Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asal mula Suku Dayak di Kalimantan adalah migrasi Bangsa Cina dari

Provinsi Yunnan di Cina Selatan pada 3000-1500 SM (sebelum masehi) ke Pulau

Kalimantan. Sebelum datang ke wilayah Indonesia, mereka mengembara terlebih

dahulu ke Tumasik dan Semenanjung Melayu. Suku Dayak tidak hanya satu,

melainkan terbagi lagi menjadi sub-suku yang jumlahnya 700 hingga 800 atau bahkan

lebih.

Umumnya peristiwa pantangan dan larangan pada kematian terjadi disetiap

etnis khususnya pantang larang pada kematian suku Dayak. Suku Dayak merupakan

salah satu suku yang ada di Indonesia dengan kebudayaan yang unik. Suku Dayak

adalah suku yang memiliki karakter yang sangat kuat baik dari sisi bahasa, kesenian,

teknologi dan unsur kebudayaan lainnnya. Persebaraan orang-orang yang berasal dari

suku Dayak tidak hanya terfokus di satu daerah akan tetapi di berbagai daerah di

Indonesia. Namun masyarakat suku Dayak cukup teguh dalam mempertahankan

kebudayaannya. Jadi tidak mengherankan jika kebudayaan dan tradisi yang mereka

miliki masih bisa dipertahankan meskipun ada sedikit perubahan dalam masyarakat

yang terus bergerak secara dinamis. Salah satunya masyarakat suku Dayak Golik

yang berada di Desa Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau.

1
Asal mula suku dayak golik merupakan pertemuan antara Kasa bapa nya

Mora dengan Rogas ibu nya Goras. Kasa bersama anaknya Mora berasal dari

kampung yang bernama Sontas, sedangkan Rogas bersama anaknya Goras memang

berada di kampung Golik, namun sebelumnya kampung Golik tersebut belum di beri

nama oleh Kasa dan Rogas. Lalu bertemulah mereka karena Kasa bersama anaknya

Mora memasang perangkap ikan di sungai Golik, tempat tinggalnya Rogas dengan

anaknya Goras. Kasa dengan Rogas menikah dan Mora dengan Goras juga menikah.

Mereka orang pertama yang menempati dan hidup di hutan yang banyak tanaman

daun golik, karena tempat itu tidak memiliki nama dari awal maka mereka yang

menamai tempat itu Golik. Mereka bertambah banyak dan membuat sebuah suku

dayak, dan menyebut diri mereka sendiri sebagai Suku Dayak Golik, karena berasal

dari Golik. Setelah itu, Suku Dayak Golik hidup berpencar ke tempat lain, ada yang

berdiam dan di kampung Muara Kayan, Tokam, Semayong, Sungai Dangin, Sungai

Bungkang, Tungguh, Sungai Mawang, Maruk, Pemodis, Kubing, Keladang dan

Pelaman Ungan.

Suku Dayak Golik berada di Desa Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten

Sanggau, jarak tempuh dari Kota Pontianak ke Desa Kasromego tempat keberadaan

Suku Dayak Golik sekitar 205 km atau sekitar 4 jam lebih, menggunakan sepeda

motor dan kendaraan mobil lainnya. Mata pencaharian Suku Dayak Golik ialah

bercocok tanam atau bertani dan berkebun. Masyarakat Suku Dayak Golik

menggunakan lahan berpindah-pindah. Peralatan yang digunakan juga masih

2
menggunakan alat tradisional seperti parang, cangkul dan lainnya. Sedangkan dari

Pendidikan di Suku Dayak Golik sudah semakin maju, sekarang sudab banyak yang

lulusan dari perguruaan tinggi. Kepercayaan Suku Dayak Golik sudah memiliki

agama ada yang Katolik, Protestan dan Islam. Namun ada hal tertentu juga yang

membuat Suku Dayak Golik masih menganut kepercayaan magis, contohnya seperti

ada Tradisi atau Adat Istiadat yang ada pada Suku Dayak Golik. Tradisi atau Adat

Istiadat pada Suku Dayak Golik masih ada atau belum luntur, contohnya pada Patang

Larang pada Kematian di Suku Dayak Golik.

Pantang larang merupakan kebudayaan yang memiliki keunikan dan kekhasan

tersendiri. Hal inilah yang membuat pantang larang di satu daerah dengan daerah lain

atau antara satu suku dengan suku lain memiliki perbedaan atau keunikan tersendiri.

Sebagai satu di antara produk kebudayaan, pantang larang menjadi satu di antara

unsur yang melekat dengan masyarakat. Hampir di semua daerah atau suku memiliki

pantang larang (pantangan dan larangan). Demikian halnya dengan pantang larang

pada kematian yang ada dalam masyarakat Dayak Golik.

Salah satu budaya atau tradisi yang masih diyakini adalah budaya pantang

larang, sebagian besar suku Dayak Golik di Desa Kasromego masih mempercayai

pantangan dan larangan, salah satunya yaitu pantang larang pada Kematian. Pantang

larang pada kematian merupakan larangan-larangan tertentu yang tidak boleh

dilakukan oleh semua suku Dayak Golik yang ada di Desa Kasromego dan dipercaya

akan mendatangkan keburukan jika dilanggar. Orang tua atau sesepuh dalam

3
masyarakat suku Dayak Golik terus berupaya untuk mempertahankan pantang larang

pada kematian yang telah diyakini secara turun-temurun. Upaya tersebut dilakukan

dengan cara mewariskan atau mengajarkan pantang larang tersebut kepada kaum

muda.

Sebagai satu di antara tradisi lisan dan budaya yang lahir dan tumbuh subur di

lingkungan masyarakat, membuat pantang larang tidak hanya sekadar menjadi

pantangan yang begitu saja tetapi jauh dari pada itu sesungguhnya pantang larang

memiliki makna yang amat mendalam. Ancaman seperti malapetaka, bencana atau

kecelakaan tentu tidak lebih dari sebuah sarana atau strategi untuk memperkuat

larangan yang ada dalam setiap pantang larang. Selain itu pula, ancaman yang

terkesan menakut-nakuti ini juga berfungsi sebagai strategi komunikasi, sebab pada

umumnya manusia lebih mudah dilarang untuk tidak melakukan sesuatu jika ditakuti

terlebih dahulu. Hal ini dikerenakan bahwa tidak ada satu pun orang yang ingin

hidupnya celaka atau kurang beruntung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masih adanya perhatian masyarakat terhadap budaya patang larang pada

kematian Suku Dayak Golik di Desa Kasromego Kecamatan Beduai saat

ini, sehingga belum memudarnya budaya patang larang pada kematian di

Suku Dayak Golik.

4
1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka yang

menjadi fokus penelitian ini adalah budaya yang terkandung dalam pantang larang

pada kematian di Suku Dayak Golik desa Kasromego.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagamaimanakah budaya pantang larang pada kematian di Suku Dayak

Golik Desa Kasromego Kecamatan Beduai?

1.5 Tujuan Masalah

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini ditujukan untuk

mengungkapkan “Budaya Patang Larang Pada Kematian Di Suku Dayak Golik

Desa Kasromego Kecamatan Beduai” yakni untuk:

1. Mengetahui budaya patang larang kematian pada Suku Dayak Golik yang

berada di Desa Kasromego Kecamatan Beduai..

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis, antara lain sebagai berikut:

5
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

bisa memberikan kontribusi serta wawasan baru bagi pengembangan ilmu

pengetahuan sebagai hasil karya ilmiah budaya pantang larang pada

kematian Suku Dayak Golik di Desa Kasromego Kecamatan Beduai

Kabupaten Sanggau. Serta dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya dan dapat berguna untuk menambah informasi yang

berhubungan dengan tradisi lisan khsususnya budaya pantang larang pada

kematian Suku Dayak Golik di Desa Kasromego Kecamatan Beduai

Kabupaten Sanggau.

2. Secara praktis

a. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi untuk mengetahui

permasalahan dan fenomena yang terjadi yaitu tentang pantang larang

pada kematian dalam budaya Dayak Golik di Desa Kasromego

Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau. Dan juga dapat menjadi

media informasi khususnya yang berkaitan dengan budaya atau tradisi

lisan sehingga dapat menjaga dan melestarikan nilai nilai yang

terkandung dalam budaya tersebut.

b. Bagi Mahasiswa

6
1) Penelitian ini dapat dijadikan panduan atau bahan bacaan oleh

mahasiswa baru yang akan berpindah dari lingkungan sekolah

menengah ke lingkungan perguruan tinggi.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi, informasi dan menambah wawasan mahasiswa mengenai

pantang larang perempuan dalam budaya Dayak Golik di Desa

Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau untuk di teliti

lebih lanjut.

c. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan studi guna

mendapatkan gelar Strata 1 (S1) pada program studi Antropologi

Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Tanjungpura.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengukuran kemampuan

peneliti dalam menemukan suatu fenomena atau permasalahan

sosial yang terjadi dalam ruang lingkup masyarakat serta

menganalisisnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian suku dayak

Asal mula Suku Dayak di Kalimantan adalah migrasi Bangsa Cina dari

Provinsi Yunnan di Cina Selatam pada 3000-1500 SM (sebelum masehi) ke Pulau

Kalimantan. Sebelum datang ke wilayah Indonesia, mereka mengembara terlebih

dahulu ke Tumasik dan semenanjung Melayu. Suku Dayak tidak hanya satu,

melainkan terbagi lagi menjadi sub-suku yang jumlahnya 700 hingga 800 atau bahkan

lebih.

Menurut Iper (1999), Suku Dayak merupakan salah satu suku yang ada di

Indonesia yang tinggal di Pulau Kalimantan. Suku Dayak sendiri masih dibagi lagi

menjadi ratusan sub-suku berdasarkan tempat tinggal mereka. Biasanya setiap sub-

suku Dayak mengambil nama suku mereka dari nama sungai yang ada di sekitar

mereka atau tempat yang mereka diami.

Istilah nama Dayak merupakan penyebutan nama yang oleh penduduk pesisir

Kalimantan diberikan kepada penghuni pedalaman. Menurut Surjani Alloy (2008:23),

Kata Dayak berasal dari istilah Daya’, Dyak, Dadjak, Dayaker, dan Dayak yang

8
artinya “Hulu” atau “Pedalaman”. Suku Dayak merupakan salah satu suku asli yang

mendiami pulau Kalimantan selain suku Melayu dan Cina. Kelompok suku Dayak

yang bermukiman di ujung hulu sungai hingga masuk kedalam hutan rimba, sampai

dataran tinggi dan puncak gunung yang akses jalannya sangat ekstrim.

Suku dayak golik merupakan pertemuan antara Kasa bapa nya Mora dengan

Rogas ibu nya Goras. Kasa bersama anaknya Mora berasal dari kampung yang

bernama Sontas, sedangkan Rogas bersama anaknya Goras memang berada di

kampung Golik, namun sebelumnya kampung Golik tersebut belum di beri nama oleh

Kasa dan Rogas. Lalu bertemulah mereka karena Kasa bersama anaknya Mora

memasang perangkap ikan di sungai Golik, tempat tinggalnya Rogas dengan anaknya

Goras. Kasa dengan Rogas menikah dan Mora dengan Goras juga menikah. Mereka

orang pertama yang menempati dan hidup di hutan yang banyak tanaman daun golik,

karena tempat itu tidak memiliki nama dari awal maka mereka yang menamai tempat

itu Golik. Mereka bertambah banyak dan membuat sebuah suku dayak, dan menyebut

diri mereka sendiri sebagai Suku Dayak Golik, karena berasal dari Golik. Setelah itu,

Suku Dayak Golik hidup berpencar ke tempat lain, ada yang berdiam dan di kampung

Muara Kayan, Tokam, Semayong, Sungai Dangin, Sungai Bungkang, Tungguh,

Sungai Mawang, Maruk, Pemodis, Kubing, Keladang dan Pelaman Ungan.

2.2 Pengertian Pantang Larang

9
Istilah pantang larang berasal dari dua kata yaitu pantang dan larang. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantang adalah hal (perbuatan dsb) yang terlarang

menurut adat atau kepercayaan sedangkan larang adalah memerintahkan supaya tidak

melakukan sesuatu; tidak memperboleh sesuatu perbuatan Alwi (2008:790). Jadi,

pantang larang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu yang terlarang

menurut adat atau kepercayaan.

Menurut Ibrahim (2012:12), “Pantang larang adalah suatu tradisi yang tumbuh

dan terus berkembang dalam masyarakat”. Mohtar (1977:14) mengungkapkan,

“Pantang larang merupakan sesuatu yang tidak diperkenankan dalam masyarakat

mengenai perkara tertentu”.

Pantang atau pantangan dapat dikatakan sebagai sejumlah ketentuan yang

sependapat mungkin dipatuhi oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus

berpantang untuk tidak melakukan hal tersebut karena ketentuan tersebut sebagian

besar berisi larangan. Yaitu larangan untuk tidak melanggar atau melakukan sesuatu.

Seperti yang ditegaskan oleh Taslim dan Junaidi Syam dalam Sarmidi, (2014:553).

Pantang larang merupakan pekerjaan atau perbuatan yang dilarang melakukannya,

apabila dilanggar dipercaya akan membuat pelakunya mendapatkan keburukan-

keburukan atau menjadi berperangai buruk. Pantangan atau larangan merupakan

bagian dari tradisi lisan.

Pantang larang atau lebih dikenal dengan istilah pamali dalam beberapa istilah

daerah merupakan satu di antara jenis ungkapan bersifat larangan baik dituturkan

langsung atau tidak langsung (Sarmidi, 2014:553). Menurut Ningsih (dalam Sarmidi,

10
2014:553) yang dimaksud pantang larang adalah perbuatan atau perilaku yang

pantang atau dilarang untuk dilakukan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pantang larang

adalah pekerjaan atau perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh masyarakat yang

disertai adanya sanksi yang berpedomankan pada leluhurnya. Pantang larang

merupakan budaya primitif dan merupakan tradisi lisan yang disampaikan secara

turun-temurun dari para orang tua ke generasi sekarang ini. Pantang larang

merupakan makna larangan yang diungkapkan oleh orang-orang generasi terdahulu

dalam kondisi masyarakat yang masih mistis. Bisa ditafsirkan pantang atau larangan

yang disampaikan oleh generasi pendahulu menjadi suatu kata-kata bijak yang berisi

kan kearifan lokal.

2.3 Pantang Larang Pada Kematian Di Suku Dayak Golik

Pantang dan larangan pada kematian dari dulu hingga sekarang kalau ada

orang yang meninggal semua orang suku dayak golik yang berada di satu kampung

dengan yang meninggal tidak boleh pergi kehutan selama 2 hari, sedangkan untuk

keluar kalau dulu biasanya pantang selama 1 bulan tapi sekarang hanya pantang

selama 1 minggu saja. Yang pertama dari penguburan siapa yang di suruh kita kerja

dari gali lubang kubur hingga mengangkat peti jenazah, harus ada pengkeras yang

berisi beras 1kg, gula, kopi, garam dan uang harus berjumlah 50ribu untuk satu

11
orangnya. Orang pertama yang menggali lubang itulah yang pertama di kasih parang

dari keluarga yang meninggal.

Untuk pengkeras bagi orang yang menggali lubang dan mengangkat jenazah

di beri dari keluarga yang meninggal dari hari pertama, ketiga, ketujuh dan

1bulannya. Kurangnya pangkeras orang yang disuruh kita untuk gali lubang dan

angkat peti jenazah itu bisa mengakibatkan kita sakit. Selama 1 bulan orang tidur dan

berjaga di rumah orang yang meninggal untuk menghibur. Kalau untuk misah antara

orang hidup dengan orang meninggal biasa dilakukan pada hari ketiga. Dengan syarat

ada ayam, biji sawi, biji labu, dan padi pulut di simpat dalam wadah kecil. Apa bila

kita berladang nanti disisi pojok ladang di buat tanda untuk orang yang meninggal

tadi, jika kita tidak membuat yang seperti itu maka padi kita tidak akan menghasilkan.

Yang kedua pantang bagi orang yang di sekitar selama 2 hari tidak boleh pergi

kehutan. Kalau pergi kehutan maka ada sanksi nya bagi diri sendiri seperti jatuh sakit

dan padi yang diladang bisa mati semua.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode etnografi. Hal ini bertujuan agar hasil yang dicapai sesuai dengan

permasalahan dan tujuan dari penelitian itu sendiri. Jenis penelitian yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive rsearch) dengan

pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dalam hal ini berusaha untuk menggambarkan

dan menjelaskan apa yang ada di lokasi penelitian. Penelitian ini dapat didefinisikan

dengan metodologi atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa perkataan atau tulisan dari obyek yang diteliti, yang diarahkan pada latar

belakang.

Dala penelitian ini akan mendeskripsikan berbagai hal yang mendalam dan

menyeluruh dari Pantang larang pada kematian suku Dayak Golik di Desa

13
Kasromego Kecamatan Beduai yang masih di percaya oleh sebagian masyarakat

disana.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Penelitian Kepustakaan (LibraryResearch), yaitu peneliti mendatangi

perpustakaan guna untuk mendapatkan referensi dan mencari teori yang sesuai

dan berkaitan dengan permasalahan penelitian yang dipilih oleh penulis.

2) Pra Penelitian (Pra Research), yaitu memastikan bahwa masalah yang diteliti

secara empiris ada dilokasi penelitian. Sebelum melakukan penelitian lebih

lanjut peneliti memastikan terlebih dahulu masalah-masalah yang akan diteliti

benar-benar ada dilokasi tersebut dengan melakukan observasi.

3) Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu mengumpulkan data primer dan

sekunder pada masyarakat dalam rangka menjawab masalah penelitian.

1. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

dan orang-orang yang menjadi informan yang mengetahui pokok

permasalahan atau objek penelitian. Seperti apa saja pantangan dan

larangan yang masih di percaya oleh masyarakat suku Dayak Golik.

14
Sumber data primer yang diperoleh langsung yakni peneliti melakukan

wawancara dengan informan.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang di peroleh secara tidak langsung.

Data sekunder di peroleh dari dokumentasi dan arsip-arsip yang ada di

kantor Desa Kasromego. Data sekunder ini berupa profil desa dan data-

data yang berhubungan dengan yang peneliti tulis.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam membuat penelitian kualitatif, penepatan lokasi penelitian merupakan

tahap yang sangat penting, adapun tempat penelitian yang diteliti penulis di Desa

Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau. Peneliti memilih Desa

Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau sebagai lokasi penelitian, dengan

pertimbangan bahwa di Desa Kasromego tradisi lisan atau kebudayaan patang larang

pada kematian suku Dayak Golik masih belum didokumentasikan.

3.4 Subyek dan Obyek Penelitian

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, dan teknik pengambilan sampel yang dilakukan

adalah teknik purposive sampling, menurut Sugiyono (2012:30) purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dan

orang yang benar mengetahui permasalahan tersebut. Subjek penelitian adalah

15
sumber untuk memperoleh keterangan atau informasi yang lengkap dan valid. Dan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan informan. Sedangkan

objek penelitian adalah pantang larang pada kematian suku Dayak Golik Desa

Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data merupakan langkah cukup baik digunakan untuk

mengumpulkan data-data atau informasi tentang permasalahan yang diteliti. Data

merupakan tujuan penting yang perlu ditemukan oleh peneliti, oleh karena itu peneliti

harus mengetahui teknik pengumpulan data untuk dapat memperoleh data sesuai

standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini maka digunakan

teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi, yaitu peneliti menggunakan dan memanfaatkan indra untuk

melihat gejala-gejala dilapangan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Kemudian mengaplikasikan dalam bentuk catatan ringan mengenai objek

yang diamati di lokasi penelitian. Objek dari penelitian ini adalah pantang

larang pada kematian yang masih dipercayai oleh masyarakat suku Dayak

Golik. Hal ini dilakukan untuk menampilkan gambaran nyata dari penelitian

tersebut.

16
b. Wawancara

Wawancara,adalah beberapa pertanyaan yang disusun peneliti melalui catatan

berdasarkan aspek penelitian dan pertanyaan terseut saling memperkuat satu

dengan yang lainnya untuk mendapatkan data utuh dan akurat. Sifat dari

pertanyaan itu hanya sementara, karena tidak menutup kemungkinan

pertanyaan tersebut akan berkembang sesuai dengan apa yang ditemukan di

lapangan. Mengumpulkan data melalui kegiatan tanya jawab antara penulis

dengan informan untuk mendapatkan informasi secara lisan dan dijawab

secara lisan pula. Ketika wawancara peneliti menggunakan handphone

sebagai alat perekam dan alat dokumentasi gambar.

c. Dokumentasi

Penulis menggunakan alat pendukung untuk membantu dalam proses

penelitian sehingga hasil penelitian dapat didokumentasikan, yakni alat-alat dan

perlengkapan yang digunakan dalam proses melakukan penelitian berupa buku

acatatan, pensil, kamera dan laptop sehingga dapat menunjang peneliti. Teknik

dokumentasi dalam penelitian ini yaitu mencari, mengumpulkan dan mempelajari

dokumen-dokumen, serta literatur yang berhubungan dengan fokus penelitian.

17

Anda mungkin juga menyukai