Anda di halaman 1dari 12

NILAI-NILAI KARAKTER TRADISI HAJAT BUMI PADA MASYARAKAT

DUSUN CARIU KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS


Rina Wahyunita
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Galuh
Jl. R. E. Martadinata No. 150, Mekarjaya, Ciamis, Jawa Barat
rinawahyunita828@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan mengenai tradisi hajat bumi di Dusun Cariu, Kecamatan
Sukadana, Kabupaten Ciamis. Hajat bumi merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rezeki yang diberikan-Nya terutama dalam hal hasil
panen. Acara tersebut dilaksanakan dua tahun sekali tiap bulan Muharam tepatnya pada hari
antara Senin atau Kamis kliwon. Secara umum, upacara adat hajat bumi dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu: pelaksanaan sebelum upacara, pelaksanaan berlangsungnya upacara, dan
pelaksanaan setelah upacara. Adapun yang melatarbelakangi penulis tertarik untuk
membahas hajat bumi Cariu didasarkan pada krisis karakter bangsa yang berakibat pada
kehancuran suatu bangsa dikaitkan dengan kearifan lokal yang dihasilkan dari suatu tradisi
salah satunya yaitu hajat bumi Cariu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui
observasi, wawancara, serta studi dokumen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa masyarakat Cariu memiliki nilai-nilai karakter yang diwujudkan dalam tradisi hajat
bumi diantaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, cinta tanah air, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kata Kunci: Nilai Karakter, Hajat Bumi, Dusun Cariu
ABSTRACT
This study describes the tradition of celebrating the earth in Cariu Hamlet, Sukadana
District, Ciamis Regency. The desire of the earth is an expression of gratitude to God
Almighty for all the abundance of sustenance that He has given, especially in terms of crop
yields. The event is held every two years every month of Muharram, to be exact, on a day
between Monday or Thursday kliwon. In general, the customary hajat bumi ceremony is
divided into three stages, namely: the implementation before the ceremony, the
implementation of the ceremony taking place, and the implementation after the ceremony. As
for the background of the writer's interest in discussing the need for the earth of Cariu, it is
based on the crisis of the nation's character which results in the destruction of a nation
associated with local wisdom resulting from a tradition, one of which is the wish for the earth
of Cariu. The research method used is a qualitative research method with a descriptive type.
The data collection techniques are through observation, interviews, and document studies.
In this study, researchers used primary data sources and secondary data sources. The results
of the research conducted show that the Cariu people have character values that are
embodied in the Hajat Bumi traditions including being religious, honest, tolerant,
disciplined, hard work, creative, love for the motherland, care for the environment, care for
the social, and responsibility.
Keywords: Character Value, Hajat Bumi, Cariu Hamlet

PENDAHULUAN pembentukan karakter masyarakat, baik


Kehadiran budaya dan keragaman privat maupun publik. Nilai-nilai luhur
nilai budaya yang tinggi yang dianut yang terkandung dalam berbagai budaya
bangsa Indonesia merupakan sarana masyarakat Indonesia merupakan modal

1
sosial yang perlu diwariskan, dimaknai, Kearifan lokal tersebut dapat
dan dilaksanakan seiring dengan proses dihasilkan dari suatu tradisi. Van Reusen,
perubahan sosial dalam masyarakat 1992 dalam (Rofiq, 2019: 96)
(Yunus, 2014: 1). berpandangan bahwa tradisi ialah
Namun seiring berjalannya waktu, semacam peninggalan atau pewarisan atau
keberadaan budaya dan nilai-nilai budaya aturan, atau aset, kaidah, adat dan norma.
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tidak Namun demikian, tradisi ini bukannya
optimal dalam membangun karakter tidak dapat diubah, melainkan dianggap
kewarganegaraan, bahkan setiap saat kita sebagai keterpaduan dari hasil tingkah
menyaksikan berbagai tindakan laku manusia dan sintesa dari keseluruhan
masyarakat yang berujung pada pola kehidupan umat manusia.
kehancuran suatu bangsa, yaitu Setiap daerah memiliki tradisi
menurunnya perilaku santun, menurunnya sendiri yang membedakannya dari orang
kejujuran, rasa solidaritas, dan rasa gotong lain. Orang Sunda memiliki banyak
royong antar anggota masyarakat (Yunus, kekayaan tradisi, salah satunya adalah
2014: 2). tradisi yang ada di Kabupaten Ciamis.
Menghadapi kecenderungan krisis Ciamis memiliki potensi budaya dan
karakter bangsa, diperlukan penguatan tradisi yang masih dihormati dan
pendidikan karakter sebagai pilar dipraktikkan oleh masyarakat sebagai
pembentukan karakter bangsa. Dalam bentuk kearifan lokal di masyarakat
konteks inilah kajian nilai-nilai budaya Ciamis. Salah satu tradisi yang masih ada
sebagai wujud kearifan lokal dinilai adalah Hajat Bumi.
relevan untuk direvitalisasi, terutama Hajat bumi adalah salah satu
dalam merespon krisis moral yang terjadi upacara tradisi yang dilaksanakan di
akhir-akhir ini dihampir setiap lapisan Dusun Cariu Kecamatan Sukadana. Sudah
masyarakat. Kearifan lokal adalah gagasan sejak lama hajat bumi ini menjadi
yang hidup dalam masyarakat dan tumbuh kebudayaan khas masyarakat agraris.
serta berkembang dalam kesadaran Hajat bumi merupakan acara tahunan yang
masyarakat, dari yang sakral dalam dilaksanakan pada bulan Muharam,
kaitannya dengan kehidupan hingga yang tepatnya antara hari Senin atau Kamis
profan (bagian kehidupan sehari-hari yang kliwon. Dalam kosmologis sunda hari
bersifat biasa). Keanekaragaman budaya tersebut dianggap paling bagus untuk
Indonesia merupakan modal penting bagi pelaksanaannya. Namun karena
pembangunan bangsa. Setiap daerah keterbatasan kemampuan masyarakat
memiliki keunikan tersendiri, dengan sekarang hajat bumi dilaksanakan dua
kearifan lokal yang tertanam di dalamnya. tahun sekali. Tradisi ini bertujuan untuk
mengungkapkan rasa syukur terhadap

2
hasil bumi. Dalam perkembangannya hajat dan perilaku yang bisa diamati,
bumi ini mengalami perubahan menjadi pendekatannya diarahkan pada latar dan
sarana pelestarian budaya dengan tidak individu secara holistic (Abdussamad,
meninggalkan unsur sakralnya. 2021: 30).
Pada prinsipnya, hajat bumi adalah Senada dengan hal tersebut,
bentuk ekspresi, rasa terima kasih kepada Creswell (2009) menjelaskan bahwa
"Sang Maha Pemberi Kehidupan". Dari proses penelitian kualitatif ini melibatkan
nilai, makna, simbol dan filosofi yang upaya yang signifikan, seperti
terkandung dalam prosesi tradisi ini, merumuskan pertanyaan dan prosedur,
terlihat bahwa pada dasarnya ini bukan mengumpulkan data spesifik dari para
sekedar kegiatan ritual sederhana, tetapi partisipan, menganalisis data secara
juga keterkaitan antara sistem kepercayaan induktif dari topik khusus ke topik umum,
(cosmos), sistem pengetahuan (corvus) dan menafsirkan makna data (Kusumastuti
dan praktik (praxsis) masyarakat dalam dan Mustamil, 2019: 2).
memaknai dan memahami apa arti Penelitian dalam pembahasan ini
lingkungan bagi kelangsungan hidupnya dilakukan di Dusun Cariu, Kecamatan
(Wardah, 2017: 233). Sukadana, Kabupaten Ciamis. Teknik
Dengan pertimbangan tersebut, pengumpulan data melalui observasi,
penulis bertujuan membahas mengenai wawancara, dan studi dokumen. Dalam
nilai-nilai karakter dalam tradisi hajat penelitian ini, peneliti menggunakan
bumi pada masyarakat Dusun Cariu sumber data primer dan sekunder. Sumber
Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. data primer diperoleh dari hasil observasi
Adapun penelitian ini dibatasi hanya dan wawancara. Sedangkan sumber data
dengan membahas mengenai prosesi sekunder diperoleh dari dokumen
tradisi hajat bumi dan nilai-nilai karakter pendukung berupa foto dan laporan
dalam tradisi hajat bumi pada masyarakat penelitian dengan subyek penelitian yang
Dusun Cariu Kecamatan Sukadana sama (Asyari et al., 2021: 36).
Kabupaten Ciamis. PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Hajat bumi adalah sebuah pesta

Penelitian dilakukan dengan rakyat yang sudah ada sejak ratusan tahun

menggunakan pendekatan kualitatif yang lalu (kurang lebih 500 tahun yang

dengan jenis deskriptif. Menurut Bogdan lalu) sejak era Pajajaran, namun saat itu

dan Taylor (1982), penelitian kualitatif namanya “ngaruwat” karena istilah hajat

adalah prosedur penelitian yang bumi ada setelah adanya pengaruh islam

menghasilkan data deskriptif berupa kata- yaitu “hajat” yang berarti

kata tertulis atau lisan dari orang-orang butuh/kebutuhan. Pesta tersebut


dilaksanakan sebagai rasa syukur terhadap

3
Yang Maha Kuasa atas segala limpahan bahkan dihilangkan. Namun, dalam
rezeki yang diberikan-Nya terutama dalam pelaksanaan hajat bumi sekarang ada
hal hasil bumi. Hajat bumi Cariu ialah penambahan seperti doa bersama dan
hajat bumi yang dilaksanakan oleh tawasulan. Jadi, apabila berbicara
masyarakat Dusun Cariu, Desa Sukadana, mengenai keasliannya tentu saja sudah
Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, banyak perubahan karena disesuaikan juga
Jawa Barat. Masyarakat Dusun Cariu dengan kondisi masyarakat (Aditya,
menjadi penyelenggara sekaligus wawancara 31 Desember 2022).
penikmat hajat bumi tersebut, mulai dari A. Proses Pelaksanaan Tradisi
anak-anak hingga kaum lansia Hajat Bumi di Dusun Cariu
berpartisipasi dalam penyelenggaraannya. Berdasarkan hasil wawancara
Acara tersebut dilaksanakan dua tahun dengan Bapak Iwang Rusniawan Aditya
sekali tiap bulan Muharam tepatnya pada tanggal 31 Desember 2022, yang
hari antara Senin atau Kamis kliwon. dilakukan pada saat sebelum
Awalnya, hajat bumi dilaksanakan satu melaksanakan upacara adat hajat bumi
tahun sekali, namun karena keterbatasan yaitu: 1) Ruwat yang memiliki arti
kemampuan masyarakat sekarang hajat membenarkan, atau memelihara suatu
bumi dilaksanakan dua tahun sekali konsep, sub dari Ruwat ialah Rumat yang
(Fauzi, wawancara 31 Desember 2022). artinya merawat. Menurut kepercayaan
Hajat bumi merupakan kebiasaan masyarakat ngaruwat merupakan
leluhur zaman dahulu, semakin kesini persembahan kepada leluhur untuk
dalam pelaksanaan hajat bumi ini menjaga lembur, namun sekarang hal
disesuaikan dengan perkembangan zaman. tersebut lebih disebut sebagai syukuran
Orang-orang zaman dahulu dalam atas hasil panen masyarakat; 2) Munah
pelaksanaan hajat bumi masih yaitu suatu konsep “pengorbanan” baik itu
menyembelih domba yang nantinya kepala materi seperti hewan, uang, hasil bumi,
domba tersebut dikubur, sedikit berbeda ataupun non materi seperti kerja keras
dengan pelaksanaan hajat bumi sekarang masyarakat; 3) Rajah artinya konsep
yaitu dihilangkannya penguburan kepala “pamantes”, rajah dalam hajat bumi
domba yang sudah disembelih. Dahulu berupa arah menghadap balandongan,
juga dalam pelaksanaan hajat bumi ada tanggal diselenggarakannya, dan segala
ritual menggotong kursi kosong yang “parawanten” yang harus disediakan; 4)
dilakukan dari Situs Candradirana ke Numbal yaitu konsep berdoa kepada Yang
lokasi kegiatan hajat bumi. Setelah adanya Maha Kuasa untuk sebuah tujuan; 5)
kemajuan zaman sehingga bidang agama Babaritan dalam pelaksanaannya yaitu
dan akidah orang meningkat, hal-hal kuncen akan menyediakan beberapa
semacam itu sudah tidak dibesar-besarkan parawanten yang bertujuan untuk

4
keselamatan; 6) Merlawu adalah suatu Ngulem/nyambungan, dilakukan dengan
kegiatan berdoa bersama/tawasulan di menggunakan media kertas dan dibagikan
makam keramat di bulan Ruwah atau kepada warga luar Cariu. Mereka yang
sebelum puasa; 7) Mupunjung adalah menerima undangan tidak jarang yang
suatu kegiatan berdoa bersama/tawasulan memberikan amplop (nyambungan); 6)
di makam keramat di bulan Mulud/Rabiul Membuat sarana prasarana, masyarakat
Awal atau sebelum puasa. bergotong royong dalam pembuatan
Secara umum, upacara adat hajat sarana prasarana tersebut, seperti umbul-
bumi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: umbul, balandongan, gapura, dan hiasan
pelaksanaan sebelum upacara, lainnya; 7) Membersihkan Makam
pelaksanaan berlangsungnya upacara, dan Keramat Eyang Candradirana di makam
pelaksanaan setelah upacara. Berdasarkan Cariu girang dan makam Kyai Nursalim di
hasil wawancara dengan Bapak Iwang makam Cariu hilir yang dipimpin oleh juru
Rusniawan Aditya tanggal 31 Desember kunci masing-masing; 8) Menyembelih
2022, susunan kegiatan sebelum hewan, biasanya hewan yang disembelih
melaksanakan upacara adat hajat bumi yaitu kambing kendit; 9) Mengolah
yaitu: 1) Rapat persiapan membahas waktu makanan untuk digantungkan di
pelaksanaan dan lokasi kegiatan; 2) balandongan seperti kupat, ubi-ubian,
Persiapan lokasi kegiatan, biasanya lokasi buah-buahan dan lainnya; 10) Menghias
yang digunakan itu di lapangan dekat (ngahias) seperti pada gapura,
keramat, lapang voli dusun atau di area balandongan, pemasangan banner dan
samping balai dusun, lokasi tersebut sebagainya; 11) Majang yaitu persiapan H-
dibersihkan terlebih dahulu; 3) 1 pelaksanaan kegiatan yang meliputi
Pemungutan perelek dan beras yang tawasulan dan doa bersama, tausiyah dan
dilakukan oleh ibu RT/sesepuh dengan pembagian kerja.
cara berkeliling ke rumah-rumah untuk Narasumber Bapak Iwang
memungut perelek dan patungan beras Rusniawan Aditya juga menjelaskan
sesuai perjanjian, beras tersebut nantinya bahwa pelaksanaan hajat bumi dimulai
akan digunakan untuk konsumsi sebelum, sejak pagi, saat matahari belum naik juru
saat, dan setelah pelaksanaan hajat bumi kunci akan pergi lagi ke makam untuk
Cariu; 4) Tutunggulan yaitu memainkan tawasulan dan berdoa kepada Yang Maha
lisung dan halu dengan irama tertentu Kuasa agar diberi kelancaran selama
sebagai representasi dari cara mengupas kegiatan. Lalu setelah itu gong pertama
padi zaman dahulu dan sebagai bentuk akan ditabuh oleh sesepuh kampung, yaitu
pemberitahuan atau undangan kepada kepala dusun. Lalu gamelan pun
masyarakat bahwa akan dimainkan mengiringi kedatangan tamu
diselenggarakannya hajat bumi; 5) undangan seperti dari luar Cariu, dari

5
aparat pemerintah setempat mulai dari penerang jalan. Selain itu ada pula yang
UPTD, Pemerintah Kecamatan dan membawa speaker untuk melantunkan
berbagai organisasi sambil menunggu pupujian dan kawih mengiringi lajunya
kedatangan tamu besar dari Kabupaten. barisan. Pawai ini akan berjalan hingga
Acara pertama yaitu penyambutan tamu perbatasan kampung, lalu kembali sambil
undangan dari aparat pemerintah menjemput juru kunci, di situs keramat
Kabupaten dengan disambut oleh lengser. Eyang Candra Dirana. Sambil menyambut
Kemudian dilanjut dengan prakata panitia kepulangan rombongan mapag kuncen,
yang disampaikan oleh ketua panitia hajat maka disambut dengan tutunggulan dan
bumi/sesepuh lembur dan penuturan ngangkring. Setelah seluruh kuncen dan
sejarah yang disampaikan oleh tokoh kepala dusun dipersilahkan duduk maka
masyarakat di Cariu. Tamu yang baru soder akan tampil dan memberikan
masuk akan disambut dengan tabuhan selendang kehormatan kepada mereka,
tutunggulan dan alunan ngangkring agar maju dan ngibing ronggeng. Begitu
selama beberapa menit, saat sedang seterusnya hingga larut malam lalu
menabuh tutunggulan terdapat prolog disambung dengan ronggeng gunung
yang dibacakan oleh seseorang sebagai hingga semua warga ikut menari. Acara
penjelasan dari tujuan ngagondang. terakhir yaitu nyalar atau mencabut
Setelah itu sambutan-sambutan yang makanan yang bergantung diikat oleh
disampaikan oleh aparat pemerintah dari janur dengan bambu yang dibentangkan di
mulai Kabupaten hingga Kecamatan. bagian atas balandongan. Tujuan diadakan
Kedatangan para tamu tersebut juga nyalar adalah untuk berbagi kebahagiaan
disambut dengan seni ibingan ronggeng. atas hasil bumi yang ada di Cariu. Setelah
Pelaksanaan hajat bumi di malam nyalar maka acara selesai dan panitia
hari ini sebenarnya sama dengan di siang menghaturkan terima kasih kepada para
hari, hanya saja suasana di malam hari tamu undangan dan warga masyarakat
lebih sakral dan lebih banyak peserta yang dusun Cariu.
ikut menonton dalam acara hajat bumi Esoknya, setelah hajat bumi selesai
tersebut. Dalam pelaksanaannya ini maka dilakukan penutupan berupa
terdapat upacara adat mapag kuncen, musyawarah/riungan menyampaikan
seluruh warga akan berbaris di jalan terima kasih atas kerjasama seluruh panitia
Kudapawana (Jalan Cariu-Cisadap), hajat bumi, menyampaikan rincian
dengan urutan kepala dusun dan sesepuh penggunaan anggaran dan evaluasi kerja
lembur di depan, lalu goong pusaka, selama proses hajat bumi berlangsung.
disusul kenong, lalu berbagai benda yang Kegiatan ditutup dengan doa bersama
dapat menghasilkan suara, sisanya yang dilanjutkan dengan makan bersama.
membawa oncor/obor sebagai alat

6
B. Nilai-nilai Karakter dalam Ungkapan tersebut menunjukkan
Tradisi Hajat Bumi di Cariu bahwa dalam tradisi hajat bumi di Dusun
1. Religius Cariu diwujudkan ketika berdoa sebagai
Karakter religius ini merupakan umat Islam yang hanya dapat meminta
sikap yang berkaitan dengan kepercayaan pertolongan kepada Allah SWT.
masyarakat. Sebagaimana narasumber 2. Jujur
bapak Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31 Mustari & Rahman, 2011 dalam
Desember 2022 mengungkapkan bahwa: (Mukmin & Fitriyani, 2020: 243)
“Penanaman nilai religius dalam mengartikan jujur adalah suatu perilaku
hajat bumi ini diwujudkan dalam yang didasari oleh usaha untuk menjadi
kegiatan doa bersama, tawasulan, pribadi yang selalu menghargai diri sendiri
dan tausiyah. Ketika prosesi dan kepercayaan orang lain dalam
majang akan dilakukan tawasulan perkataan, perbuatan dan pekerjaan.
yang dipimpin oleh Ustaz Dusun Karakter jujur erat kaitannya dengan
Cariu, dimulai setelah salat Isya kebaikan. Karakter jujur berkaitan erat
yang dilaksanakan di lokasi dengan kebaikan. Sebagaimana
kegiatan. Tawasulan ialah diungkapkan oleh narasumber bapak
mendoakan arwah leluhur Cariu Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31
dan leluhur masing-masing warga Desember 2022 bahwa:
Cariu agar diberi rahmat Allah “Karakter jujur ditanamkan dalam
SWT. Setelah tawasulan tradisi hajat bumi, hal tersebut
dilanjutkan dengan doa bersama diwujudkan dalam pengelolaan
memohon agar diberi kelancaran dan laporan dana bantuan untuk
dalam kegiatan. Setelah itu, tradisi hajat bumi, salah satunya
dilanjut dengan tausiyah yang terkait pemungutan perelek atau
dipimpin oleh Ustaz lingkungan beras yang disampaikan satu hari
Dusun Cariu dengan tema yang setelah kegiatan selesai. Laporan
berkaitan dengan syukuran kepada tersebut tidak dibuat secara resmi
Allah SWT atas segala limpahan namun tetap transparan karena
rezeki yang telah diberikan-Nya. masyarakat juga sudah saling
Dalam pelaksanaannya juga, di percaya.”
pagi hari juru kunci akan pergi ke Ungkapan di atas menujukkan
makam untuk tawasulan dan bahwa dalam tradisi hajat bumi di Dusun
berdoa kepada Yang Maha Kuasa Cariu ini masyarakat sudah menanamkan
agar diberi kelancaran selama karakter jujur dan saling percaya, terbukti
kegiatan.” dari adanya pengelolaan dan laporan dana
bantuan dalam tradisi hajat bumi Cariu.

7
3. Toleransi dan serangkaian perilaku yang
Toleransi merupakan suatu sikap menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
atau perilaku manusia yang mengikuti kepatuhan, kesetiaan, dan/atau ketertiban.
aturan, dimana seseorang dapat Diungkapkan juga oleh narasumber bapak
menghargai, menghormati terhadap Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31
perilaku orang lain. Istilah toleransi dalam Desember 2022 bahwa:
konteks sosial budaya dan agama berarti “Dalam pelaksanaan hajat bumi
sikap dan perbuatan yang melarang adanya masyarakat datang tepat waktu
diskriminasi terhadap kelompok atau karena mereka sangat antusias
golongan yang berbeda dalam suatu terhadap tradisi hajat bumi di
masyarakat (Bakar, 2015: 123). Cariu. Selain itu, karakter disiplin
Sebagaimana diungkapkan narasumber diwujudkan oleh setiap panitia
bapak Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31 yang melaksanakan tugas sesuai
Desember 2022 bahwa: tanggung jawabnya untuk
“Masyarakat Cariu ini memiliki mempersiapkan segala
pandangan yang berbeda terkait perlengkapan yang dibutuhkan
pelaksanaan hajat bumi di Cariu. supaya acara dapat berjalan tepat
Sebagian masyarakat merasa tidak waktu dan lancar.”
setuju dengan pelaksanaan hajat Ungkapan di atas menunjukkan
bumi Cariu karena dipandang karakter disiplin masyarakat Cariu yang
sebagai penyimpangan terhadap diwujudkan dalam pelaksanaan tradisi
ajaran Islam, namun hal tersebut hajat bumi bahwa dikatakan masyarakat
tidak menimbulkan pertentangan datang tepat waktu dan menjalankan tugas
yang serius dan mereka masih sesuai tanggung jawabnya.
menghargai dengan adanya tradisi 5. Kerja Keras
hajat bumi ini.” Menurut Totok Tasmara: 2000
Ungkapan tersebut membuktikan dalam (Marzuki, 2019: 83) kerja keras
bahwa masyarakat Dusun Cariu memiliki adalah aktivitas yang dilakukan karena
karakter toleransi, khususnya dalam dorongan untuk mewujudkan sesuatu,
perbedaan pendapat ketika menyikapi sehingga tumbuh rasa tanggung jawab
pelaksanaan tradisi hajat bumi. yang besar. Kerja keras juga bisa diartikan
4. Disiplin sebagai aktivitas atau kegiatan yang
Disiplin yaitu perilaku tepat waktu dikerjakan secara sungguh-sungguh.
dan taat terhadap peraturan. Senada Diungkapkan oleh narasumber bapak
dengan pendapat (Alfath, 2020: 135) Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31
bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang Desember 2022 bahwa “Karakter kerja
diciptakan dan dibentuk melalui proses keras diwujudkan dalam persiapan hajat

8
bumi yang dilakukan oleh seluruh dan melestarikan tradisi hajat bumi
masyarakat agar acara tersebut berjalan di Cariu.”
lancar dan sukses.” Ungkapan di atas menunjukan
6. Kreatif bahwa karakter cinta tanah air diwujudkan
Kreatif adalah suatu kemampuan dalam upaya masyarakat melestarikan
seseorang untuk menciptakan ide atau tradisi hajat bumi sebagai warisan budaya
gagasan baru untuk mencapai suatu tujuan. dari leluhur.
Seperti yang diungkapkan oleh 8. Peduli lingkungan
narasumber bapak Ahmad Rizki Fauzi Peduli lingkungan merupakan
tanggal 31 Desember 2022 bahwa: sikap dan tindakan untuk mencegah
“Untuk lebih mengenalkan hajat kerusakan lingkungan. Pentingnya sikap
bumi Cariu kepada masyarakat peduli lingkungan menurut pernyataan
luar, panitia melakukan suatu Akhmad Muhaimin Azzet, 2013 dalam
inovasi yaitu dengan dibuatnya (Ismail, 2021: 61) mengatakan bahwa
barcode yang berisi sejarah, bumi semakin tua dan kebutuhan manusia
prosesi dan lainnya yang berkaitan pada alam juga semakin besar, sehingga
dengan hajat bumi Cariu sehingga yang menjadi persoalan lingkungan adalah
lebih memudahkan semua orang hal yang sangat penting untuk
untuk bisa mengaksesnya.” diperhatikan. Seperti yang diungkapkan
Ungkapan tersebut menunjukan oleh narasumber bapak Ahmad Rizki
bahwa karakter kreatif diwujudkan ketika Fauzi tanggal 31 Desember 2022 bahwa:
panitia membuat barcode yang “Karakter peduli lingkungan dalam
sebelumnya tidak ada dalam tradisi hajat tradisi hajat bumi Cariu
bumi Cariu. diwujudkan dalam kegiatan
7. Cinta tanah air membersihkan makam keramat
Karakter cinta tanah air dapat Eyang Candradirana dan lokasi
diartikan sebagai sikap seseorang yang kegiatan. Salah satu bentuk
selalu menjaga atau melestarikan tempat kepedulian lingkungan masyarakat
kelahiran atau tempat tempat tinggalnya. Cariu juga dilihat dari budaya
Diungkapkan oleh narasumber bapak pamali yang masih kental di
Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31 masyarakat yaitu pantrangan untuk
Desember 2022 bahwa: tidak merusak alam.”
“Warisan budaya yang merupakan Ungkapan tersebut menunjukkan
peninggalan dari leluhur wajib kita bahwa masyarakat Cariu sangat peduli
jaga dan lestarikan, tindakan lingkungan dan juga didukung oleh
tersebut sebagai bentuk cinta kita budaya pamali yang masih dipercayai oleh
terhadap tanah air, seperti menjaga

9
masyarakat sehingga mereka tidak akan Ungkapan tersebut menunjukkan
merusak lingkungan. bahwa karakter tanggung jawab
9. Peduli sosial diwujudkan dengan cara masyarakat atau
Menurut Retno Listyarti, 2012: 7 panitia melaksanakan tugasnya untuk
dalam (Tabi’in, 2017: 44) peduli sosial mensukseskan tradisi hajat bumi Cariu.
adalah sikap dan tindakan yang selalu SIMPULAN
ingin memberi bantuan pada orang lain Berdasarkan hasil penelitian yang
dan masyarakat yang membutuhkan. telah dilakukan, maka penulis akan
Senada dengan hal tersebut, narasumber menarik beberapa kesimpulan sebagai
bapak Iwang Rusniawan Aditya tanggal 31 berikut:
Desember 2022 mengungkapkan bahwa: 1. Hajat bumi bertujuan sebagai
“Semua kegiatan dalam tradisi ungkapan rasa syukur terhadap
hajat bumi ini dilakukan secara Yang Maha Kuasa atas segala
gotong royong dan saling limpahan rezeki yang diberikan-
membantu satu sama lain. Dimulai Nya terutama dalam hal hasil
dari persiapan hingga acara selesai bumi. Acara tersebut dilaksanakan
dilakukan secara bersama-sama, dua tahun sekali tiap bulan
dengan begitu masyarakat Cariu Muharam tepatnya pada hari antara
memiliki karakter peduli sosial.” Senin atau Kamis kliwon.
Ungkapan tersebut menunjukkan 2. Prosesi pelaksanaan hajat bumi
bahwa karakter peduli sosial dalam tradisi Cariu ini secara umum dibagi
hajat bumi Cariu ini diwujudkan dalam menjadi tiga tahap, yaitu:
gotong royong dan saling membantu antar pelaksanaan sebelum hajat bumi,
satu sama lain. pelaksanaan berlangsungnya hajat
10. Tanggung jawab bumi, dan pelaksanaan setelah
Tanggung jawab adalah kesadaran hajat bumi.
manusia akan perbuatan yang disengaja 3. Nilai-nilai karakter yang dimiliki
atau tidak disengaja, serta sadar akan oleh masyarakat dalam tradisi hajat
kewajibannya. Sebagaimana diungkapkan bumi Cariu diantaranya religius,
oleh narasumber bapak Iwang Rusniawan jujur, toleransi, disiplin, kerja
Aditya tanggal 31 Desember 2022 bahwa: keras, kreatif, cinta tanah air,
“Karakter tanggung jawab peduli lingkungan, peduli sosial,
diwujudkan dalam diri panitia dan tanggung jawab.
untuk melaksanakan tugasnya atau
DAFTAR PUSTAKA
kewajibannya untuk bersama-sama
A. Buku
mensukseskan tradisi hajat bumi
Abdussamad, Z. (2021). Metode
Cariu.”

10
Penelitian Kualitatif. Syakir Media Jurnal Pendidikan Dan
Press. Pembelajaran, 4(1), 59–68.
Kusumastuti, A., & Mustamil, A. K. https://doi.org/10.31970/gurutua.v4i
(2019). Metode Penelitian Kualitatif. 1.67
Semarang: Lembaga Pendidikan Marzuki, I. (2019). Strategi Pembelajaran
Sukarno Pressindo. Karakter Kerja Keras. Rausyan Fikr,
B. Jurnal 15(1),79–86.
Alfath, K. (2020). Pendidikan Karakter https://doi.org/10.31000/rf.v15i1.137
Disiplin Santri Di Pondok Pesantren 0
Al-Fatah Temboro. Jurnal Mukmin, T., & Fitriyani. (2020).
Komunikasi Dan Pendidikan Islam, Kejujuran Sebagai Dasar Kesuksesan
9(1),125–164. Diplomasi Rasulullah. Jurnal
https://doi.org/10.36668/jal.v9i1.136 Seminar Internasional, 1(1), 242–
Asyari, M. M., Ismaya, E. A., & Ahsin, M. 256.
N. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Rofiq, A. (2019). Tradisi Slametan Jawa
Karakter Dalam Tradisi Apitan dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Masyarakat Singocandi Kudus. Attaqwa Jurnal Ilmu Pendidikan
WASIS : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Islam, 15(2), 93–107.
2(1),34–40. https://doi.org/10.5281/zenodo.3383
https://doi.org/10.24176/wasis.v2i1.5 133
764 Tabi’in, A. (2017). Menumbuhkan Sikap
Bakar, A. (2015). Konsep Toleransi Dan Peduli Pada Anak Melalui Interaksi
Kebebasan Beragama. TOLERANSI: Kegiatan Sosial. Jurnal Ijtimaiya,
Media Komunikasi Umat Bergama, 1(1), 39–59.
7(2),123–131. Wardah, E. S. (2017). UPACARA HAJAT
https://situswahab.wordpress.com BUMI DALAM TRADISI
Gunawan,I. (2014). MENGEMBANGKAN NGAMUMULE PARE PADA
KARAKTER BANGSA MASYARAKAT BANTEN
BERDASARKAN KEARIFAN SELATAN (Studi di Kecamatan
LOKAL. Sobang dan Panimbang). Tsaqôfah;
http://fip.um.ac.id/wpcontent/upload Jurnal Agama Dan Budaya, 15(2),
s/2015/12/16.1_ImamgunMengemba 221–255.
ngkan-Karakter-BangsaBerdasarkan- Yunus, R. (2014). Nilai-Nilai Kearifan
Kearifan-Lokal.pdf Lokal (Local Genius) Sebagai
Ismail, M. J. (2021). Pendidikan Karakter Penguat Karakter Bangsa. In
Peduli Lingkungan Dan Menjaga Deepublish Publisher. Yogyakarta:
Kebersihan Di Sekolah. Guru Tua : Deepublish.

11
C. Wawancara
Aditya, I. R. 36 Tahun. Ketua Tim
Penggiat Sejarah Sukadana.
Wawancara Langsung. 31 Desember
2022
Fauzi, A.R. 29 Tahun. Anggota Tim
Penggiat Sejarah Sukadana dan
Pegawai Pemerintah Desa
Sukadana. Wawancara Langsung.
31 Desember 2022.

12

Anda mungkin juga menyukai