D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NATASYA AYU PRIBADI
KELAS : XII MIA 5
Penduduk pulau Jawa dikenal secara umum dengan sebutan orang Jawa, menurut Yana
(2010) orang Jawa adalah semua orang yang lahir dan hidup di pulau Jawa, walaupun di
pulau Jawa juga terdapat suku lain seperti suku Sunda, suku Betawi dan suku Madura,
namun mayoritas penduduk pulau jawa adalah suku Jawa yang berpusat sekitar Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Keberadaan hidup orang Jawa, tak luput dari kehidupan sosial
dan budaya orang Jawa yang memiliki corak dan ragam.
Kebudayaan menurut Kuntowijoyo (2003) berasal dari kata Buddayah yang berarti budi
atau akal, sehingga budaya merupakan hasil dari akal atau pemikiran dan berpijak pada
daya budi yang bersifat cipta, rasa dan karsa. Orang jawa terkenal dengan kearifan lokal
yang sampai saat ini masih berusaha dilestarikan. Nuansa kebudayaan Jawa masih sangat
kental ketika mengunjungi sejumlah daerah di Pulau Jawa, terutama di kota Yogyakarta
dan kota Surakarta yang merupakan sentral kerajaan Mataram yang akhirnya terpecah
menjadi beberapa kerajaan kecil
Dalam silsilah generasi ke atas, bapak/ibu (nomor 1) adalah anak/putra dari simbah
(nomor 2). Simbah dalam Bahasa Indonesia adalah kakek/nenek. Kemudian, simbah
(nomor 2) adalah anak dari simbah buyut (nomor 3). Bisa juga dibilang bahwa simbah
buyut (nomor 3) adalah simbah atau kakek/nenek dari bapak/ibu (nomor 1). Begitu
seterusnya. Dalam Keluarga Jawa biasanya anak menyebut orang tuanya dengan sebutan
Bapak dan Ibu. Orang tua Bapak dan ibu disebut Eyang (Kakek/Nenek dalam bahasa
Indonesia). Orang tua Eyang disebut apa? Dan seterusnya. Ternyata sistem kerabat Jawa
ini masih lebih mudah dibanding dengan sistem suku-suku lain di Indonesia. Indonesia
memang kaya budaya.Berikut adalah istilah untuk level keturunan (ke bawah) dan level
leluhur (ke atas) sampai urutan ke-18 dalam Baoyang ke-8. Eyang Gropak Senthe.
Nenek Moyang:
Moyang ke-1: Bapak/Ibu
Moyang ke-2: Eyang (kakek/nenek dalam bahasa indonesia)
Moyang ke-3: Eyang Buyut
Moyang ke-4: Eyang Canggah
Moyang ke-5: Eyang Wareng
Moyang ke-6: Eyang Udeg-udeg
Moyang ke-7: Eyang Gantung Siwur
1. Dalam masyarakat Jawa, kakek biasa dipanggil dengan sebutan ‘mbah kung’
2. Kalau untuk nenek kamu bisa memanggilnya dengan panggilan ‘mbah putri’
3. Apa kamu punya kakak laki-laki? Dalam bahasa Jawa kakak laki-laki bisa dipanggil
dengan sebutan ‘mas’ atau ‘kang’\
4. Sedangkan untuk kakak perempuan kamu bisa memanggilnya dengan sebutan
‘mbak’
5. Kalau kakak laki-laki dari ayah maupun ibu, kamu bisa memanggilnya dengan
panggilan ‘pak dhe’ atau ‘pak puh’
6. Sedangkan kakak perempuan dari ayah atau ibu bisa memanggilnya ‘budhe' atau
'bupuh
7. Kalau adik laki-laki dari ayah maupun ibu dalam bahasa Jawa dipanggil dengan
‘paklik’
8. Sedangkan adik perempuan dari ayah maupun ibu kamu bisa memanggilnya dengan
sebutan ‘bulik’
9. Dalam bahasa Jawa, ‘thole’ merupakan panggilan dari seseorang yang lebih tua
untuk anak laki-laki
10. Sebaliknya, ‘nduk’ merupakan panggilan dari seseorang yang lebih tua untuk anak
perempuan
Sifat baik & buruk Suku Jawa
a) Sifat baik
1. Kalungguhan/jabatan
Yang sering ditemui orang-orang yang dulu gencar mengkritik pemerintah
namun setelah diberi jabatan orang tersebut akan diam.
2. Duit/utang
Duit atau uang adalah pangkon yang nyata adanya. Biasanya dipraktekkan oleh
kepala daerah atau undang-undang untuk mengamankan posisinya, orang yang
disungkan apabila diberi bantuan berupa uang akan menjadikan seseorang
disungkan kalau tidak memilihnya.
3. Barang melok
Barang melok diartikan barang yang mencolok dan dapat membunuh karakter
baik seseorang. Barang mewah atau wanita dapat dikategorikan sebagai pangkon
barang melok.
4. Kemareman/kepuasan
Orang yang merasa puas dengan ilmunya, akan menjadi pangkon untuk dirinya
sendiri. Pangkon kemareman bagi orang berilmu dapat menjadikan ia tidak bisa
menerima ilmu baru dan menganggap bodoh orang lain.
Pasangan suku Jawa biasanya adalah suku Jawa itu sendiri. Namun banyak sekali
pernikahan yg terjadi dengan beda suku. Pernikahan Ini banyak terjadi apalagi di pulau
Sumatera. Larangan menikah bagi suku Batak dan Jawa
didasari oleh stereotype karakter masing-masing suku. Banyak orang beranggapan bahwa
pernikahan antara suku Batak dan Jawa merupakan penyatuan antara sosok dominan dan
submisif (penurut). Suku Batak dianggap memiliki kepribadian dominan, wataknya
cenderung keras dan ekspresif. Sebaliknya, Suku Jawa justru dianggap penurut dan lebih
plin-plan. Sehingga pernikahan yang menyatukan dua orang beda suku tersebut
dikhawatirkan menimbulkan penindasan. Seseorang yang berasal dari Suku Batak selalu
dianggap lebih dominan dalam rumah tangga dan rentan menindas pasangannya yang
berasal dari Suku Jawa. Padahal, anggapan tersebut tak sepenuhnya benar karena tidak
semua karakter suku Batak dan Jawa sama.
Notty J. Mahdi selaku Antropolog Forum Kajian Antropologi Indonesia juga pernah
menjelaskan cinta beda suku antara Batak dan Jawa. Menurut Notty, adat istiadat kedua
suku tersebut terbilang rumit dalam putaran hidup manusia (life cycle) dan berbeda satu
sama lain. Bagi orang Batak, marga sangat penting karena keturunan diperhitungkan
berdasarkan garis ayah, Pria Batak yang menikah dengan wanita di luar suku Batak harus
mengadakan upacara pemberian marga untuk sang istri sehingga nanti keturunan mereka
memperoleh peran dalam adat. Selain latar belakang karakter dan adat istiadat,
pernikahan suku Batak dan Jawa juga dianggap tabu karena identik dengan perbedaan
agama. Suku Batak sering dikaitkan dengan agama Kristen, sedangkan suku Jawa
dianggap mayoritas menganut Islam. Padahal anggapan tersebut sama sekali keliru. Ada
kok suku Batak yang mayoritas beragama Islam, contohnya Batak Mandailing
Masyarakat Suku Jawa juga ada yang menganut agama Kristen. Jadi, pernikahan Suku
Batak dan Jawa tidak selalu dilakukan berdasarkan perbedaan agama.
Kantor persadaan
Address
Jl. Sultan Serdang Pasar VI Komplek Kantor Koperasi Pujakesuma Sumatera Utara, Dusun V,
Desa/Kelurahan Sena, Kec. Batang Kuis, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara,
Orang-orang sukses Suku Jawa
a) Bidang Pendidikan
1. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soejaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar.
Dewantara, lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889, wafat pada April 26, 1959 di
Yogyakarta. Ia di kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Ajarannya pun
dipakai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa
sung tulada (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan
membangkitkan semangat, di depan memberi contoh).
Dia mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institur
Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Pendidikan di Taman Siswa bertujuan
menanamkan rasa kebangsaan mencintai tanah air untuk berjuang memperoleh
kemerdekaan. Tokoh sederhana ini juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan
dari Universitas Gadjah Mada. Sepeninggal Ki Hajar Dewantara pada 26 April
1959, Ia diberikan gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintahan waktu itu.
b) Bidang angkatan
1. Agus Hartono
Agus Suhartono, S.E. (lahir 25 Agustus 1955) adalah mantan Panglima Tentara.
Nasional Indonesia yang menjabat sejak 28 September 2010 hingga 30 Agustus
2013. Jabatannya sebagai orang nomor satu di TNI kemudian dialihkan kepada
Jenderal TNI Moeldoko. Laksamana Agus juga merupakan Panglima TNI kedua
yang berasal dari matra Angkatan Laut RI setelah Laksamana TNI Widodo Adi
Sudjipto.
c) Bidang pemerintahan
1. Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. (lahir 28 Oktober 1968) adalah gubernur yang
menjabat Gubernur Jawa Tengah dua periode yang menjabat sejak 23 Agustus
2013. Sebelumnya, ia merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi
PDI Perjuangan periode 2004–2009 dan 2009–2013. Selain itu, Ganjar juga
menjabat sebagai Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada
(Kagama) selama dua periode, yaitu 2014–2019 dan 2019-2024 sekaligus Ketua
Umum Persatuan Radio TV Publik Daerah Seluruh Indonesia (Persada.id)
d) Bidang olahraga
1. Bambang Suprianto
e) Bidang seni
1. Andi Rianto
Andi Rianto (lahir 7 Mei 1972) adalah musisi dan komposer berkebangsaan
Indonesia. Andi merupakan pemimpin Magenta Orchestra. Ia telah terlibat
dalam banyak ilustrasi musik film dan penggarapan album untuk sejumlah artis
ternama Indonesia, di antaranya Ebiet G. Ade, Ari Lasso, Rita Effendy, Titi DJ,
serta Rossa Dan Memproduseri Lagu beberapa artis seperti Agnez Mo dan
Lyodra Ginting. Andi Rianto juga telah dua kali meraih nominee dalam Festival
Film Indonesia (FFI) sebagai Penata Musik Terbaik untuk karyanya dalam film
Arisan (2003) dan Mengejar Matahari (2004), dan meraih Piala Vidia pada
tahun 2005 untuk Penata Musik Terbaik.