Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

RAS DAN ETNISITAS

Bagian ini menjelaskan konsep-konsep yang berhubungan dengan ras, etnis dan
kelompok minoritas. Konsep ras dan etnis terkadang dipahami secara sama, padahal
keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Ras dan etnis merupakan dua contoh
struktur sosial yang horizontal, yaitu diferensiasi. Penjelasan ini sangat berguna untuk
mempelajari pengelompokkan manusia berdasarkan kesamaan aspek biologis dan
kesamaan apek sosiologis. Kesamaan aspek biologis melahirkan kategori ras,
sedangkan kesamaan aspek sosio-kultural melahirkan kategori etnis. Keduanya
(kategori ras dan etnis) menjadi bagian dari identitas biologis dan identitas
sosiokultural yang melekat pada diri manusia. identitas biologis dan identitas
sosiokultural menjadi pembentuk keunikan manusia.
Pengelompokkan manusia ke dalam kategori ras dan etnis dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial, di antaranya diskriminasi, stereotype, prasangka/prejudice dan
etnosentrisme. Masalah ini semakin kompleks manakala dalam kehidupan sosial
terdapat pengelompokkan individu ke dalam kategori mayoritas dan minoritas. Pada
bagian ini juga dijelaskan konsep dan implikasi kelompok minoritas, yaitu minoritas
ras dan etnis minoritas. Adanya konsep mayoritas dan minoritas, berpotensi
munculnya konflik dalam kehidupan masyarakat.

A. Definisi Ras, Etnisitas, dan Kelompok Minoritas


1. Apakah Ras itu?
Arti ras secara sosiologi terkait dengan sistem klasifikasi sosial untuk mengatagorikan
manusia ke dalam ciri-ciri fisik yang tampak (fenotipe) dan asal usul geografis. Ciri-ciri
fisik yang tampak meliputi: bentuk dan warna rambut, warna kulit, warna pupil mata,
dan struktur tulang yang diturunkan oleh faktor genetika. Ciri-ciri fisik yang tampak
memiliki fungsi pembeda antar kelompok manusia dan sekaligus sebagai identitas
seseorang. Sedangkan, asal usul geografis untuk menjelaskan asai mula, persebaran
dan wilayah geografis yang banyak didiami oleh kelompok ras tersebut. Unsur-unsur
yang ada pada wilayah geografis merupakan pembentuk fisik manusia. Bukankah
manusia berasal dari inti sari tanah?

Berikut ini ditampilkan definisi tentang ras dari beberapa ahli:

1
 Banton (1967): ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang dijadikan
dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda. Pengertian ras ini menyangkut
aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, d11) dan aspek sosial
(menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan).
 Grosse: ras adalah golongan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan, sehingga dapat
dibedakan dari kesatuan yang lain.
 Kohlbrugge: ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri
jasmani karena diturunkan, sedangkan ciri-ciri kerohaniannya tidak
diperhitungkan.
 Haldane: ras adalah sebuah kelompok yang memiliki kesamaan seperangkat
karakter fisik bawaan dan asal geografis di wilayah tertentu.
 Dunn dan Dobzhansky: ras bukanlah pengklasifikasian manusia berdasarkan
budaya atau komunitas tempat berkembangbiak melainkan atas dasar biologis.
IImu yang mempelajari ciri-ciri morfologis manusia untuk kepentingan
pengklasifikasian ras di kenal dengan antropometri. Ciri biologis atau morfologis,
meliputi ciri kuantitatif (ukuran badan, bentuk kepala, dan bentuk Indung) dan
kualitatif (warna kulit, jenis rambut, dan warna mata).
 Feagin (1993) mengutip Oliver Cox, mengemukakan tentang ras bahwa setiap orang
dapat dibedakan, atau mengakui perbedaan diri mereka. dalam relasi sosial dengan
orang-orang lain karena karakteristik fisik mereka. Dari definisi perspektif sosial,
kita tidak melihat karakteristik warna kulit, sehingga ia mungkin saja tidak
bermakna, dan karenanya ia hanya bermakna secara sosial saja.
 Pierre van den Berghe: ras sebagai kelompok manusia yang mengartikan dirinya
atau diartikan oleh orang lain, yang berbeda dari kelompok lain berdasarkart
karakteristik fisik. Suatu kelompok ras tidak selalu digeneralisasi secara alamiah,
namun dapat digeneralisasi sebagai kelompok sosial yang dibagi berdasarkan in
group dan out greup, antara kelompok superior dan inferior, antara mayoritas dan
minoritas, antara dcminan dan subordinasi; sebuah pengertian yang secara khusus
berdasarkan karakteristik fisik yang bersifat subjektif.
 Hargett, dalam Kendall (2003), rnendefinisikan ras sebagai istilah yang bersifat
biologis, yang digunakan untuk mengelompokkan anggota dari mereka yang
spesiesnya sama yang dibedakan dengan orang lain. Alobat beragamnya definisi
tentang ras tersebut, menurut Kendall, banyak pakar sosial di AS sebenarnya telah

2
gagal mendefinisikan etnik dan ras. Sebenarnya baik etnik maupun ras ber-
hubungan dengan sekelompok manusia. Kalau kelompok itu dihubungkan dengan
dasar biologis, disebut ras; dan kalau dihubungkan dengan tradisi kebudayaan,
disebut etnik.

Dalam perkembangannya, pengertian ras tidak hanya mengacu pada aspek fisik
semata, tetapi juga: (a) mengacu pada kelompok orang-orang yang merrtiliki perbedaan
dan persamaan sifat biologis yang dianggap masyarakat secara sosial signifikan. yang
berarti bahwa orang memperlakukan orang lain secara berbeda. (b) mengacu pada
pemilikan perangai, pemilikan kualitas perangai atau sikap kelompok tertentu untuk
menyatakatan kehadiran penduduk dari geografis tertentu. (c) mengacu pada tanda-
tanda aktivitas sebuah kelompok yang mempunyai gagasan, ide dan cara berpikir
tertentu. (d) mengacu pada kelompok orang-orang yang memiliki perbedaan dan
persamaan sifat biologis yang dianggap masyarakat secara sosial signifikan, yang
berarti bahwa orang memperlakukan orang lain secara berbeda karena mereka. (e)
dikaitkan dengan masalah keturunan, keluarga, klan dan hubungan kekeluargaan
sebuah kelompok.
Pergeseran arti ras yang berfokus pada aspek fisik manusia diperkuat oleh
pandangan organisasi ilmu sosial di Amerika Serikat, seperti American Association of
Anthropologists, American Sociological Association, dan American Psychological
Association yang telah mengambil posisi resmi menolak penjelasan ras secara biologis.
Seiring berjalannya waktu, tipologi ras yang ber-kentbang selama ilmu ras awal telah
mertjadi tidak digunakan Iagi, dan konstruksi sosial ras adalah cara yang lebih
sosioiogis untuk memahami kategori rasial. Aliran pernikiran ini menunjukkan bahwa
ras tidak dapat dlidentifikasi secara biologis dan bahwa kategori ras sebelumnya
ditugaskan secara sewenang-wenang, berdasarkan pseudosaivs, dan digunakan untuk
membenarkan praktik rasis (Omi dan Winant 1994; Graves 2003).
Meski terdapat perdebatan, dasar pengelompokkan manusia berdasarkan ras
adalah berfokus pada ciri-ciri fisik, bukan ciri sosiokultural. Secara umum ras dibagi
menjadi tiga, yaitu: ras Mongoloid, ras Kaukasoid dan Negroid. Dalam kenyataannya
ada ras yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ras tersebut, yaitu ras
Australoid dan ras khusus. Oleh karena itu Dunn dan Dobzhansky, A.L. Kreber,
membagi ras kedalam 5 golongan, yaitu:

3
(a) Ras Mongoloid
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang memiliki ciri-ciri fisik: rambut berwarna
hitam dan lurus; bercak mongol (warna merah di pipi) pada saat lahir; lipatan mata
sipit; ukuran tubuh lebih kecil dan pendek dibanding ras kaukasoid. Ras Mongoloid
disebut juga ras "kulit kuning", meski tidak semua keturunan ras Mongoloid
berwarna kuning, ada pula yang berwarna merah (orang Indian di Amerika), dan
coklat muda sampai coklat gelap (Asia Tenggara). Ras Mongoloid meliputi: Asiatic
Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur); Malayan Mongoloid (Asia
Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan); dan Anierican
Mongoloid (penduduk asli Amerika). Sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia
Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, Beberapa bagian
India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania.
(b) Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang memiliki ciri-ciri fisik: berkulit putih
kemerahan, rambut bergelombang, ukura, tubuh lebih tinggi, pupil mata hijau atau
biru. Ras Kaukasoid meliputi: Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik); Alpine
(Eropa Tengali dan Eropa Timur); Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara,
Armenia, Arab, dan Iran); Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka).
Sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India
Utara. Keturunan mereka juga menerap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari
Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru. Anggota ras Kaukasoid biasa
disebut "kulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar, orang
Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka
berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun
tengkoraknya lebih mirip tengkorak ras Kaukasoid.
(c) Ras Negroid
Ras Negroid adalah ras manusia yang memiliki ciri-ciri fisik: berkulit hitam,
berambut keriting, dan bibir tebal. Ras Negroid meliputi: African Negroid (Benua
Afrika); Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang,
Filipina); Melanesian (Papua dan Melanesia). Ras Negroid banyak mendiami benua
Afrika di wilayah selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami
Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah. Anggota ras
Negroid biasa disebut "kulit hitam", tetapi tidak semua ras berkulit hitam disebut

4
ras Negroid. Contohnya, anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit
hitam dan berambut keriting tidak dikategorikan sebagai ras Negroid.
(d) Ras Australoid
Ras Australoid adalah ras manusia yang memiiiki ciri-ciri fisik: berambut keriting
hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut
pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Ras Australoid banyak
yang tinggal di bagian selatan Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara,
Papua, kepufauari Melanesia dan Australia. Untuk kelompok di Asia Tenggara,
orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini. Ras
Australoid meliputi: Aborigin Australia, Orang Asli, Negrito, Dravida, Suku
Veddah.
(e) Ras Khusus
Ras Khusus adalah ras manusia yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat
ras pokok (Mongoloid, Kaukasoid, Negroid dan Australoid). Ras khusus, meliputi:
Bushman (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan); Veddoid
(Penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka); Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan
Polynesia); serta Ainu (Penduduk di daerah Puiau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).

Berdasarkan golongan ras tersebut di atas, maka manusia Indonesia berasal dari
keturunan ras Mongoloid (Malayan Mongoloid), ras Negroid (Melanesian). Oleh karena
itu nenek moyang manusia Indonesia berasal dari ras yang beragam (polygenesis).
Tidak mengherankan jika ciri-ciri fisik manusia Indonesia yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Beragamnya ras manusia, selain melahirkan variasi ciri-ciri fisik juga melahirkan
masalah sosial, salah satunya rasisme. Rasisme, adalah prasangka herdasarkan ciri fisik
sosial yang signifikan. Seorang rasis percaya bahwa orang-orang tertentu lebih unggul,
atau inferior, terhadap orang lain karena perbedaan rasial. Kaum rasis menyetujui
segregasi, atau pernisahan sosial dan fisik kelas orang. Praktik rasisme dapat
ditemukan dalam bidang kehidupan manusia, seperti politik, ekonomi, olah raga. Di
bidang politik, di Anterika Serikat dikenal dengan 'segregasi politik'. Dunia politik
dikuasai oleh ras Kaukasoid, sedangkan ras Negroid (keturunan Afro-Amerika)
dipinggirkan. Sejak Amerika Serikat berdiri, baru ada satu presiden dari keturunan ras
Negroid, yaitu Barrack Obama.

5
Di Afrika Selatan, penduduk asli yang berasal dari ras Negroid dan maycritas
menjadi warga negara kelas dua. Sedangkan ras Kaukasoid menjadi warga negara kelas
satu dan menguasat sebagian besar bidang kehidupan di Afrika Selatan. Dengan
adanya gerakan anti-apartheid yang dipimpin eleh Nelson Mandela, maka terjadilah
perubahan besar-besaran dalam struktur sosial Negara Afrika Selatan. Ras Negroid
pada akhirnya menduduki peran-peran kunci, termasuk Nelson Mandela yang menjadi
presiden dari kulit hitam pertama yang memimpin Negaia Afrika Selatan (1994-1999).
Pemerintahan Nelson Mandela berusaha menghilangkan praktik apartheid yang
diskriminatif dengan mernberantas rasisme, kemiskinan, kesenjangan dan rekonsiliasi
rasial.
Di bidang olah raga, juga tidak terlepas dari praktik rasisme. Hingga FIFA
(Federasi Sepak Bola Internasional) mengeluarkan kebijakan untuk membentangkan
spanduk dengan tulisan Say No to Racism sebelum pertandingan dimulai. Kebijakan ini
dikeluarkan FIFA karena adanya rasisme di lapangan sepak bola. Korban rasisme ini
sering kali dialami oleh pemain sepak bola berketurunan ras kulit hitam atau Negroid
yang bermain di liga-liga Eropa. Pelaku rasisme bisa berasal dari penonton, pemain,
wasit dan official.
Meskipun beberapa ilmuwan telah berusaha untuk merabangwn lusinan
pengelompokan rasial untuk orang-orang di dunia ini, yang lain menyarankan empat
atau lima. Contoh kategori rasial adalah Asia (atau Mongoloid), dengan ciri khas wajah,
warna rambut, dan tampilan tubuh. Namun, terlalu banyak pengecualian terhadap
pengelompokan rasial semacam ini telah terbukti membuat kategorisasi rasial benar-
benar bertahan. Fakta ini telah menyebabkan banyak sosiolog menunjukkan bahwa
tidak ada ras yang jelas hanya variasi fisik dan genetik yang beragam di antara individu
dan kelompok manusia.
Perhedaan fisik yang jelas beberapa di antaranya diwariskan ada di antara
manusia dan bagaimana variasi ini membentuk dasar terjadinya prasangka sosial dan
diskriminasi tidak ada hubungannya dengan genetika melainkan dengan fenomena
sosial yang terkait dengan penampilan luar. Secara historis, konsep ras telah berubah
lintas budaya dan era, dan akhimya menjadi kurang terhubung dengan ikatan leluhur
dan keluarga, dan lebih memperhatikan karakteristik fisik yang dangkal. Dulu, para
ahli teori telah mengemukakan kategori ras berdasarkan berbagai wilayah geografis,
etnis, warna kulit, dan banyak lagi. Label mereka untuk kelompok ras telah

6
rnengkonversikan daerah (Mongolia dan Pegunungan Kaukus, misalnya) atau nada
kulit (hitam, putih, kuning, dan merah, misalnya).
Ketika mempertimbangkan warna kulit, misainya, konstruksi sosial perspektif
ras mengakui bahwa kegelapan relatif atau keadiian kulit adalah adaptasi evolusi
terhadap sinar rnatahari yang tersedia di berbagai wilayah di dunia. Oleh karena itu
konsepsi kontemporer tentang ras, yang cenderung didasarkan pada asumsi sosial
ekonomi, menerangkan seberapa jauh pemahaman modern terhadap ras berasal dari
kualitas biologis. Dalam masyarakat modern, beberapa orang yang menganggap diri
mereka "putih" sebenamya memiliki lebih banyak melanin (pigmen yang menentukan
warna kulit) di kulit mereka daripada orang lain yang dikenal sebagai "hitam."
Perhatikan kasus aktris Rashida Jones. Dia adalah putri seorang pria kulit hitam
(Quincy Jones), dan perannya yang paling terkenal adalah Ann Perkins di Parks and
Recreation, Karen Filippelli on The Office, dan Zooey Rice di I Love You Man, yang
tidak ada yang berkarakter hitam. Di beberapa negara, seperti Brazil, kelas lebih
penting daripada warna kulit dalam menentukan kategorisasi rasial. Orang dengan
kadar melanin tinggi mungkin menganggap diri mereka "putih" jika mereka menikmati
gaya hidup kelas menengah. Di sisi lain, seseorang dengan kadar melanin rendah
mungkin diberi identitas "hitam" jika ia memiliki sedikit pendiclikan atau uang.
Pembangunan sosial ras juga tercermin dalam cara nama untuk kategori rasial
berubah seiring perubahan zaman. Perlu dicatat bahwa ras, dalam pengertian ini, juga
merupakan sistem pelabelan yang menyediakan sumber identitas; label tertentu jatuh
dan tidak disukai selama era sosial yang berbeda. Misalnya, kategori "Negroid,"
popuier di abad kesembilan belas, berkembang menjadi istilah "negro" pada tahun
1960-an, dan kemudian ini diganti dengan "African American." Istilah yang terakhir ini
dimaksudkan untuk merayakan beberapa identitas yang mungkin dimiliki orang kulit
hitam, namun pilihan kata itu adalah kata yang buruk. Misalnya, aktris Charlize
Theron adalah seorang "African American" berambut pirang. Dia iahir di Afrika Selatan
dan kemudian menjadi warga A.S. Apakah identitasnya tentang "orang Afrika
Amerika" karena kebanyakan dari kita memahami istilah itu?

2. Apakah Etnis dan Etnisitas itu?


Etnis atau suku bangsa adalah kumpulan kerabat atau keluarga yang bersifat luas,
berasal dari keturanan yang sama, merasa sebagai satu golongan, mempunyai bahasa
dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka, mempunyai sejarah

7
budaya dan organisasi sosial yang sama, menghuni suatu teritori tertentu dan memiliki
kesadaran akan kebersamaan yang sama (Cooper, 2003).
Sebagian besar negara saat ini terdiri dari kelompok etnis yang berbeda.
Idealnya, negara berusaha untuk pluralisme, di mana orang-orang dari semua etnis dan
ras tetap berbeda namun memiliki persamaan sosial. Sebagai contoh, Amerika Serikat
sangat beragam, dengan orang-orang yang mewakili kelompok dari seluruh dunia,
namun kurang memiliki pluralisme sejati. Hal yang sama dapat dikatakan tentang
keragaman bekas Uni Soviet dengan lebih dari 100 kelompok etnis, beberapa memiliki
lebih dari satu juta anggota.
Etnisitas mengacu pada praktik, perspektif, dan perbedaan budaya bersarna
yang membedakan satu kelompok orang lain. Artinya, etnisitas adalah warisan budaya
bersama. Karakteristik yang paling umum membedakan berbagai kelompok etnis
adalah keturunan, sejarah, bahasa, agama, dan bentuk pakaian. Perbedaan etnis tidak
diwariskan melainkan dipelajari.
Etnisitas adalah istilah yang menggambarkan budaya bersama praktik, nilai, dan
kepercayaan kelompok. Budaya ini mungkin mencakup bahasa, agama, dan tradisi
bersarna, antara kesarnaan lainnya. Seperti ras, istilah etnisitas. sulit untuk
menggambarkan dan maknanya teiah berubah dari waktu ke waktu. Seperti halnya ras,
individu dapat diidentifikasi atau dikenali sendiri dengan etnis dengan cara yang
kompleks dan bahkan kontradiktif. Misalnya, kelompok etnis seperti orang Irlandia,
Italia Amerika, Rusia, Yahudi, dan Serbia mungkin semuanya adalah kelompok yang
anggotanya didominasi termasuk dalam kategori ras "putih". Sebaliknya, kelompok
etnis Inggris termasuk warga negara dari keragaman latar belakang ras: hitam, putih,
Asia, dan banyak lagi, ditambah berbagai kombinasi ras. Contoh-contoh ini
menggambarkan kompleksitas dan tumpang tindihnya istilah identifikasi ini. Etnis,
seperti ras, terus menjadi metode identifikasi yang digunakan individu dan institusi
saat ini baik sensus, inisiatif tindakan afirrnatif, undang-undang nondiskriminasi, atau
hanya dalam hubungan sehari-hari pribadi.

3. Apakah Kelompok Minoritas itu?


Definisi minoritas sosial adalah kategori orang-orang yang dibedakan oleh
perbedaan fisik atau budaya dimana masyarakat memiliki subordinasi. Kelompok
masyarakat dominan adalah kelompok mayoritas dan kelompok subordinasi adalah
kelompok minoritas. Dalam beberapa kasus, etnis Tionghoa/Cina dan etnis Arab di

8
Indonesia termasuk kelompok minoritas. Umat Islam di Indonesia adalah kelompok
mayoritas berdasarkan agama. Untuk mendefinisikan kelompok minoritas, ada dua
kriteria dasar yang dijadikan ukuran. Kriteria pertama, bahwa kelompok minoritas
harus memiliki identitas tersendiri. Melalui identitas tersendiri, orang dapat
mengenalinya atau mengkategorikannya dengan mudah. Kriteria kedua, minoritas
dapat didasarkan pada warna kulit/ras, etnis, jenis kelamin (laki-laki, perempuan),
agama dan pilihan. Etnis Jawa dan Sunda yang hidup dan menetap di Papua
merupakan keIompok minoritas. Kelompok vegetarian (tidak mengonsumsi daging)
dan kelompok homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia
merupakan contoh kelompok minoritas yang terbentuk karena perbedaan pilihan.
Penghayat kepercayaan di Indonesia menjadi kelompok minoritas di tengah-tengah
pemeluk agama (Islam, Kristen, Katoiik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu). Termasuk
juga kelompok minoritas adalah penyandang disabilitas.
Sosiolog Louis Wirth (1945) mendefinisikan sebuah kelompok minoritas sebagai
"sekelompok orang yang, karena ciri fisik atau budaya mereka, dipilih dari yang lain di
masyarakat tempat mereka tinggal untuk perlakuan yang berbeda dan tidak setara, dan
oleh karena itu menganggap diri mereka sendiri. Sebagai objek diskriminasi kolektif.
"Istilah minoritas berkonotasi diskriminatif, dan dalam penggunaan sosiologisnya,
istilah kelompok subordinat dapat digunakan secara bergantian dengan istilah
minoritas, sementara istilah kelompok dominan sering diganti untuk kelornpok yang
berada di mayoritas. Definisi ini berkorelasi dengan konsep bahwa kelompok dominan
adalah yang memegang kekuasaan paling besar dalam masyarakat tertentu, sementara
kelompok subordinat adalah mereka yang tidak memiliki kekuatan dibandingkan
dengan kelompok dominan.
Konsep minoritas tidak semata-mata mengacu pada angka atau jurnlah semata,
tetapi juga mengacu pada aspek kekuatan/kekuasaan. Dalam kehidupan sehari-hari,
terkadang kelompok yang jumlahnya lebih banyak/besar dapat dianggap sebagai
kelompok minoritas karena kurangnya kekuatan yang dimiliki. Hal ini didasarkan
pada karakteristik minoritas sebagai subordinat, bawahan atau tidak berkuasa.
Contohnya, pada saat terjadi politik apartheid di Afrika Selatan, warga Negara kulit
hitam (ras Negroid) secara jumlah merupakan mayoritas, namun daiam hal kekuasaan
menjadi minoritas. Warga negara kulit putih (ras kaukasoid) yang jumlahnya relatif
sedikit, justru menindas dan mengeksploitasi kulit hitam. Dalam kasus Indo-nesia, etnis

9
Tionghoa/Cina merupakan kelompok minoritas dari sisi jumlah, tetapi etnis ini menjadi
kelompok mayoritas yang menguasai perekonomian.
Menurut Charles Wagley dan Marvin Harris (1958), sebuah kelompok minoritas
dibedakan dengan lima karakteristik: (a) perlakuan yang tidak setara dan sedikit
kekuasaan atas kehidupan mereka, (b) membedakan ciri fisik atau budaya seperti
warna kulit atau bahasa, (c) tidak disengaja keanggotaan dalam kelompok, (d)
kesadaran akan subordincisi, dan (e) tingginya tingkat perkawinan dalam kelompok.
Salah satu teori untuk menjelaskan kelompok minoritas adalah Teori Kambing
Hitam, yang dikembangkan awalnya dari teori Frustrasi Agresi (Frustration-Agression)
Dollard (1939). Menurut Teori Kambing Hitam, kelompok dominan akan menggantikan
agresi yang tidak fokus ke kelompok subordinat. Sejarah telah menunjukkan kepada
kita banyak contoh pengambinghitaman kelompok subordinat. Contohnya adalah cara
Adolf Hitler dapat menyalahkan penduduk Yahudi untuk masalah sosial dan ekonomi
Jerman. Di Amerika Serikat, imigran baru-baru ini sering menjadi kambing hitam
untuk kesengsaraan bangsa atau kesengsaraan individu. Banyak negara bagian telah
memberlakukan undang-undang untuk merebut hak imigran; Undang-undang ini
sangat populer karena membiarkan kelompok kambing hitam menjadi kelompok
subordinat.

B. Perbedaan Ras dan Etnisitas


Untuk memperjelas perbedaan ras dan etnis sebagaimana uraian di atas, berikut
ini ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Perbedaan Ras dan Etnisitas


Ras Etnisitas
Definisi Istilah ras mengacu pada konsep Kelompok etnis atau etnis adalah
membagi orang menjadi populasi kelompok populasi yang
atau kelompok berdasarkan anggotanya saling mengenal
berbagai karakteristik fisik (yang berdasarkan kewarganegaraan
biasanya berasal dari keturunan umum atau tradisi budaya
genetik). bersama.
Makna Anggapan ras memiliki sifat Etnisitas berkonotasi dengan ciri
biologis atau geretis, baik yang budaya bersama dan riwayat
aktual maupun yang tegas. Patia ke!ompok bersama. Beberapa
awal abad ke-19, perbedaan rasial kelompok etnis juga memiliki sifat
dianggap penting dalam bidang linguistik atau religius, sementara

10
kecerdasan, kesehaatan danyang lain memiliki sejarah
kepribadian. Meski tidak ada kelompok yang sama namun tidak
bukti yang mernvalidasi gagasan memiliki bahasa atau agama yang
ini. sama.
Silsilah Kategori rasial dihasilkan dari Etnisitas didefinisikan dalam
silsilah bersama karena isolasi kerangka silsilah bersama, apakah
geografis. Di dunia modern isolasi
aktual atau dugaan. Biasanya, jika
ini telah dipecah dan kelompok orang percaya mereka turun dari
ras telah bercampur. kelompok tertentu, dan mereka
ingin dikaitkan dengan kelompok
tersebut, maka mereka sebenamya
adalah anggota kelompok
tersebut.
Faktor Ras diasurnsikan dibedakan Kelompok etnis membedakan
Pembeda dengan warna kulit, tipe wajah, dirinya secara berbeda dari satu
dll. Namun, basis ilmiah periode waktu ke periode lainnya.
perbedaan ras sangat lemah. Studi Mereka biasanya berusaha untuk
ilmiah menunjukkan bahwa mendefinisikan diri mereka
perbedaan genetik rasial lemah sendiri tetapi juga didefinisikan
kecuali pada wama kulit. oleh stereotip kelompok dominan.
Nasionalisrne Pada abad ke-19, konsep Pada abad ke-19, ada
nasionalisme sering digunakan perkembangan ideologi politik
untuk membenarkan dominasi nasionalisme etnis menciptakan
satu ras di atas yang lain dalam negara-negara berdasarkan asal-
negara rertentu. usul etnis yang diduga sama
(misalnya Jerman, Italia, Swedia)
Sistem Legal Pada dekade terakhir abad ke-20, Dalam dekade terakhir abad ke-20,
sistem di A.S. dan di kebanyakan negara,
hukum dan juga ideologi resmi sistem hukum dan juga ideologl
menekankan persamaan ras. resmi melarang diskriminasi
berbasis etnis.
Konflik Prasangka rasial tetap merupakan Seringkali kontlik brutal antara
masalah yang terus berlanjut di kelompok etnis telah ada
seluruh dunia. Narnun, ada sepanjang sejarah dan seluruh
sedikit konflik berbasis ras di dunia. Tapi kebanyakan kelompok
abad 21 daripada di masa lalu. etnis pada kenyataannya saling
berhubungan satu sama lain di
kebanyakan negara sebagian besar
waktu.

11
Contoh Konflik antara orartg kulit putih Konflik antara populasi Tamil dan
Konflik dan Afrika-Arnerika di AS Sinhala di Sri, Lanka, atau orang
terutama selama gerakan hak-hak Hutu dan Tutsi di Rwanda.
sipil.

Sumber http://www.diffen.com/differenceEthnicity_vs_Race

C. Stereotipe, Prasangka, dan Diskriminasi

1. Stereotipe
Istilah stereotip, prasangka, diskriminasi, dan rasisme sering digunakan secara
bergantian dalam percakapan sehari-hari. Tetapi ketika mendiskusikan istilah-istilah ini
dari perspektif sosiologis, penting untuk mendefinisikannya secara berbeda. Stereotip
adalah gagasan yang terlalu menyederhanakan tentang kelompok orang. Prasangka
mengacu pada pemikiran dan perasaan tentang kelompok tersebut. Diskriminasi
mengacu pada tindakan terliadap mereka. Rasisme adalah jenis prasangka yang
melibatkan keyakinan yang ditetapkan tentang kelompok ras tertentu.
Seperti yang dinyatakan di atas, stereotip disederhanakan dengan gagasan
tentang kelompok orang. Stereotip dapat didasarkan dengan karakteristik apapun,
seperti ras, etnisitas, usia, jenis kelamin, orientasi seksual. Mereka mungkin positif
(biasanya tentang kelompok sendiri, seperti ketika perempuan menyarankan agar
mereka tidak terlalu mengeluh tentang rasa sakit fisik) namun seringkali negatif
(biasanya terhadap kelompok lain, seperti ketika anggota kelompok ras yang dominan
menunjukkan bahwa ras bawahan kelompok itu bodoh atau malas). Bagaimanapun,
stereotip adalah generalisasi yang tidak mempertimbangkan perbedaan individu.
Dari mana asal stereotipnya? Sebenarnya stereotip baru diciptakan. Siereotip
merupakan istilah yang didaur ulang dari kelompok subordinat yang berasimilasi ke
dalam masyarakat dan digunakan kembali untuk menggambarkan kelompok-
kelompok baru yang lebih rendah. Misalnya, banyak stereotip yang saat ini digunakan
untuk menandai orang kulit hitam digunakan di awal sejarah Kanada untuk menjadi
ciri imigran Irlandia dan timur Eropa.

2. Prasangka dan Rasisme


Prasangka mengacu pada keyakinan, pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki
seseorang tentang sebuah kelompok. Sebuah prasangka tidak didasarkan pada

12
pengalaman. Rasisme adalah sejenis prasangka yang digunakan untuk rnernbenarkan
keyakinan bahwa satu kategori rasial entah bagaimana superior atau inferionterhadap
orang lain. Kelompok suprernasi kulit putih adalah contoh organisasi rasis. Keyakinan
anggota mereka terhadap supremasi kulit putih telah mendorong lebih dari satu abad
pada kejahatan kebencian dan ucapan kebencian.

3. Diskriminasi
Sementara prasangka mengacu pada pemikiran yang bias, diskriminasi terdiri dari
tindakan melawan sekelompok orang. Diskriminasi dapat didasarkan pada usia,
agama, kesehatan, dan indikator lainnya. Diskriminasi berbasis ras dan undang-undang
antidiskriminasi berusaha untuk mengatasi serangkaian masalah sosial ini.
Diskriminasi berdasarkan ras atau etnis dapat mengambil banyak bentuk, mulai dari
praktek perumahan yang tidak adil sampai sistem perekrutan yang bias. Diskriminasi
telah lama menjadi bagian dari sejarah manusia. Namun, diskriminasi tidak dapat
dihapus dari peradaban hanya dengan memberlakukan undang-undang untuk
menghapusnya. Bahkan jika pil ajaib berhasil memberantas rasisme dari jiwa masiing-
masing individu, masyarakat sendiri akan mempertahankannya. Sosiolog Emile
Durkheim (1895) menyebut rasisme "sebuah fakta sosial," yang berarti bahwa tindakan
tersebut tidak memerlukan tindakan individu untuk dilanjutkan. Alasan untuk ini
rumit dan berhubungan dengan sistern pendidikan, kriminal, ekonomi, dan politik
yang ada.
Misalnya, ketika sebuah surat kabar mencetak ras individu yang dituduh
melakukan kejahatan, mungkin akan meningkatkan stereotip minoritas tertentu. Sulit
untuk memikirkan orang-orang Somalia-Kanada misalnya tanpa mengingat laporan
berita terang kematian terkait geng di proyek perumahan sosial Toronto atau
perdagangan obat-obatan di Alberta utara (Wingrove and Mackrael 2012). Contoh lain
dari praktik rasis adalah kemudi rasial, di mana agen real estat mengarahkan calon
pemilik rumah ke arah atau dari lingkungan tertentu berdasarkan ras mereka. Sikap
dan kepercayaan rasis sering kali lebih berbahaya dan sulit urtuk dijabarkan daripada
praktik rasis tertentu.
Prasangka dan diskriminasi bisa saling tumpang tindih dan berpotongan.
Sebagai ilustrasi, berikut adalah empat contoh bagaimana prasangka dan diskriminasi
dapat terjadi. Para nondiskrirninator yang tidak berprasangka berpikiran terbuka,
toleran, dan menerirna individu. Para diskriminator yang tidak berprasangka mungkin

13
adalah mereka yang tanpa berpikir, mempraktikkan seksisme di tempat kerja rnereka
dengan tidak mempertimbangkan wanita untuk posisi tertentu yang secara tradisional
dipegang oleh pria. Prasangka adalah mereka yang netniliki keyakinan rasis tapi tidak
bertindak atas mereka, seperti pemilik toko rasis yang melayani pelanggan minoritas.
Prasangka diskriminatif termasuk orang-orang yang secara aktif mernbuat komentar
yang meremehkan tentang orang lain atau yang melanggengkan kejahatan kebencian.
Diskriminasi juga dapat melibatkan promosi status kelompok, seperti terjadi
dengan hak istimewa kulit putih. Sementara kebanyakan orang kulit putih bersedia
mengakui bahwa orang kulit putih hidup dengan sekumpulan kerugian karena warna
kulit mereka, sangat sedikit orang kulit putih yang mau mengakui manfaat yang
mereka dapatkan hanya dengan menjadi putih. Keistimewaan kulit putih mengacu
pada fakta bahwa kelompok dominan sering menerima pengalaman mereka sebagai
pengalaman normatif (dan karenanya, superior). Gagal mengenali "normalitas" ini
sebagai berbasis ras adalah contoh rasisme kelompok yang sering tidak disadari.
Sosiolog feminis Peggy McIntosh (1988) menggambarkan beberapa contoh "hak
istimewa putih." Misalnya, wanita kulit putih dapat dengan mudah menemukan
makeup yang sesuai dengan warna kulit mereka. Orang kulit putih dapat diyakinkan
bahwa, sebagian besar waktu, mereka akan berhadapan dengan figur penguasa dari ras
mereka sendiri.

4. Kelembagaan Rasisme
Diskriminasi juga bermanifestasi dengan cara yang berbeda. Ilustrasi di atas adalah
contoh diskriminasi individu, namun ada jenis lain yaitu diskriminasi institusional atau
rasisme institusional. Diskriminasi Institusional adalah ketika sistem masyarakat
berkembang dengan penyingkapan hakikat sebuah kelompok, seperti kebijakan
Imigrasi Kanada yang memberlakukan "pajak kepala" pada imigran China pada tahun
1886 dan 1904. Rasisme institusional mengacu pada cara di mana porbedaan rasial
adalah digunakan untuk mengatur kebijakan dan praktik lembaga negara, yudikatif,
ekonomi, dan pendidikan. Akibatnya, mereka secara sistematis mereproduksi
ketidaksetaraan di sepanjang garis ras. Mereka mendefinisikan apa yang orang dapat
dan tidak dapat lakukan berdasarkan karakteristik rasial. Belum tentu niat lembaga-
lembaga ini untuk mereproduksi ketidaksetaraan, maupun individu-individu yang
bekerja di institusi. Ketidaksamaan adalah hasii dari pola perlakuan diferensial
berdasarkan kategorisasi ras atau etnis orang.

14
D. Teori Ras dan Etnisitas
Isu ras dan etnis dapat diamati melalui tiga perspektif sosiologis utama:
fungsionalisme, teori kritis, dan interaksionisme simbolis. Sewaktu Anda membaca
teori-teori ini, tanyakan pada diri Anda yang mana yang paling masuk akal, dan
mengapa. Apakah lebih dari satu teori dibutuhkan untuk menjelaskan rasisme,
prasangka, stereotip, dan diskriminasi?

1. Teori Fungsionalisme
Dalam pandangan fungsionalisme, ketidaksetaraan rasial dan etnik harus memiliki
fungsi penting agar ada seiama mereka memiliki. Konsep ini tentu saja bermasalah.
Bagaimana rasisme dan diskriminasi dapat memberi kontribusi positif bagi
masyarakat? Sosiolog yang menganut pandangan fungsionalis berpendapat bahwa
rasisme dan diskriminasi berkontribusi secara positif, narnun hanya untuk kelompok
dominan. Secara historis, memang telah melayani kelompok dominan dengan baik
untuk melakukan diskriminasi terhadap kelompok subordinat. Perbudakan, tentu saja
bermanfaat bagi para budak. Memegang pandangan rasis dapat menguntungkan
orang-orang yang ingin menolak hak dan hak istimewa atas orang-orang yang mereka
anggap inferior terhadapnya, namun seiring waktu, rasisme merugikan masyarakat.
Hasil pencabutan hak berbasis ras seperti tingkat kemiskinan, tingkat kejahatan, dan
perbedaan dalam kesempatan kerja dan pendidikan menggambarkan hasil perbudakan
dan rasisme jangka panjang (dan jelas negatif) di masyarakat. Terlepas dari isu ras,
etnisitas, dan ketidaksetaraan sosial, ikatan erat keanggotaan etnis dan ras dapat dilihat
untuk melayani heberapa fungsi positif bahkan jika mengarah pada pembentukan
daerah kantong dan gratifikasi etnik dan rasial. Hubungan erat mempromosikan kohesi
keiompok, yang dapat memiliki manfaat ekonomi terutama bagi imigran yang dapat
menggunakan kentak masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka juga dapat
memiliki manfaat politik dalam benhik mobilisasi politik untuk pengakuan, layanan,
atau sumber daya oleh komunitas yang berbeda. Akhirnya, hubungan erat kelompok
ras atau etnis juga memberikan keakraban dan dukungan emosional budaya bagi
individu yang mungkin merasa terasing atau didiskriminasikan oleh masyarakat
dominan.

15
2. Sosiologi Kritis
Teori sosiologis kritis sering diterapkan pada ketidaksetaraan gender, kelas sosial,
pendidikan, ras, dan etnisitas. Perspektif sosiologi kritis memeriksa banyak perjuangan
masa lalu dan saat ini antara kelas penguasa dan minoritas rasial dan etnis, mencatat
konflik spesifik yang muncul ketika kelompok dominan tersebut mendapat ancaman
dari kelompok minoritas. Penjajahan internal mengacu pada proses pembangunan
daerah yang tidak merata dimana kelompok dominan menetapkan kontrol atas
populasi yang ada di dalam suatu negara. Biasanya bekerja dengan mempertahankan
segregasi di antara yang terjajah, yang memungkinkan distribusi geografis orang yang
berbeda, tingkat upah yang berbeda, dan konsentrasi pekerjaan yang berbeda untuk
dibentuk berdasarkan ras atau etnisitas. Untuk sosiologi kritis, membahas isu-isu yang
muncul saat ras dan etnis menjadi basis ketidaksetaraan sosial adalah fokus utama dari
setiap proyek emansipatoris. Mereka seringkali merupakan masalah yang kompleks.
Sosiolog feminis Patricia HiII Collins (1990) mengembangkan teori persimpangan, yang
menunjukkan bahwa kita tidak dapat memisahkan efek ras, kelas, jenis kelamin,
orientasi seksual, dan atribut lainnya. Ketika kita memeriksa ras dan bagaimana hal itu
dapat memberi kita keuntungan dan kerugian, penting untuk mengakui bahwa cara
kita mengalami perlombaan berbentuk, misalnya oleh jenis kelamin dan kelas.
Beberapa lapis kelemahan berpotongan untuk menciptakan cara mengalami rasis.
Misalnya, jika kita ingin memahami prasangka, kita harus mengerti bahwa prasangka
berfokus pada perempuan kulit putih karena jenis kelaminnya sangat berbeda dengan
prasangka berlapis yang berfokus pada perempuan Asia yang malang, yang
dipengaruhi oleh stereotip yang terkait dengan keadaan miskin, karena seorang wanita,
dan menjadi bagian dari minoritas yang teriihat.

3. Interaksionisme Simbolik
Bagi interaksionis simbolis, ras dan etnis memberikan simbol kuat sebagai sumber
identitas. Sebenarnya, beberapa interaksionis mengusulkan bahwa simbol ras, bukan
ras itu sendiri, adalah apa yang menyebabkan rasisme. Interaksi skeptis Herbert Blumer
(1900-1987) mengemukakan bahwa prasangka rasial terbentuk melalui interaksi antara
anggota kelompok dominan: tanpa interaksi ini, individu dalam kelompok dominan
tidak akan memiliki pandangan rasis. Interaksi ini berkontribusi pada gambaran
abstrak kelompok subordinat yang memungkinkan kelompok dominan mendukung
pandangannya terhadap kelompok subordinat, sehingga mempertahankan status quo.

16
Contoh dari hal ini mungkin seorang individu yang keyakinannya tentang kelornpok
tertentu didasarkan pada gambar yang disampaikan di media populer. Keyakinan ini
tidak diragukan lagi karena individu tersebut tidak pemah secara pribadi bertemu
dengan anggota kelompok tersebut. Budaya prasangka mengacu pada gagasan bahwa
prasangka tertanam dalarn budaya. Masyarakat tumbuh dikelilingi oleh gambaran
stereotip dan ekspresi santai rasisme dan prasangka.

E. Hubungan Antarkelompok dan Pengelolaan Keanekaragaman


Sepanjang hubungan antar kelompok sejarah Barat (hubungan antara berbagai
kelompok orang) telah tunduk pada strategi yang berbeda untuk pengelolaan
keragaman. Masalah manajemen muncul ketika perbedaan antara orang-orang yang
berbeda dianggap sangat tidak dapat diatasi sehingga diyakini bahwa mereka tidak
dapai dengan mudah bertepatan atau tinggal bersama satu sama lain. Bagaimana
kesatuan kelompok rnandiri atau komunitas politik dapat dicapai dalam menghadapi
kehadiran yang memecah belah diri atau orang lain? Seperti yang ditulis Richard Day
(2000), kerangka untuk masalah keberagaman setidaknya tetah dirintis oleh para filosof
Yunani kuno, seperti Herodotus, Plato, dan Aristoteles: pembagian jenis individu
manusia menjadi tipe-tipe yang dapat dikelompokkan. Pengaturan jenis ini ke dalam
hierarki, penamaan beberapa jenis sebagai menghadirkan 'masalah', dan usaha untuk
memberikan 'solusi' terhadap masalah yang dikonstruksi". Solusi yang diusulkan untuk
hubungan antar kelompok telah berkisar di antara spektrum antara toleransi dan
intoleransi. Bentuk hubungan antar kelompok yang paling toleran adalah
multikulturalisme, di mana perbedaan budaya dibuat antar kelompok, namun
kelompok tersebut dianggap memiliki kedudukan yang sama di masyarakat. Di ujung
lain dari kontinum ini adalah asimilasi, pengusiran, dan bahkan contoh genosida dari
hubungan antar kelompok intoleran.

1. Genosida (Genocide)
Genosida, penghancuran yang disengaja dari kelompok sasaran (biasanya bawahan),
adalah hubungan antar kelompok yang paling membahayakan. Secara historis, dapat
dilihat bahwa genosida telah memasukkan maksud untuk memusnahkan sebuah
kelompok dan fungsi pemusnahan suatu kelompok, disengaja atau tidak. Mungkin
kasus genosida yang paling terkenal adalah usaha Hitler untuk memusnahkan orang-
orang Yahudi di bagian pertama abad ke-20. Juga dikenal sebagai Holocaust, tujuan

17
eksplisit dari "Final Solution" Hitler adalah pemberantasan orang-orang Yahudi Eropa,
serta penurunan kelompok minoritas lainnya seperti orang-orang Katoiik, orang-orang
cacat, dan homoseksual. Dengan emigrasi paksa, kamp konsentrasi, dan eksekusi
massal di kamar gas, rezim Nazi Hitler bertanggung jawab atas kematian 12 juta orang,
6 juta di antaranya adalah orang Yahudi. Maksud Hitler jelas, dan jumlah korban tewas
Yahudi yang tinggi tentu menunjukkan bahwa Hitler dan rezimnya melakukan
genosida. Tapi bagaimana memahami genosida yang tidak begitu terbuka dan
disengaja?
Selama kolonisasi Eropa di Amerika Utara, beberapa sejarawan memperkirakan
bahwa populasi Aborigin menyusut dari sekitar 12 juta orang di tahun 1500 menjadi
hampir 237.000 pada tahun 1900 (Lewy 2004). Pemukim Eropa memaksa orang-orang
pribumi keluar dari tanah mereka sendiri, yang seringkali menyebabkan ribuan
kematian dalam kepindahan paksa, seperti yang terjadi di Cherokee atau Potawatomi
Trail of Tears di Amerika Serikat. Pemukim juga memperbudak orang-orang asli dan
memaksa mereka untuk melepaskan praktik keagamaan dan budaya mereka. Tapi
penyebab utama kematian Aborigin bukanlah perbudakan atau perang atau
pemindahan paksa: ini adalah pengenalan penyakit Eropa dan kekebalan tubuh orang-
orang Aborigin terhadap mereka. Cacar, difteri, dan campak berkemhang di antara
orang Aborigin Amerika Utara yang tidak memiliki keterpaparan terhadap penyakit
dan tidak memiliki kemampuan untuk melawan mereka. Cukup sederhana, penyakit
ini menghancurkannya. Bagaimana rencana genosida ini tetap menjadi topik
pertengkaran. Beberapa berpendapat bahwa penyebaran penyakit adalah efek
penaldukan yang tidak diinginkan, sementara yang lain percaya bahwa ini disengaja
dengan desas-desus tentang selebaran terinfeksi cacar yang didistribusikan sebagai
"hadian" untuk komunitas Aborigin.
Genosida bukanlah konsep historis, tapi sekarang dipraktekkan hari ini. Baru-
baru ini, konflik etnis dan geografis di wilayah Darfur di Sudan telah menyebabkan
ratusan ribu kematian. Sebagai bagian dari konflik tanah yang sedang berlangsung,
pemerintah Sudan dari milisi Janjaweed yang disponsori negara mereka telah
memimpin sebuah kampanye pembunuhan, pemindahan paksa, dan pemerkosaan
sistematis terhadap orang-orang Darfuri. Sebuah perjanjian ditandatangani pada tahun
2011.

18
2. Pengusiran (Expulsion)
Pengusiran mengacu pada kelompok dominan yang memaksa kelompok subordinat
untuk meninggalkan wilayah atau negara tertentu. Seperti yang terlihai pada contoh
Beothuk dan Holocaust, pengusiran bisa menjadi faktor genosida. Namun, ia juga bisa
berdiri sendiri sebagai interaksi kelompok yang destruktif. Pengusiran sering terjadi
secara historis dengan etnis atau ras. Pengungsi Besar orang-orang Acadians yang
berbahasa Prancis dari Nova Scotia oleh awal Inggris pada tahun 1755 mungkin adalah
kasus paling terkenal penggunaan pengusiran untuk mengelola masalah keragaman di
Kanada. Penaklukan Inggris terhadap Acadia (termasuk Nova Scotia kontemporer dan
beberapa bagian di New Brunswick, Quebec, dan Maine) pada tahun 1710 menciptakan
masalah tentang apa yang harus dilakukan dengan koloni Prancis yang telah tinggal di
sana selama 80 tahun. Pada akhirnya, kira-kira tiga perempat penduduk Acadian
dibulatkan oleh tentara Inggris dan dimasukkan ke kapal tanpa mempertimbangkan
untuk menjaga keluarga tetap bersama. Banyak dari mereka berakhir di Louisiana
Spanyol di mana mereka membentuk dasar budaya Cajun kontemporer.
Di Pantai Barat, Undang-Undang Tindakan Perang digunakan pada tahun 1942
setelah serangan pemerintah Jepang ke Pearl Harbor, untuk menunjuk orang-orang
Jepang Kanada sebagai alien musuh dan magang di kamp-kamp di Lembah Siocan di
British Columbia, di Alberta selatan, dan di tempat lain di Kanada. Kepemilikan dan
harta benda mereka dijual untuk membayar pemindahan paksa dan pengucilan
mereka. Lebih dari 22.000 orang Kanada jepang (14.000 di antaranya lahir di Kanada)
ditahan di kamp-kamp ini antara tahun 1941 dan 1949, terlepas dari fakta bahwa RCMP
dan Departemen Pertahanan Nasional melaporkan bahwa tidak ada bukti adanya
kolusi atau spionase. (Faktanya, banyak orang Kanada jepang menunjukkan kesetiaan
mereka kepada Kanada dengan melayani di militer Kanada selama perang.) Ini adalah
gerakan massa terbesar orang-orang dalam sejarah Kanada. Pada akhir Perang Dunia II,
orang-orang Kanada Jepang berkewajiban untuk menetap di sebelah timur
Pegunungan Rocky atau menghadapi deportasi ke Jepang. Larangan ini hanya berakhir
setelah 1949, empat tahun setelah perang berakhir. Pada tahun 1988, Perdana Menteri
Brian Mulroney mengajukan permintaan maaf secara resmi untuk pengusiran ini, dan
kompensasi sebesar $ 21 000 dibayarkan kepada setiap penerima mahasiwa yang masih
hidup.

19
3. Pemisahan (Segregation)
Pemisahan mengacu pada pemisahan fisik dua kelompok, terutama di tempat tinggal,
tetapi juga di tempat kerja dan fungsi sosial. Penting untuk membedakan antara
segregasi de jure (segregasi yang ditegakkan oleh undang-undang) dan segregasi de
facto (pemisahan yang terjadi tanpa hukum tapi karena faktor lainnya). Contoh
segregasi de jure adalah gerakan apartheid Afrika Selatan, yang ada dari tahun 1948
sampai 1994. Di bawah apartheid, orang kulit hitam Afrika Selatan dilucuti dari hak
sipil mereka dan dipindahkan secara paksa ke daerah-daerah yang memisahkan
mereka secara fisik dari rekan-rekan mereka yang berkulit putih. Baru setelah puluhan
tahun degradasi, pemberontakan kekerasan, dan advokasi internasional akhirnya
apartheid dihapuskan.
Segmentasi De Jure terjadi di Amerika Serikat selama bertahun-tahun setelah
Perang Saudara. Selama masa ini, banyak mantan negara anggota Konfecterasi
mengeluarkan undang-undang "Jim Crow" yang mewajibkan fasilitas terpisah untuk
orang kulit hitam dan kulit putih. Undang-undang ini dikodifikasikan pada kasus
Mahkamah Agung tahun 1896 Plessey v. Ferguson, yang menyatakan bahwa "terpisah
tapi setara" bersifat konstitusional. Selama lima dekade berikutnya, orang kulit hitam
mengalami diskrirninasi yang disahkan, dipaksa tinggal, bekerja, dan pergi ke sekolah
secara terpisah-tapi fasilitas yang tidak setara. Baru pada tahun 1954 dan kasus Brown
v. Board of Education, Mahkamah Agung menyatakan bahwa "fasilitas pendidikan
yang terpisah pada dasarnya tidak setara," sehingga mengakhiri pemisahan jure di
Amerika Serikat.

4. Asimilasi
Asimilasi menggambarkan proses dimana individu atau kelornpok minoritas
melepaskan identitas dirinya sendiri dengan mengambil karakteristik budaya dominan.
Di Kanada asimilasi adalah kebijakan yang diadopsi uleh pemerintah' dengan Undang-
Undang lndia, yang berusaha mengintegrasikan penduduk asli dengan cara
Europeanizing mereka. Asimilasi juga merupakan kebijakan untuk menyerap imigran
dari berbagai wilayah melalui fungsi imigrasi.
Asimilasi berlawanan dengan model "mosaik budaya" yang dipahami oleh
multikulturalisme Kanada; daripada mempertahankan rasa budaya mereka sendiri,
budaya bawahan melepaskan tradisi mereka sendiri agar sesuai dengan lingkungan
barunya. Perbedaan budaya terhapus. Kadang-kadang dipahami sebagai model

20
peleburan "Amerika", walauptm idealnya "peleburan" melihat kombinasi budaya yang
menghasilkan budaya baru sepenuhnya. Sosiolog mengukur sejauh mana imigran telah
berasimilasi dengan budaya baru dengan empat tolok ukur: status sosial ekonomi,
konsentrasi spasial, asimilasi bahasa, dan perkawinan silang. Ketika dihadapkan pada
diskriminasi ras dan etnis, sulit bagi imigran baru untuk berasimilasi sepenuhnya.
Asimilasi bahasa, khususnya, dapat menjadi penghalang yang tangguh, membatasi
pilihan pekerjaan dan pendidikan dan karena itu menghambat pertumbuhan status
sosial ekonomi.

5. Multikulturalisme
Multikulturalisme didefinisikan sebagai "pengakuan keragaman budaya dan ras dan
kesetaraan orang-orang dari sernua asal-usul" (Day, 2000: 6). Dalam masyarakat
multikultural, setiap kelompok etnis dan ras mempertahankan sifat budaya yang unik
sambil bersama-sama berkontribusi pada persatuan nasional. Setiap budaya sama
pentingnya dalam mosaik. Ada campuran budaya yang berbeda di mana setiap budaya
mempertahankan identitasnya sendiri dan menambahkan keseiuruhan warna. Ideal
multikulturalisme dicirikan oieh rasa saling menghormati dari semua budaya, baik
dominan maupun bawahan, menciptakan lingkungan polietnik yang saling toleransi
dan penerimaan.
Kymlicka (1995) mencatat bahwa ada tiga cara yang berbeda bahwa prinsip hak
khusus kelompok multikulturaI dapat dipahami:
(a) sebagai hak self-government di mana negara-negara yang memiliki budaya berbeda
dalam suatu masyarakat mencapai tingkat otonomi politik dan penentuan nasib
sendiri. Untuk memastikan kelangsungan hidup dan pembangunan mereka sebagai
masyarakat yang unik;
(b) sebagai hak polyethnic dimana kelompok budaya dapat mengekspresikan keyakinan
dan praktik budaya mereka tanpa didiskriminasikan, dan
(c) sebagai hak representasi khusus dimana kurang representasi sistematis kaum
minoritas dalam proses politik ditangani oleh beberapa bentuk perwakilan
proporsional (misalnya memesan sejumlah kursi parlemen tertentu untuk kelompok
etnis minoritas atau bahasa tertentu).

21
6. Hibriditas
Hibriditas adalah proses dimana berbagai kelompok ras dan etnis bergabung untuk
menciptakan bentuk kehidupan budaya baru atau baru. Alih-alih sebuah mosaik
multikultural, di mana setiap budaya mempertahankan tradisi uniknya, atau
peleburan, di mana budaya berasimilasi ke dalam kelompok mayoritas, kombinasi
budaya hibrida menghasilkan budaya baru sepenuhnya. Teorema post-kolonialis Homi
Bhaba (1994: 4) mengemukakan bahwa percampuran identitas budaya sebelumrya
yang tetap "membuka kemungkinan adanya hibriditas budaya yang menghibur
perbedaan tanpa hirarki yang diasumsikan atau dipaksakan". Budaya kontemporer
Karibia, misalnya, adalah campuran penjajahan Eropa, akar Afrika, dan setting "Dunia
Baru" yang menentang pengenaan identitas budaya tunggal. Hal-hal yang dianggap
Karibia pada dasarnya seperti aksen, perpaduan ras, keyakinan agama, masakan pedas,
dan musik memiliki asal-usul yang sangat beragam sementara terus diciptakan kembali
(Hall 1990).
Perkawinan silang antara orang-orang dari berbagai ras atau budaya
menciptakan identitas hibrida baru. Dari masakan fusi, hingga seni bela diri dan yoga,
hingga hip-hop dan reggae, hingga praktik spiritual dan penyembuhan alternatif,
hibriditas tampaknya menangkap beberapa fluiditas budaya Kanada kontemporer.
Sebagai kategori dari beberapa asal etnis dimana orang mengidentifikasi diri mereka
tumbuh. ada kernungkinan bahwa perbedaan antara etnis atau ras yang mendukung
narasi "kita versus mereka" dari bentuk rasisme dan etnosentrisme sebelumnya
mungkin akan hilang sendiri (Day, 2000). (Sumber: Pujileksono, 2020).

22

Anda mungkin juga menyukai