Anda di halaman 1dari 8

(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA

Volume 13 Number 2 Oktober 2022


Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

TRADISI ZIARAH MAKAM PADA MASYARAKAT MELAYU


DI DESA BINTAN BUYU KABUPATEN BINTAN
1
Rita Sintiya Desti, 2Sri Wahyuni, 3Marisa Elsera
1,2,3
Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji Kota Tanjungpinang
e-mail korespondensi: Ritasintia2016@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tradisi ziarah makam di Desa Bintan Buyu
Kabupaten Bintan. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif dengan sumber data primer yaitu wawancara dengan informan yaitu juru kunci, masyarakat
tempatan, masyarakat diluar tempatan dan tokoh adat, dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwa di dalam praktik ziarah makam terdapat makna-makna yang
terkandung didalamnya yaitu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, meningkatkan solidaritas
masyarakat dan menguatkan nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti nilai keagamaan dan nilai
ketenganan. Adapun proses pelaksanaan tradisi ziarah makam terdapat 2 proses yaitu proses persiapan
dan proses pelaksanaan. Didalam tradisi ziarah makam terdapat media-media yang digunakan seperti
pulut kuning, telur merah dan beras kuning.
Kata kunci: Masyarakat, Ziarah Makam, Makna.

Abstrack : This study aims to determine the significance of the grave pilgrimage tradition in Bintan Buyu
Village, Bintan Regency. This study uses a qualitative research methodology with a descriptive approach
with primary data sources, namely interviews with informants, caregivers, local communities, external
communities, and traditional leaders, using targeted sampling. Data collection techniques were
performed through observation, discussions, and documentation. Based on the results of this study, it can
be seen that in the practice of the pilgrimage to the grave there are meanings in it, namely as a form of
respect for ancestors, increasing community solidarity and strengthening values that exist in society such
as religious values and the value of tranquility. The process of implementing the tomb pilgrimage
tradition has 2 processes, namely the preparation process and the implementation process. In the
tradition of the pilgrimage to graves, media such as pulut kuning, red eggs and yellow rice are used.
Keywords: Society, Grave pilgrimage, Meaning.

.
SUBMIT : 12 Juli 2022 REVIEW: 13 Juli 2022 ACCEPTED: 14 Juli 2022

PENDAHULUAN dipahami secara turun-temurun. Masyarakat


Masyarakat Indonesia merupakan merupakan kelompok manusia yang
masyarakat majemuk, yang terdiri dari beribu- mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
ribu suku bangsa dengan latar belakang perasaan yang sama dengan motivasi kesatuan
kebudayaan yang tentunya berbeda-beda. (Saebani, 2014).
Keanekaragaman berbagai budaya di Tradisi adalah kesamaan benda-benda
Indonesia merupakan kekayaan negara yang material dan ide-ide yang terjadi di masa lalu
sangat besar yang perlu dilestarikan dan tetapi masih ada sampai sekarang dan tidak
dikembangkan agar hakikat semboyan dihancurkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan
Indonesia Bhineka Tunggal Ika dapat (Sztompka, 2017). Tradisi dapat diartikan

348
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

sebagai warisan sejati atau warisan masa dan sudah menjadi suatu kebiasaan adat
lampau, (Rino, Imran, Iwan Ramadhan, 2022). istiadat turun temurun yang ditinggalkan oleh
Namun, tradisi yang berulang bukan dilakukan nenek moyang zaman dahulu. Ziarah makam
secara kebetulan atau disengaja. Lebih ini pertama kali dilakukan oleh anak cucu dari
tepatnya, tradisi dapat menciptakan budaya keturunan yang dimakamkan. Makam ini
dalam masyarakat itu sendiri, (Munandar, sering dikatakan sebagai makam keramat oleh
Imran, Iwan Ramadhan, 2022). masyarakat karena adanya kepercayaan
Budaya adalah suatu yang kompleks masyarakat bahwa tokoh-tokoh yang dimakam
meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, kan di Makam Mahrum Bukitbatu ini adalah
adat istiadat serta kemampuan dan kebiasaan seseorang yang semasa hidupnya memiliki
lain yang dimiliki manusia sebagai bagian dari kelebihan, kharisma, dimuliakan dan para
masyarakat (Hawkins dalam (Fajri, 2018). tokoh ini dianggap sebagai cikal bakal leluhur
Budaya juga menjadi ciri khas dari Bintan yang telah berjasa dalam membesarkan
setiap daerah, (Wiyono & Ramadhan, 2021). kerajaan Bintan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam seseorang atau sekelompok orang tentunya
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik memiliki maksud dan tujuan tersendiri serta
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, dapat memberikan manfaat sesuai dengan
2019;Januardi et al., 2022) harapan mereka (Jamaluddin, 2014). Adapun
Di Indonesia banyak sekali berbagai tujuan-tujuan yang disebutkan oleh beberapa
macam tradisi, salah satunya adalah tradisi informan ialah untuk mengingatkan segala hal
ziarah makam. Tradisi berziarah ke makam yang serba gaib, yaitu akhirat dan segala seluk
seseorang adalah hal yang realistis dan beluknya termasuk perkara maut atau
mencengangkan dalam kehidupan masyarakat. kematian, (Herman et al., 2020). Kemudian
Ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan ini untuk mendoakan para arwah yang
membuat beberapa orang terlibat dalam dimakamkan agar mereka tenang dan kekal di
kegiatan upacara keagamaan. Salah satunya alam sana. Selain itu banyak sekali masyarakat
adalah ziarah ke makam. Dalam situasi seperti yang ingin menunaikan nazar.
itu, ziarah ke makam diyakini dapat merasakan Di makam Mahrum Bukit Batu hingga
ketenangan hati, ketenangan pikiran, saat ini masih sering diadakan upacara ziarah
keamanan, ketentraman, dan bukan rasa takut makam yang dilakukan oleh masyarakat
(Suriani, 2017). setempat dan sering pula diikuti oleh berbagai
Istilah ini terdiri dari dua kata, yakni kalangan masyarakat dari luar daerah Bintan
ziarah dan makam. Ziarah berarti kunjungan. bahkan hingga dari luar negeri seperti
Makam adalah tempat di mana orang wisatawan dari Malaysia dan Singapura yang
dimakamkan di bawah tanah. Jadi yang rutin berkunjung menziarahi makam tersebut.
disebut ziarah makam berarti mengunjungi Para wisatawan menziarahi makam mahrum
makam. Ziarah makam telah menjadi tradisi bukitbatu ini ada yang dihari-hari biasa tetapi
bagi sebagian umat Islam, tidak hanya saat ini ada juga wisatawan yang memang sudah tahu
tetapi juga sejak zaman Nabi Muhammad sejarah makam ini mereka akan datang
SAW. bertepatan dengan hari Isra’ Miraj yang
Seperti halnya tradisi ziarah makam diperingati setiap tanggal 27 rajab.
yang ada di Desa Bintan Buyu Kabupaten Dalam pelaksanaan upacara selamatan
Bintan memiliki kisah yang sangat unik dan tidak lupa masyarakat tempatan maupun
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Melayu. masyarakat diluar tempatan membawa
Di dalam makam terdapat 6 buah makam perlengkapan seperti pulut kuning yang sudah
antara lain: (1) Laksamana Raja di Laut, (2) dihiasi telur merah dan bunga-bunga. Syarat
Wan Pok (Wan Empuk), (3) Wan Malani, (4) dalam mengikuti tradisi ini dengan membawa
Wan Sri Beni, (5) Tok Telanai, (6) Tok Hile pulut kuning dan telur merah, maka
(Tok Kelaun). Tradisi ziarah makam sudah ada masyarakat diluar tempatan sebelum hari
sejak 800 tahun yang lalu dan diambil titik pelaksanaan sudah dihimbau untuk membawa
sejarahnya pada tahun 1150. Tradisi ziarah perlengkapan tersebut. Dari berbagai macam
makam sudah dilakukan sejak zaman dahulu, hiasan telur merah dan pulut kuning semuanya

349
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

dikumpulkan di area makam untuk dibacakan tentang tradisi ziarah makam ini. Sumber data
doa. Setelah selesai pembacaan doa, pulut yang digunakan adalah Data primer yaitu data
kuning dan telur merah ini akan diambil yang di peroleh secara langsung di lapangan
kembali untuk dimakan bersama-sama. melalui observasi, dokumentasi dan
Teori yang digunakan dalam penelitian wawancara (Samnuzulsari, 2017) serta data
adalah Interaksionisme Simbolik dari Herbert sekunder atau sumber kedua yang diperoleh
Blumer. Teori interaksionis ini bersifat dari artikel jurnal, studi kepustakaan,
substantif, bahwa kehidupan sosial terbentuk dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan
melalui proses interaksi dan komunikasi antara dengan proses reduksi data, menyajikan data,
individu dan kelompok, dan bahwa simbol menarik kesimpulan, (Sugiyono, 2018). Hasil
dipahami melalui proses pembelajaran untuk dari analisis data tersebut dijadikan sebuah
memahami maknanya dan memberikan bahan pembahasan dalam penelitian, untuk
tanggapan terhadap kehidupan sosial. Dari selanjutnya disusun dalam bentuk kalimat
lingkungan dan rangsangan dari luar. secara sistematis menggunakan teknik
Masyarakat adalah pembentukan dan interaksi kualitatif deskriptif.
individu. Interaksi sosial adalah interaksi antar
aktor, bukan faktor-faktor yang HASIL DAN PEMBAHASAN
menghubungkan atau membuat mereka Makna Tradisi Ziarah Makam
berinteraksi, (Njatrijani, 2018). Teori Didalam setiap tradisi yang sudah
Interaksionisme simbolik percaya bahwa menjadi kebiasaan peninggalan dari nenek
pentingnya interaksi sosial sebagai sarana atau moyang zaman dahulu dan sudah diturunkan
penyebab dari ekspresi tindakan manusia, dari generasi ke generasi sudah pasti memiliki
(Swesti, 2019). makna tersendiri bagi masyarakat yang
Menurut Blumer interaksionisme mempercayai dan melaksanakannya sehingga
simbolik memiliki tiga premis utama yaitu: tradisi ini masih bisa dilakukan hingga saat ini,
Manusia bertindak berdasarkan makna yang tradisi kadang kala oleh sebagian orang
diberikan oleh orang lain, makna muncul dianggap mitos, (Purwanto et al., 2022). Sama
melalui interaksi sosial antar manusia, makna- hal nya dengan masyarakat Desa Bintan Buyu
makna tersebut dimodifikasi dan Kabupaten Bintan. Dilihat bahwa sebagaimana
disempurnakan melalui proses interaksi sosial. yang dinyatakan oleh Blumer interaksionis
Berdasarkan pemaparan diatas penulis simbolik bertumpu pada tiga premis, yaitu: (1)
tertarik mengangkat judul tersebut karena manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar
permasalahan mengenai tradisi ziarah makam makna-makna yang ada pada sesuatu bagi
yang dilakukan oleh masyarakat Melayu mereka; (2) makna tersebut diperoleh dari
dengan membawa media seperti pulut kuning, hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan
telur merah dan beras kuning. orang lain; (3) makna-makna tersebut
disempurnakan disaat proses interaksi sosial
METODE berlangsung (Soeprapto, 2002).
Metode yang digunakan dalam Seperti yang dilakukan oleh masyarakat
penelitian ini adalah metode kualitatif yang di Desa Bintan Buyu, mereka melaksanakan
bersifat deskriptif. Alasan peneliti ziarah makam karena ada makna didalamnya.
menggunakan metode ini untuk Dalam pelaksanaan ziarah makam umumnya
mendeskripsikan fenomena yang ada di dilakukan setiap tanggal 27 bulan Rajab atau
lapangan sesuai dengan tema penelitian ini. bertepatan dengan hari Isra Miraj, tidak
Teknik pengumpulan data yang digunakan masalah jika peziarah melakukan ziarah
dalam penelitian ini menggunakan 3 metode makam diluar dari hari tersebut dalam artian
yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. peziarah dapat melakukan ritual pada hari apa
Pemilihan informan menggunakan teknik saja, namun waktu yang diyakini oleh
purposive sampling. Informan yang dipilih masyarakat melayu di Desa Bintan Buyu yaitu
untuk wawancara adalah juru kunci, tokoh 27 bulan Rajab.
adat, masyarakat tempatan dan luar tempatan. Praktik ritual tradisi ziarah kubur yang
Dimana informan yang diajak wawancara biasa dilakukan oleh masyarakat melayu di
adalah masyarakat melayu yang mengetahui

350
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan ketika ini sudah dilakukan dari orangtua terdahulu
menziarahi makam sebagai berikut: kemudian diteruskan sampai saat ini.
1. Persiapan Ziarah Makam b. Membakar Kemenyan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak Sebelum acara dimulai proses pertama
dapat bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, yang dilakukan oleh juru kunci ialah
(Ramadhan, Iwan; Firmansyah, Haris; membakar kemenyan. Kemenyan merupakan
Wiyono, 2022). Dari tradisi ziarah makam getah yang berasal dari pohon kemenyan yang
yang dilakukan oleh masyarakat di Desa apabila dibakar memiliki aroma wangi yang
Bintan Buyu, dapat terlihat dari perilaku khas. Pembakaran kemenyan hanya dilakukan
masyarakat sebelum melaksanakan tradisi oleh juru kunci. Tujuan dari membakar
ziarah makam masyarakat mempersiapkan kemenyan adalah untuk wewangian agar
beberapa hal seperti bergotong royong, tercipta suasana yang sakral dan hening
menyiapkan alas untuk tempat duduk dan sehingga dalam melakukan proses ritual dapat
menyiapkan microfon. Dengan bergotong konsentrasi.
royong akan mewujudkan persatuan dan c. Pembukaan dari tokoh adat mengenai
kesatuan masyarakat Melayu yang tinggal di sejarah singkat tradisi ziarah makam
daerah tersebut menjadikan masyarakat akan Selanjutnya adalah pembukaan dari
semakin kompak dan saling bekerja sama. tokoh adat yang menceritakan tentang
2. Pelaksanaan Ziarah Makam bagaimana sejarah tradisi ziarah makam ini
Setiap pelaksanaan ritual keagamaan dan menjelaskan makna dan arti dari media-
Islam harus memiliki tata cara pelaksanaan media yang dibawa oleh masyarakat tempatan.
ritual yang diatur dalam ajaran Islam. Begitu Karena biasanya ada masyarakat dari luar
pula dengan tradisi ziarah yang dilakukan pada daerah datang maka tujuan nya untuk memberi
masyarakat Melayu Desa Bintan Buyu. Tata tau kepada masyarakat yang baru pertama kali
cara ini membawa rahmat tidak hanya bagi datang tentang sejarah dari tradisi ini.
peziarah, tetapi juga bagi mereka yang d. Berdoa dan berdizikir bersama
dikunjungi. Adab berziarah dianjurkan dalam Proses berdoa bersama dipimpin oleh
Islam, yang juga dilakukan oleh masyarakat pemuka agama untuk mendoakan para tokoh
Melayu di Desa Bintan Buyu dalam proses leluhur dan juga mendoakan masyarakat yang
pelaksanaan ziarah makam ini ada 3 hal yang sudah datang ke makam untuk dijauhkan dari
harus diikuti, Yang pertama, ketika sudah tolak bala. Tidak lupa berdoa kepada Allah
memasuki kuburan harus mengucapkan salam. swt sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya
Kedua, mendoakan para tokoh ahli kubur karena semua masyarakat yang datang ke
dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Quran makam masih bisa berkumpul bersama dan
seperti Yasin atau doa-doa yalin. Kalau ada mengikuti tradisi ini sampai saat ini.
yang tidak bisa membaca doa menggunakan e. Mengambil pulut kuning dan telur merah
bahasa arab, memakai bahasa indonesia atau Setelah pembacaan doa selesai,
bahasa daerah sehari-hari juga tidak masalah masyarakat kemudian mengambil lagi pulut
asal memang tujuannya untuk mendoakan si kuning dan telur merah ini untuk dimakan
mayat. Ketiga selama peroses kegiatan ritual bersama. Kemudian ada beberapa masyarakat
di makam harus berperilaku yang sopan dan yang menukarkan pulut kuning dan telur
tidak boleh berbuat hal yang tidak baik dan merah ini kepada masyarakat yang lain. Jika
tidak boleh membuang kotoran atau najis ada masyarakat luar tempatan yang datang
seperti kencing dan buang air besar. tetapi tidak membawa pulut kuning maka
Adapun beberapa prosesi yang sering sebagai masyarakat tempatan ini mereka akan
dilakukan oleh masyarakat Melayu di Desa memberikan kepada masyarakat yang tidak
Bintan Buyu sebagai berikut: membawanya.
a. Meletakkan Pulut Kuning dan Telur Merah f. Makan bersama
di Area Makam Setelah selesai mengambil pulut kuning
Masyarakat di Desa Bintan Buyu ketika dan telur merah, selanjutnya adalah makan
sudah sampai dimakam mereka langsung bersama. Makan bersama ini terlihat menarik
meletakkan pulut kuning dan telur merah di dan unik karena masyarakat berkumpul antara
area makam yang sudah disediakan. Kebiasaan masyarakat yang satu dengan masyarakat lain.

351
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

Kegiatan ini dapat mempererat ikatan sosial kebaikan juga sama halnya yang dilakukan
diantara masyarakat dan meningkatkan oleh para leluhur.
kebersamaan serta kekeluargaan antar 2) Meningkatkan solidaritas masyarakat
kelompok masyarakat Hal ini terlihat ketika sebelum hari
g. Menaburkan beras kuning diatas makam pelaksaan masyarakat melakukan gotong
Disaat masyarakat lain sedang makan royong untuk membersihkan makam dan
bersama, ada beberapa tokoh adat maupun ketika acara makan bersama, masyarakat
tokoh masyarakat yang menaburkan beras saling menyapa, bertanya sehingga terjalinlah
kuning diatas makam. beras kuning adalah silaturahmi yang lebih akrab dari masyarakat
beras putih kemudian direndam dan diberi yang satu dengan masyarakat yang lain hal ini
kunyit untuk menhasilkan warna kuning. lah sebagai bentuk untuk meningkatkan
Sebagaimana yang sering kita lihat bahwa solidaritas masyarakat.
ketika kita menizarahi makam maka kita akan 3) Menguatkan nilai-nilai yang ada dalam
menaburkan bunga diatasnya. Namun di dalam masyarakat
tradisi ziarah makam yang ada di Desa Bintan Tradisi ziarah makam yang ada di Desa
Buyu ini berbeda, mereka mengunakan beras Bintan Buyu meruapakan salah satu adat dan
kuning untuk ditabur dimakam. Cara dalam kebiasaan yang melekat pada masyarakat
melakukan penaburan ini dilakukan dengan 3 melayu dari zaman dahulu yang tetap
kali dari kepala si mayit sampai kekaki. Dalam dilestarikan dan dijaga tentu saja tidak terlepas
satu genggaman beras kuning harus habis dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
dalam satu kali penaburan. Didalam tradisi ziarah makam ini
h. Menyiram air ke makam terdapat beberapa nilai-nilai yang terkandung
Setelah penaburan beras kuning tidak didalamnya, salah satunya: Nilai keagamaan :
lupa untuk menyiram air kemakamnya. Hal didalam ziarah makam terdapat nilai agama
ini disunahkan untuk menjaga tanah dan karena agama tidak bisa dikatakan musrik,
mendapatkan berkah agar jenazah semua doa-doa yang dibacakan ada di dalam
mendapatkan kesejukan didalam Al-quran dan tidak ada doa-doa yang
peristirahatannya. Air yang digunakan untuk bertentangan dengan agama. Karena
menyiram disunahkan dalam keadaan suci sepenuhnya ayat-ayat yang ada di Al-Quran
serta dingin dan makruh apabila air itu dan dibacakan ialah untuk memohon
bernajis. pertolongan kepada Allah swt. Nilai
Masyarakat ketika melakukan ketenangan : Ziarah makam memang dapat
pelaksanaan tradisi ziarah makam pasti ada membuat hati yang lebih tenang, karena yang
makna didalam pelaksanaan tradisi ziarah dibaca disaat berziarah tidak lain adalah
makam ini. Karena sesuai dengan premis membaca Al-quran, berdzikir dan lain-lain.
pertama dari Blumer yaitu Manusia bertindak Ketika merasakan hati yang tidak tenang
berdasarkan makna yang diberikan oleh orang karena ada nazar yang belum tertunaikan
lain. Hal ini terlihat didalam pemaknaan ritual kemudian mereka berniat untuk menziarahi
tradisi ziarah makam selain untuk mendoakan makam untuk membaca doa dan menunaikan
orang yang sudah meninggal ada pun makna nazarnya, ketika nazar sudah tersampaikan
yang dipahami oleh masyarakat tempatan maka akan membuat hati merasa tenang.
maupun luar tempatan mengenai tradisi ziarah 3. Interaksi Sosial dan Simbol dalam
makam ini diantaranya adalah : Ziarah Makam
1) Sebagai penghormatan leluhur Berdasarkan premis kedua Blumer yaitu
Menziarahi makam mahrum bukitbatu Makna ini diciptakan melalui interaksi sosial
ini sebagai bentuk untuk menghormati para antar manusia. Jadi, makna tadi tidak bersifat
leluhur. Sebagai masyarakat yang masih ada permanen dan tidak melekat pada benda
hubungan erat kekeluargaan dengan para ataupun fenomenanya itu sendiri, melainkan
sosok yang dimakamkan harus selalu tergantung kepada orang-orang yang terlibat
mengenang perbuatan dan jasa para leluhur. dalam interaksi itu. Seperti halnya Ritual
Hal ini dijadikan motivasi untuk para generasi ziarah makam di Desa Bintan Buyu
penerus untuk senantiasa melakukan perbuatan merupakan sebuah ritual yang tersusun dari
simbol-simbol yang dipahami oleh peziarah

352
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

sebagai sesuatu hal yang sakral dan dianggap dipasang dengan cara ditusuk dengan tangkai
penting. Dalam pelaksanaan aktifitas ritual bunga kemudian telur ini akan diletakkan
ziarah makam di Desa Bintan Buyu terdapat diatas pulut kuning. Telur merah ini sebagai
beberapa benda ritual yang digunakan oleh pelengkap untuk melengkapi pulut kuning dan
peziarah yaitu pulut kuning, telur merah dan untuk mempercantik dan memerindah nya.
beras kuning. Benda-benda tersebut memiliki Telur merah sendiri diwarnai merah karena
fungsi sebagai penghubung antara peziarah sudah menjadi tradisinya orang di Desa Bintan
dengan roh leluhur Desa Bintan Buyu. Setiap Buyu. Telur merah sendiri memang tidak bisa
simbol yang digunakan oleh peziarah memilik dipisahkan dengan pulut kuning, keduanya
makna. Berikut media yang selalu dibawa oleh selalu menyatu. Telur merah hanya dianggap
masyarakat : sebagai lauk dan pelengkap untuk pulut
a. Pulut Kuning kuning ini.
Pulut kuning terbuat dari beras ketan c. Beras Kuning
yang dimasak dengan kunyit hingga Beras kuning adalah beras yang
menghasilkan warna kuning. Pulut kuning kemudian direndam dengan air dan diberi
merupakan makanan tradisional masyarakat kunyit untuk menghasilkan warna kuning.
Melayu khususnya masyarakat di Desa Bintan Didalam tradisi ziarah makam yang ada di
Buyu. Pulut kuning memiliki banyak arti. Desa Bintan Buyu beras kuning akan
Apalagi masyarakat melayu identik dengan ditaburkan diatas makam. Menabur beras
warna kuning. Penyajian pulut kuning dalam kuning sebagai bentuk penghormatan kepada
kehidupan masyarakat melayu pada umumnya tokoh yang dimakamkan dan juga sebagai
terikat dengan ruang dan waktu ritus bentuk untuk memberi tau kepada si mayat
kehidupan masyarakat melayu tersebut, ada bahwa anak cucu mereka sudah datang
beberapa tradisi yang menggunakan pulut kemakam ini untuk medoakan. Arti lain dari
kuning misalnya tepuk tepung tawar, upacara beras kuning adalah dengan niat untuk
pernikahan, khatam Al-quran, tradisi cecah memberi makan kepada hewan-hewan seperti
inai, tradisi bela kampung, tradisi nasi besar, burung dan yang lainnya. Dengan harapan
ritual talam dua muka. untuk mendapatkan pahala yang setimpal
Didalam tradisi ziarah makam yang ada seperti bersedekah. Beras kuning juga
di Desa Bintan Buyu, pulut kuning ini bermakna ketika sudah menjadi mayat maka
memiliki arti sendiri bagi masyarakat. Pulut beras bukan lagi sebagai makanan pokok.
kuning ini melambangkan padi emas. Dimana Karena beras sudah ditabur dan tercerai-beras
pada zaman dahulu Wan Empuk dan Wan sehingga sudah tidak layak lagi untuk
Malini pernah melakukan penanaman padi dimakan. Beras kuning ini boleh ditabur oleh
ternyata hasil padinya itu emas. Jadi padi emas siapapun karena beras kuning ini memang
ini sebagai pengingat anak cucunya sebagai sudah disediakan oleh juru kunci dan tokoh
keturunan dari padi emas ini yaitu mereka adat.
yang bermahrum dimakam tersebut. Dalam pelaksanaan tradisi ziarah
Pulut kuning dimasak dengan cara makam ini pulut kuning, telur merah dan beras
direbus. Pulut kuning setelah dimasak akan kuning tidak boleh diganti dengan warna lain
memiliki tekstur yang lengket. Tekstur pulut ataupun dengan media lain karena ini sudah
kuning yang lengket ini bermakna kedekatan, menjadi tradisi yang turun menurun. Seperti
kelekatan, persatuan dan persaudaraan. halnya interaksionisme simbolik Blumer,
Diharapkan dengan adanya tradisi ziarah menjelaskan pentingnya makna bagi manusia.
makam ini dengan membawa pulut kuning Dalam interaksi simbolik, komunikasi tidak
akan membuat berkumpulnya seluruh keluarga terpisahkan karena pada awalnya makna tidak
dan seluruh masyarakat dimakam agar ada artinya sampai dikonstruksi dan
memiliki kedekatan yang semakin terjaga meciptakan makna yang disepakati bersama.
antara satu dengan yang lain. Dimana ide dasar yang dikemukakan oleh
b. Telur Merah Blumer (Wirawan, 2012) yaitu pertama
Telur merah adalah telur ayam yang manusia bertindak terhadap manusia lainnya
direbus dengan air kemudian diwarnai dengan berdasarkan makna yang diberikan orang lain
warna merah. Biasanya telur merah ini kepada mereka, kedua, makna diciptakan
353
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

dalam interaksi antar manusia, dan yang ketiga SIMPULAN


makna dimodifikasi melalui proses interpretif. Tradisi ziarah makam merupakan
Seperti halnya Tradisi ziarah makam di Desa identitas masyarakat Melayu Desa Bintan
Bintan Buyu, yang pada awalnya objek-objek Buyu yang telah turun temurun hingga saat ini
seperti pulut kuning telur merah dan beras dan dapat kita lihat karena memiliki makna
kuning tidak ada artinya akan tetapi seiring dan dianggap bernilai positif didalam
dengan berjalannya waktu melalui proses masyarakat. Makna yang terkandung didalam
interaksi dimana antara satu dengan yang lain ziarah makam adalah sebagai bentuk
terjalin komunikasi yang menciptakan sebuah penghormatan kepada leluhur, meningkatkan
makna dari pulut kuning telur merah dan beras solidaritas masyarakat, menguatkan nilai-nilai
kuning, jadi makna pulut kuning telur merah yang ada dimasyarakat seperti nilai keagamaan
dan beras kuning merupakan produk dari dan nilai ketenangan. Tradisi ziarah makam ini
interaksi. telah menjadi keharusan untuk dilaksanakan
4. Proses Interaksi Sosial Disempurnakan oleh setiap masyarakat Melayu di Desa Bintan
Berdasarkan premis ketiga Blumer Buyu Kabupaten Bintan. hal ini karena
yaitu Makna diproses dan dimodifikasi melalui dianggap bahwa tradisi ziarah makam telah
proses interpretasi untuk menghadapi beberapa menjadi warisan budaya yang harus tetap
fenomena lain, dan makna yang ditafsirkan dijaga dan dilestarikan keberadaannya hingga
oleh individu dapat berubah dari waktu ke saat ini sebagai perekat sosial diantara
waktu dengan perubahan keadaan dalam masyarakat Melayu.
interaksi sosial. Perubahan interpretasi
dimungkinkan karena individu dapat terlibat DAFTAR RUJUKAN
dalam proses mental, yaitu berkomunikasi Fajri, I. (2018). "Strategi Komunikasi Dinas
dengan diri mereka sendiri, (Khairunnisa et al., Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten
2021). Kuantan Singingi Dalam
Seperti halnya yang dilakukan oleh Mempromosikan Budaya Perahu
masyarakat di Desa Bintan Buyu ketika proses Baganduang. JOM FISIP Vo. 5 No. 1 -
pembakaran kemenyan. Dimana pada zaman April 2018, 2.
dahulu pembakaran kemenyan ini dimaknai Herman, A., Maritim, U., & Ali, R. (2020).
sebagai pemberitahuan bahwa acara akan Strategi Pengembangan Destinasi Wisata
segera dimulai. Karena pada zaman dahulu Berbasis Folklor ( Ziarah Mitos : Lahan
belum ada microfon jadi kemenyan sebagai Baru Pariwisata Indonesia ). January
tanda untuk memberitahukan kepada 2019. https://doi.org/10.22146/jpt.48836
masyarakat. Namun dengan seiring Jamaluddin. (2014). "Tradisi Ziarah Kubur
perkembangan zaman acara tradisi ini sudah Dalam Masyarakat Melayu Kuantan".
menggunakan microfon untuk pembukaan dan Vol. 11 No. 2 Juli - Desember 2014,
pembacaan doa. 255.
Selain kemenyan terdapat perubahan Januardi, A., Superman, S., & Firmansyah, H.
juga yang dilakukan oleh masyarakat melalui (2022). Tradisi Masyarakat Sambas:
proses interaksi sosial seperti hiasan bunga Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
telur. Dimana pada zaman dahulu hiasan Dan Eksistensinya. Jurnal Pendidikan
bunga dibuat menggunakan kertas warna- Sosiologi Dan Humaniora, 13(1), 185.
warni. Tetapi sekarang masyarakat ada yang https://doi.org/10.26418/j-
sudah menggunakan bunga plastik. Karena psh.v13i1.52469
jika menggunakan bunga kertas ketika terkena Khairunnisa, C. F., Pratiwi, E. A., Febriyanti,
hujan akan mudah luntur dan hancur. Jadi N., & Fitriono, R. A. (2021). Penerapan
masyarakat melakukan interaksi sosial Hukum Adat Boiltn Mate Namar Uman
kemudian disempurnakan oleh masyrakat itu Dalam Prespektif Kriminologi. Jurnal
sendiri untuk menggunakan bunga plastik Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora,
karena akan awet walaupun terkena hujan. 12(2), 94. https://doi.org/10.26418/j-
psh.v12i2.49421
Koentjaraningrat. (2019). Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

354
10.26418/j-psh.v13i2.56180
(J-PSH) JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA
Volume 13 Number 2 Oktober 2022
Page 348-355/ E-ISSN: 2715-1247 dan P-ISSN: 2087-84xx
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/index

Kepariwisataan Indonesia, 13(2), 49–65.


Munandar, Imran, Iwan Ramadhan, J. A. D. Sztompka, P. (2017). Sosiologi Perubahan
(2022). Analisis Rasionalisasi Ritual Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Adat Mappacci Pada Masyarakat Etnis Wirawan, I. B. (2012). Teori-Teori Sosial
Bugis di Desa Jeruju Besar. Jurnal Dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Kewarganegaraan, 6(2), 3066–3075. Prenadamedia Group.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31316 Wiyono, H., & Ramadhan, I. (2021).
/jk.v6i2.3145 Pergeseran Tradisi Belalek Dalam
Njatrijani, R. (2018). Kearifan Lokal Dalam Budaya Bertani Masyarakat Melayu
Perspektif Budaya Kota Semarang. Gema Sambas. Jurnal Studi Agama Dan
Keadilan, 5(1, September), 16–31. Masyarakat, 17(1), 1–9.
Purwanto, A., Imran, I., & Ramadhan, I. https://doi.org/10.23971/jsam.v17i1.2880
(2022). Analisis Rasionalisasi Nilai-Nilai
Mitos Kemponan pada Masyarakat Etnis
Melayu. Ideas: Jurnal Pendidikan,
Sosial, Dan Budaya, 8(1), 117.
https://doi.org/10.32884/ideas.v8i1.642
Ramadhan, Iwan; Firmansyah, Haris; Wiyono,
H. (2022). Kearifan Lokal dan Kajian
Etnis Di Kalimantan Barat. Lakeisha.
https://books.google.co.id/books?hl=en&
lr=&id=6Ap0EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=
PA1&dq=related:dZ5yYThPcrIJ:scholar.
google.com/&ots=6RgPsfmt0t&sig=nRG
e63AsIOmqOK4uLL4CLO6VqXU&redi
r_esc=y#v=onepage&q&f=false
Rino, Imran, Iwan Ramadhan, J. A. D. (2022).
Analisis Rasionalisasi Nilai-Nilai Mitos
Tradisi Bepapas Pada Masyarakat
Melayu Sambas di Desa Tempapan Hulu
Kabupaten Sambas. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(2), 3051–3065.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31316
/jk.v6i2.3162
Saebani, Y. Z. (2014). Pengantar Sistem
Sosial Budaya Di Indonesia. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Samnuzulsari, T. (2017). Metode Penelitian
Kualitatif. Tanjungpinang: UMRAH
Press.
Soeprapto, R. (2012). Interaksi Simbolik,
Perspektif Sosiologi. Yogyakarta:
Averrpes Press dan Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suriani. (2017). Tradisi Ziarah Pada Makam
Dato Tiro Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba. Skripsi.
Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makassar.
Swesti, W. (2019). The Social-Cultural Impact
of Tourism In Banda Aceh. Jurnal

355
10.26418/j-psh.v13i2.56180

Anda mungkin juga menyukai