PENDAHULUAN
Secara vertikal;
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik
Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-
unsur ras dan etnik.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan
karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam
berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna
kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia
menurut berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri
alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan
penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan sawo matang, rambut ikal, bola mata
hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut
keriting.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara
biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau
sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki
kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.
Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat
klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan
Koentjaraningrat (1990) membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan
Bushmen.
Keragaman atau kemajemukkan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik,
agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya.
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Konflik itu bisa terjadi
antarkelompok agama, suku, daerah, bahkan antargolongan politik. Contonya, Konflik di
Ambon tahun 1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik Poso tahun 2002.
Konflik terdiri dari dua fase
a. Fase disharmoni
Perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok.
b. Fase disintegrasi
Fase dimana sudah tidak dapat lagidisatukannya pandangan, niali, norma dan tindakan
kelompok ayng menyebabkan pertentangan antar kelompok.
Konflik sering muncul jika tidak ada komunikasi antar budaya daerah. Harus adanya
kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau
kesederajatan antar masyarakat tersebut.
Salah satu hal yang penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan masyarakat
ini adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya. Penyakit budaya
tersebut adalah:
a. Etnosentrisme stereotip
b. Prasangka
c. Rasisme
d. Diskriminasi
e. Scape goating
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai
budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat
tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia
berasal dari kelompok yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada
cara berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada.
Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras sendiri. Diskriminasi
merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan
terhadap kelompok subordinasinya. Space goating artinya pengkambinghitaman
Selain menghilangkan penyakit-penyakit budaya tersebut, ada hal lain yang dapat
dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negative dari
keragaman, yaitu:
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralism
d. Semangat humanism
e. Dialog antarumat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi utnuk interaksi amupun konfigurasi hubungan
antaragama, media massa, dan harminisasi dunia.
A. Kesimpulan
Sebagai individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, fungsi dan peran manusia
sangat penting dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya. Keragaman pernah
merendahkan martabat manusia, namun dari perspektif HAM dan agama, jelas bahwa manusia
pada hakekatnya adalah sama dan sederajat.Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang
sama dari warga Negara merupakan ciri utama sebab demokrasi menganut prinsip persamaan
dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga Negara, misalnya dalam bidang
kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah
memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun
Indonesia yang multicultural.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini pembaca bisa mengetahui hakikat keragaman dan
kesetaraan dalam sosial budaya dan memberikan manfaat yang lebih, bahwa setiap manusia
memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap
individu memiliki ciri-ciri khas sendiri tapi dari perbedan tersebut kita harus bisa saling
menghargai satu sama lain agar terjalin hubungan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/139681145/Rangkuman-ISBD-Hakikat-Keragaman-dan-Kesetaraan-
Manusia
http://ogiferhandika.blogspot.co.id/2015/09/hakikat-keragaman-dan-kesetaraan-manusia.html
https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/kemajemukan-dalam-dinamika-sosial-budaya-
horizontal-dan-vertikal/
http://29lailatulfitri.blogspot.co.id/2014/04/keragaman-dan-kesetaraan-sebagai.html
https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/problematika-keragaman-dan-kesetaraan-serta-
solusinya-dalam-kehidupan/
http://sellynovianty.blogspot.co.id/2013/06/makalah-hakikatmanusia-keragaman-dan.html