Dosen Pengampu :
KELAS A
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sang
pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturannya,
karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Teknik dan Laboratorium Bimbingan Konseling
dengan baik dan tidak kurang dari pada waktunya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................3
C. Tujuan Pembahasan............................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................4
A. Pengertian Layanan Konseling Kelompok..........................4
B. Tahap Pembukaan...............................................................9
C. Tahap Peralihan...................................................................10
D. Tahap Kerja/Inti..................................................................11
E. Tahap Penutup ....................................................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................15
B. Saran……………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Siti Aminah and others, ‘DIKLUS : Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan
Konseling Analysis of the Impact of Training for Competency Improvement in Group Counseling
Services for High School Counseling Teachers in Sleman Regency’, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
2.September (2021), 169–79.
1
macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan
konseling kelompok. Dalam makalah ini akan dibahas tentang layanan konseling
kelompok beserta tahapan-tahapannya.
2
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dan pertumbuhan peserta didik, konseling kelompok bersifat pencegahan. Supriatna
mengungkapkan “selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat
penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhannya”. 4 Konseling kelompok menyajikan dan
memberi dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah
dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Layanan konseling kelompok juga bisa
dimaknai sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami
masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan
yang optimal.
4
Essy Pratiwi, ‘IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018’, Sagepub, 6.1 (2018), 1–8
<http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://
reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8>.
5
untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok. Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan,
dengan diselenggarakannya konseling kelompok diharapkan tercapainya
perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. 5
5
Rifda El Fiah and Ice Anggralisa, ‘Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Krui Lampung
Barat T.P 2015/2016’, KONSELI : Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 2.2 (2017), 43–56
<https://doi.org/10.24042/kons.v2i2.1207>.
6
Winda Novaliany, ‘LAYANAN KONSELING KELOMPOK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK
MENGURANGI SETRES AKADEMIK SISWA SMK FARMASI PELAIHARI’, Jurnal Inovasi Penelitian, 2.10
(2022), 1–23.
6
7) Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam
hati orang lain. Dengan demikian, dia tidak merasa terisolir lagi, seolah-olah
hanya dia yang mengalami ini dan itu.
8) Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara
terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian.
Pengalaman bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan
membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orangyang dekat
padanya.7
7
Ernita Br Tarigan, ‘Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Layanan
Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas Vii-3 Smp Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018’, Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, 15.3 (2018), 272–82
<http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa>.
8
Prayitno Zadrian Ardi, Ifdil, Afdal, LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN KONSELING KELOMPOK
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2017).
7
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-
asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu: Pertama
asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena
masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap
anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun
tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok.
Keempat Asas kegiatan, Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti
bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan–tujuan
bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang
dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian
masalah.
8
B. Tahap Pembukaan
a. Bila saling bertemu untuk pertama kali, para konseli disambut oleh konselor.
Kemudian seluruh anggota kelompok saling memperkenalkan diri, dengan
menyebutkan nama, umur, alamat, kelas, dan program studinya, serta
menceritakan sedikit mengenai asal usulnya. Perkenalan ini sedikit banyak
berfungsi sebagai basa-basi, supaya para konseli dapat sedikit menyesuaikan
diri dengan situasi tegang. Kemudian mereka mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh konselor, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum
jelas, dan menyatakan kerelaanya untuk mengikuti tatacara yang ditetapkan.
Kemudian dilanjutkan konselor yang memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama, umur, taraf pendidikan, dan lamanya berpengalaman
dilapangan. Serta sedikit menceritakan tentang asal-usulnya.Setelah itu dia
mempersilakan konseli memperkenalkan diri secara bergiliran.Lalu konselor
memberikan rangkaian penjelasan yang diperlukan, dilanjutkan para konseli
mengemukakan masalah yang mereka alami dengan materi pokok yang
menjadi bahan diskusi.
b. Bila kelompok bertemu kembali untuk melanjutkan pembicaraan terdahulu,
konselor menyambut kedatangan para konseli dan kemudian mengajak untuk
melanjutkan diskusi bersama, setelah memberikan ringkasan tentang
kemajuan kelompok sampai pada saat tertentu dalam proses konseling.
9
dan sikap serta tindakan untuk percaya. Pemimpin kelompok (konselor) pada tahap
awal diharapkan mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tujuan umum pada
anggota, disamping itu membantu anggota mendefinisikan tujuan pribadi. Perhatian
utama pada tahap ini adalah pembagian tanggung jawab, kesepakatan bersama,
membuka dan menutup sesi kelompok. 11
C. Tahap Peralihan
10
d. Ketakutan yang biasanya dialami anggota kelompok; anggota kelompok yang
sering diliputi oleh perasaan takut diantaranya takut kelihatan bodoh, takut
ditolak, takut dianggap tidak bisa, takut kurang control, takut dianggap
menutup diri karena mereka merasa diminta terbuka sebelum mereka secara
mental siap untuk berpendapat.
e. Berusaha untuk mengontrol diri sehingga partisipasi dalam kelompok
menjadi kurang karena anggota bersikap pasif.
f. Konflik; konflik pribadi yang berkaitan dengan jenis kelamin, umur, bahasa,
status sosial ekonomi, rasial, dan latar belakang pendidikan. Konflik
disebabkan karena kurangnya attending yang dilakukan oleh konselor.
g. Konfrontasi; selama proses kelompok akan terjadi pertentangan diantara
anggota kelompok, pemimpin harus bertanggung jawab untuk menjadikan
konfrontasi sebagai upaya konstruktif untuk membangun proses kelompok.
h. Pergantian pimpinan kelompok; dalam proses konseling kelompok seorang
leader diganti disebabkan oleh faktor kepribadian dan profesionalitas, karena
pemimpin kelompok tidak memiliki kompetensi dan keterampilan yang
memadai.13
D. Tahap Kerja/Inti
13
Sigit Sanyata, ‘Teknik Dan Strategi Konseling Kelompok’, Jurnal Paradigma, V.09 (2010), 105–20.
14
Murita Esti Rahayu, Muya Barida.
11
Nursalim (2015) menyebutkan beberapa bagian yang dihadirkan dalam tahap
ini, yaitu pemaparan masalah, pemilihan masalah, dan pembahasan masalah. Setiap
anggota menyampaikan problem-problem yang dihadapi. Kemudian, terjadi
pemilihan masalah yang akan dibahas dan disinilah terjadi dinamika kelompok yang
menjadi salah satu ciri khas konseling kelompok. Selanjutnya ialah pembahasan
masalah.15
Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor dan
para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok konseli
selama ini harus ikut berpikir, memandang, dan mempertimbangkan, namun peranan
konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian pemasalahan pada
umumnya lebih besar. Oleh karena itu, para konseli mendengarkan lebih dahulu
penjelasan konselor tentang hal-hal apa yang ditinjau dan didiskusikan. Kemudian
dimantapkan kembali tujuan yang ingin dicapai bersama, selaras dengan keadaan
ideal yang telah dirumuskan. Misalnya; “kelompok ingin dapat melakukan
penyesuaian sosial yang baik”. Setelah itu dibahas bersama dengan cara bagaimana
tujuan itu dapat dicapai. Dengan menetapkan sejumlah langkah-langkah untuk
mewujudkan keinginan bersama tersebut. Pada fase ini konselor harus mengarahkan
arus pembicaraan dalam kelompok, sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan.
E. Tahap Penutup
Pada tahap ini seluruh rangkaian kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan
diselesaikan, setiap keputusan solusi permasalahan telah ditentukan oleh masing-
masing anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus memulai perubahan
tingkah laku dan menilai sejauh mana keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan
permasalahan setiap anggota. 16
12
terjadinya kegagalan dalam proses konseling kelompok, sugesti positif dari konselor
agar semua anggota kelompok dapat berkomitmen bersama untuk mengubah tingkah
laku adalah sebuah kewajiban.
Bila kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan
bersama, proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dibubarkan pada pertemuan
terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan yang sedang
berlangsung ditutup untuk dilanjutkan pada lain hari:
Secara umum dapat dikatakan bahwa tahap pengakhiran tepat dilakukan saat
tujuan dalam kegiatan konseling kelompok telah tercapai yang ditandai dengan
dirumuskan perilaku positif yang dapat menjadi pemecahan suatu permasalahan
yang menjadi topik kajian dalam diskusi kelompok dan perilaku tersebut telah
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari diluar kelompok. Perlu diketahui bahwa
dalam tahap ini yang paling penting adalah kemampuan konselor dalam mentransfer
atau merealisasikan apa yang anggota kelompok pelajari dalam kelompok dapat
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari mereka. 18
17
Yulida, ‘PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BANDAR
LAMPUNG .T.A. 2017/2018’, Repository Raden Intan Lampung, 21, 2018, 1–9.
18
Mei Prihantini Diyah Ikawati, ‘Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa KMS (Kartu Menuju
Sejahtera) Menggunakan Konseling Kelompok Bagi Siswa’, PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 4.2 (2015), 158 <https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v4i2.4484>.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Pada tahap awal, konselor diharapkan mampu mengidentifikasi dan
menjelaskan tujuan umum pada anggota, disamping itu membantu anggota
mendefinisikan tujuan pribadi. Perhatian utama pada tahap ini adalah pembagian
tanggung jawab, kesepakatan bersama, membuka dan menutup sesi kelompok.
B. Saran
15
Sebelum memberikan layanan bimbingan dan konseling kelompok pada para
konseli, sebaiknya seorang konselor harus terlebih dahulu mengetahui tahapan-
tahapan yang harus diterapkan pada layanan konseling kelompok. Sehingga tujuan
dapat dicapai secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti, Septi Diana Purnama, Suwarjo, and Fathur Rahman, ‘DIKLUS :
Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan Konseling
Analysis of the Impact of Training for Competency Improvement in Group
Counseling Services for High School Counseling Teachers in Sleman Regency’,
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2.September (2021), 169–79
Fahmi, Nasrina Nur, and Slamet, ‘Layanan Konseling Kelompok Dalam
16
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa’, Jurnal Hisbah, 13.1 (2016), 69–84
<http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/17758>
El Fiah, Rifda, and Ice Anggralisa, ‘Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok
Dengan Pendekatan Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi
Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Krui Lampung Barat T.P 2015/2016’,
KONSELI : Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 2.2 (2017), 43–56
<https://doi.org/10.24042/kons.v2i2.1207>
Hafiva, Wilda, Fadhilla Yusri, and Wedra Aprison, ‘Efektivitas Pendekatan Ego
Untuk Meningkatkan Resiliensi Diri Siswa Di SMAN 2 Padang Panjang’,
ISLAMIC COUNSELING Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4.2 (2020), 223
<https://doi.org/10.29240/jbk.v4i2.1474>
Herlina, Uray, ‘Teknik Role Playing Dalam Konseling Kelompok’, SoSIAL
HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, 2.1 (2015), 94–107
Ikawati, Mei Prihantini Diyah, ‘Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa
KMS (Kartu Menuju Sejahtera) Menggunakan Konseling Kelompok Bagi
Siswa’, PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4.2 (2015), 158
<https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v4i2.4484>
Murita Esti Rahayu, Muya Barida, Niken Susilowati, ‘UPAYA MEREDUKSI
KEJENUHAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK
SELF-INSTRUCTION PADA’, 1.1 (2021), 695–703
Novaliany, Winda, ‘LAYANAN KONSELING KELOMPOK BERBANTUAN
MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENGURANGI SETRES AKADEMIK
SISWA SMK FARMASI PELAIHARI’, Jurnal Inovasi Penelitian, 2.10 (2022),
1–23
Pratiwi, Essy, ‘IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN SELF
CONFIDENCE PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 7
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018’, Sagepub, 6.1 (2018), 1–
8 <http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://
doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/
S1063458420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8>
Riswanto, Dody, ‘KOMPETENSI MANAJERIAL KONSELOR PADA LAYANAN
KONSELING KELOMPOK’, Al-Tanzim, 03.01 (2019), 156–68
<https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim>
17
Rizai, Muhammad, ‘Konseling Kelompok Dengan Teknik Biblioterapi Untuk
Mengurangi Kecanduan Game Online Pada Anak: Sebuah Kajian Literatur’,
Journal of Contemporary Islamic Counselling, 1.2 (2021), 101–14
<http://alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/view/79%0Ahttps://
alisyraq.pabki.org/index.php/jcic/article/download/79/51>
Sanyata, Sigit, ‘Teknik Dan Strategi Konseling Kelompok’, Jurnal Paradigma, V.09
(2010), 105–20
Susanto, Ahmad, Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya, ed. by
MA Dr. Rahmat Hidayat (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia(LPPPI), 2019)
Suwanto, Insan, and Athia Tamyizatun Nisa, ‘Cinema Therapy Sebagai Intervensi
Dalam Konseling Kelompok’, Jambore Konselor, 3.1 (2017), 147–52
Tarigan, Ernita Br, ‘Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas Vii-3 Smp
Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018’, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 15.3
(2018), 272–82 <http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa>
Yulida, ‘PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK
ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BANDAR
LAMPUNG .T.A. 2017/2018’, Repository Raden Intan Lampung, 21, 2018, 1–9
Zadrian Ardi, Ifdil, Afdal, Prayitno, LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN
KONSELING KELOMPOK (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017)
18
19