Anda di halaman 1dari 9

https://gebrielleizious.wordpress.

com/2012/06/07/pengertian-gender-ras-dan-etnis/
1. Gender
Gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu
(seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender
sebagai “seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang
dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat.”
Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam
pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah
gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam sejumlah bahasa. Banyak
bahasa, yang terkenal dari rumpun bahasa Indo-Eropa (contohnya bahasa Spanyol) dan Afroasiatik (seperti bahasa
Arab), mengenal kata benda “maskulin” dan “feminin” (beberapa juga mengenal kata benda “netral”).
Dalam isu LGBT, gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang merasa identitas gendernya tidak sejalan
dengan jenis kelaminnya dapat menyebut dirinya “intergender”, seperti dalam kasus waria.
Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang
mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam
satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu
tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.

1. 2. Ras
Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan cirri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras
berati segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk
daerah lain.

Manusia hidup di dunia memiliki perbedaan satu sama lain yang terlihat dari warna kulit, bentuk kepala, indeks muka,
warna rambut,dan bentuk rambut.

Ras merupakan konsepsi biolobi, bukan konsepsi kebudayan. Apabila kita memberikan definisi ras, ciri-ciri ysng kita
kemukakan adalah ciri-ciri fisik yang menurun.

Salah satu penyebab masalah social tentang ras adalah adanya prasangka ras yang merupakan salah satu aspek
etnosentrisme. Etnosentrisme adalh suatu sifat manusia yang menganggap bahwa cara hidup golongannya paling
baik, sedangkan cara hidup golongan lain dianggaptidak baik dan kadang-kadang disertai dengan perasan menentang
golongan lain. Fungsi etnosentrisme adalah adanya persamaan sangat kuat yang mengikat seseorang dengan
golongannya sehingga menimbulkan solidaritas kelompok.
Menurut Yoseph Arthur Gebinean, pandangan yang menimbulkan prasangka terhadap ras yang berbeda, antara lain
sebagai berikut.

a). Suku bangsa liar dapat hidup pada peradapan tinggi kalau bangsa yang menciptakan cara hidup yang lebih tinggi
itu berasal dari ras sama.

b). Suku bangsa liar itu selalu biadab meskipun pada waktu yang silam pernah mengadkan hubungan dengan bangsa
yang peradabannya lebih tinggi.

c). Ras yang berbeda tidak dapat saling mempengaruhi.

d). Peradaban yang saling mempengaruhi dengan kuat tidak akan bercampur.

Menurut A.L. Krober, ras di dunia dapat dibedakan sebagai berikut.

a). Ras Mongoloid (Berkulit Kuning), yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain :
1. Asiatic Mongoloid

2. Malayan Mongoloid

3. American Mongoloid

b). Ras Negroid (Berkulit Hitam), yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagianAsia, antara lain :
1. African Negroid

2. Negroto

3. Melanesian

c). Ras Kaukasoid (Kulit Putih), yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, danAsia, antara lain :
1. Nordic

2. Alpine

3. Mediteranian

4. Indic

d). Ras Khusus Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan, ras ini antara lain :
1. Bushman

2. Veddoid

3. Australoid

4. Polynesian

5. Ainu

Pembagian ras dibedakan pada sifat fisik sama yang menurun. Pada garis besarnya, tanda fisik yang digunakan untuk
mengklasifikasikan ras adalah.

a). Bentuk Badan


Sebenarnya bentuk badan itu tidak begitu besar nilainya bagi ukuran pembagian ras. Dapat kita katakana bahwa
manisia dewasa memiliki tinggi rata-rata 150-178 cm.

b). Bentuk Kepala


Bentuk kepala dihitung dengan cara mengetahui indeks kepala. Cara menghitungnya ialah labar kepala dibagi panjang
kepala dilalikan 100.

c). Bentuk Air Muka dan Tulang Rahang Bawah


Adalimahal yang harus diperhatikan dalam membahas bentuk air mukadan tulang rahang bawah.

1. Bentuk tulang pipi itu ada yang terlihat menonjol keluar.

2. Pronagtisme adalah derajat proyeksi ke muka dari air muka.

3. Lebar Muka

4. Gigi kurang bermanfaat bagi penyelidikan karena bentuk gigi pada manusia tidak begitu bayak berbeda.

5. Manusia purba dan manusia modern terdapat perbedaan yang mencolok.

d). Bentuk Hidung


Indeks hidung diperoleh dengan cara membagi panjang hidung dengan lebarnya dikalikan 100.

e). Warna Kulit, Warna Rambut, dan Warna Mata


Warna kulit manusia dapat dibagi menjadi hitam dan putih. Selain itu, kita mengenal warna putih pada ras Nordic,
warna kuning pada orang Tionghoa, warna sawo matang pada orang Dravida, warnakuning coklat pada orang
Polynesia, dan warnacoklat hitam pada orang Negro. Warna rambut seperti warna hitam, coklat, pirang, putih, dan
kekuningan, sedangkan warna mata ada yang hitam, coklat, hijau, biru, dan abu-abu.

f). Bentuk rambut


Bentuk rambut manusia yaitu lurus, bergelombang, krul, keriting, dan seperti wol.

Selain ras-ras yang telah disebutkan. Ras yang ada diIndonesia, antara lain sebagai berikut.

a). Ras Melanesoid (Negro Melanesia)


Suku bangsa ras ini adalah orang-orang Papua dan orang-orang Maluku.

b). Ras Mongoloid Melayu


Suku-suku bangsa di wilayah Indonesia bagian bart dan tengah termasuk ras Mongoloid Melayu.

c). Kelompok-Kelompok Penduduk Keturunan Asing


Ras yang termasuk kelompok ini, yaitu orang cina yang termasuk ras Mongoloid Induk serta orang keturunan Arab,
Pakistan, dan India.

Sebelum kedatangan nenek moyang kita, di kepulauanIndonesiasudah ditempati oleh suku bangsa Negito dan suku
bangsa Veddoid.

a). Suku Bangsa Negrito


Cirri-ciri bangsa Negrito terlihat pada suku Aeta , suku Semang, dan suku Tapiro .

b). Suku Bangsa Veddoid


Cirri-ciri suku bangsa Veddoid terlihat pada suku Toala, suku Tomuna, suku Senai, suku kubu, suku Gayo, dan suku
Mentawai.

Suku melayau yang dianggap nenek moyang bangsa Indonesia. Berdasarkan cirri-ciri kebudayaan yang dimiliki suku
bangsa melayau dapat dibedakan menjadi dua golongan.

a). Golongan Melayu Tua (Proto Melayu)


Golongan ini memiliki kebudayaan yang masih asli. Kepercayaannya ialah animisme dan dinamisme. Gambaran
Melayu Tua dapat terlihat pada
1. suku Batak

2. suku Dayak

3. suku Toraja

b). Golongan Melayu Muda (Deutero Melayu)


Kebudayaan Melayu Muda telah terpengaruh kebudayaan luar yang di bawa pendatang dan pelaut yang tersebar di
seluruh Indonesia. Suku yang termasuk golongan Melayu Muda, Misalnya :

1. suku Jawa

2. suku Minangkabau

3. sukuBali

4. suku Bugis

3. Etnis
Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan untuk suku-suku tertentu yang dianggap bukan asli Indonesia, namun
telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara
khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka benar-benar khas. Misalnya etnik Cina, etnik Arab,
dan etnik Tamil-India. Perkembangan belakangan, istilah etnik juga dipakai sebagai sinonim dari kata suku pada suku-
suku yang dianggap asli Indonesia. Misalnya etnik Bugis, etnik Minang, etnik Dairi-Pakpak, etnik Dani, etnik Sasak, dan
ratusan etnik lainnya. Malahan akhir-akhir ini istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan keprimitifan
(suku dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai ‘tribe’), sedangkan istilah etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik
sendiri merujuk pada pengertian kelompok orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok.
Dalam buku ini keduanya akan digunakan secara bergantian tergantung konteksnya.

Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan
yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-
anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan
ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras,
agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Kelompok
etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang :

 Dalam populasi kelompok mereka mampu melestarikan kelangsungan kelompok dengan berkembang biak.
 Mempunyai nila-nilai budaya yang sama, dan sadar akan rasa kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya.
 Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
 Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.

Pengertian Ras, Jenis Ras, Klasifikasi & Contohnya


(Lengkap)
Mari kita bahas pengertian ras terlebih dahulu dengan seksama

Pengertian Ras
Ras merupakan sebuah sistem penglasifikasikan yang dipakai untuk mengkategorikan
manusia ke dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda dengan ciri tenotipe, asal-usul
geografis, fisik dan suku yang diwarisi.

Pengertian lain dari ras secara umum yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri biologis, tidak
menurut ciri-ciri sosiostruktural. Dapat diartikan ras adalah suatu golongan penduduk suatu
daearah yang memiliki sifat-sifat keturunan tertentu yang tidak sama dengan penduduk
daerah lainnya.

Jenis-Jenis Ras
Jenis-jenis atau macam macam ras di dunia menurut A.L Krober dibagi menjadi empat jenis,
sebagai berikut:

 Ras Mongoloid

Adalah jenis ras dengan berkulit kuning. Golongan bangsa yang termasuk ras mongoloid antara
lain:

o American Mongoloid (Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Frugo di
Amarika Selatan.
o Malayan Mongoloig (Asia Tenggara, Malaysia dan Filipina, Kepulauan Indonesia)
o Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
 Ras Negroid

Adalh jenis ras dengan berkulit hitam. Golongan bangsa yang masuk dalam ras negroid antara
lain:

o African Negroid (Benua Afrika)


o Melanisia (Papua dan Melanisia)
o Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
 Ras Kaukasoid

Adalah ras dengan berkulit putih. Golongan bangsa yang termasuk ras kaukasoid antara lain:

o Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)


o Mediterania (Sekitar laut tengah, Amerika Utara, Amerika, Arabia, Armenia, Iran)
o Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
 Ras Khusus Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan

Yang termasuk ras tersebut antara lain:

o Ainu (Pula Kurufoto dan Hokaido di Jepang utara)


o Polynesian (Di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
o Australoid (Penduduk asli Ausralia)
o Veddoid (Pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan)

Jenis-Jenis Ras di Indonesia


Pada negara Indonesia beberapa jenis ras yang ada, yaitu antara lain:

1. Melanesoid (Negro Melanesia)

Suku bangsa yang termasuk didalam ras ini yaitu Papua dan orang Maluku

2. Mongoloid Melayu

Jenis ras Indonesia ini terletak di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat.

3. Penduduk Keturunan Asing


Yang masuk didalam kelompok ini adalah orang China (Ras Mongoloid Induk) dan keturunan
Arab, Pakistan dan India (Ras Kaukasoid)

Klasifikasi Ras
Klasifikasi ras atau pembagian ras bisa dilakukan dengan cara melihat tanda jasmani atau
sifat-sifat fisiknya. Tanda-tanda fisik tersebut antara lain:

 Bentuk Badan
Secara mendasar, bentuk badan bukan hal besar dalam pembagian ras. Dapat dibilang manusia
dewasa mempunyai tinggi rata-rata 150-178 cm.
 Bentuk Kepala
Untuk bentuk kepala dapat dihitung dengan menghitung indeks kepala. Caranya adalah lebar
kepala x panjang kepala x 100.
 Bentuk Air Muka dan Tulang Rahang Bawah
Dalam pengertian bentuk air muka dan tulang bawah, ada lima hal yang hari menjadi perhatian,
yakni:
o Bentuk tulang pipi terdapat yang kelihatan menonjol keluar, seperti pada orang Asia
Timur, sedikit bangsa Rusia, orang Pasifik Selatan dan bangsa Indian.
o Pronagtisme atau derajat proyeksi ke muka dan air muka
o Lebar muka atau jarak maksimum antar dua pipi. Panjang muka yaitu jarak maksimuk
antara batas tulang dahi dan tulang hidung dan juga bagian paling bawah dari tengah-
tengah tulang rahang atas. Indeks muka bisa didapatkan dengan membagi panjang dan
lebar muka dikali 100.
o Gigi kurang bermanfaat dalam penyelidikan, dikarenakan bentuk gigi pada manusia tidak
banyak perbedaan.
o Manusia purba dan manusia modern mempunyai perbedaan yang sangat terlihat.
Manusia purba tidak mempunyai tulang dagu, tulang tersebut berkembang terhadap
manusia yang lebih tinggi tingkatan perkembangan evolusinya.
 Bentuk Hidung
Indeks bentuk hidup bisa diperoleh dengan cara membagi panjang dan lebar hidup lalu dikali
100.
 Warna Kulit, Warna Rambut dan Warna Mata
Warna kulit manusia dapat dibedakan menjadi putih dan hitam. Selain itu ada juga warna kulit
lain yaitu putih yang ada pada Ras Nordic, kuning pada ras Tionghoa, Sawo matang pada orang
Dravida, Kuning cokelat pada orang Polynesia, dan cokelat hitam pada Ras Negro.Warna
rambut juga banyak jenisnya, ada hitam, cokelat, pirang, putih dan kekuningan. Warna mata
ada yang hitam, cokelat, biru, hijau, dan abu-abu.
 Bentuk Rambut
Ada beberapa bentuk rambut manusia antara lain lurus, keriting, krul, seperti wol dan
bergelombang.

Contoh Ras

1. Ras Mongoloid
Contoh ras: Penduduk asli wilayah Eropa, Sebagian Afrika, dan Asia.
2. Ras Negroid
Contoh ras: Penduduk asli wilayah Afrika, sebagian Asia
3. Ras Kaukasoid
Contoh ras: Penduduk asli wilayah Eropa Utara sekitar laut Baltik, Eropa Tengah, Eropa
Timur, Afrika Utara, Armedia Arab, Iran
4. Ras Khusus
Contoh ras: Penduduk pedalaman Sri Lanka, Penduduk pulau Karafuto, Hokkaido, Jepang

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2016/10/pengertian-gender-kesetaraan-gender-dan-istilah-terkait.html
Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Helen
Tierney (ed), Women’s Studies Encyclopedia, Vol 1, New York: Green Wood Press, h.153)

Mengacu pada pendapat Mansour Faqih, Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan
yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik, emosional,
dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan
sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut dapat terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga perubahan tersebut bisa terjadi dari kelas ke kelas
masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa bisa
berubah, baik itu waktu maupun kelas (Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h. 8-9)

Masih dalam buku yang sama, Mansour faqih mengungkapkan bahwa sejarah perbedaan gender terjadi melalui
proses yang sangat panjang. Perbedaan Gender terbentuk oleh banyak hal yang disosialisasikan, diajarkan, yang
kemudian diperkuat dengan mengkonstruksinya baik secara sosial maupun kultural. Melalui proses panjang
tersebut pada akhirnya diyakini sebagai sesuatu yang kodrati baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, hal ini
kemudian direfleksikan sebagai sesuatu yang dianggap alami dan menjadi identitas gender yang baku. Identitas
gender adalah definisi seseorang tentang dirinya, sebagai laki-laki atau perempuan, yang merupakan interaksi
kompleks antara kondisi biologis dan berbagai karakteristik perilaku yang dikembangkan sebagai hasil proses
sosialisasi.

Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional dikemukakan oleh Nasarudin Umar bahwa gender
adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-
lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial
(Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001,h.35)

Lebih lanjut Nasarudin Umar menjelaskan bahwa penentuan peran gender dalam berbagai sistem masyarakat,
kebanyakan merujuk kepada tinjauan biologis atau jenis kelamin. Masyarakat selalu berlandaskan pada diferensiasi
spesies antara laki-laki dan perempuan. Organ tubuh yang dimiliki oleh perempuan sangat berperan pada
pertumbuhan kematangan emosional dan berpikirnya. Perempuan cenderung tingkat emosionalnya agak lambat.
Sementara laki-laki yang mampu memproduksi dalam dirinya hormon testosterone membuat ia lebih agresif dan
lebih obyektif.

Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat
Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987) menegaskan bahwa gendermerupakan perbedaan perilaku antara laki-
laki dan perempuan selain dari struktur biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses social dan cultural.
Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkanpada ciri sosial
masing-masing (Zainuddin, 2006: 1).

Menurut para ahli lainnya seperti Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap
laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and men). H. T. Wilson mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan
kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Sedangkan Linda L. Lindsey
menganggap bahwa semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki dan perempuan
adalah termasuk bidang kajian gender (What a given society defines as masculine or feminim is a component of
gender). Elaine Showalter menegaskan bahwa gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan
dilihat dari konstruksi sosial-budaya (NasaruddinUmar, 2010: 30).

Dari pengertian gender menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gender adalah seperangkat sikap,
peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan
budaya atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Artinya perbedaan sifat, sikap dan
perilaku yang dianggap khas perempuan atau khas laki-laki atau yang lebih populer dengan istilah feminitas dan
maskulinitas, terutama merupakan hasil belajar seseorang melalui suatu proses sosialisasi yang panjang di
lingkungan masyarakat, tempat ia tumbuh dan dibesarkan

Kesetaraan Gender adalah kalimat yang seringkali kita dengar terucap dalam diskusi ataupun tertulis dalam
sejumlah referensi. Apa arti kesetaraan gender? Untuk menjelaskannya, berikut ini kami ketengahkan sejumlah
istilah yang erat kaitannya dengan problematika gender selain istilah tersebut.

A. Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki
dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan
partisipasi dan mengontrol proses pembangunan.
B. Kesenjangan Gender

Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila salah satu jenis kelamin berada dalam keadaan tertinggal
dibandingkan jenis kelamin lainnya (Laki-laki lebih banyak dari perempuan atau sebaliknya)

C. Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan. Terwujudnya kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan
dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan
dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Adapun indikator kesetaraan gender adalah
sebagai berikut:

1. AKSES; yang dimaksud dengan aspek akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh
atau menggunakan sumber daya tertentu. Mempertimbangkan bagaimana memperoleh akses yang adil dan
setara antara perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya yang akan
dibuat. Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi anak didik adalah akses memperoleh beasiswa
melanjutkan pendidikan untuk anak didik perempuan dan laki-laki diberikan secara adil dan setara atau
tidak.
2. PARTISIPASI; Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang atau
kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini perempuan dan laki-laki
apakah memiliki peran yang sama dalam pengambilan keputusan di tempat yang sama atau tidak.
3. KONTROL; adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. Dalam
hal ini apakah pemegang jabatan tertentu sebagai pengambil keputusan didominasi oleh gender tertentu
atau tidak.
4. MANFAAT; adalah kegunaan yang dapat dinikmati secara optimal. Keputusan yang diambil oleh
sekolah memberikan manfaat yang adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki atau tidak.
D. Keadilan Gender

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender
berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan
maupun laki-laki.

Ketidakadilan gender (gender inequalities) merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan
perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender menurut beberapa pakar timbul dalam
bentuk:

1. Stereotype

Pelabelan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif secara umum dan melahirkan ketidakadilan. Sebagai
contoh, perempuan sering digambarkan emosional, lemah, cengeng, tidak rasional, dan sebagainya. Stereotype
tersebut yang kemudian menjadikan perempuan selama ini ditempatkan pada posisi domestik, kerapkali perempuan
di identikan dengan urusan masak, mencuci, dan seks (dapur, sumur, dan kasur).

2. Kekerasan (violence)

Kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidak seimbangan posisi tawar (bargaining
position) atau kekuasaan antara perempuan dan laki-laki. Kekerasan terjadi akibat konstruksi peran yang telah
mendarah daging pada budaya patriarkal yang menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah. Cakupan
kekerasan ini cukup luas, diantaranya eksploitasi seksual, pengabaian hak-hak reproduksi, trafficking, perkosaan,
pornografi, dan sebagainya.

3. Marginalisasi

Peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal bisa
berupa kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan, atau pengetahuan (Mansour Faqih,
Analisis Gender dan Transformasi Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.14). Salah satu bentuk paling
nyata dari marginalisasi ini adalah lemahnya peluang perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi. Proses
tersebut mengakibatkan perempuan menjadi kelompok miskin karena peminggiran terjadi secara sistematis dalam
masyarakat.

4. Subordinasi
Penomorduaan (subordinasi) ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa jenis kelamin tertentu dianggap lebih
penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya (Leli Nurohmah dkk, Kesetaraan Kemajemukan dan
Ham, Jakarta: Rahima, h. 13). Hal ini berakibat pada kurang diakuinya potensi perempuan sehingga sulit
mengakses posisi-posisi strategis dalam komunitasnya terutama terkait dengan pengambilan kebijakan.

5. Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden)

Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala
keluarga berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan (Mansour
Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.21). Untuk keluarga miskin
perempuan selain bertanggung jawab terhadap pekerjaan domestik, mereka juga mencari nafkah sebagai sumber
mata pencarian tambahan keluarga, ini menjadikan perempuan harus bekerja ekstra untuk mengerjakan kedua
bebannya.

Demikian penjelasan pengertian gender dan penekanan bahwa kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi
dalam hal akses, berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari
pembangunan suatu bangsa.

http://blog.unnes.ac.id/aminahyusuf/2017/12/05/pengertian-gender-bentuk-bentuk-gender-dan-contoh-kesetaraan-
gender/

Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin, gender juga merupakan konsep mendasar yang
di tawarkan oleh feminisme untuk mnganalisis masyarakat. Dalam bahasa nggris di artikan sebagai jenis kelamin,
yang menunjukan adanya penyifatan dan pengklasifikasikan dua jenis kelamin secara biologis, yaitu laki-lakki dan
perempuan. Beberapa d=feminis, seperti simone, beauvior, Crist Weedon dan Barbara Lioyd sepakat bahwa pada
ranah ini ada garis yang bersifat nature, dimana laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki karakteristik
yang melekat pada secara permanen, kodrati dan tidak dapat di pertukarkan satu dengan yang lainnya.

Tidak sama dengan sex, gender adalah suatu konsep tentang klasifikasi sifat laki-laki(maskulin) dan
perempuan( feminim ) yang di bentuk secara sosiolkultura. Hal ini juga senada dilontarkan oleh nasarudin Umar,
yang mengatakan bahwa gender merupakan interpretasi dari budaya terhadap perbedaan jenis kelamin, artinya
gender merupakan efek yang timbul akibat adanya perbedaan anatomo biologi yang cukup jelas antara laki-laki
dan perempuan dari segi sosial budaya sedangkan sex secara umum digunakan untuk membedakan laki-laki dan
perempuan secara biologis.

 pengertian gender

Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dan
pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya. Pria dan wanita secara sexual memang berbeda .
begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun perannya di masyarakat dapat di sejajarkan dengan batasan-
batasan tertentu.

Pengertian gender di definisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan dengan jenis
kelamin dalam suatu sistem masyarakat.karena itu gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex.
Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu sex dan gender memiliki konsep yang berbeda. Lelaki dan wanita
secara sexualitas di bedakan berdasarkan alat kelamin yang dimilikinya. Namun, secara gender perbedaan tersebut
tidak menjamin perbedaan gender.

– bentuk-bentuk ketidakadilan gender

1. sterotype

Semua bentuk ketidakadilan gender diatas sebenarnya berpangkat pada satu sumber kekeliruan yang sama, yaitu
sterotype gender laki-lzki dan perempuan. Sterotype itu sendiri berarti pemberian citra baku atau label cap kepada
seseorang atau kelompok yang di dasarkan pada suatu anggapan yang salah satu sesat.

2. kekerasan
Kekerasan( violence )artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang di lakukan oleh satu jenis kelamin
atau sebuah institusi keluarga, masyrakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender telah
membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan di anggap feminsm dan laki-laki maskulin. Karakter ini
kemudian mewujud dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan sebagainya.

3. beban ganda( double burden )

Beban ganda artinya beban pekerjaan yang di terima salah satu jenis kelanin lebih banyak di bandingkan jenis
kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun
sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik, namun tidak diiringi dengan
berkurangnya beban mereka di wilayah domestik.

4. marjinalisasi

Artinya suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Banyak cara
yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seorang atau kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan
asumsi gender. Misalnya dengan anggapan bahwa perempuanberfungsi sebagai pencari nafkah tambahan, maka
ketika mereka bekerja di luar rumah seringkali dinilai dengan anggapan tersebut.

5. subordinasi

Subordinasi artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang di lakukan oleh satu jenis kelamin lebih
rendah dari yang lain. Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah-
milah peran-peran gender, laki-laki dan perempuan. Perempuan di anggap bertanggung jawab dan memiliki peran
dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan publik atau domestik.

 Contoh kasus kesetaraan gender

Dari kasus yang saya ambil yaitu kasus seorang nenek yang bernama Asyani dari Sutobondo yang tidak
mendapatkan keadilan dalam hukum di Indonesia karena mengambil tujuh batang kayu milik perum perhutani.
Dalam kasus tersebut sudah menjelaskan bahwa membiarkan seorang perempuan tua dalam penjara selama itu dari
sisi kemanusiaan tentu sulit untuk di terima.di mata hukum islam, semua orang memiliki kedudukan yang setara,
muslim atau non muslim pria atau wanita, kaya atau miskin, berkedudukan tinggi atau rakyat biasa. Jadi, dalam
kasus tersebut menganggap bahwa semua tidak setara karena menganggap wanita terlalu lemah menanggapi kasus
tersebut.

Kesetaraan gender tidak harus di pandang sebagai hak dan kewajiban yang sama persis tanpa pertimbangan
selanjutnya. Malu rasanya apabila perempuan berteriak mengenai isu kesetaraan gender apabila kita artikan segala
sesuatunya harus mutlak sama dengan laki-laki. Karena pada dasarnya, perempuan tentunya tidak akan siap jika
harus menanggung berat yang biasa di tanggung oleh laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai