Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

SUKU BANGSA DI INDONESIA DAN RAS MANUSIA DUNIA

(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan)

Kelas A

Oleh :

Rosa Ananda F. (142110101009)

Yohana Rizkyta Handini (142110101023)

Rofiqoh Noer (142110101093)

Firtanelia Eka Sudaryani (142110101112)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2014/2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul suku bangsa di Indonesia dan ras manusia dunia
dengan tepat waktu yang dibuat untuk memenuhi tugas antropologi kesehatan, yang berisikan
asal usul suku bangsa, konsep dan persebaran suku bangsa, konsep ras dan ciri suatu ras.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Mury Ririanty, S.KM., M.Kes. selaku dosen
matakuliah antopologi kesehatan dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kritik dan saran dari pembaca dapat berguna bagi kami, sebagai bahan pembelajaran.
Somoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Jember, Mei 2015

Penulis

2
ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan...................................................................................................... 5

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................... 6


2.1 Konsep Suatu Ras Dan Ciri Masing-Masing Ras.................................. 6
2.2 Asal Mula Dan Sejarah Suku Bangsa..................................................... 8
2.3 Persebaran Suku Bangsa di Indonesia..................................................... 13
2.4 Studi Kasus : Perawatan ibu hamil sampai melahirkan suku Madura.... 15

BAB III. PENUTUP....................................................................................... 20


3.1 Kesimpulan............................................................................................... 20
3.2 Saran......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 21

iii3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah jenis makhluk primate yang dalam perkembangannya telah
mengalami proses perubahan akibat evolusi yang kemudian menyebabkan munculnya
perbedaan-perbedaan karakteristik baik fisik maupun mental dari masing-masing wilayah
yang berbeda-beda di belahan dunia. Namun, perbedaan yang kontras tidak terjadi pada
kelompok-kelompok manusia yang memiliki kekerabatan serta wilayah yang berdekatan.
Perbedaan inilah yang kemudian dikenal adanya perbedaan ras pada manusia. Dengan
perkembangan zaman yang semakin mempermudah mobilitas setap individu dari suatu
daerah menuju daerah lainnya menyebabkan penyebaran ras semakin meningkat dan
tidak berfokus pada satu titik saja. Dalam penyebarannya banyak dari anggota suatu ras
memilih untuk menetap dan membuat kumpulan yang memiliki ciri khas dan kebudayaan
tersendiri, sehingga menyebabkan adanya perbedaan kebudayaan dalam satu ras manusia.
Kumpulan manusia dengan ciri khas inilah yang kemudian dikenal dengan suku bangsa.
Keanekaragaman atau yang sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilahyang
digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia
dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Keanekaragaman bangsa Indonesia ini dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku bangsa
diIndonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya.
Perbedaan budaya tidak hanya pada aspek acara adat maupun keagamaan saja,
namun juga mewarnai hampir seluruh aspek kehidupaan masyarakat suatu suku bangsa.
Mulai dari budaya pernikahan,budaya pembersihan desa, kebudayaan bercocok tanam,
bahkan budaya perawatan ibu hamil hingga melahirkan pun memiliki kebiasan yang
berbeda antar suku.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep suatu ras dan ciri masing-masing ras?
2. Bagaimana asal mula dan sejarah suatu suku bangsa?
3. Bagaimanakah persebaran suku bangsa di Indonesia?
4. Bagaimana kebudayaan perawatan pada ibu hamil hingga melahirkan pada suku
madura?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep suatu ras dan ciri masing-masing ras.
2. Mengetahui asal mula dan sejarah suatu suku bangsa
3. Mengetahui persebaran suku bangsa di Indonesia.
4. Mengetahui kebudayaan perawatan pada ibu hamil hingga melahirkan pada suku
madura

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Suatu Ras Dan Ciri Masing-Masing Ras


Ras adalah sekelompok orang yang tinggal terisolasi di suatu daerah yang
menampilkan suatu bentuk ciri tubuh tertentu. Bentuk ciri khas ini menjadi kuat karena
perkawinan yang cenderung dalam kelompok sendiri atau terisolasi. Ras merupakan
kumpulan manusia yang memiliki sejumlah ciri khas yang tampak dalam presentase
besar. Ciri khas yang dijadikan tolak ukur pembedaan suatu ras sebagian besar
berdasarkan ciri-ciri fenotif yang terdiri dari ciri kualitatif (misalnya warna kulit, bentuk
hidung, dan bulu atau rambut, serta mata) dan ciri kuantitatif (misalnya berat badan dan
indeks cephalicus) yang dapat dihitung menggunakan metode antropometri. Untuk
beberapa hal, dibawah ini terdapat beberapa contoh yang membahas bentuk hidung, mata
dan bulu di tubuh.
2.1.1 Hidung
Orang beranggapan bahwa setiap ras memiliki bentuk hidung yang berbeda-beda.
Misalnya ras negroid cenderung memiliki bentuk hidung yang besar dan lubang hidung
yang lebar dan ras kaukasoid yang memiliki hidung kecil dengan lubang hidung sempit.
Terdapat beberapa bukti bahwa bentuk hidung berhubungan dengan kondisi alam sekitar
ras tersebut. Misalnya bentuk hidung pada ras kaukasoid yang hidup pada kondisi alam
dengan suhu dingin dan lembab justru membantu dalam proses menyeimbangkan suhu
udara yang masuk dengan suhu normal tubuh.
2.1.2 Mata
Mata sebagai focus penelitian antropologi ragawi dipandang sebagai ciri penanda
atas kelompok ras. Lipatan sudut mata yang menutupi mata dibeberapa kelompok telah
lama menjadi bahan penelitian yang menarik bagi antropologi. Misalnya ras negroid
yang memiliki kelopak matalurus.
2.1.3 Rambut Badan
Rambut diketahui terdapat di tubuh berbagai makhluk kera. Rambut di manusia
hanya diketahui berada di bagian kepala. Kehadiran rambut ini dapat ditafsirkan
berfungsi untuk melindungi kulit kepala manusia. Ada penandaan yang melihatnya
sebagai kejur dan keriting, serta tebal dan tipis. Pembagian dan ketebalan rambut
biasanya dihubungkan sebagai suatu bentuk penyesuaian terhadap panas. Rambut

6
keriting di kepala dianggap memberi suatu pengamanan yang mengucilkan udara panas
melalui gelombang atau rambut dan kulit di kepala, tetapi kemudian ada anggapan
bahwa tidak ada hubungan langsung antara rambut dan iklim.
Ketika ras muncul maka dimulailah upaya untuk mengategorisasikannya, dan
beberapa ahli menyarankan dasar dari klasifikasinya menggunakan pengklasifikasian
oleh Carolus Linnaeus (1725) yang mengajukan warna kulit sebagai acuannya. Hal ini
dapat dimengerti karena hal pertama yang terlihat berbeda adalah warna kulit yang
mudah diinderai. namun J.F Blumenbach (1755) kemudian mengombinasikan ciri-ciri
morfologi ditambah dengan geografi tempat satu ras tersebut tinggal. Pengklasifikasian
kemudian ditambahkan oleh J. Deniker (1889) yang menggunakan warna rambut
sebagai ciri-ciri penting. Sedangkan metode pengklasifikasian berdasarkan filogenetik
yaitu pengklasifikasian berdasarkan persamaan dan perbedaan ras serta hubungan asal-
usul ras baru muncul pada 1990-an. Metode pengklasifikasian berdasarkan unsur-unsur
filogenetik yang paling terkenal adalah metode E.von Eickted dan meyode E.a. Hooton.
Berikut ini sebuah klasifikasi yang dibuat oleh A.L.Kroeber, yang dengan jelas
menggambarkan garis besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia dan
hubungannya satu sama lain.
1. Kaukasoid (Eropa)
a) Nordic (Eropa Utara sekitar laut Baltik)
b) Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
c) Mediterranean (penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab
dan Iran)
d) Indic (Pakistan, India Bangladesh dan Sri Lanka)

2. Mongoloid (Asia)
a) Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Tengah dan Timur)
b) Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep.Indonesia, Malaysia, Filipina dan
pendudukl Taiwan)
c) American Mongoloid(penduduk asli Amerika Utara san Selatan yaitu orang
eskimo hingga penduduk Terra del Fuego)

3. Negroid (Afrika)
a) African Negroid (benua Afrika)
b) Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
c) Melanesian (Irian,Melenesia)

7
4. Australoid (penduduk asli Australia)
5. Ras-ras khusus
a) Bushman (penduduk daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan)
b) Veddoid (penduduk pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
c) Polynesian (penduudk kepulauan Mikronesia dan Polynesia)
d) Ainu (penduduk Pulau Karafoto dan Hokkaido, Jepang)
2.2. Asal Mula Dan Sejarah Suku Bangsa Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman suku bangsa
terbesar di dunia. Terdapat setidaknya 400 kelompok etnis dalam wilayah negara ini.
Sebuah pertanyaan besar adalah dari mana suku-suku ini datang atau siapakah nenek
moyang kita? Sebuah lagu memberikan gambaran ringkas: nenek moyangku orang
pelaut. Walau begitu, studi antropologi tampaknya berbicara lain.
A. Periode Zaman Es Akhir (20.000 – 14.000 tahun yang lalu)
Leluhur Austro-Melanesia
Periode zaman es ini dikatakan akhir karena Bumi telah melewati tak terhitung
masa zaman es dalam sejarah hidupnya. Zaman es terakhir di Bumi terjadi pada masa
20 ribu hingga 14 ribu tahun lalu. Masa dimana para mamuth menguasai Bumi
belahan utara.
Dalam masa ini, kutub menjadi lebih dingin dan samudera di sekitar kutub
membeku. Pembekuan ini berdampak pada lebih banyak lagi air yang tertarik ke
arahnya sehingga menghasilkan pembekuan lebih besar lagi. Karena adanya
pembekuan di wilayah kutub-kutub Bumi, volume air di wilayah khatulistiwa
berkurang. Akibatnya, dalam masa ini, laut wilayah Indonesia jatuh hingga 135 meter
dengan laju penurunan 7-9 mm per tahun. Laju penurunan ini masih diluar persepsi
manusia namun dalam jangka waktu panjang dapat terlihat jelas. Dalam 150 tahun
misalnya, bibir pantai telah tertarik jauh karena penurunan 1 meter permukaan laut.
Di masa ini, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menyatu menjadi satu daratan yang
terhubung langsung dengan benua Asia. Daratan ini disebut sebagai Paparan Sunda.
Hal yang sama terjadi di wilayah timur tepatnya di Nusa Tenggara. Laut di wilayah
mereka jatuh dan membuat wilayah ini menyatu dengan Australia membentuk apa
yang disebut sebagai Paparan Sahul.
Paparan Sunda dipagari oleh pegunungan berapi yang ada di pinggiran ujung
dekat Samudera Hindia yaitu di Sumatera dan Jawa. Laut Jawa dan Selat Karimata
yang mengering berubah menjadi padang rumput terbuka, dataran banjir, dan rawa-

8
rawa. Hutan yang ada tidak terlalu lebat karena iklim cenderung kering akibat
penumpukan es yang besar di belahan utara dan selatan Bumi.
Parapan Sunda adalah sebuah daratan yang luas. Sungai-sungai begitu panjang.
Sungai Kapuas dan sungai Musi misalnya, bermuara di Laut China Selatan, jauh di
utara dekat Vietnam sana. Sementara itu, sungai-sungai dari Jawa dan Kalimantan
Tengah dan Selatan bermuara di Laut Flores. Di bagian muara ke Laut Flores, sungai
muncul berliku-liku karena platform yang penuh rawa. Wilayah ini penuh dengan
reptil seperti ular dan buaya sehingga kemungkinan besar tidak dihuni manusia.
Manusia menghuni wilayah Paparan Sunda yang ada dalam segitiga Sumatera-
Jawa-Kalimantan. Masyarakat ini berasal dari daratan benua Asia, masuk lewat
Thailand atau Semenanjung Malaya. Mereka menghuni wilayah khususnya di tepian
sungai besar. Di sini mereka berburu mamalia, burung, dan ikan dengan alat-alat
sederhana seperti tombak kayu dan sebagainya yang termasuk barang-barang dari
kayu atau batu yang tidak terlalu keras. Hal ini disebabkan sumber utama batu yang
umum digunakan dalam peradaban zaman batu seperti batu untuk bahan dasar kapak,
parang, dan mata panah terdapat hanya di satu titik yaitu di daerah Bangka Belitung.
Masyarakat ini disebut masyarakat Austro-Melanesia dan telah hidup di wilayah
ini bahkan sebelum zaman es terjadi. Masyarakat Austro-Melanesia ini telah tinggal
setidaknya sejak 35 ribu tahun lalu. Jadi leluhur orang Indonesia yang pertama dapat
dipandang berasal dari masyarakat Austro-Melanesia ini.
Karena udara yang kering dan banyaknya padang rumput, kebakaran hutan kerap
terjadi. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah yang paling sering mendapat
kebakaran hutan dan Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di Kalimantan Timur
terdorong untuk mengungsi menyeberang ke Sulawesi, tepatnya di Tonasa dan
Kapposang.
B. Zaman Es Berakhir (14.000-6.000 tahun yang lalu)
Pada akhir zaman es ini, kutub kembali mencair dan air kembali memenuhi lautan
yang kering. Air laut yang memasuki Paparan Sunda dan memisahkan Kalimantan
dengan Sumatera dan Jawa yang masih menyatu dan akhirnya terpisah oleh Selat
Sunda. Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di Paparan terpaksa menyebar ke
dalam tiga arah. Ke Sumatera di Barat mereka menjadi leluhur Batak dan Minang. Ke
Jawa di Selatan mereka menjadi leluhur orang Sunda dan Jawa. Ke Kalimantan di
timur, mereka menjadi leluhur orang Dayak. Mereka masuk ke pulau-pulau baru ini

9
lewat sungai-sungai besar. Mereka pada umumnya tinggal di gua-gua besar di
pegunungan seperti di wilayah Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Ketika
jumlah populasi telah besar, gua tidak cukup menampung, dan mereka menyebar ke
sekeliling. Indonesia dipenuhi hutan lebat karena masuknya nutrisi dari kutub dan
berubahnya iklim menjadi lebih hangat.
Leluhur Orang Pelaut
Dalam suatu masa di akhir zaman es ini, sekelompok masyarakat pelaut dari
Taiwan datang ke Indonesia. Di katakan masyarakat pelaut karena mereka datang
dengan melindasi perairan selat antara Taiwan, kepulauan Philipina, dan Laut
Sulawesi. Mereka datang ke Indonesia dalam tiga aliran. Aliran pertama berpisah di
Pulau Palawan Philipina mengambil jalur ke Sabah di Kalimantan. Mereka
berasimilasi dengan masyarakat Austro Melanesia yang telah ada lebih dahulu
sehingga masyarakat Dayak yang ada sekarang dapat dipandang sebagai campuran
antara Austro-Melanesia dan orang pelaut ini.
Gelombang kedua berpisah dengan aliran ketiga di wilayah Sangir Talaud. Dari
Mindanau mereka menyeberang ke Sangir Talaud lalu mengambil dua arah. Arah
pertama menuju ke Sulawesi Utara terus ke selatan memenuhi seluruh Sulawesi
seperti Buton dan Bugis. Masyarakat pelaut yang mencapai wilayah Sulawesi Selatan
berasimilasi dengan penduduk Austro-Melanesia yang telah lebih dahulu hadir dari
Kalimantan. Mereka dapat dipandang sebagai leluhur Bugis. Karena konflik,
kompetisi, atau letusan gunung, mereka meneruskan perjalanan dari Sulawesi menuju
Takabonerate, menyeberangi Laut Flores, dan tiba di Nusa Tenggara, tepatnya di
Flores. Flores merupakan wilayah yang sering diterjang tsunamidan kemungkinan ini
pula yang mendorong mereka untuk menyeberang lebih jauh ke selatan yaitu ke Pulau
Sumba dan ke Timor.
Arah kedua menyeberan ke Halmahera menuju ke Papua. Mereka pertama
mendarat di wilayah Papua Utara. Papua Utara dan Selatan dihalangi oleh
Pegunungan Jayawijaya yang tinggi dan tertutup salju. Seiring semakin
menghangatnya iklim, salju tertarik menuju puncak dan jalan lembah menuju ke
selatan terbuka. Mereka sebagian menyeberang ke selatan dan memenuhi Papua
Selatan. Menariknya catatan prasejarah mengenai penemuan cara membuat api
ditemukan di Danau Hogayaku, Papua dan berasal dari 14 ribu tahun yang lalu.

10
Peta Migrasi Leluhur Orang Indonesia

C. Zaman Resen (6.000 tahun yang lalu – sekarang)

Pada zaman ini, relatif seluruh pulau besar di Indonesia telah berpenghuni.
Masyarakat pelaut dan Austro-Melanesia telah berasimilasi sehingga membentuk
berbagai kebudayaan unik di seluruh penjuru Nusantara. Penyebaran ini didukung
oleh teknologi pelayaran yang baik. Sebagian dari masyarakat pelaut menyebar
hingga ke Australia dan berasimilasi dengan penduduk Aborigin yang telah tinggal
lama di sana, mungkin juga berasal dari Austro-Melanesia. Mereka juga menyebar ke
Selandia Baru dan mungkin menjadi leluhur orang Maori. Ke Barat, mereka
menyeberang hingga ke Afrika Timur. Di Madagaskar misalnya, ditemukan bahasa
yang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah salah satu etnik Dayak di
Kalimantan. Diduga masyarakat Dayak telah menyebar dan mengkoloni Madagaskar
sejak abad ketiga SM.
Masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir Kalimantan (Barat dan Utara) pada
masa 1500 tahun lalu menjadi leluhur orang Melayu di Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Mereka menyeberang karena didorong oleh perdagangan dan teknologi
pelayaran yang cukup maju. Berdasarkan paparan hasil studi arkeologi dan

11
antropologi di atas, dapat dibuat sebuah pohon evolusi suku-suku di Indonesia. Pohon
evolusi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan
sejarah

mengenai

zaman, waktu suku bangsa


bersangkutan sudah
mendapat kontak dengan bangsa-bangsa lain yang menulis tentang
kejadian masyarakatnya, lebih mudah untuk dipergunakan
seorang peneliti antropologi. Biasanya keterangan itu ditulis
dalam salah satu bahasa Eropa atau
bahasa Asia.
2.3. Persebaran Suku Bangsa Di Indonesia
Klasifikasi dari aneka warna suku bangsa di wilayah Indonesia biasanya masih
berdasarkan sistem lingkaran hukum adat yang disusun oleh Van Vollenhoven. Sistem
yang tergambar, membagi Indonesia ke dalam 19 daerah. Koentjaningrat pernah
menyusun kembali data kumpulan suku bangsa ini menjadi sebanyak 192 kelompok. Di
pihak lain, ensiklopedi suku bangsa di Indonesia mencatat 482 suku bangsa. Dalam
perkembangannya, Hidayah telah menyusun kembali kumpulan data sebanyak 657
kelompok yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah pulau sekitar 17.000 di
Nusantara. Pendataan tersebut dilakukan berdasarkan atas berbagai laporan etnografi dari
berbagai ahli ilmu sosial. Pada tahun 1930, pemerinyatah kolonial Hindia Belanda pernah
mengadakan sensus yang menghasilkan data komposisi etnis.

12
Sensus Kolonial Belanda Sensus Pemerintahan RI Tahun
Suku Bangsa
(*) 2000 (*)
Jawa 47,02 41,64
Sunda 14,53 15,40
Madura 7,28 3,36
Minangkabau 3,36 2,73
Bugis 2,59 2,49
Cina (foreign oriental) 2,03 ----
Batak 2,04 ----
Bali 1,88 ----
Betawi 1,66 2,50
Banten ---- 2,05
Melayu 1,61 1,73
Banjar 1,52 ----
Aceh 1,41 ----
Palembang 1,30 ----
Sasak 1,12 ----
Dayak 1,10 ----
Makasar 1,09 ----
Toraja 0,94 ----
Lain-lain 9,54 28,1
100,0 100,0
Jumlah
(59.138.067) (201.092.238)

13

Catatan: (*) dalam persen


2.4 Studi Kasus : Kebudayaan Perawatan Ibu Hamil Hingga Melahirkan Suku Madura

Madura merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia. Suku Madura
sebagian besar bertempat tinggal dan menetap di pulau Madura dan bebrapa pulau kecil
disekitar pulau Madura. Sebagai suatu suku tentulah suku Madura juga memiliki
kebudayaan yang khas dimana kebudayaan tersebut berlaku kepada semua anggota suku
Madura mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki dan perempuan termasuk
didalamnya beberapa kebudayaan yang berlaku pada wanita sejak masa kehamilan
hingga masa laktasi. Pantangan makanan merupakan suatu perilaku individu dalam
masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan tertentu karena
terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh secara turun-temurun pada kondisi
tertentu (Foster & Anderson, 2006).

Kebudayaan Pranatal :

2.4.1 Menentukan jenis kelamin bayi


Menentukan jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut sang ibu adalah salah
satu budaya yang sampai sekarang masih ada di lingkungan suku madura. Dimana untuk
jenis kelamin laki-laki ditentukan dari bentuk perut ibu yang terlihat membulat dan
sedikit meruncing, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan ditentukan dari bentuk
perut yang membulat. Padahal dari segi medis perbedaan bentuk perut pada masa
kehamilan disebabkan karena perbedaan posisi bayi akibat aktivitas bayi dalam
kandungan. Selain itu juga terdapat sumber yang mengatakan bahwa bentuk perut ibu
hamil dipengaruhi oleh tingkat obesitas ibu, misalnya ibu yang obesitas akan cenderung
mengalami posisi bayi posterior.
2.4.2 Ibu hamil dilarang mengonsumsi nanas dan terung.

Pada kebudayaan suku Madura, ibu hamil juga memiliki beberapa makanan
pantangan yaitu buah nanas dan sayur terung. Kebudayaan ini masih melekat pada
masyarakat Madura hingga saat ini karena mereka menganggap kedua makanan ini dapat
menyebabkan dampak negative bagi kandungan ibunya.
Masyarakat Madura melarang ibu hamil mengonsumsi buah nanas dengan alasan
buah nanas dapat menyebabkan keguguran meskipun mereka tidak tahu secara pasti
penyebabnya. Jika dikaji melalui sudut pandang gizi nanas memang baik untuk kesehatan
sebab di dalam nanas terkandung zat-zat yang bermanfaat untuk tubuh yaitu banyak

14
mengandung vitamin A dan C, enzim bromelain, dekstrosa, fosfor, magnesium dan zat
besi. Nanas memiliki beberapa manfaat penting yaitu:

a Untuk mencegah batuk dan pilek sebab mengandung bromelain yang mampu
menekan batuk dan melonggarkan lendir dan membantu mempercepat pelunakan
makanan di lambung sehingga sebagian dokter menyarankan Saat minum obat
usahakan makan dengan nanas.
b Memperkuat otot jantung sebab mengandung leucin dan valin
c Baik untuk pembentukan tulang dan jaringan ijkat sebab mengandung mangan
d Mencegah kanker
e Dapat mencegah resiko stress sebab megandung serotonin

Berdasarkan uraian manfaat diatas dapat diketahui bahwa nanas sangat baik untuk
kesehatan dan sedikit kontradiksi dengan kebudayaan suku Madura. Namun
kebudayaan tersebut ternyata tidak dapat sepenuhnya disalahkan sebab buah nanas
muda ternyata dapat berpotensi sebagai abortivum yaitu obat untuk menggugurkan
kandungan karena di dalam nanas terdapat enzim bromelain yang dapat melemahkan
leher rahim dan meningkatkan kontraksi rahim.
Selain nanas, sayur terung juga sebenarnya baik untuk kesehatan. Hal ini karena
terung mengandung beberapa zat diantaranya :

Kadungan zat dalam terung Jumlah zat dalam terung


Energi 24 kkal
Protein 1,1 gr
Lemak 0,2 gr
Karbohidrat 5,5 gr
Kalsium 15 mg
Fosfor 37 mg
Vitamin A 30 IU
Vitamin B1 0,04 mg
Vitamin C 5 mg
Manfat dari buah terung adalah

a. Melembabkan kulit
b. Menurunkan berat badan sebab kandungan sesratnya tinggi
c. Mengandung nasunin yang dapat mengatasi kanker
d. Menurunkan syaraf yang tegang/stress dan dapat mencegah epilepsy sebab
mengandung skopoletin dan scoparone
2.4.3 Pelet Betteng

15
Beberapa bentuk perawatan kehamilan juga dilakukan dengan ritualyang dikenal dengan
selametan. Ritual yang lain yaitu acara selametan saat usia kandungan 7 bulan yang biasa disebut
dengan pelet betteng. Pada acaraini ibu hamil dipijat bagian perutnya oleh dukun bayi sambil
menunggu kiai dan beberapa tetangga selesai mengaji dan berdoa bersama. Setelah itu,ibu hamil
sambil menggendong telur dan ayam, dimandikan di halaman rumah. Setiap anggota keluarga
dan tetangga yang hadir menyiramkan air yang sudah dicampur dengan bunga ke atas kepala ibu hamil
tersebut. Kemudian, ibu hamil menginjak telur dan memberikan ayam kepada dukun bayi. Dukun akan
berlari menjauhi ibu hamil sambil menggendong ayam. Ketika berlari, dukun pun dikejar oleh salah
seorang anggota keluarga ibu hamil sambil melemparkan ranting pohon ke arahnya. Kejadian ini bukan
berarti bentuk pengusiran kepada dukun, tetapi suatu ritual dengan tujuan agar persalinannya lancar.
Dukun pun segera pulang dan tidak akan mengunjungi tempat lain sebelum tiba di rumahnya. Jika tidak
dilakukan, maka masyarakat percaya bahwa kelak saat melahirkan, bayi tidak akan lahir dengan mudah
dan tersendat lama di mulut rahim. Sama halnya dengan dukun yang masih “tersendat” sebelum tiba di
rumahnya.
Mengurut perut sangat berbahaya bagi ibu hamil karena amat berisiko bagi janin. Janin
bisa mengalami stres sehingga bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila
ada perlekatan plasenta,mengurut perut dapat menyebabkan perdarahan dan keguguran. Selain ritual,
acara selametan dan pantangan untuk ibu hamil,
ada juga beberapa doa khusus yang harus dipanjatkan oleh calon ibu dan ayah. Karena
sebagian besar penduduk madura beragama Islam,maka membaca Alquran dan surat-surat tertentu yang
ada di dalamnya menjadi kebiasaan yang bertujuan untuk keselamatan dan kebaikan calon bayi. Surat
Yusuf dan Maryam adalah surat yang paling sering dibaca agar proses persalinan menjadi lancar
dan bayi menjadi anak yang sholeh/sholehah.
2.4.4 Melahirkan pada dukun
Kebanyakan masyarakat Madura masih menggunakan jasa dukun beranak untuk
melahirkan. Kebudayaan ini masih berlangsung hingga saat ini, hal inilah yang
menyebabkan angka kematian ibu di Madura masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran
(Kemenkes, 2010). Selain meningkatkan angka kematian ibu, melahirkan pada dukun
beranak juga tidak memperhatikan pelayanan yang semestinya dilakukan pada bayi baru
lahir sebagaimana menurut kementrian kesehatan RI , asuhan bayi baru lahir meliputi
Pencegahan infeksi (PI), penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi,
pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pencegahan

16
kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta
menyelimuti kepala dan tubuh bayi, pencegahan perdarahan melalui penyuntikan
vitamin K dosis tunggal di paha kiri, pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis
tunggal di paha kanan, pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata dan
antibiotika dosis tunggal, pemeriksaan bayi baru lahir, dan pemberian ASI eksklusif

Kebudayaan Postnatal :

2.4.5 Ibu melahirkan dilarang makan makanan yang masih panas maupun hangat
Masyarakat Madura mempercayai bahwa ibu menyusui tidak boleh mengonsumsi
makanan apapun dalam kondisi panas bahkan hangat sebab dapat menyebabkan oral
trush / sariawan pada bayinya. Padahal dalam dunia medis sariawan pada bayi terjadi
akibat terkontaminasi oleh kandidas sedangkan makanan yang dimakan dalam kondisi
panas jika sudah diserap tubuh dan disuplay dalam bentuk ASI yang ada dalam payudara
selalu bersuhu sama, yaitu antara 37-38 derajat Celcius atau sesuai dengan suhu tubuh si
ibu.
2.4.6 Pada bayi yg baru lahir, diberikan garam dan sirih pada bagian ari-ari yg belum
putus.
Dalam kebudayaan ini, dukun beranaklah yang akan merawat (memandikan) bayi
baru lahir hingga berumur 2 minggu. Dukun beranak biasanya memandikan sang bayi
dengan memposisi bayi pada kedua betisnya dengan posisi tengkurap, kebudayaan ini
kurang baik sebab kondisi leher bayi masih belum sempurna mampu menopang kepala
bayi. Untuk perawatan tali pusat, dukun beranak biasanya menggunakan campuran garam
dan sirih yang dimasukan kedalam kain untuk membungkus tali pusat yang belum kering
yang kemudian perut bayi akan dipakaikan “gharita” dengan anggapan agar perut bayi
tidak membesar. Setelah itu bayi akan dibedong agar tulang bayi tidak semakin
membengkok khususnya tulang yang membentuk kaki.
Saat ini kebudayaan menggunakan sirih dan garam saat ini sudah mulai
ditinggalkan leh masyarakat Madura. Karena kebudayaan ini dapat beresiko
menyebabkan infeksi pada tali pusat bayi yang menyebabkan tetanus neonatorum.
Tetanus neonates adalah penyebab kejang yang sering dijumpai pada bayi baru lahir yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatan, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak
asektif.
17
Masa lokabasi penyakit ini adalah 5-14 hari. Pada umumnya tetanus neonatorum
lebih cepat dan penyakit langsung lebih berat dari pada tetanus pada anak. Hal ini terjadi
akibat adanya clostridrum bersifat anaerab dalam tali pusat bayi batru lahir. Clostridum
yang berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan tokan yang
dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukasit dan merupakan tetanospasmin,
yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme
otot, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena
pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat steril hanya memakai pisau atau
gunting yang tidak steril. Dapat juga karena perawatan talipusat yang menggunakan obat
tradisional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.
2.4.7 Bayi yang baru lahir harus dibedong
Kebudayaan membedong bayi yang baru lahir dilakukan sejak jaman dulu hingga
saat ini pun masih dilakukan. Masyarakat Madura beranggapan bahwa kaki bayi baru
lahir yang terlihat bengkok dapat diluruskan dengan membedong bayi sehingga bayi
tidak dapat bergerak. Pada kenyataannnya Bedong dapat menyebabkan penghambatan
perkembangan motorik sibayi, karena tangan dan kakinya tak mendapatkan banyak
kesempatan untuk bergerak. Sebaiknya bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan
atau kala cuaca dingin, untuk menjaganya dari udara dingin. Dipakainya pun longgar.
Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ras adalah sekelompok orang yang tinggal terisolasi di suatu daerah yang
menampilkan suatu bentuk ciri tubuh tertentu. Bentuk ciri khas ini menjadi kuat karena
perkawinan yang cenderung dalam kelompok sendiri atau terisolasi. Ras merupakan
kumpulan manusia yang memiliki sejumlah ciri khas yang tampak dalam presentase besar.
Ciri khas bisa dilihat dari misalnya bentuk hidung, mata, warna kulit, dan warna rambut
yang memberikan identitas bahwa seseorang itu bagian dari suatu suku dan ras. Suku dan
ras di dunia sangat beragam dan dikelompokkan berdasarkan wilayah benua.

18
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman suku bangsa
terbesar di dunia. Terdapat setidaknya 400 kelompok etnis dalam wilayah negara ini.
Penyebarannya juga sangat membutuhkan waktu yang tidak lama dengan jumlah terbesar
adalah suku Jawa yang kemudian disusul oleh suku Sunda dan suku Madura.
Di suku Madura, terdapat budaya khas mengenai perawatan ibu hamil hingga
melahirkan yaitu Menentukan jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut sang ibu, Ibu
hamil dilarang mengonsumsi nanas dan terung dan pellet betteng serta beberapa
kebudayaan lainnya.

3.2 Saran

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk melengkapi
makalah ini dan untuk pengetahuan diperlukan literature lain yang terpercaya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Haviland, W. A. 1999. Antopologi. Jakarta: Erlangga

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Meinarno, Eko A. dkk. 2011. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba
Humanika

Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Madura, Desa Jrangoan,
Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur, diterbitkan oleh: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI 2012

http://www.tipanews.com/read942-Fakta-Ilmiah---Asal-Usul-Suku-Suku-Di-Indonesia.html

20

Anda mungkin juga menyukai