Anda di halaman 1dari 12

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK UNTUK REMAJA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok (UAS)

Dosen Pengampu: Muhammad Putra Dinata Saragih, M.Pd.

Mata Kuliah: Teknik Laboratorium Koseling II

Disusun oleh:

Kelompok 6

Khusnul Khotimah 0102183164

Wina Yunita 0102183136

Abdul Rauf Al Ichsan Maha 0102183166

Lailand Fahera 0102183162

Anita Dwiana Nasution 0102173140

Rudianto 0102183145

SEMESTER VII-D

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadiat Allah SWT yang senantiasa memberikan beribu-ribu nikmat
dan salah satunya yaitu nikmat sehat, sehingga kami dapat mengerjakan tugas ini dengan tepat
waktu. Dan tak lupa shalawat berangkaikan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Saw yang mana hanya syafa’at beliaulah yang kita harapkan diakhir kelak.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Muhammad Putra Dinata


Saragi, S.Sos.I., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling
II. Selanjutnya, besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para pembaca dalam
menambah wawasan. Terutama untuk kami selaku penulis, dan tujuan dari makalah ini adalah
untuk mendorong dan membantu para pembaca untuk mencari informasi yang relevan serta
aktual.

Akhir kata, Kami ucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Dan Kami sebagai penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat
membangun kemampuan Kami dalam menulis makalah yang selanjutnya.

Medan, 12 Jnuari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

A. Tujuan Umum ...........................................................................................


B. Kelompok Psikoedukasi Remaja ...............................................................
C. Kelompok Konseling Remaja ....................................................................
D. Hambatan Konseling Kelompok Remaja ...................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................

B. Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya anak muda remaja transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa Bukan hanya satu di masa dewasa Jalur perubahan linier (Geldard, 2011). Transisi
usia ini beragam Dimensi dengan perubahan bertahap Atau transformasi dari individu ke
orang Mengarah pada kedewasaan cara berpikir baru Rasa dan perilaku, tapi belum
Benar-benar terpisah dari sutradara orang dewasa lainnya. Oleh karena itu, pada titik ini,
Anak muda sering memperkenalkan banyak orang Tantangan, untuk perubahannya
berpengalaman. Ada berbagai jenis Psikologis, emosional, dll. Perilaku berbahaya. Mulai
dari latar belakang ini, saran Mungkin bisa menjadi forum untuk Meringankan masalah
yang terjadi Remaja, terutama ketika mereka sudah selesai gugus. Konseling dapat
membantu Orang-orang muda yang dibimbing menemukan cara baru untuk maju dan
keluar lagi Masalah yang dia hadapi.

Konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan yang efektif Konseling


kelompok dimaknai sebagai usaha untuk membantu seorang individu Ini terjadi pada
kelompok profilaksis dan terapeutik. Layanan konseling kelompok ini memiliki beberapa
komponen Layanan konseling kelompok yang efektif: interaksi dinamis, keberadaan
koneksi Perasaan di antara anggota kelompok, kasih sayang untuk orang lain,
pertumbuhan pengetahuan Dan mengungkapkan dan berempati dengan wawasan,
unegunegs atau ide, ide. Konseling kelompok memenuhi faktor-faktor ini dan Pada saat
yang sama, kami dapat memberikan bantuan dan layanan.

Layanan konseling kelompok pada dasarnya merupakan salah satu proses di


antara Seorang individu yang dinamis berpusat pada perilaku yang diwujudkan oleh
setiap subjek. Menyediakan layanan konseling kelompok Kesempatan bagi siswa untuk
lebih memahami dan memahami situasi dan potensi mereka.

Tujuan dari konseling kelompok umum adalah untuk membantu siswa memulai
Mengembangkan keterampilan sosialisasi. Tujuan khusus dari layanan Konseling
kelompok, yaitu memecahkan masalah pribadi siswa, perkembangannya Perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terhadap hal-hal yang lebih baik Dalam
berkomunikasi, bersosialisasi, dan memecahkan masalah individu Terpengaruh dan
menerima manfaat dari pemecahan masalah pribadi Peserta layanan KKp lainnya. Lihat
tujuan yang termasuk dalam layanan Konseling kelompok, dan layanan ini idealnya
dilakukan lebih sering Semua sekolah. Banyak faktor yang membuatnya kurang
maksimal Pelaksanaan layanan konseling kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan umumnya?
2. Bagaimana peran kelompok psikoedukasi dan remaja?
3. Bagaimana kelompok konseling dalam remaja?
4. Apa saja hambatan konseling kelompok untuk remaja?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tujuan umumnya
2. Untuk mengetahui peran kelompok psikoendukasi dan remaja
3. Untuk mengetahui bagaimana kelompok konseling dalam remaja
4. Mengetahui apa saja hambatan dalam konseling kelompok untuk remaja
BAB II

PEMBAHASAN

Bimbingan dan Konseling Kelompok untuk Remaja

Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling


dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback)
dan pengalaman belajar. Konseling kelompok pada hakekatnya menggunakan prinsip–prinsip
dinamika kelompok (group dynamic).

Konseling kelompok adalah proses mendukung individu dalam suasana kelompok,


dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi saat ini dengan mengembangkan
keterampilan secara optimal.

1. Tujuan Umum

2. Kelompok Psikoedukasi Remaja


Kelompok psikoedukasi merupakan gabungan dari kelas akademik dan kelompok
konseling, dan kelompok psikoedukasi biasanya memiliki jumlah peserta yang banyak,
prinsip-prinsip pendidikan berlaku, dan materi yang disajikan dimaksudkan untuk
dipelajari dan dipertahankan Pemimpin kelompok ini adalah seorang ahli atau pelatih
(Brown, 2011).
Kelompok psikoedukasi kadang-kadang juga disebut sebagai kelompok penuntun
atau kelompok bimbingan. Interaksi dalam kelompok psikoedukasi mirip dengan
kelompok konseling yangmana dinamika kelompok dan proses kelompok menjadi
perhatian yang amat penting. Fokus dan topik keterampilan yang dapat dipilih seperti
keterampilan komunikasi dan hubungan, pemimpin kadang-kadang menjadi fasilitator.
Kelompok psikoedukasi sering Digunakan di lingkungan pendidikan seperti
sekolah Lingkungan lain seperti rumah sakit, pusat psikiatri, fasilitas pelayanan, dll.
Masyarakat dan universitas. Kelompok psikoedukasi lingkungan sekolah menggunakan
bahan ajar Seperti cerita yang belum selesai, pertunjukan boneka, film, wawancara Suara
dan tamu yang diundangan sebagai pembicara. Saat berada di lingkungan Orang dewasa
cenderung sesuai dengan usia, seperti bahan tertulis dan guru tamu (Gladding, 2015).
Kelompok psikoedukasi bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan pribadi
sesuai tahapan perkembangannya, pemberian informasi yang relevan, dan menyelesaikan
masalah, atau konflik. Kelompok psikoedukasi menjadi bagian integral dari pemberian
layanan dibidang konseling bagi praktisi saat ini khususnya di sekolah, kelompok
psikoedukasi mencakup berbagai fungsi yaitu afektif, eksistensial, behavioral, dan
kognitif (Henderson & Thompson, 2016).
psikoedukasi dapat berbentuk pelatihan dan tanpa pelatihan (non training)
(Himpunan Psikologi Indonesia, 2010), penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan : pelatihan merupakan aktifitas yang memiliki tujuan untuk memandu
kearah yang lebih baik yang dapat dilaksanakan oleh Himpsi, Perguruan Tinggi,
Asosiasi/Ikatan Minat dan/atau Praktik Spesialisasi Psikologi atau lembaga lain
yang aktifitasnya memperoleh pengakuan dari Himpsi.
b. Tanpa pelatihan dapat dilakukan secara:
1. Psikoedukasi tanpa pelatihan dapat dilakukan oleh psikolog yang akrab
dengan metode psikoedukasi Dan permasalahan yang ada di masyarakat.
2. Tingkat psikoedukasi tanpa pelatihan Evaluasi, desain program,
implementasi program, Pemantauan dan evaluasi program.
3. Intervensi psikoedukasi yang tidak terlatih maka Hasil monitoring dan
evaluasi menunjukkan telah terjadi perubahan Positif bagi kesejahteraan
masyarakat yang dapat Ditagih.
4. Jika pengobatan terpengaruh secara negatif Penyelenggara psikoedukasi
ekstrakurikuler wajib melakukannya Ia akan kembali ke keadaan semula.

3. Kelompok Konseling Remaja

Di Indonesia bila dilihat dari segi sosio budaya, masa remaja dimulai dari usia 12
hingga 22 tahun dan tidak bisa disamakan dengan rentang masa remaja di negara barat
yaitu sekitar 13 hingga 18 tahun. Menurut UU nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, bahwa seseorang masih disebut anak jika berusia sampai dengan 18
tahun. Maka dari itu, remaja dalam Undang-Undang masih disebut sebagai anak

Isu penting pada masa remaja adalah interaksi yang kuat antara kelompok teman
sebaya. Konseling dengan pendekatan kelompok merupakan pilihan strategis, karena
kelompok teman sebaya merupakan kekuatan yang perlu didorong dan dipromosikan.
Teknik konseling kelompok terutama digunakan karena remaja mampu mengidentifikasi
pengalaman mereka. Isu-isu yang berkaitan dengan masalah remaja juga menjadi
tantangan bagi konselor untuk mendorong perkembangannya. Masalah yang dihadapi
remaja dalam konseling kelompok adalah kepercayaan diri, pemahaman tentang
dukungan yang diberikan oleh faktor kemandirian remaja, dan penolakan terhadap
partisipasi anggota kelompok. Pemimpin kelompok memiliki pengaruh yang besar dalam
jalannya proses konseling kelompok, sehingga aspek lain yang perlu diperhatikan
konselor adalah pengaruh kepribadian pemimpin kelompok. Remaja menginginkan posisi
pemimpin kelompok menjadi seseorang yang memahami masalah remaja. Mengundang
kaum muda ke konseling kelompok yang disponsori konselor tidaklah mudah, sehingga
konselor perlu mempertahankan sesi, yang cenderung tidak aman. Remaja cenderung
berbicara tentang pengalaman masa lalu, bukan situasi saat ini (Sigit, 2010).

Masalah remaja dapat diatasi dengan bimbingan dan konseling oleh konselor
untuk remaja. konselor atau psikolog biasanya memilih orang dengan masalah, keluhan,
usia, atau latar belakang keluarga yang sama dan mengelompokkannya ke dalam
kelompok perlakuan. Konselor atau psikolog memilih tugas seperti menginspirasi
anggota terapi kelompok untuk bertukar ide, mendorong satu sama lain, memotivasi satu
sama lain, dan memecahkan masalah satu sama lain.

Kenakalan serupa juga ditemui di Sekolah diantaranya seperti membolos, tidak


memakai seragam yang benar, keluar kelas tanpa izin saat pelajaran berlangsung,
merokok, dan menonton video porno. Kenakalan tersebut dapat terjadi dikarenakan
kurangnya pengawasan serta pelaksanaan tata tertib yang belum ditegakkan sepenuhnya.
Oleh karenanya kenakalan yang dilakukan siswa dikategorikan ke dalam kenakalan yang
masih dalam tahap kewajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru BK
untuk mengatasi permasalahan kenakalan remaja adalah melalui layanan konseling
kelompok. Layanan konseling kelompok dapat membantu memecahkan masalah-masalah
pribadi, khususnya masalah yang mengakibatkan kenakalan siswa. Pelaksanaan layanan
konseling kelompok, diantaranya menumbuhkan hubungan keakraban antara anggota
kelompok, selain itu terbinanya kemandirian pada setiap anggota kelompok (Tri Mega,
2015). Pemberian layanan konseling kelompok diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengatasi permasalahan kenakalan remaja, untuk dapat mengatasi permasalahan
kenakalan remaja harus mampu menahan diri dan mentaati peraturan yang ada karena
tanpa adanya penahanan diri dan taat pada peraturan, maka pengentasan kebiasaan
kenakalan remaja tidakakan berjalan secara efektif.

Berdasarkan temuan awal tersebut, maka dalam penelitian ini diupayakan dapat
memberikan kontribusi terhadap upaya mereduksi perilaku kenakalan remaja dan
mencegah terjadinya bentuk-bentuk kenakalan remaja yang lebih rumit persoalannya.
maka, disusunlah beberapa perumusan masalah dalam penelitian yang bertujuan untuk:
(1) Mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja.

(2) Mengetahui penyebab timbulnya kenakalan remaja.

(3) Mengetahui hambatan guru BK dalam mengatasi kenakalan remaja.

(4) Mengetahui upaya mengatasi kenakalan remaja.

4. Hambatan Konseling Kelompok Remaja


Hambatan yang berasal dari atau mungkin berasal dari konseling dapat berupa:
a. Konseli tidak sepenuhnya terbuka kepada konselor tentang masalah yang
mendesak.
b. Suasana tempat pelayanan tidak nyaman dan aman, sehingga yang mencari saran
ragu untuk menyelesaikan masalah.
c. Mereka yang mencari nasihat tidak percaya bahwa penasehat dapat melakukan ini

Hambatan yang mungkin ditemui konselor biasanya disebabkan oleh kurangnya


keterampilan atau kemampuan konselor menggunakan keterampilan konseling baik
linguistik maupun non-verbal, dengan jelas mengidentifikasi masalah yang dihadapi
siswa tidak terungkap dengan jelas (Kamaruzzaman, 2016). Layanan bimbingan dan
konseling perlu diselenggarakan sebagai wujud nyata pelaksanaan pelayanan bimbingan
dan konseling. Fenomena yang terjadi dilapangan bakwa pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling belum terlaksana secara optimal dikarenakan adanya habataan, baik
hambatan internal maupun eskternal. Hasil penelitian dari faktor penghambat
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yaitu faktor penghambat pelaksanaan
layanan BK dilihat dari kompetensi konselor termasuk dalam kriteria rendah (37%).
Faktor penghambatan pelaksanaan layanan BK dilihat dari faktor beban tugas konselor
termasuk dalam kriteria rendah (33%). Faktor penghambat pelaksanaan layanan BK di
lihat dari faktor kepala sekolah termasuk kriteria rendah (38%). (Sugiarto Fajar, 2012)

Faktor penghambat kegiatan layanan bimbingan dan konseling (2018), yaitu :

a. Kurangnya tenaga bimbingan disekolah, menyebabkan terlalu berat tugas yang


harus dipikulnya dalam pelaksanaan bimbingan disekolah bila tenaga
pembimbing jumlahnya sedikit sekali untuk menangani siswa yang begitu
banyak.
b. Kemampuan teknis bimbingan di sekolah, tenaga kerja yang ada di sekolah
kebanyakan tidak sesuai dengan bidangnya, bisa jadi tugasnya merangkap antara
profesi satu dengan profesi lainnya dan akhirnya proses penangananya dan
pelaksanaan tidak sesuai dan tidak tepat.
c. Sarana dan Prasarana
Layanan bimbingan di sekolah mutlak memerlukan sarana dan prasarana.
Kebanyakan sarana dan prasarana yang digunakan masih merangkap dengan
fasilitas lainnya.
d. Organisasi dan administrasi bimbingan
Dalam penanganan layanan bimbingan disekolah, perlu dilakukan dan ditopang
oleh kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa
supaya memungkinkan terjadinya suatu kerja sama yang harmonis antara pihak
sekolah, kepala sekolah, guru bidang studi, pihak ketertiban sekolah dan lainnya.
e. Supervisi bimbingan di sekolah
Kegiatan supervisi baik oleh kepala sekolah maupun dari kantor wilayah
department pendidikan nasional masih belum berjalan sebagaimana mestinya.
Hambatan ini mungkin akan menyebabkan keterbatasan tenaga profesional yang
memadai bagi sekolah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :


a. Siswa merasa terbantu adanya layanan bimbingan kelompok untuk
memecahkan masalahnya terutama masalah mengemukakan pendapat.
b. Layanan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok dapat digunakan
daam meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian menyarankan
beberapa hal, yaitu :
a. Guru BK dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi
kelompok sebagai alternative yang tepat dalam mengurangi permasalahan
siswa khususnya tentang mengemukan pendapat
b. Siswa harus mampu meningkatkan kemmapuannya mengemukakan pendapat
setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Geldard, Katherine. (2011). Konseling Remaja. Bandung: Alfabeta

Sigit, S. (2010). Teknik dan Strategi Konseling Kelompok. Paradigma, No. 09 Th. V

Mu’awanah. Elfi. (2012). Bimbingan Konseling Islam: Memahami Fenomena Kenakalan

Remaja dan Memilih Upaya Pendekatannya dalam Konseling Islam. Yogyakarta: Teras.

Kamaruzzaman, (2016). Analisis Faktor Penghambat Kinerja Guru Bimbingan Dan Konseling

Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 3, No. 2.

Brown, N. W. (2011). Psycoeducational Group Process and Practice (Second Ed.). New York

and Hove: Brunner Routledge. www.brunner-routledge.com.

Henderson, D & Charles L. T (9th ed.). (2016). Counseling Children. (O.-D.Hague, Ed). Unites

States of America: Cengage Learning. Retrieved from www.cengage.com.

Gladding, S. T. (2015). Konseling Profesi yang Menyeluruh (Edisi Keenam). Jakarta Barat:

Indeks.

Anda mungkin juga menyukai