif tersebut, hingga tidak bisa melanjutkan
aktivitasnya secara normal. Penerapan teori ini dalam proses psikoedukasi ialah
memberikan pemahaman baru tentang cara berpikir yang lebih positif serta
mengembangkan kepercayaan diri individu tersebut pada dirinya. Dengan
harapan, ketika pemikiran lebih positif maka perilaku yang terbentuk pun akan
semakin lebih baik.