Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan
keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan
pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupuin norma, sedangkan
pendekatan substantif mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun
proses terjadinya kesetaraan.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki sosial, dan
berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan.
Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan
kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur
mempunyai landasan dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat
antroposentris (berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India,
Cina dan Islam, menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan).
Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung
elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan
Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman,
berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada
suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai
periodisasi kehidupan masyarakat.
Pada makalah ini, dikaji tentang keragaman dan kesetaraan yang ada dalam diri manusia
sebagai individu, terutama dalam kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Uraian pada
makalah ini membahas tentang : hakikat keragaman dan kesetaraan, kemajemukan dalam
dinamika sosial, keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya, dan solusi
problematika keragaman dan kesetaraan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat dan kesetaraan manusia?
2. Bagaimana kemajemukan dalam dinamika sosial budaya?
3. Bagaimana keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya?
4. Bagaimana problematika dan solusi keragaman dan kesetaraan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat dan kesetaraan manusia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kemajemukan dalam dinamika sosial budaya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya.
4. Mahasiswa dapat mengetahui problematika dan solusi keragaman dan kesetaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1. Makna Keragaman Manusia
Berdasarkan KBBI, ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3)
music, lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa). Keragaman menunjukkan
adanya banyak macam atau banyak jenis.
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan ini ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki
cirri-ciri khas tersendiri. Perbedaan ini terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi misalnya,
watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam
karena ada perbedaan misalnya, dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status
sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dll.
Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun sosial. Kita sebagai individu akan berbeda dengan
seseorang sebagai individu yang lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari
suatumasyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat lainnya.

2. Makna Kesetaraan Manusia


Kesetaraan juga dapat disebut kesederajatan. Menurut KBBI, sederajat artinya sama
tingkatan. Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan
yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau lebih rendah antara satu sama
lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan Tuhan, semua manusia adalah sama
derajat, kedudukan, atau tingkatannya. Yang membedakan natinya adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
Berkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan
atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan
berbeda-beda tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban
yang sama sebagai sesama, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jaminan akan
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dari berbagai ragam masyarakat di dalamnya
amat diperlukan.

B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah
satuan politik.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini
sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua
hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertical.
Secara horizontal:
1. Etnik dan ras atau asal-usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya materian lainnya

Secara vertikal;
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik

Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-
unsur ras dan etnik.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan
karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam
berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna
kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia
menurut berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri
alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan
penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan sawo matang, rambut ikal, bola mata
hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut
keriting.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara
biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau
sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki
kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.
Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat
klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan
Koentjaraningrat (1990) membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan
Bushmen.

2. Etnik atau Suku bangsa


Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau
kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan
rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem
kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang
sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai
budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri
ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.
Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat
dilihat dari unsur-unsur suku bangsa bawaan(etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi
natalitas (kelahiran) atau hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat,
kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan mitologi, dan kesamaan totemisme.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik
yang besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar
Rangkuman Pengetahuan Sosial Lengkap menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di
Indonesia ada 400 buah (Sugeng HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia
biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan
adanya 19 lingkaran hukum adat di Indonesia (Koentjaraningrat, 1990).
Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya memunculkan
keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Jadi, berdasarkan klasifikasi etnik secara
nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah
satuan politik.

Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini


sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:

1. Etnik dan ras atau asal usul keturunan.


2. Bahasa daerah.
3. Adat Istiadat atau perilaku.
4. Agama.
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Penghasilan atau ekonomi.


2. Pendidikan.
3. Pemukiman.
4. Pekerjaan.
5. Kedudukan social politik.

Keragaman atau kemajemukkan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik,
agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya.

1. Kemajemukan sebagai kekayaan bangsa Indonesia


Keragaman etnik di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara paling heterogen
selain India. Menurut para ahli, jumlah etnik aatu suku bangsa Indonesia mencapai sekitar
400 suku.
Namun dalam perkembangannya, identitas sosial budaya seseorang tidak semata-mata
ditentukan dari etniknya tetapi juga ditentukan dari golongan ekonomi, status sosial, tingkat
pendidikan, profesi yang digeluti, dll.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin dengan
baik melaluisemboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Meskipun berbeda-beda,
tetapi kita sebagai bangsa Indonesia tetap bersatu atau mementingkan persatuan.
Karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (sutarno,2007):
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Wilayah yang luas
c. Posisi silang
d. Kekayaan alam dan daerah tropis
e. Jumlah pulau yang banyak
f. Persebaran pulau

2. Kesetaraan sebagai warga bangsa Indonesia


Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan
dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27 ayat
(1) UUD 1945 bahwa Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
Persamaan kedudukan di antara warga Negara, misalnya dalam bidang kehidupan
seperti persamaan dalam bidang:
a. Politik
b. Hukum
c. Ekonomi
d. Sosial budaya

D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan


1. Problema keragaman serta solusinya dalam kehidupan
Keragaman tidak serta-merta menciptkan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal baik
lainya. Keragaman masyarakat memiliki crri khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif
bagi kehidupan bangsa itu.
Van de Berghe menjelaskan masyarakat yang majemuk selalu memiliki sifat-sifat dasar
sebagai berikut.
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki
kebudayaan yang berbeda
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer
c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lain.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi
f. Adanya nominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain

Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Konflik itu bisa terjadi
antarkelompok agama, suku, daerah, bahkan antargolongan politik. Contonya, Konflik di
Ambon tahun 1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik Poso tahun 2002.
Konflik terdiri dari dua fase
a. Fase disharmoni
Perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok.
b. Fase disintegrasi
Fase dimana sudah tidak dapat lagidisatukannya pandangan, niali, norma dan tindakan
kelompok ayng menyebabkan pertentangan antar kelompok.

Konflik sering muncul jika tidak ada komunikasi antar budaya daerah. Harus adanya
kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau
kesederajatan antar masyarakat tersebut.
Salah satu hal yang penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan masyarakat
ini adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya. Penyakit budaya
tersebut adalah:
a. Etnosentrisme stereotip
b. Prasangka
c. Rasisme
d. Diskriminasi
e. Scape goating
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai
budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat
tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia
berasal dari kelompok yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada
cara berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada.
Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras sendiri. Diskriminasi
merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan
terhadap kelompok subordinasinya. Space goating artinya pengkambinghitaman
Selain menghilangkan penyakit-penyakit budaya tersebut, ada hal lain yang dapat
dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negative dari
keragaman, yaitu:
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralism
d. Semangat humanism
e. Dialog antarumat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi utnuk interaksi amupun konfigurasi hubungan
antaragama, media massa, dan harminisasi dunia.

2. Problema kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan


Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut.
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan.
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan,dan kehidupan yang layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang sering terjadi di kehidupan adalah diskriminasi karena munculnya
sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
antarmanusia atau antarwarga.
Deskriminasi adalah setiap tindakan yang melakuan pembedaan terhadap seseorang
atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, kelompok, golongan, status sosial,
kelas sosial, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, orientasi seksual, pandangan ideology dan
politik, batas Negara, serta kebangsaan seseorang (Elly M. Setiadi dkk, 2006).
Upaya untuk menekan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui
perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita
Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak asasi warga negara
melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hukum dan
penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti
Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun
1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai
hari libur nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah
berada pada arah yang tepat.
Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk
mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, fungsi dan peran manusia
sangat penting dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya. Keragaman pernah
merendahkan martabat manusia, namun dari perspektif HAM dan agama, jelas bahwa manusia
pada hakekatnya adalah sama dan sederajat.Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang
sama dari warga Negara merupakan ciri utama sebab demokrasi menganut prinsip persamaan
dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga Negara, misalnya dalam bidang
kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah
memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun
Indonesia yang multicultural.

B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini pembaca bisa mengetahui hakikat keragaman dan
kesetaraan dalam sosial budaya dan memberikan manfaat yang lebih, bahwa setiap manusia
memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap
individu memiliki ciri-ciri khas sendiri tapi dari perbedan tersebut kita harus bisa saling
menghargai satu sama lain agar terjalin hubungan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/139681145/Rangkuman-ISBD-Hakikat-Keragaman-dan-Kesetaraan-
Manusia

http://ogiferhandika.blogspot.co.id/2015/09/hakikat-keragaman-dan-kesetaraan-manusia.html

https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/kemajemukan-dalam-dinamika-sosial-budaya-
horizontal-dan-vertikal/

http://29lailatulfitri.blogspot.co.id/2014/04/keragaman-dan-kesetaraan-sebagai.html

https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/problematika-keragaman-dan-kesetaraan-serta-
solusinya-dalam-kehidupan/

http://sellynovianty.blogspot.co.id/2013/06/makalah-hakikatmanusia-keragaman-dan.html

Anda mungkin juga menyukai