ANTROPOLOGI
PARAMETER BIOLOGI
DIFERENSIASI/PENGGOLONGAN RAS
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam
pembedaan. Pembedaan tersebut dapat berbentuk vertikal (pelapisan
sosial) dan horizontal (diferensiasi sosial). Pada makalah ini kita akan
membahas diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial adalah pembedaan
yang tidak menunjukkan adanya pembedaan tingkatan dalam suatu
masyarakat, misalnya diferensiasi sosial menurut umur, jenis kelamin,
ras, agama, suku bangsa, dll.
Dalam makalah ini lebih ditekankan pada pembedaan
berdasarkan diferensiasi sosial, terutama ras. Ada banyak pemahaman
tentang ras. Pemahaman tentang pengertian ras menyangkut 2 aspek,
yaitu aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dll) dan aspek
sosial (menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan). Tetapi dalam
pembahasan makalah, lebih ditekankan pada aspek biologis.
2. Rumusan Masalah
2.1.1. Apa saja faktor pembentuk ras umat manusia?
2.1.2. Bagaimana pengaruh, penghalang, dan isolasi geografi terhadap
persebaran ras umat manusia?
3. Tujuan
3.1.1. Untuk mengetahui macam-macam ras dan distribusi ras yang
ada di dunia;
3.1.2. Untuk mengetahui faktor pembentuk ras umat manusia; dan
3.1.3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh, penghalang, dan isolasi
geografi terhadap persebaran ras umat manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Pengenalan Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia ”razza” untuk
menjelaskan dan menguraikan himpunan orang yang dapat dibedakan
menurut karakteristik fisik. Pada mulanya penggunaan istilah ras
diperkirakan muncul sekitar awal tahun 1.600. Saat itu, Frangois Bernier,
seorang antropolog kebangsaan Prancis, pertama kali mengemukakan
pemikiran tentang diferensiasi manusia berdasarkan kategori atau
karakteristik fisik, yang berupa warna kulit dan bentuk wajah.
1.1.1. Banton,
Ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang
dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda.
Pengertian ras ini menyangkut aspek biologis (ciri fisik, warna kulit,
bentuk tubuh, dll) dan aspek social (menyangkut peran dan kebiasaan
yang dilakukan).
1.1.2. Grosse,
Ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang
dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda.
Pengertian ras ini menyangkut aspek biologis (ciri fisik, warna kulit,
bentuk tubuh, dll) dan aspek social (menyangkut peran dan kebiasaan
yang dilakukan).
1.1.3. Kohlbrugge,
Ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri
jasmani karena diturunkan, sedangkan cirri-ciri kerohaniannya tidak
diperhitungkan.
2. Berdasarkan Konferensi Umum UNESCO pada tahun 1978 Pernyataan
tetang Ras, disusun di paris, Juli 1950 :
2.1.1. Para ahli telah mencapai kesepakatan dalam mengakui bahwa
umat manusia adalah satu bahwa semua orang berasal dari
spesies yang sama, Homo Sapiens. Manusia mungkin berasal dari
benih yang sama dan perbedaan yang muncul antara kelompok
umat manusia yang berbeda karena berjalannya faktor
evolusioner dari diferensiasi seperti isolasi, arus pandangan acak
dari partikel materi mengontrol keturunan (gen), perubahan
dalam strukur partikel–partikel ini, hibridasi, dan seleksi alam.
Dengan ini kelompok telah muncul dalam perbedaan stabilitas dan
tingkat yang beragam yang telah di golongkan dengan cara yang
berbeda untuk tujuan yang berbeda.
2.1.2. Dari sudut pandang biologi, spesies homo sapiens dibentuk dari
sejumlah populasi, setiap populasi berbeda dari yang lain dalam
frekuensi satu atau dua gen. Gen tersebut bertanggungjawab akan
perbedaan keturunan manusia, selalu sedikit ketika dibandingkan
dengan seluruh pembentuk genetik umat manusia terhadap
sejumlah besar gen umum bagi seluruh umat manusia terlepas
dari populasi asal mereka. Hal ini berarti persamaan antara
manusia lebih besar daripada perbedaan mereka.
2.1.3. Ras, dari sudut pandang biologi, untuk itu dapat didefinisikan
sebagai satu kelompok populasi yang merupakan spesies Homo
Sapiens. Populasi ini mampu saling memelihara satu sama lain
tapi, berkenaan dengan hambatan isolasi yang pada masa lalu
bertahan atau terpisahkan, menunjukan perbedaan fisik tertentu
sebagai hasil dari sedikit perbedaan sejarah biologis. Hal ini
mewakili variasi, seperti, pada pemikiran yang sama.
2.1.4. Kata “ras” merujuk sebuah kelompok atau populasi dengan ciri
beberapa konsentrasi, hubungan keluarga seperti tingkat dan
distribusi, partikel keturunan (gen) atau karakter fisik, yang
muncul, fluktiatif, dan sering menghilang dalam waktu tertentu
dengan alasan isolasi geografis dan budaya. Beragam manifesto
ciri dalam populasi berbeda diakui dengan cara yang berbeda oleh
setiap kelompok, sehingga setiap kelompok tersebut secara
semena – mena cenderung salah mengartikan keragaman yang
muncul sebagai perbedaan dasar yang memisahkan kelompok ini
dari yang lain.
2.1.5. Bukti–bukti ini adalah bukti ilmiah. Walaupun, ketika
kebanyakan orang menggunakan kata “ras” mereka tidak
menyatakannya dalam arti yang didefinisikan diatas. Bagi sebagian
besar orang, satu ras adalah setiap kelompok orang yang mereka
pilih untuk digambarkan sebagai ras. Karena itu, banyak
kelompok–kelompok bangsa, agama, geografi, agama, bahasa atau
budaya telah, menggunakan secara longgar, apa yang disebut
sebagai ‘ras’ ketika tentunya orang Amerika bukan ras, atau orang
Inggris, juga prancis, tidak juga kelompok bangsa lainnya. Katolik,
Protestan, Muslim, Yahudi, bukanlah ras, ras juga bukan kelompok
yang bicara bahasa Inggris atau bahasa lain yang kemudian di
dapat didefinisikan sebagai ras; orang yang hidup di Islandia atau
Inggris atau India bukanlah ras; bukan juga orang secara budaya
Turki atau Cina atau dengan cara apapun dapat digambarkan
sebagai ras.
4. Dari warna kulit, kita orang Indonesia di kenal sebagai penduduk yang
memiliki warna kulit sawo matang. Sebenarnya berdasar warna kulit,
penduduk Indonesia dapat di rinci dalam beberapa bagian, yaitu :
4.1.1. Papua Melanozoid : berkulit hitam dan berbibir tebal. Orang
kulit hitam di Indonesia disetai ciri khas rambut gimbal dan ikal
bergelombang kecil, misalnya penduduk asli Irian Jaya (Papua),
Pulau Aru dan Pulau Kai.
4.1.2. Negroid : berkulit hitam, bentuk tubuh kecil dan berambut
keriting. Perbedaan dengan Papua Melanozoid, yaitu bahwa orang
Negroid berbadan relatif lebih kecil. Mereka kebanyakan tinggal di
wilayah Semenanjung Malaka (Suku Semang).
4.1.3. Weddoid : berkulit sawo matang, bentuk tubuhnya kecil, dan
rambutnya bergelombang. Sifat mereka mempunyai kesamaan
dengan Bangsa Weda di Srilanka. Mereka ada beberapa suku
seperti; Suku Sakai (di Siak- Riau), Suku Kubu (Jambi), Suku
Tomuna (Sulawesi).
4.1.4. Melayu Mongoloid : berkulit hitam sampai kekuning-kuningan,
berambut lurus atau ikal, dan muka agak bulat. Golongan terakhir
adalah golongan terbesar dari seluruh penduduk Indonesia. Dan
mereka di anggap sebagai cikal-bakal yang melahirkan generasi
bangsa Indonesia. Golongan ini di bagi menjadi dua, yaitu : Melayu
Tua, dan Melayu Muda. Melayu Tua, (Protro Melayu), Seperti;
Suku Batak, Toraja, Dayak, dan sebagainya. Sedangkan Melayu
Muda (Deutro Melayu), seperti; suku Jawa, Sunda, Bali, Madura,
Bugis dan sebagainya.
5. Faktor Pembentuk Ras
5.1.1. Mutasi, yaitu perubahan secara cepat yang terjadi di dalam gen-
gen manusia, misalnya : jika orang tua berambut lurus, maka anak-
anaknya berambut bargelombang.
5.1.2. Seleksi disebut juga Natural Scening atau natural Selection yang
artinya penyaringan. Misalnya di Benua Eropa warna kulit putih
yang dominan sehingga setiap kali terjadi mutasi yaitu lahir anak
berkulit agak gelap (Darkish), ia akan mati/lenyap dan dikatakan
karena seleksi alam.
5.1.3. Adaptasi, yaitu menyesuaikan diri dengan keadaan alam
disekelilingnya. Pengaruh lingkungan ini akan menimbulkan faktor
yang penting terhadap pertumbuhan badan manusia. Unsur-unsur
dari lingkungan alam terutama iklim, tumbuhan, dan hewan.
5.1.4. Isolasi merupakan pemencilan. Bila sifat-sifat ras yang diperoleh
melalui mutasi, seleksi, dan adaptasi yang diturunkan dan
diwariskan kepada generasi berikutnya ini disebabkan karena
isolasi.
5.1.5. Migrasi adalah perpindahan. Banyak ras yang meninggalkan
wilayah asalnya, kemudian ras tersebut bertemu dengan ras-ras
lain/lingkungan alam baik yang sama maupun berbeda dengan
lingkungan asal. Percampuran dengan ras-ras lain/lingkungan baru
tersebut dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru,
sehingga akhirnya akan terbentuk ras yang baru.