Anda di halaman 1dari 22

LAYANAN KONSELING KELOMPOK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Teknik dan Laboratorium Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hj. Siti Asiah T. Pido, MM

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1. Elvia Safia (211012092)


2. Dewindi Dugian (211012093)
3. Riana Ramadhani (211012096)

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sang
pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturannya,
karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Teknik dan Laboratorium Bimbingan Konseling
dengan baik dan tidak kurang dari pada waktunya.

Adapun sumber-sumber yang membantu kami dalam menyelesaikan


makalah ini antara lain dari buku dan pengambilan data dari situs-situs internet
yang berkaitan adalah yang menyangkut dengan judul makalah kami. Demikian
pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bahwasanya dalam
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa dinantikan dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan


penyusunan makalah ini akan ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi penyusunan, pembaca, dan khususnya mahasiswa
Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan.

Penyusun

Gorontalo, 29 April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….1

A. Latar Belakang....................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................3
C. Tujuan Pembahasan............................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................4
A. Pengertian Layanan Konseling Kelompok..........................4
B. Tahap Pembukaan...............................................................9
C. Tahap Peralihan...................................................................10
D. Tahap Kerja/Inti..................................................................11
E. Tahap Penutup ....................................................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................15
B. Saran……………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diberikan


kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam suasana kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk saling belajar dari pengalaman para
anggotanya sehingga peserta didik/konseli dapat mengatasi masalah.

Tujuan konseling kelompok adalah memfasilitasi konseli melakukan


perubahan perilaku, mengkonstruksi pikiran, mengembangkan kemampuan
mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang bermakna bagi dirinya
dan berkomitmen untuk mewujudkan keputusan dengan penuh tanggungjawab
dalam kehidupannya dengan memanfaatkan kekuatan (situasi) kelompok.
Pendekatan kelompok dalam layanan bimbingan dan konseling memiliki
keuntungan khusus untuk konseling sekolah. Konseling kelompok di sekolah
dirancang untuk menangani permasalahan belajar, pribadi, karir atau masalah
sosial.1

Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan


acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan
konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang
dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan
sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud


penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta
didik. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-

1
Siti Aminah and others, ‘DIKLUS : Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan
Konseling Analysis of the Impact of Training for Competency Improvement in Group Counseling
Services for High School Counseling Teachers in Sleman Regency’, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
2.September (2021), 169–79.

1
macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan
konseling kelompok. Dalam makalah ini akan dibahas tentang layanan konseling
kelompok beserta tahapan-tahapannya.

2
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Layanan Konseling Kelompok?


2. Bagaimana Tahap Pembukaan dalam Layanan Konseling Kelompok?
3. Bagaimana Tahap Peralihan dalam Layanan Konseling Kelompok?
4. Bagaimana Tahap Kerja/Inti dalam Layanan Konseling Kelompok?
5. Bagaimana Tahap Penutup dalam Layanan Konseling Kelompok?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Pengertian Layanan Konseling Kelompok


2. Mengetahui Tahap Pembukaan dalam Layanan Konseling Kelompok
3. Mengetahui Tahap Peralihan dalam Layanan Konseling Kelompok
4. Mengetahui Tahap Kerja/Inti dalam Layanan Konseling Kelompok
5. Mengetahui Tahap Penutup dalam Layanan Konseling Kelompok

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Dijelaskan oleh Corey (2016) konseling kelompok berorientasi pada


permasalahan para anggotanya yang meliputi: perasaan atau kondisi konseli,
perilaku, dan komunikasi antar pribadi dalam dinamika kelompok. Anggota
kelompok dapat saling berempati dan memberikan dukungan yang dibutuhkan
untuk menciptakan rasa percaya yang mengarah pada suasana kelompok yang
kondusif. Konseling kelompok menekankan pada pasrtisipasi aktif setiap anggota
kelompok, komunikasi dalam kelompok menjadi salah satu penentu keberhasilan
konseling. Suasana kelompok yang kondusif ditandai dengan efektifnya komunikasi
setiap anggota, hal ini menjadikan anggota kolompok terbuka dan lebih mudah
menyesuaikan diri dalam kelompoknya. 2

Menurut Hellen, konseling merupakan salah satu tehnik dalam pelayanan


bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara pembimbing dengan
konseli, dengan tujuan agar konseli itu mampu mengarahkan dirinya untuk
mengembangkan potensi yang baik.

Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling


perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan
ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang).
Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-
sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak
lanjut.3

Layanan konseling kelompok juga merupakan upaya bantuan yang diberikan


kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan
2
Niken Susilowati Murita Esti Rahayu, Muya Barida, ‘UPAYA MEREDUKSI KEJENUHAN BELAJAR
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SELF-INSTRUCTION PADA’, 1.1 (2021), 695–703.
3
Wilda Hafiva, Fadhilla Yusri, and Wedra Aprison, ‘Efektivitas Pendekatan Ego Untuk Meningkatkan
Resiliensi Diri Siswa Di SMAN 2 Padang Panjang’, ISLAMIC COUNSELING Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 4.2 (2020), 223 <https://doi.org/10.29240/jbk.v4i2.1474>.

4
dan pertumbuhan peserta didik, konseling kelompok bersifat pencegahan. Supriatna
mengungkapkan “selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat
penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhannya”. 4 Konseling kelompok menyajikan dan
memberi dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah
dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Layanan konseling kelompok juga bisa
dimaknai sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami
masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan
yang optimal.

Seperti yang diungkapkan oleh Tohirin bahwa “layanan konseling kelompok


yaitu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah
pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan
kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal”. Selanjutnya, konseling
kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok
yang bersifat pemecahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Dalam konseling
kelompok peserta didik dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan
tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.

Winkel dan Hastuti mengungkapkan bahwa “layanan konseling kelompok


adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku
yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada
sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-
nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah
yang lebih baik”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa layanan


konseling kelompok adalah suatu upaya pemberian bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok

4
Essy Pratiwi, ‘IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018’, Sagepub, 6.1 (2018), 1–8
<http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://
reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8>.

5
untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok. Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan,
dengan diselenggarakannya konseling kelompok diharapkan tercapainya
perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. 5

Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi


siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. 6 Melalui konseling kelompok hal-
hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa
diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan
sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal.

Menurut Asmani (2010: 592-593) tujuan umum dari pelayanan bimbingan


dalam bentuk bimbingan konseling kelompok adalah sebagai berikut:

1) Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan


menemukan dirinya sendiri
2) Para konseli mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain,
sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
3) Para konseli memperoleh kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan
mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antarpribadi di
dalamkelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar
lingkungan kelompoknya.
4) Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih
mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan
membuat mereka lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis dan perasaan
sendiri.
5) Masing-masing konseli menetapkan sasaran yang inginmereka capai, yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
6) Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia
sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain
dan harapan akan diterima oleh orang lain.

5
Rifda El Fiah and Ice Anggralisa, ‘Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Krui Lampung
Barat T.P 2015/2016’, KONSELI : Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 2.2 (2017), 43–56
<https://doi.org/10.24042/kons.v2i2.1207>.
6
Winda Novaliany, ‘LAYANAN KONSELING KELOMPOK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK
MENGURANGI SETRES AKADEMIK SISWA SMK FARMASI PELAIHARI’, Jurnal Inovasi Penelitian, 2.10
(2022), 1–23.

6
7) Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam
hati orang lain. Dengan demikian, dia tidak merasa terisolir lagi, seolah-olah
hanya dia yang mengalami ini dan itu.
8) Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara
terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian.
Pengalaman bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan
membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orangyang dekat
padanya.7

Sedangkan menurut Prayitno (1995: 178) konseling kelompok bertujuan :

1. Mampu berbicara didepan orang banyak


2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain
sebagainya kepada orang banyak
3. Belajar menghargai pendapat orang banyak
4. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya,
5. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak jiwa yang bersifat
negatif),
6. Dapat bertenggang rasa
7. Menjadi akrab satu sama lainnya
8. Dapat saling membantu memecahkan masalah pribadi yang dikemukakan
dalam kelompok (khusus dalam konseling kelompok).

Jadi menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling


kelompok yaitu sebagai berikut :

a. Terkembangnya masalah perasaan, pikiran, persepsi. Wawasan dan sikap


terarah kepada tingkah laku khususnya bersosialisasi dan komunikasi.
b. Terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi individu – individu lain yang menjadi
peserta layanan.8

7
Ernita Br Tarigan, ‘Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Layanan
Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas Vii-3 Smp Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018’, Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, 15.3 (2018), 272–82
<http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa>.
8
Prayitno Zadrian Ardi, Ifdil, Afdal, LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN KONSELING KELOMPOK
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2017).

7
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-
asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu: Pertama
asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena
masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap
anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun
tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok.

Kedua Asas Kesukarelaan Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan


dari anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan. Ketiga Asas
keterbukaan, keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena
jika keterbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau
kekhawatiran dari anggota.

Keempat Asas kegiatan, Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti
bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan–tujuan
bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang
dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian
masalah.

Kelima Asas kenormatifan dalam kegiatan konseling kelompok, setiap


anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin
mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih
dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.

Terakhir Asas kekinian masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling


kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah
masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan
kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua
tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil. 9

Manfaat konseling kelompok secara umum yaitu : memungkinkan siswa


untuk memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang
dialami melalui dinamika kelompok. Kesimpulannya bahwa konseling kelompok
dapat mendatangkan manfaat yang luas dan berguna bagi kehidupan individu,
terutama ketika dia melakukan interaksi sosial dengan orang lain. 10
9
Nasrina Nur Fahmi and Slamet, ‘Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Rasa Percaya
Diri Siswa’, Jurnal Hisbah, 13.1 (2016), 69–84
<http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/17758>.
10
Uray Herlina, ‘Teknik Role Playing Dalam Konseling Kelompok’, SoSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan
Sosial, 2.1 (2015), 94–107.

8
B. Tahap Pembukaan

Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working


relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah pada
penyelesaian masalah. Hal yang paling pokok adalah pembukaan pada awal proses
konseling kelompok, bila kelompok saling bertemu untuk pertama kali. Mengingat
jumlah pertemuan pasti lebih dari satu kali saja, pertemuan-pertemuan berikutnya
juga memakai suatu pembukaan, tetapi caranya akan lain dibanding dengan
pembukaan pada waktu saling bertemu untuk pertama kali.

a. Bila saling bertemu untuk pertama kali, para konseli disambut oleh konselor.
Kemudian seluruh anggota kelompok saling memperkenalkan diri, dengan
menyebutkan nama, umur, alamat, kelas, dan program studinya, serta
menceritakan sedikit mengenai asal usulnya. Perkenalan ini sedikit banyak
berfungsi sebagai basa-basi, supaya para konseli dapat sedikit menyesuaikan
diri dengan situasi tegang. Kemudian mereka mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh konselor, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum
jelas, dan menyatakan kerelaanya untuk mengikuti tatacara yang ditetapkan.
Kemudian dilanjutkan konselor yang memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama, umur, taraf pendidikan, dan lamanya berpengalaman
dilapangan. Serta sedikit menceritakan tentang asal-usulnya.Setelah itu dia
mempersilakan konseli memperkenalkan diri secara bergiliran.Lalu konselor
memberikan rangkaian penjelasan yang diperlukan, dilanjutkan para konseli
mengemukakan masalah yang mereka alami dengan materi pokok yang
menjadi bahan diskusi.
b. Bila kelompok bertemu kembali untuk melanjutkan pembicaraan terdahulu,
konselor menyambut kedatangan para konseli dan kemudian mengajak untuk
melanjutkan diskusi bersama, setelah memberikan ringkasan tentang
kemajuan kelompok sampai pada saat tertentu dalam proses konseling.

Tahap awal dalam kelompok memperhatikan karakteristik anggota yang tidak


sama, hal ini akan berpengaruh pada mekanisme pelaksanaan proses kelompok pada
tiap-tiap tahap. Karakteristik yang nampak pada tahap awal adalah mempunyai
perhatian yang terlalu dini, memiliki kepentingan yang tersembunyi, beresiko
sebagai awal konflik, ada konflik antara diri dengan orang lain, konflik antara
keperntingan saat ini dengan masa datang, ada perasaan percaya tetapi juga muncul
kecurigaan. Salah satu strategi dalam membangun kepercayaan adalah keteladanan

9
dan sikap serta tindakan untuk percaya. Pemimpin kelompok (konselor) pada tahap
awal diharapkan mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tujuan umum pada
anggota, disamping itu membantu anggota mendefinisikan tujuan pribadi. Perhatian
utama pada tahap ini adalah pembagian tanggung jawab, kesepakatan bersama,
membuka dan menutup sesi kelompok. 11

C. Tahap Peralihan

Tahap Peralihan,yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke


kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. 12 Pada
langkah kedua ini, peran pemimpin kelompok sangat diuji karena bisa jadi anggota
kelompok belum siap, merasa tegang, belum siap menuju tahap inti dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, biasanya dalam tahap ini harus disediakan hal-hal yang
bisa mencairkan suasana, misalnya ada Ice breaking. Hal ini sangat penting apalagi
jika sasarannya ialah anak-anak. Tahap transisi dalam proses kelompok, pemimpin
kelompok (konselor) bertanggung jawab untuk membantu anggota kelompok keluar
dari situasi dan kondisi krisis yang dialami. Situasi krisis tergambar dalam
krakteristik anggota yang menampakkan ;

a. Munculnya kecemasan; perasaan cemas anggota kelompok baik yang berasal


dari faktor internal maupun eksternal berpengaruh pada efektivitas anggota
kelompok. Kecemasan dapat diakibatkan karena merasa tidak mampu untuk
berinteraksi dan berpendapat dalam kelompok.
b. Kepercayaan diri; anggota kelompok memiliki tingkat kepercayaan diri yang
berbeda sehingga bagi anggota kelompok yang kurang percaya diri maka
tugas utama pada awal konseling kelompok adalah membangun kepercayaan
diri anggota kelompok.
c. Perilaku yang defensive dan resisten; kesulitan awal seorang konselor adalah
mendapatkan partisipasi dari anggota. Anggota kelompok dapat
menunjukkan perilaku defensive dan cenderung melawan terhadap topik
diskusi, terhadap anggota kelompok maupun kepada pemimpin kelompok.
Gejala perilaku defensive dan resisten dapat terlihat melalui pola hubungan
emosional dengan anggota kelompok, gaya bicara yang singkat dan langsung,
tidak berpendapat, dan memperlihatkan ekspresi terhadap perasaan yang
sedang dialaminya.
11
Ahmad Susanto, Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya, ed. by MA Dr. Rahmat
Hidayat (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia(LPPPI), 2019).
12
Insan Suwanto and Athia Tamyizatun Nisa, ‘Cinema Therapy Sebagai Intervensi Dalam Konseling
Kelompok’, Jambore Konselor, 3.1 (2017), 147–52.

10
d. Ketakutan yang biasanya dialami anggota kelompok; anggota kelompok yang
sering diliputi oleh perasaan takut diantaranya takut kelihatan bodoh, takut
ditolak, takut dianggap tidak bisa, takut kurang control, takut dianggap
menutup diri karena mereka merasa diminta terbuka sebelum mereka secara
mental siap untuk berpendapat.
e. Berusaha untuk mengontrol diri sehingga partisipasi dalam kelompok
menjadi kurang karena anggota bersikap pasif.
f. Konflik; konflik pribadi yang berkaitan dengan jenis kelamin, umur, bahasa,
status sosial ekonomi, rasial, dan latar belakang pendidikan. Konflik
disebabkan karena kurangnya attending yang dilakukan oleh konselor.
g. Konfrontasi; selama proses kelompok akan terjadi pertentangan diantara
anggota kelompok, pemimpin harus bertanggung jawab untuk menjadikan
konfrontasi sebagai upaya konstruktif untuk membangun proses kelompok.
h. Pergantian pimpinan kelompok; dalam proses konseling kelompok seorang
leader diganti disebabkan oleh faktor kepribadian dan profesionalitas, karena
pemimpin kelompok tidak memiliki kompetensi dan keterampilan yang
memadai.13

D. Tahap Kerja/Inti

Pada tahap kerja/inti, kegiatan yang dilakukan adalah memfasilitasi


kelompok untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh tiap-tiap anggota
kelompok, mengeksplorasi masalah yang dikeluhkan oleh salah satu anggota
kelompok (disesuaikan dengan pendekatan bimbingan yang digunakan),
mempelajari perilaku baru, mengembangkan ide-ide baru dan mengubah perilaku
lainnya, memandu kelompok merangkum poin-poin belajar yang dapat ditemukan
pada setiap sesi bimbingan kelompok, memberikan penguatan (reinforcement)
terhadap pikiran, perasaan dan perilaku positif “baru” yang diperoleh dalam sesi
bimbingan untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. 14

Tahap pelaksanaan kegiatan ini merupakan situasi yang urgen karena


merupakan inti kegiatan yang ditandai dengan keterlibatan secara aktif dari setiap
angota kelompok dalam membahas, mempelajari materi baru, mendiskusikan
berbagai permasalahan yang muncul dan mempraktekan perilaku-perilaku yang baru.

13
Sigit Sanyata, ‘Teknik Dan Strategi Konseling Kelompok’, Jurnal Paradigma, V.09 (2010), 105–20.
14
Murita Esti Rahayu, Muya Barida.

11
Nursalim (2015) menyebutkan beberapa bagian yang dihadirkan dalam tahap
ini, yaitu pemaparan masalah, pemilihan masalah, dan pembahasan masalah. Setiap
anggota menyampaikan problem-problem yang dihadapi. Kemudian, terjadi
pemilihan masalah yang akan dibahas dan disinilah terjadi dinamika kelompok yang
menjadi salah satu ciri khas konseling kelompok. Selanjutnya ialah pembahasan
masalah.15

Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor dan
para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok konseli
selama ini harus ikut berpikir, memandang, dan mempertimbangkan, namun peranan
konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian pemasalahan pada
umumnya lebih besar. Oleh karena itu, para konseli mendengarkan lebih dahulu
penjelasan konselor tentang hal-hal apa yang ditinjau dan didiskusikan. Kemudian
dimantapkan kembali tujuan yang ingin dicapai bersama, selaras dengan keadaan
ideal yang telah dirumuskan. Misalnya; “kelompok ingin dapat melakukan
penyesuaian sosial yang baik”. Setelah itu dibahas bersama dengan cara bagaimana
tujuan itu dapat dicapai. Dengan menetapkan sejumlah langkah-langkah untuk
mewujudkan keinginan bersama tersebut. Pada fase ini konselor harus mengarahkan
arus pembicaraan dalam kelompok, sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan.

E. Tahap Penutup

Pada tahap ini seluruh rangkaian kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan
diselesaikan, setiap keputusan solusi permasalahan telah ditentukan oleh masing-
masing anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus memulai perubahan
tingkah laku dan menilai sejauh mana keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan
permasalahan setiap anggota. 16

Manajerial konselor pada tahap akhir ini adalah mengarahkan dan


mengorganisasikan seluruh anggota kelompok untuk berkomitmen mengubah
tingkah laku sesuai dengan keputusan yang telah ditentukan, hal ini dilakukan
utamanya pada beberapa anggota kelompok yang merasa tidak yakin dan menilai
15
Muhammad Rizai, ‘Konseling Kelompok Dengan Teknik Biblioterapi Untuk Mengurangi Kecanduan
Game Online Pada Anak: Sebuah Kajian Literatur’, Journal of Contemporary Islamic Counselling, 1.2
(2021), 101–14 <http://alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/view/79%0Ahttps://
alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/download/79/51>.
16
Dody Riswanto, ‘KOMPETENSI MANAJERIAL KONSELOR PADA LAYANAN KONSELING KELOMPOK’,
Al-Tanzim, 03.01 (2019), 156–68 <https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim>.

12
terjadinya kegagalan dalam proses konseling kelompok, sugesti positif dari konselor
agar semua anggota kelompok dapat berkomitmen bersama untuk mengubah tingkah
laku adalah sebuah kewajiban.

Manajerial konselor berikutnya adalah mengingatkan anggota kelompok


untuk membuat jadwal pertemuan pada konseling kelompok berikutnya, konselor
harus memimpin bagaimana setiap anggota kelompok dapat memberikan kesan dan
pesan serta menilai keberhasilan konseling kelompok bagi semua anggota kelompok,
konselor dapat membuat evaluasi dan follow up terhadap seluruh rangkaian kegiatan
konseling kelompok.17

Bila kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan
bersama, proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dibubarkan pada pertemuan
terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan yang sedang
berlangsung ditutup untuk dilanjutkan pada lain hari:

a. Bila proses konseling sudah akan selesai, para konseli mendengarkan


ringkasan yag diberikan oleh konselor tentang jalannya proses konseling dan
melengkapinya kalau dianggap perlu.
b. Bila proses konseling belum selesai dan waktu untuk pertemuan kali ini
sudah habis, konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama,
menunjukkan kemajuan yang telah dicapai, dan memberikan satu-dua
pertanyaan untuk dipikirkan selama hari-hari pertemuan berikutnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tahap pengakhiran tepat dilakukan saat
tujuan dalam kegiatan konseling kelompok telah tercapai yang ditandai dengan
dirumuskan perilaku positif yang dapat menjadi pemecahan suatu permasalahan
yang menjadi topik kajian dalam diskusi kelompok dan perilaku tersebut telah
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari diluar kelompok. Perlu diketahui bahwa
dalam tahap ini yang paling penting adalah kemampuan konselor dalam mentransfer
atau merealisasikan apa yang anggota kelompok pelajari dalam kelompok dapat
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari mereka. 18

17
Yulida, ‘PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BANDAR
LAMPUNG .T.A. 2017/2018’, Repository Raden Intan Lampung, 21, 2018, 1–9.
18
Mei Prihantini Diyah Ikawati, ‘Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa KMS (Kartu Menuju
Sejahtera) Menggunakan Konseling Kelompok Bagi Siswa’, PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 4.2 (2015), 158 <https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v4i2.4484>.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Layanan konseling kelompok adalah suatu upaya pemberian bantuan yang


diberikan oleh konselor kepada anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-
masing anggota kelompok. Konseling kelompok bersifat pencegahan dan
penyembuhan, dengan diselenggarakannya konseling kelompok diharapkan
tercapainya perkembangan dan pertumbuhan yang optimal.

14
Pada tahap awal, konselor diharapkan mampu mengidentifikasi dan
menjelaskan tujuan umum pada anggota, disamping itu membantu anggota
mendefinisikan tujuan pribadi. Perhatian utama pada tahap ini adalah pembagian
tanggung jawab, kesepakatan bersama, membuka dan menutup sesi kelompok.

Tahap Peralihan,yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke


kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Pada
langkah kedua ini, peran pemimpin kelompok sangat diuji karena bisa jadi anggota
kelompok belum siap, merasa tegang, belum siap menuju tahap inti dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, biasanya dalam tahap ini harus disediakan hal-hal yang
bisa mencairkan suasana, misalnya ada Ice breaking. Hal ini sangat penting apalagi
jika sasarannya ialah anak-anak. Tahap transisi dalam proses kelompok, pemimpin
kelompok (konselor) bertanggung jawab untuk membantu anggota kelompok keluar
dari situasi dan kondisi krisis yang dialami.

Pada tahap kerja/inti, kegiatan yang dilakukan adalah memfasilitasi


kelompok untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh tiap-tiap anggota
kelompok, mengeksplorasi masalah yang dikeluhkan oleh salah satu anggota
kelompok (disesuaikan dengan pendekatan bimbingan yang digunakan),
mempelajari perilaku baru, mengembangkan ide-ide baru dan mengubah perilaku
lainnya, memandu kelompok merangkum poin-poin belajar yang dapat ditemukan
pada setiap sesi bimbingan kelompok, memberikan penguatan (reinforcement)
terhadap pikiran, perasaan dan perilaku positif “baru” yang diperoleh dalam sesi
bimbingan untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.

Tahap pengakhiran tepat dilakukan saat tujuan dalam kegiatan konseling


kelompok telah tercapai yang ditandai dengan dirumuskan perilaku positif yang
dapat menjadi pemecahan suatu permasalahan yang menjadi topik kajian dalam
diskusi kelompok dan perilaku tersebut telah dipraktekan dalam kehidupan sehari-
hari diluar kelompok. Perlu diketahui bahwa dalam tahap ini yang paling penting
adalah kemampuan konselor dalam mentransfer atau merealisasikan apa yang
anggota kelompok pelajari dalam kelompok dapat diaplikasikan kedalam kehidupan
sehari-hari mereka.

B. Saran

15
Sebelum memberikan layanan bimbingan dan konseling kelompok pada para
konseli, sebaiknya seorang konselor harus terlebih dahulu mengetahui tahapan-
tahapan yang harus diterapkan pada layanan konseling kelompok. Sehingga tujuan
dapat dicapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti, Septi Diana Purnama, Suwarjo, and Fathur Rahman, ‘DIKLUS :
Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan Konseling
Analysis of the Impact of Training for Competency Improvement in Group
Counseling Services for High School Counseling Teachers in Sleman Regency’,
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2.September (2021), 169–79
Fahmi, Nasrina Nur, and Slamet, ‘Layanan Konseling Kelompok Dalam

16
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa’, Jurnal Hisbah, 13.1 (2016), 69–84
<http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/17758>
El Fiah, Rifda, and Ice Anggralisa, ‘Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok
Dengan Pendekatan Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi
Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Krui Lampung Barat T.P 2015/2016’,
KONSELI : Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 2.2 (2017), 43–56
<https://doi.org/10.24042/kons.v2i2.1207>
Hafiva, Wilda, Fadhilla Yusri, and Wedra Aprison, ‘Efektivitas Pendekatan Ego
Untuk Meningkatkan Resiliensi Diri Siswa Di SMAN 2 Padang Panjang’,
ISLAMIC COUNSELING Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4.2 (2020), 223
<https://doi.org/10.29240/jbk.v4i2.1474>
Herlina, Uray, ‘Teknik Role Playing Dalam Konseling Kelompok’, SoSIAL
HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, 2.1 (2015), 94–107
Ikawati, Mei Prihantini Diyah, ‘Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa
KMS (Kartu Menuju Sejahtera) Menggunakan Konseling Kelompok Bagi
Siswa’, PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4.2 (2015), 158
<https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v4i2.4484>
Murita Esti Rahayu, Muya Barida, Niken Susilowati, ‘UPAYA MEREDUKSI
KEJENUHAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK
SELF-INSTRUCTION PADA’, 1.1 (2021), 695–703
Novaliany, Winda, ‘LAYANAN KONSELING KELOMPOK BERBANTUAN
MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENGURANGI SETRES AKADEMIK
SISWA SMK FARMASI PELAIHARI’, Jurnal Inovasi Penelitian, 2.10 (2022),
1–23
Pratiwi, Essy, ‘IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN SELF
CONFIDENCE PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 7
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018’, Sagepub, 6.1 (2018), 1–
8 <http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://
doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/
S1063458420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8>
Riswanto, Dody, ‘KOMPETENSI MANAJERIAL KONSELOR PADA LAYANAN
KONSELING KELOMPOK’, Al-Tanzim, 03.01 (2019), 156–68
<https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim>

17
Rizai, Muhammad, ‘Konseling Kelompok Dengan Teknik Biblioterapi Untuk
Mengurangi Kecanduan Game Online Pada Anak: Sebuah Kajian Literatur’,
Journal of Contemporary Islamic Counselling, 1.2 (2021), 101–14
<http://alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/view/79%0Ahttps://
alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/download/79/51>
Sanyata, Sigit, ‘Teknik Dan Strategi Konseling Kelompok’, Jurnal Paradigma, V.09
(2010), 105–20
Susanto, Ahmad, Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya, ed. by
MA Dr. Rahmat Hidayat (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia(LPPPI), 2019)
Suwanto, Insan, and Athia Tamyizatun Nisa, ‘Cinema Therapy Sebagai Intervensi
Dalam Konseling Kelompok’, Jambore Konselor, 3.1 (2017), 147–52
Tarigan, Ernita Br, ‘Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas Vii-3 Smp
Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018’, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 15.3
(2018), 272–82 <http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa>
Yulida, ‘PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK
ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BANDAR
LAMPUNG .T.A. 2017/2018’, Repository Raden Intan Lampung, 21, 2018, 1–9
Zadrian Ardi, Ifdil, Afdal, Prayitno, LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN
KONSELING KELOMPOK (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017)

18
19

Anda mungkin juga menyukai