Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-

golongan sosial lainnya. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri paling mendasar yang

dimiliki oleh masyarakat yang berkaitan dengan asal-usul, tempat asal, serta

kebudayaannya. Suku bangsa merupakan suatu golongan manusia yang dilihat

oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan.

Menurut Ensiklopedia Indonesia suku bangsa adalah sekelompok manusia

yang memiliki kesatuan dalam budaya dan terikat oleh kesadarannya akan

identitasnya tersebut.

Kesadaran dan identitas yang di mliki biasanya diperkuat dengan kesatuan

bahasa. Suku bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya

dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya

di kuatkan oleh kesatuan bahasa.

Suku merupakan kelompok sosial didalam kebudayaan yang memiliki

kedudukan tertentu karena adanya garis keturunan, adat, agama, dan bahasa.

Anggota pada kelompok etnis dapat memiliki kesamaan didalam hal sejarah atau

keturunan, sistem, nilai, adat istiadat dan juga tradisi.


Kebudayaan merupakan himpunan dari keseluruhan cara manusia berpikir,

berperasaan, dan berbuat serta segala sesuatu yang dimiiki oleh manusia sebagai

anggota masyarakat yang dapat di pelajari dan di alihkan dari generasi kegenerasi.

Menurut Frederick Barth pengertian suku adalah berupa himpunan

manusia karena adanya kesatuan ras, agama, asal-usul suku ataupun merupakan

kombinasi dari kategori yang masuk terikat pada sistem nilai budaya. Menurut

perspektif teori situasional suku merupakan suatu hasil yang terbentuk dari

pemerintah yang berasal dari luar kelompok.

Dalam rangka pelestarian dan pembangunan kebudayaan asli bangsa

Indonesia agar tidak hilang karena adanya budaya asing maka penelusuran

kebudayaan asli Indonesia perlu di tingkatkan.

Jadi segala yang unik pada masa lalu tentang manusia dan sekitarnya akan

di ungkapkan melalui proses analisis sejarah sehingga dapat kita katakan bahwa

sejarah merupakan Big Teacher (Guru besar) yang akan memberikan keterangan

yang sejelas-jelasnya tentang masa lalu secara kronologis dan saling berkaitan

antara kejadian yang satu dengan kejadian yang lain, seperti yang di katakan apa

maknanya, bagaimana hubungan peristiwa yang satu dengan peristiwa yan lain

dan menimbul kan peristiwa berikutnya (Gasalba, 1981:15).

Suatau warisan yang tak mungkin lupakan bagaikan sinar mutiara yang

bersinar kemilau, suatu keagungan yang perlu kita banggakan dan perlu di catat

dengan tinta emas.

Suku pau atau Hoga pau, kata Hoga pau berarti menunjukan status

seseorang yang berasal dari suku tersebut. Suku pau atau Hoga pau tersbut berasal
dari sebuah kampung yang biasa disebut Ua Meze.Pemegang suku tersebut adalah

ana tana yang sudah di percayakan sebagai ketua suku tersebut.

Pada suku pau terdapat sebuah rumah adat yang dalam Bahasa daerahnya

di sebutSa’o Pu’u yang terletak di kampung Ola Pau. Di dalam rumah adat atau

Sa’o Pu’u terdapat: Taduhele (Tandukkerbau), Topo Bhuja (parangadat), wea do

ka (emas), Bhou (tombak), Kula (piringadat), dantulang-tulang binatang hasil

buruan.

Yang boleh tinggal di rumah adat atau Sa’o Pu’u tersebut hanya anak laki-

laki keturunan suku pau atau yang biasa di sebut dengan nama anak tanah.

Adapun larangan-larangan yang di terapkan pada saat upacara adat di suku pau

yaitu masyarakat di larang memotong kayu selama acara di jalankan, masyarakat

tidak boleh ribut ataupun buat kacau, masyarakat tidak boleh buka musik.

Bagi warga masyarakat yang melanggarnya maka akan di kenakan sanksi

atau denda yaitu pelanggar haru siapkan 1 ekor babi besar dan beras sebanyak 50

kg untuk makan bersama dengan masyarakat di sekitar kampung tersebut.

Seorang ketua suku yang sudah di percayakan sepenuhnya untuk mengatur

dan menjaga suku tersebut harus benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik

dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah di tetapkan, jika ketua suku tersebut

tidak menjalankannya dengan baik maka umurnya tidak akan panjang dia akan

sakit parah dan mati mendadak atau biasa di sebut dengan matapo.

Dari beberapa uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa asal-usul dan

keturunan suku pau merupakan sala satu aset budaya yang harus terus di pelihara

dan dijaga kelestariannya, maka penulis merasa tertarik mengadakan penelitian


dengan judul “Asal- Usul dan Keturunan Suku Pau di Kampung Aemali

Kelurahan Nageoga Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo”.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat di identifikasi dalam penelitian ini yaitu:

1. Kurangnya peduli generasi muda terhadap perkembangan suku Pau

2. Kurangnya pemahaman masyarakat khususnya para generasi penerus yang

kurang memahami tentang asal-usul serta keturunan suku pau tersebut.

3. Rendahnya antusiasisme para generasi penerus untuk mencari dan menemukan

kembali tentang asal-usul serta keturunya masing-masing di setiap daerah.

4. Tidak ada yang mau mengetahui perkembangan suku Pau terutama generasi

muda.

5. masyarakat merasa khawatir musnahnya atau hilangnya suku tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada fokus masalah maka pada penelitian ini hanya akan

dibatasi pada asalusul suku pau . Maka rumusan masalah yang di ajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejara lisan atau asal usul suku pau yang ada pada masyarakat

Kampung Aemali Kelurahan Nageoga Kecamatan Boawae Kabupaten

Nagekeo.

2. Nilai-nilai apa yang terkandung di dalam asal usul suku pau pada masyarakat

Kampung Aemali Kelurahan Nageoga Kecamatan Boawae Kabupaten

Nagekeo.
D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Untuk mengetahui sejarah lahirnya suku Pau di kampung Aemali,

kelurahan Nageoga, kecamatan Boawae, kabupaten Nagekeo.

E. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian di atas maka di harapkan agar penelitian

ini dapat bermanfaat baik secara praktis mauapun teoritis. Dengan demikian

manfaat penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Di harapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran

yang jelas dan tepat tentang asal-usul dan keturunan suku pau di

perkampungan Aemali, kelurahan Nageoga dan sebagai bahan informasi yang

dapat bermanfaat bagi masyarakat umum.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi para peneliti yang

ingin meneliti lebih lanjut tentang asal-usul dan keturunan suku pau di

kampung Aemali, Kelurahan Nageoga, kecamatan Boawae, kabupaten

Nagekeo.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian suku menurut para ahli

1) Menurut Ensiklopedia Indonesia

Suku adalah kelompok sosial di dalam sistem sosial atau

kebudayaan yang memiliki arti atau kedudukan tertentu yang di dapat

karena adanya garis keturunan, adat, agama, bahasa dan lain sebagainya.

2) Menurut Raroll

Suku merupakan kesatuan penduduk yang memiliki rasa

identitas di antara warganya dan memiliki ikatan adat istiadat yang khas

dalam kehidupannya berlangsun terus-menrus.

3) Menurut Perspektif Teori Situasional

Suku merupakan suatu hasil yang terbentuk dari pengaruh yang

berasal dari luar kelompok.

4) Menurut Hasan Shadily MA

Suku bangsa atau (etnis) adalah segolongan rakyat yang

memiiki hubungan biologis.

5) Menurut Wikipedia
Suku ialah suatu golongan manusia yang anggota-angotanya

mengidentifikasikan dirinya dengan seamanya, biasanya berdasarkan garis

keturunan yang di anggap sama.

1.1 Menurut Peneliti

Suku merupakan kumpulan orang-orang yang menetap di suatu

tempat/wilayah yang secara turun-temurun memiliki ikatan adat-istiadat yang

kuat dan tidak dapat di hilangkan.

Suku Pau atau Hoga Pau, kata Hoga Pau berarti menunjukan status

seseorang yang berasal dari suku tersebut. Suku Pau atau Hoga Pau tersebut

berasal dari sebuah kampung yang biasa disebut Ua Meze. Di kampung

tersebut terdapat peo koto, koto yaitu sejenis ubi tali, ubi tali tersbut dijadikan

bahan makanan sehari-hari masyarakat setempat. Ubi tersebut di potong setiap

hari oleh masyarakat, namun meskipun di potong terus ubi tersebut tidak akan

habis. Lama kelamaan ubi itu berubah menjadi batu dan pada saat itu

masyarakat di kampung tersebut menyebutnya sebagai Peo Koto karena batu

tersebut berasal dari ubi koto. Peo koto trsebut tidak dapat di pindahkan.

Pemegang suku tersebut adalah ana tana yang sudah di percayakan

sebagai ketua suku tersebut. Pada suku pau terdapat sebuah rumah adat yang

dalam Bahasa daerahnya di sebutSa’o Pu’u yang terletak di kampung Ola Pau.

Di dalam rumah adat atau Sa’o Pu’u terdapat: Taduhele (Tandukkerbau), Topo

Bhuja (parang adat), wea do ka (emas), Bhou (tombak), Kula (piring adat), dan

tulang-tulang binatang hasil buruan. Yang boleh tinggal di rumah adat atau
Sa’o Pu’u tersebut hanya anak laki-laki keturunan suku pau atau yang biasa di

sebut dengan nama anak tanah. Adapun larangan-larangan yang di terapkan

pada saat upacara adat di suku pau yaitu masyarakat di larang memotong kayu

selama acara di jalankan, masyarakat tidak boleh rebut ataupun buat kacau,

masyarakat tidak boleh buka musik.

Bagi warga masyarakat yang melanggarnya maka akan di kenakan

sanksi atau denda yaitu pelanggar haru siapkan 1 ekor babi besar dan beras

sebanyak 50 kg untuk makan bersama dengan masyarakat di sekitar kampung

tersebut. Seorang ketua suku yang sudah di percayakan sepenuhnya untuk

mengatur dan menjaga suku tersebut harus benar-benar menjalankan tugasnya

dengan baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah di tetapkan, jika ketua

suku tersebut tidak menjalankannya dengan baik maka umurnya tidak akan

panjang dia akan sakit parah dan mati mendadak atau biasa di sebut dengan

mata po.

Pada suku pau atau hoga pau terdapat 7 rumah adat yaitu:

1. Sa’o Beli Bupu

2. Sa’o Tasi Peo

3. Sa’o Meze Legu

4. Sa’o Lowa Wea

5. Sa,o Sunga Wea

6. Sa’o Dala Wea

7. Sa’o Ta’i Mawo


Ada satu tempat yang menjadi tempat perkumpulan ketujuh

kedalam rumah adat tersebut yang di sebut Watu Nabe, Nabe

melembangkan persatuan.

Watu Nabe yaitu tiga tiang batu yang di buat seperti tungku

api dan di atasnya di simpan satu batu, di bawah batu tersbut di

simpan satu botol yang terisi air penuh. Kepala suku akan terus

mengamati air yang ada di botol tersebut apabila airnya tetap penuh

itu tandanya hujan maupun panas stabil tetapi jika airnya berkurang

maka akan terjadi panas panjang. Yang boleh duduk melingkar pada

Watu Nabe tersebut hanya kepala dari ketujuh rumah tersebut.

Watu Nabe merupakan tempat pemberian sesaji untuk para

leluhur, tempat musyawarah, dan juga di jadikan sebagai tempat

penyelesaian masalah. Pada batu tersebut dilarang melanggar, jika

ada yang melanggar maka harus melakukan upacara supaya tidak

terjadi hal buruk pada diri orang yang melanggar.

Upacara adat yang sering di lakukan di suku tersebut yaitu:

1. Nelu yaitu upacara makan makanan sisa tanam, yang di lakukan setelah

menanam di rumah Sunga Mawo.

2. Geki yaitu upacara makan makanan sisa tanam, yang di lakukan setelah

tanam pula namun di adakan di masing-masing rumah.

3. Wela Nio mempunyai makna yaitu masyarakat di perbolehkan untuk mulai

memetik hasil tanaman yang ada di kebunnya masing-masing.


4. Ze Noa yaitu upacara usir hama sehingga tidak merusak tanaman.

Dilakukan pada saat tanaman sudah mulai berbunga.

5. Libha Beza Gha yaitu upacara sukuran memberikan sesajian kepada leluhur

atas hasil panen yang di peroleh. Upacara ini di lakukan setelah panen.

Ada pula upacara adat yang sering dilakukan setiap tahun yaitu upacara adat

To’a Lako (beruru) di lakukan pada pertengahan agustus. Sebelum melakukan

upacara To’a Lako (berburu) tersebut mereka harus terlebih dahulu

memberikan seajian untuk para leluhur atau yang biasa di sebut dengan istilah

Ka Peme.

2. Pnelitian yang Relevan

Selain dari beberapa kajian teori dari para ahli, untuk memperkuat

kajian dalam penelitian ini juga digunakan rujukan dari maupun hasil

penelitian yang ada sebelumnya. Adapun penelitian yang relevan dengan

topik penelitian ini yaitu;adanya perbedaan mengenai adat istiadat, bahasa,

dan sebagainya. Dengan adanya perbedaan bahasa dan lain sebagainya

maka dengan mudah kita dapat mengetahui asal-usul suk seseorang karena

dilihat dari perbedaan tersebut. Oleh karena subyek penelitian berbeda

namun memiliki kesamaan obyek penelitian, maka hasil peneltian tersebut

sangat relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Peneitian kualitatif data-datanya dapat

berupa kata-kata yang diperoleh melalui berbagai sumber. Data yang

telah terkumpul kemudian di analisis melalui tahapan-tahapan

analisis data kualitatif yang hasilnya disampaikan secara deskripti

kualtatif. Jenis penelitian kualtatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data-data berupa kata-kata yang tertulis atau lisan

dari para narasumber serta perilaku yang diamati dan diarahkan pada

latar belakang secara utuh (Moleong,2002:1)

B. Tempat dan Waktu Peneitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Keurahan Nageoga, Kecamatan

Boawae, Kabupaten Nagekeo. Tempat penelitian ini diambil dengan

pertibangan bahwa supaya para generasi muda mengetahui asal-usul suku Pau

tersebut.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dengan menyesuaikan kegatan para

narasumber dan pemegang suku yang berlangsung selama bulan Mey-juni

tahun 2017. Jadwal penelitian secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Bulan
Program Mei Juni
1 Penyusunan Proposal
dan Konsultasi
2 Perisinan Penelitian
dan Observasi
3 Pelaksanaan
Penelitian
4 Seleksi Data dan
Revisi-revisi Data
5 Analisis Data dan
Penyusunan
Laporan

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat secaramum di Kelurahan

Nageoga dan pemegang suku Pau tersebut. Dalam penelitian ini data-data yang di

hasilkan adalah data deskriptif berupa catatan dari hasil wawancara mendalam.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti yang secara langsung melakukan

penelitian di Kelurahan Nageoga agar memperoleh data-data secara valid


sehingga tidak ada perbedaan antara hasil wawancara dengan yang ada di

lapangan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan para nara sumber yaitu; Bapak Goris

Bu’u, Bapak Selus Sunga, dan Bapak Fabianus Si’a yang merupakan tokoh-

tokoh yang terlibat pada suku Pau tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakandalam penelitian ini diambil dari foto-

foto rumah adat serta peninggalan-peninggalan para leluhur yang ada pada

suku Pau di Kelurahan Nageoga.

E. Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan

atau sebagai perbandingan dari data itu. Ada tiga macam Triangulasi

yaitu sumber, penelti, dan teori. Triangulasi sumber berarti peneliti

mencari data lebih dari satu sumber untuk memperoleh data,

misalnya pengamatan dan wawancara. Triangulasi peneliti berarti

pengumpulan data lebih dari satu orang dan kemudian hasilnya

dibandingkan dan ditemukan kesepakatan. Triangulasi teori artinya


mempertimbangkan lebih dari satu teori atau acuan (Moleong,

1994:178).

Berdasarkan Triangulasi diatas, maka triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu

membandingkan an mengecek informasi yang diperoleh dalam

dokmentasi, observasi, dan wawancara.

Adapun model triangulasi yang digunakan dapat dilihat pada

gambar berikut:

wawancara

observasi dokumentasi

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif. Analisis data adalah penelaah dan

penguraian data hingga menghasilkan kesimpulan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2003:43). Analisis merupakan proses pencandraan

dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang telah

terkumpul, maksudnya agar peneliti dapat menyempurnakan


pemahaman terhadap data tersebut kemudian menyaikannya kepada

orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemkan atau

didapatkan dari lapangan (Denim, 2002:209-210).

Tujuan utama dari analisis data adalah menemukan teori

atau penjelasan mengenai pola hubungan. Proses analisis dimulai dari

mengumpulkan data, mendeskripsikan informasi secara selektif.

Langkah-langkah yang digunakan dalam anaisis data meliputi:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah pemilihan nformasi data kasar yang muncul dari

catatan lapangan. Proses ini dilakukan peneltian dengan cara menyeleksi data-

data yang di dapat dari hasil wawancara dengar narasumber, hasil observasi di

lapangan, dan dokumentasi yang mendukung yang sesuai dengan tujuan

penelitian dengan kerangka yang dibuat. Setelah data-data diambil kemudian

diseleksi dan dikelompokan. Langkah pertama dalam tahapan analisis data

kualitatif adalah peneliti mengumpulkan data hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi dengan cara mencatat semua yang didapatkan dari hasil survey di

lapangan.

Langkah kedua peneliti menyeleksi data-data yang sudah terkumpul

kemudian dikelompokan atau diklasifikasi sesuai dengan jenis datanya seperti,

sejarah, upaya yang telah diakukan, dan tanggapan dari masyarakat. Lankah

ketiga peneliti focus terhadap data yang relevan, yang digunakan untuk

menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Langkah keempat melakukan


penyederhanaan dengan cara menguraikan data sesuai fokus penelitian

kedalam pembahasan. Langkah kelima yaitu abstraksi, data kasar dipilih sesuai

dengan pembahasan masalah, kemudian dianalisis sehinga diperoleh data yang

valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Pemaparan Data

Pemaparan data adalah sekumpulan informasi tersusun yang dapat

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan setelah dilakukan

proses penyelesaian dan penggolongan data, kemudian peneliti menyajikan

dalam bentuk uraian kalimat yang didukung dengan adanya dokumentasi

berupa foto untuk menjadi validitas semua informasi yang tersaji. Peneliti

menyajikan data yang sesuai dengan apa yang telah diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimplan.

Data yang terkumpu dari proses menyeleksi dan penggolongan ditarik

kesimpulan yang berupa kalimat-kalimat. Proses analisi data sekaligu

menyeleksi data, dala hal ini dilakukan penyederhanaan keterangan dari data

yang disederhanakan kemudian dikelompkan. Pada tahapan yang terakhir ini

semua pertanyaan yang telah diajukan dalam rumusan akan terjawab.


DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (1984).Kebudayaan Jawa.Jakarta:Balai pustaka

Umar Kayan (1981).seni, tradisi, masyarakat. Jakarta:Sinar harapan

Mustopo, Habib.M. (1983) ilmu budaya.Surabaya. Penerbit Usaha

Nasional

Lexy Moleong. (2014).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT

Remaja Rosdakarya

Poerwardaminta, W.J.S.(2000), Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Jakarta:PN Balai putaka

Sugiyono, (2008).Memahami penelitian kualitatif.Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai