Ras
Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan cirri-ciri
sosiokultural. Dengan kata lain, ras berati segolongan penduduk suatu daerah yang
mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain.
Manusia hidup di dunia memiliki perbedaan satu sama lain yang terlihat dari warna kulit,
bentuk kepala, indeks muka, warna rambut,dan bentuk rambut.Ras merupakan konsepsi
biologi, bukan konsepsi kebudayan. Apabila kita memberikan definisi ras, ciri-ciri ysng kita
kemukakan adalah ciri-ciri fisik yang menurun.
Salah satu penyebab masalah social tentang ras adalah adanya prasangka ras yang
merupakan salah satu aspek etnosentrisme. Etnosentrisme adalh suatu sifat manusia yang
menganggap bahwa cara hidup golongannya paling baik, sedangkan cara hidup golongan
lain dianggaptidak baik dan kadang-kadang disertai dengan perasan menentang golongan
lain. Fungsi etnosentrisme adalah adanya persamaan sangat kuat yang mengikat
seseorang dengan golongannya sehingga menimbulkan solidaritas kelompok.
Menurut Yoseph Arthur Gebinean, pandangan yang menimbulkan prasangka terhadap ras
yang berbeda, antara lain sebagai berikut.
a). Suku bangsa liar dapat hidup pada peradapan tinggi kalau bangsa yang menciptakan
cara hidup yang lebih tinggi itu berasal dari ras sama.
b). Suku bangsa liar itu selalu biadab meskipun pada waktu yang silam pernah mengadkan
hubungan dengan bangsa yang peradabannya lebih tinggi.
c). Ras yang berbeda tidak dapat saling mempengaruhi.
d). Peradaban yang saling mempengaruhi dengan kuat tidak akan bercampur.
Etnik
Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan untuk suku-suku tertentu yang dianggap
bukan asli Indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta
tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan,
dan atau karena secara fisik mereka benar-benar khas. Misalnya etnik Cina, etnik Arab,
dan etnik Tamil-India. Perkembangan belakangan, istilah etnik juga dipakai sebagai
sinonim dari kata suku pada suku-suku yang dianggap asli Indonesia. Misalnya etnik Bugis,
etnik Minang, etnik Dairi-Pakpak, etnik Dani, etnik Sasak, dan ratusan etnik lainnya.
Malahan akhir-akhir ini istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan
keprimitifan (suku dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai ‘tribe’), sedangkan istilah
etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk pada pengertian kelompok orang-
orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Dalam buku ini
keduanya akan digunakan secara bergantian tergantung konteksnya.
Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem
sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan,
adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki
kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak),
sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu
yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori
tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Kelompok etnik adalah kelompok orang-
orang sebagai suatu populasi yang :
Gender
Gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan
dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau
identitasnya dalam masyarakat.WHO memberi batasan gender sebagai
“seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-
laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat.”
Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender
dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah
gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina)
dalam sejumlah bahasa. Banyak bahasa, yang terkenal dari rumpun bahasa Indo-
Eropa (contohnya bahasa Spanyol) dan Afroasiatik (seperti bahasa Arab), mengenal
kata benda “maskulin” dan “feminin” (beberapa juga mengenal kata benda
“netral”).
Dalam isu LGBT, gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang
merasa identitas gendernya tidak sejalan dengan jenis kelaminnya dapat
menyebut dirinya “intergender”, seperti dalam kasus waria.
Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat,
sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu
yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin
dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari
konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.
Sumber : https://gebrielleizious.wordpress.com/2012/06/07/pengertian-gender-ras-dan-
etnis/
Penulis : Gabriella Yudithia