Anda di halaman 1dari 18

NAMA : IRA RAWUNG KUNTI UTARI

NIM : 208720500221

PRODI : PPKN 2020

UTS METODELOGI PENELITIAN

1. Judul tugas makalah kelompok : Populasi, Sampel dan Sumber Data

2. Inti materi dari tugas kelompok :

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

 Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Bisa juga didefinisikan
sebagai jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang
karakteristiknya hendak diteliti.
 Sampel secara sederhana bisa diartikan sebagai sebagian kecil dari objek penelitian yang
dipilih oleh peneliti.
 Sehingga dari keseluruhan objek penelitian yang disebut dengan istilah “populasi”
kemudian diambil beberapa saja, objek yang diambil ini disebut “sampel”.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

 SAMPEL ACAK/RANDOM SAMPLING


Dalam teknik ini peneliti mencatat subjek subjek di dalam populasi sehingga semua
subjek memperoleh kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Setiap subjek yang
terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut sebanyak populasi yang ada sebelum diacak
untuk dipilih sebagai sampel.
 Contohnya : jika subjeknya berjumlah seratus orang, lebih baik diambil semua dan jika
lebih besar dapat diambil sekitar 10%-15% atau 20%-25%.
 SAMPEL TIDAK ACAK/NON RANDOM SAMPLING
Pada pengambilan sampel tidak acak, setiap elemen populasi tidak mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Peneliti mempunyai alasan untuk
memilih kategori tertentu dalam pengambilan sampel.
 Contohnya : Misalkan Kita akan meneliti perbedaan motivasi belajar antara siswa dari
etnis jawa dan tionghoa disuatu sekolah. Mengingat subjek telah ditentukan sejak awal,
maka kita hanya akan memilih siswa dari kedua kelompok etnis tersebut sebagai subjek
penelitian

SUMBER DATA

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang meresponatau menjawab pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses tertentu.
Contohnya penelitian yang mengamati tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah
jagung, sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung.
 METODE PENGUMPULAN SUMBER DATA: Observasi, Wawancara, Angket
(kuesioner)

3. A) Judul Penelitian : Tinjauan Praktik Perkawinan Siri di Desa Sembulung Kecamatan


Cluring

B) Latar Belakang Penelitian :

Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa berate membentuk keluarga
dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Berasal dari kata an-
nikah yang menurut bahasa berarti mengumpulkan, saling memasukkan, dan wathi atau
bersetubuh. Sedangkan menurut Sayid Sabiq, perkawinan merupakan “satu sunatullah yang
berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan”. Abdul
Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (2003 :.10)

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita untuk membentuk keluarga bahagia. Jadi pernikahan itu adalah suatu aqad
(perjanjian) yang suci untuk hidup sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga
bahagia dan kekal, yang unsur utamanya adalah: a. Perjanjian yang suci antara seorang pria
dengan seorang wanita. b. Membentuk keluarga bahagia dan sejahtera (ma’ruf, sakinah,
mawaddah dan rahmah). c. Kebahagian yang kekal abadi penuh kesempurnaan baik moral
material maupun spiritual.Idris Ramulyo, ( 1995 : 45)

Nikah Siri dikemukakan setelah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang


Perkawinan. Nikah seperti ini pada dasarnya adalah kebalikan dari nikah yang dilakukan
menurut hukum. Nikah menurut hukum adalah yang diatur dalam Undang-Undang
Perkawinan. Oleh karena itu, dapat dirumuskan, bahwa Nikah Siri adalah nikah yang
dilakukan tidak menurut hukum. Dan nikah yang dilakukan tidak menurut hukum dianggap
nikah liar, sehingga tidak mempunyai akibat hukum berupa pengakuan dan perlindungan
hukum. (Jurnal-persepsi-tokoh-tokoh-agama-terhadap-nikah-siri-studi-kasus-di-desa-
pageraji-kecamatan-cilonggok-banyumas.)

Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan menurut hukum syariat, tetapi tidak
dilakukan di hadapan Petugas Pencatat Nikah (PPN) sebagai aparat resmi pemerintah dan
atau tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama, sehingga tidak memperoleh akte nikah
sebagai satu-satunya bukti legal formal. Sedangkan Ma‟ruf Amin mengatakan bahwa nikah
sirri adalah pernikahan yang terpenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fikih
(hukum Islam). Namun, nikah ini tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana
diatur dalam perundang-undangan.
(https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15651/pencatatan-nikah-akan memperjelas-
status-hukum.)

dihalalkan atau diperbolehkan jika syarat dan rukun nikahnya terpenuhi pada saat nikah
sirri digelar. Pada prinsipnya, selama nikah sirri itu memenuhi rukun dan syarat nikah yang
disepakati ulama, maka dapat dipastikan hukum nikah itu sudah sah. Berikut ini beberapa
pendapat para ulama Islam tentang Nikah Siri.
(https://fandyisrawan.wordpress.com/2014/02/26/makalah-nikah-siri.)

Saat ini banyak sekali praktik Pernikahan Siri yang dilakukan oleh masyarakat
khusunya di desa sembulung padahal pernikahan siri ini dinilai merugikan pihak
perempuan karena tidak diakui oleh Negara dan hanya diakui secara agama saja.

Adanya Praktik Pernikahan Siri ini cukup menimbulkan perpektif yang beragam bagi
masyarakat desa Sembulung salah satunya Pro dan Kontra. Beberapa Masyarakat Desa
Sembulung mengatakan sepakat dengan adanya Pernikahan Siri dengan tujuan agar
terhindar dari perbuatan zina dan menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
hamil diluar nikah. Tetapi Banyak Masyarkat Desa Sembulung yang tidak setuju dengan
diadakan pernikahan siri dengan alasan Nikah Siri adalah nikah yang tidak di catatkan di
Kantor Urusan Agama (KUA) walaupun secara agama sah.

Jika dilihat dari dampaknya yang terjadi di desa sembulung perkawinan siri banyak
menimbulkan dampak buruk bagi kelangsungan rumah tangga akibat hukumnya bagi
perkawinan yang tidak memiliki akte nikah dan pengakuan hokum Negara. Secara yuridis
suami/istri serta anak yang dilahirkan tidak dapat melakukan tindakan hukum keperdataan
berkaitan dengan rumah tangganya. Anak-anaknya hanya akan diakui oleh negara sebagai
anak diluar nikah yang hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga
ibunya. Istri dan anak yang ditelantarkan oleh suami dan ayah biologisnya tidak dapat
melakukan tuntutan hukum baik pemenuhan hak ekonomi maupun harta kekayaan milik
bersama.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
Pandangan Masyarakat Desa Sembulung Mengenai Pernikahan Siri yang marak terjadi saat
ini.

C) Rumusan Masalah :

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Apa Dampak yag ditimbulkan mengenai praktik pernikahan siri di Desa Sembulung ?
2. Bagaimana Praktik Pernikahan Siri di Desa Sembulung saat ini ?

D) Kajian Teori/ Pustaka :


2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pernikahan
Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa berate membentuk keluarga
dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Berasal dari kata an-nikah
yang menurut bahasa berarti mengumpulkan, saling memasukkan, dan wathi atau bersetubuh.
Sedangkan menurut Sayid Sabiq, perkawinan merupakan “satu sunatullah yang berlaku pada
semua makhluk Tuhan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan”. Abdul Rahman Ghozali,
( 2003 : 10)

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita untuk membentuk keluarga bahagia. Jadi pernikahan itu adalah suatu aqad (perjanjian)
yang suci untuk hidup sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan kekal,
yang unsur utamanya adalah: a. Perjanjian yang suci antara seorang pria dengan seorang wanita.
b. Membentuk keluarga bahagia dan sejahtera (ma’ruf, sakinah, mawaddah dan rahmah). c.
Kebahagian yang kekal abadi penuh kesempurnaan baik moral material maupun spiritual. Idris
Ramulyo,( 1995 : 45.)

2.1.2. Tujuan Dari Pernikahan


Tujuan perkawinan pada dasarnya adalah memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat, dengan mendirikan sebuah kehidupan rumah tangga yang damai dan tentram.
Tujuan perkawinan ini bisa dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut UU No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan menurut hukum Islam, yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Menurut UU No. 1 merusmuskan bahwa: “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan perkawinan dapat di jabarkan sebagai berikut:
A. Melaksanakan ikatan perkawinan antara pria dan wanita yang sudah dewasa guna
membentuk rumah tangga.
B. Mengatur kehidupan seksual antara seorang lai-laki dan perempuan sesuai dengan
ajaran dan firman Tuhan Yang Maha Esa.
C. Memperoleh keturanan untuk melanjutkan kehidupan kemanusiaan dan selanjutnya
memilihara pembinaan terhadap anak-anak untuk masa depan.
D. Memberikan ketatapan tentang hak dan kewajiban suami isteri dalam membina
kehidupan keluarga.
E. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang teratur, tentram dan damai. Ma‟mun A.
Rauf, (1996. 40

2.1.3. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2019


Isi undang udang perkawinan setelah mengalami perubahan dari Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 menjadi Undang undang nomor 16 tahun 2019 sebagai berikut :

a. bahwa negara menjamin hak warga negara untuk membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, menjamin hak anak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh
kembang anak dan akan menyebabkan tidak terpenuhinya hak dasar anak seperti hak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan, hak
pendidikan, dan hak sosial anak;

c. bahwa sebagai pelaksanaan atas putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia


Nomor 22/PUU-XV 12017 perlu melaksanakan perubahan atas ketentuan Pasal 7
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan


huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2019)

2.2. Nikah Siri atau Nikah Dibawah Tangan

2.2.1. Pengertian Pernikahan Siri

Perkawinan Siri dan Perkawinan di Bawah Tangan Perkawinan siri merupakan


perkawinan yang dilakukan secara rahasia. Secara etimologi kata “siri” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “sirrun” yang artinya rahasia, sunyi, diam tersembunyi sebagai lawan kata dari ’alaniyyah,
yaitu terang-terangan. Kata siri ini kemudian digabung dengan kata nikah sehingga menjadi
nikah siri untuk menyebutkan bahwa nikah yang dilakukan secara diam-diam atau tersembunyi.
Makna diam-diam dan tersembunyi ini memunculkan dua pemahaman, yaitu pernikahan yang
diam-diam tidak diumumkan kepada khalayak atau pernikahan yang tidak diketahui atau tercatat
di lembaga negara.

Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal kalangan para
Ulama. Hanya saja nikah siri yang dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan
nikah siri pada saat ini. Dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu penikahan sesuai dengan
rukun-rukun perkawinan dan syaratnya menurut syari’at, hanya saja saksi diminta tidak
memberitahukan terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, kepada msyarakat, dan
dengan sendirinya tidak ada walimatul-‘ursy.
(http://www.kompasiana.com/sangatgampangdiingat/nikah-sirri-tidak-sama-dengannikah-
di-bawah-tangan.)

2.2.2. Pandangan Islam Tentang Pernikahan Siri

Nikah siri tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dengan
demikian, tidak ada ajaran nikah siri dalam islam. Jika melihat dari pendapat ulama, hukum
nikah siri masih menuai kontroversi. Jumhur ulama menolak adanya pernikahan siri dan
menganggap nikah siri tidak sah secara agama. Namun ada juga yang membolehkannya.

Beberapa ulama juga mengeluarkan pendapatnya berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang


mengacuh pada boleh atau tidaknya melakukan nikah siri, diantaranya:
Mayoritas ulama ahli Fiqh
pernikahan berpendapat bahwa hukum nikah siri tidaklah sah. Sebab perbuatan nikah siri
tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Dan resikonya bisa
menimbulkan fitnah di masyarakat sebab pernikahan tersebut dilakukan secara diam-
diam.
Mahzab As Syafi’iyah
Menurut pendapat mahzab Syafi’i, hukum pernikahan nikah siri tidak sah. Selain secara
fiqh, terminologinya dianggap tidak sah, nikah siri juga akan mengundang fitnah baik
dari sisi laki-laki maupun perempuan.
Mahzab Al-Maliki
Menurut mahzab Maliki, nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan atas permintaan
calon suami, dimana para saksi harus merasiakannya dari keluarganya dan orang lain.
Menurut mahzab Maliki nikah siri hukumnya tidak sah, pernikahan ini bisa dibatalkan.
Namun apabila keduanya telah melakukan hubungan badan maka pelaku bisa
memperoleh hukuman rajam (had) dengan diakui empat orang saksi.

2.2.3. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan Siri

Pada pelaksanaan perkawinan, calon mempelai harus memenuhi rukun dan syarat
perkawinan. Rukun perkawinan adalah hakekat dari perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya
salah satu rukun, perkawinan tidak mungkin dilaksanakan, sedangkan yang dimaksud dengan
syarat perkawinan adalah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan tetapi tidak termasuk
hakekat perkawinan. Jika salah satu syarat-syarat perkawinan tidak terpenuhi maka perkawinan
itu tidak sah. Terkait dengan sahnya suatu perkawinan, pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan menyebutkan : Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku pernyataan seperti tersebut diatas juga dijelaskan
kembali pada bagian penjelasan pasal 2 Undang-Undang perkawinan yaitu “ dengan perumusan
pasal 2 ayat (1), tidak ada perkawinan diluar hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945”.

Adapun yang termasuk rukun perkawinan ialah :

Pihak-pihak yang melaksanakan akad nikah, yaitu mempelai pria dan wanita.
- Wali
- saksi
- Akad nikah

Menurut Jumhur Ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun memiliki syarat-
syarat tertentu, sebagai berikut :

Calon suami, syarat-syaratnya :


a. Beragama islam
b. Laki-laki
c. Jelas orangnya
d. Dapat memberikan persetujuan
e. Tidak terdapat halangan perkawinan

Rukun dan syarat perakawinan wajib dipenuhi, jika tidak maka tidak sah. Dalam kitab al-
figh ‘ala al mazhib al-araba’ah disebutkan bahwa nikah fasid yaitu nikah yang tidak memenuhi
syarat-syaratnya, sedangkan nikah batil adalah nikah yang tidak memenuhi rukunnya dan hukum
nikah fasid dan nikah batil adalah sama yaitu tidak sah. (Ahmad Rafiq, 1998 :71)

2.2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Siri

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan pernikahannya di


lembaga pencatatan sipil negara, yaitu :

1. Faktor biaya, alias tidak mampu membayar administrasi pencatatan.


2. Ada pula yang disebabkan karena takut ketahuan melanggar aturan yang melarang
pegawai negeri nikah lebih dari satu dan lain sebagainya.
3. Pernikahan yang dirahasiakan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu misalnya,
karena takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat yang terlanjur menganggap
tabu pernikahan siri.
4. Pertimbangan-pertimbangan rumit yang memaksa seseorang untuk merahasiakan
pernikahannya
5. Nikah siri dilakukan karena kedua belah pihak belum/tidak punya biaya
pendaftaran/pencatatan nikah ke KUA.(Daud ali, 2003 : 120)

2.3. Dampak Pernikahan Siri


2.3.1. Dampak Positif Pernikahan Siri

Berikut ini akan diuraikan beberapa hal sebagai dampak dilakukannya pernikahan sirri,
baik dari sisi positif maupun sisi negatif bagi perempuan (istri) dan anak-anak secara hukum.
Dampak positif pernikahan sirri terhadap perempuan (istri) dan anak-anak dapat diperinci
sebagai berikut:

Pertama, hak-hak individu dapat tertutupi. Kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang


melatarbelakangi dilakukannya pernikahan sirri dapat tertutupi, misalnya karena hamil diluar
nikah, maka nikah sirri dilakukan sebagai upaya agar aib dalam keluarganya tertutupi sehingga
masyarakat tidak mengetahui seputar kehamilannya yang terjadi diluar nikah.Ibid. h. 42.

Kedua, hilangnya kekhawatiran perzinahan. Hilangnya kekhawatiran berzina, alasan ini


yang kadang melatarbelakangi dilakukannya nikah sirri, baik yang terjadi pada orang dewasa
(dimana laki-lakinya sudah terikat perkawinan atau sudah punya istri) maupun remaja yang
masih sekolah atau kuliah. Daripada terjerumus ke dalam perzinahan atau berbuat dosa, maka
solusi yang dianggap terbaik, yaitu dengan melakukan nikah sirri.. Siti Ummu Adillah, ( 2011 :
08)
2.3.2. Dampak Negatif Pernikahan Siri

Menurut Abdul Manan, sebagaimana dikutip oleh Harpani Matnuh bahwa dampak
pernikahan yang tidak dicatatkan atau yang disebut dengan istilah nikah sirri antara lain.
a. Suami istri tersebut tidak mempunyai akta nikah sebagai bukti mereka telah menikah
secara sah menurut agama dan Negara
b. Anak-anak tidak dapat memperoleh akta kelahiran dari istri yang berwenang karena
untuk mendapatkan akta kelahiran diperlukan akta nikah dari orang tuanya
c. Anak-anak tidak dapat mewarisi harta orang tuanya karena tidak ada bukti autentik yang
menyatakan mereka sebagai ahli waris orang tuanya
d. Tidak memperoleh hak-hak lainnya dalam pelaksanaan administrasi Negara yang mesti
harus dipenuhi sebagai bukti diri. (Harpani Matnuh( 2016 : 903-904)

Selanjutnya dampak negatif terhadap istri secara hukum adalah sebagai berikut: Pertama,
tidak diakui sebagai istri, karena pernikahan dianggap tidak sah. Oleh karena perempuan yang
nikah sirri tidak mempunyai bukti berupa surat nikah, maka akibatnya bila suami tidak
bertanggungjawab, ia tidak dianggap sebagai istri, meski pernikahan dilakukan menurut agama
dan kepercayaan, namun dimata negara nikah sirri dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh
KUA atau Kantor Catatan Sipil.

Kedua, terabaikannya hak dan kewajiban. Seorang suami yang melakukan nikah sirri
mudah mengabaikan hak dan kewajibannya baik secara lahir maupun batin. Ketiga, tidak berhak
atas nafkah, warisan dan pembagian harta bersama (harta gono-gini). Akibat lebih jauh dari
nikah sirri adalah istri tidak berhak menuntut nafkah jika suaminya masih hidup dan tidak
bertanggungjawab, tidak dapat menuntut warisan dari suaminya jika meninggal dunia, karena
pernikahannya tidak pernah dianggap ada menurut hukum Indonesia, dan tidak dapat menuntut
pembagian harta bersama jika terjadi perceraian.

Keempat, tidak dapat memberikan kepastian hukum, misal ketika terjadi sengketa hukum
(misal mau melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti jual beli tanah atau rumah,
mengajukan kredit ke bank, dan sebagainya) karena tidak adanya bukti authentik, sehingga
pernikahannya tidak pernah dianggap ada menurut hukum Indonesia, selain itu nikah sirri rentan
terhadap masalah kekerasan dalam rumah tangga, karena jika suami tidak bertanggung jawab
suami bisa berlaku sewenang-wenang.

Kelima, menyulitkan untuk mengindentifikasi status seseorang sudah menikah atau


belum. Nikah sirri atau pernikahan yang tidak disiarkan atau dirahasiakan menyebabkan banyak
orang yang tidak mengetahui identitas tentang status pasangan tersebut.

Keenam, adanya keresahan/kehawatiran, melaksanakan pernikahan sirri, dikarenakan


tidak memiliki akta nikah. Khawatir apabila bepergian jauh atau kemalaman dijalan mereka tidak
dapat membuktikan bahwa mereka suami istri.
Siti Ummu Adillah, Op. Cit. h. 109.

2.5. Penelitian yang Relevan


No Judul penelitian persamaan Perbedaan
1  NIKAH SIRRI DAN  Membicarakan  pada penelitian ini membahas
IMPLIKASINYA
mengenai mengenai dampak pernikahan siri
TERHADAP
KEHARMONISAN Pernikahan Siri di dalam keharmonisan keluarga
DALAM RUMAH
lingkungan sedangkan pada penelitian yang
TANGGA ( Studi
Kasus Desa Rejo masyarakat. dibuat penulis membahas dampak
Basuki Kecamatan
 Membahas pernikahan siri secara umum.
Seputih
RamanKabupaten mengenai dampak
Lampung Tengah )
yang ditimbulkan
 Tahun 2018
 Ditulis oleh Arie dari pernikahan siri.
Rianti

2  NIKAH SIRI ( STUDI  Membicarakan  Pada penelitian ini hanya membahas


KASUS mengenai mengenai pandangan masyarakat
PANDANGAN pernikahan siri terhadap pernikahan siri sedangkan
MASYARAKAT dilingkungan pada penelitian yang ditulis penulis
KECAMATAN masyarakat juga membahas mengenai dampak
DONDO  Membahas mengenai dari pernikahan siri.
KABUPATEN pandangan
TOLITOLI ) masyarakat terhadap
 Tahun 2019 pernikahan siri
 Ditulis oleh Rusni
3  PERSEPSI TOKOH  Membahas mengenai  Pada penelitian ini membahas
MASYARAKAT
pernikahan siri perspektif masyarakat tentang
TENTANG NIKAH
SIRRI DI dilingkungan pernikahan siri melalui hokum islam
KELURAHAN
masyarakat sedangkan penelitian yang ditulis
BANJAR XII
KECAMATAN  Membahas mengenai penulis tidak
TANAH PUTIH
pandangan
KABUPATEN
ROKAN HILIR masyarakat terhadap
PERSPEKTIF
pernikahan siri
HUKUM ISLAM
 Tahun 2021
 Ditulis oleh M, Marten

1.6. Kerangka Berfikir


Dengan melihat latar belakang landasan teori yang ada, penulis fokus pada penelitian
terkait dengan Peranan Tokoh Masyarakat dalam Menyelesaikan Konflik Tanah di Desa
Sembulung Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.7 kerangka berfikir

PERSPEKTIF MASYARAKAT

DAMPAK DAMPAK
PERNIKAHAN SIRI
NEGATIF POSITIF

UNDANG UNDANG
NOMER 16 TAHUN 2019

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2022)

E) Jenis Penelitian : Kualitatif

METODELOGI PENELITIAN
3.1 PENDEKATAN PENNELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode pendekatan
yuridis empiris yaitu suatu pendekatan yang mengacu pada peraturan-peraturan tertulis atau
bahan-bahan hukum lainnya yang bersifat sekunder untuk melihat bagaimana
pelaksanaannya melalui suatu penelitian lapangan yang dilakukan dengan sosiologis dan
wawancara, sehingga diperoleh tentang kejelasan yang diteliti.

Pada penelitian empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder,
sebagaimana di atas untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di
lapangan atau terhadap masyarakat atau para pihak yang terlibat dalam konflik. Dikatakan
sebagai data primer karena yang hendak diteliti adalah Masyarakat Desa Sembulung yang
pernah melakukan Perkawinan Siri.

Maria S.W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar,
(Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1997), hal. 27

Pada Penelitian ini, penulis mengggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Tinjauan mengenai perkawinan siri di
desa Sembulung.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian atau Informan adalah orang yang diminta untuk memberikan
keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti. (Arikunto, 2002) Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber
informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Penentuan subjek
penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam.
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian adalah ‘orang dalam’ pada latar
penelitian yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian juga dimaknai sebagai orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian
(Rahmadi, 2011). Subjek penelitian merupakan seorang informan untuk menggali informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan informasi yang jelas dan mendalam serta sesuai dengan hal yang
sedang diteliti, peneliti tentunya harus memilih subjek yang sesuai dengan kriteria. Dalam
penelitian kualitatif, pemilihan informan merupakan salah satu komponen yang sangat
penting. Karena informan tersebut yang akan menjawab permasalahan yang sedang diteliti.
Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah pengambilan sampel dan
populasi karena penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi terhadap
populasi. Hasil dari penelitian kualitatif adalah mendapatkan informasi yang mendalam dari
masalah penelitian yang dipilih (Heryana. 2018). Dalam penelitian kualitatif lebih dikenal
dengan istilah informan. Informan dalam penelitian kualitatif dipilih untuk menjelaskan
sebuah kondisi, fakta atau fenomena yang terjadi pada informan itu sendiri. Dalam
pemilihan subjek yang dijadikan sebagai informan disini peneliti tetap memperhatikan
teknik pengambilan sampel/informan yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam pengambilan sampel/informan peneliti menggunakan teknik sampling bola
salju (snow ball sampling). Snow ball sampling yakni teknik sampling dilakukan dengan
cara menggunakan informasi sampel pertama untuk mengetahui sampel lainnya yang
memenuhi kriteria Hadi, 2021; hlm. 8). Menurut Sugiyono, snowball sampling adalah teknik
penentuan sampel yang mulamula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar
Hadi, 2021; hlm. 8.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling peneliti
menentukan sampel yang akan digunakan sebagai informan utama berdasarkan data dari
desa Sembulung serta keterangan dari warga setempat. Untuk memperkuat data yang
diperoleh peneliti juga menentukan informan pendukung, yang terdiri dari Kepala Desa
Tamanagung, tokoh masyarakat, ketua Rukun Warga (RW), dan ketua Rukun Tetangga
(RT) di Desa Sembulung

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Tamanagung. Penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Oktober sampai selesai pada tahun 2022, setelah peneliti mendapatkan ijin untuk
mengumpulkan data di lapangan.

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Hadi A. ,
2021) Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode observasi,
wawancara, serta dokumentasi, lebih jelasnya di jabarkan sebagai berikut :
3.4.1 Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses
pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2017, hlm. 145). Observasi merupakan bagian yang
sangat penting dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi peneliti dapat
mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi
subjek penelitian (Nugrahani, 2014). Observasi merupakan salah satu metode yang dapat
dgunakan untuk pengambilan data dengan cara pengamatan, semua hal yang diamati
dicatat ataupun dapat direkam jika hal tersebut berkaitan atau sesuai dengan tema dan
kajian yang diteliti.
Usman dan Purnomo (dalam Hardani, dkk, 2020) berpendapat bahwa, “Observasi
ialah pengamatan dengan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.
Selanjutnya Sukmadinata (dalam Hardani, dkk, 2020) juga menyatakan bahwa,
“observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung”.
Alasan perlunya pengamatan yaitu karena peneliti dapat menganalisis dan
melakukan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku individu atau kelompok
secara langsung, sehingga memperoleh gambaran yang luas tentang masalah yang diteliti
(Nugrahani, 2014).
Menurut Hardani, dkk (2020) terdapat beberapa jenis teknik observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian, diantaranya yakni ; Observasi Partisipasi lawannya
nonpartisipasi, Observasi Sistematis lawannya nonsistematis, serta observasi
eksperimental lawannya noneksperimen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi
(participant observation), yakni salah satu teknik observasi dimana observer telibat
langsung secara aktif dalam objek yang teliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan
orang yang diobservasi. Jadi disini dalam proses pengambilan data peneliti ikut terlibat
secara langsung terhadap objek penelitian, hal tersebut bertujuan supaya peneliti akan
lebih mampu memahami kondisi sosial objek serta subjek yang tengah diteliti sehingga
dapat memperoleh pandangan secara menyeluruh, selain itu peneliti juga akan dapat
mengumpulkan data yang kaya, juga kesan-kesan pribadi, serta dapat merasakan situasi
sosial secara langsung terhadap objek penelitian.
1.4.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu proses percakapan antara dua individu atau lebih yang
terarah, dimana salah satu pihak menjadi pencari informasi, dan di pihak lain sebagai
pemberi informasi tentang suatu hal yang akan diungkapkan. Dalam penelitian,
menggunakan teknik wawancara. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan jawaban permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat atau ide-ide (Sugiyono, 2017, hlm. 233).
Menurut Rianto Adi (2021) wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan
pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Dalam
buku karya Hardani, dkk (2020) yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif” juga menuliskan kegunaan wawancara diantaranya untuk; (1) mendapatkan
data ditangan pertama (primer), (2) pelengkap teknik pengumpulan lainnya, (3) menguji
hasil pengumpulan data lainnya.
Menurut Herdiansyah (dalam Abd Hadi, dkk, 2021) Pada umumnya, wawancara
dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawacara terstruktur,
wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur:. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur. Hal tersebut dilakukan
karena mengingat responden utama yang akan di wawancarai adalah anak yang
memiliki permasalahan sehingga dalam proses wawancara tentunya harus dilakukan
dengan fleksibel dan tidak kaku sehingga anak akan merasa santai ketika menjelaskan
dan tidak merasa diinterogasi. Mengingat tujuan dari wawancara tidak terstruktur adalah
untuk memahami suatu fenomena. Dalam wawancara tidak terstruktur pertanyaan yang
diberikan sangat terbuka, sehingga jawabannya juga akan lebih luas dan bervariasi,
dengan tetap memperhatikan pedoman wawancara. Pedoman wawancara tidak
terstruktur dibuat sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata dan alur
pembicaraan.
Kegiatan wawancara disini dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi
mengenai Masyarakat Desa Sembulung Mengenai Perkawinan Siri. Pada penelitian ini
ada beberapa pihak yang menjadi responden yakni Kepala Desa Tamanagung, ketua
RW, ketua RT, dan tokoh masyarakat.
3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang
sudah ada. Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan data
yang lain (Hardani, dkk, 2020). Menurut Arikunto metode dokumentasi adalah peneliti
yang menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Hadi, 2021; hlm. 9).
Dokumentasi disini merupakan pengumpulan data berupa fakta dan data tersimpan
dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan data kegiatan penelitian (Sugiyono,
2007, hlm. 234).
Jadi data yang diperoleh adalah berbentuk foto observasi, foto wawancara dengan
narasumber. Adapun data dan dokumen yang dipelajari yakni dari Desa Sembulung dan
juga observasi yang dilakukan oleh penulis.

3.5 Tahapan Penelitian


Dalam sebuah penelitian ilmiah tentunya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan.
Pada penyelesaian penelitian ini menggunakan tiga tahapan yakni, Tahap Perencanaan,
Pelaksanaan Penelitian dan tahap laporan penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan
sebagai berikut:
3.5.1 Tahap Perencanaan
Tahap pertama yang dilakukan peneliti yakni melakukan tahap perencanaan dimana
kegiatan pada tahap ini diantaranya:
a) Identifikasi masalah/Mencari permasalahan: Pada tahap ini, peneliti terlebih
dahulu harus mencari permasalahan apa yang hendak diteliti.
b) Merumuskan Masalah : Tahap ini merupakan kelanjutan dari temuan masalah
kemudian akan dijadikan acuan oleh peneliti untuk membuat rumusan masalah
yang akan diteliti.
c) Studi pendahuluan: Studi Pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Sehingga dapat diketahui keadaan atau kedudukan masalah tersebut
baik secara teoritis maupun praktis. Pengetahuan yang diperoleh dari studi
pendahuluan sangat berguna untuk menyusun kerangka teoritis tentang
pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya
melalui pelaksanaan penelitian lapangan. Studi pendahuluan dapat dilakukan
dengan studi dokumenter, kepustakaan dan studi lapangan.
d) Menentukan sampel penelitian: Pada tahap ini, ditentukan obyek yang akan
diteliti. Keseluruhan obyek yang akan diteliti disebut populasi penelitian. Bila
dalam penelitian hanya menggunakan sebagian saja dari populasi, maka dalam
hal ini cukup menggunakan sampel.
e) Menyusun rencana penelitian: Tahap ini merupakan pedoman selama
melaksanakan penelitian. Sebagai suatu pola perencanaan harus dapat
mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan
penelitian, dan memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Masalah yang diteliti dan alasan dilakukannya penelitian;
2) Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan;
3) Tujuan dilakukannya penelitian;
4) Manfaat atau kegunaan penelitian;
5) Dimana dilakukannya penelitian;
6) Jangka waktu pelaksanaan penelitian;
7) Organisasi kegiatan dan pembiayaan;
8) Teknik pengumpulan data dan pengolahan data;
9) Sistematika laporan yang direncanakan;
10) Menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik pengumpulan data.
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan yakni:
3.5.2.1 Pengumpulan Data
Kegiatan ini harus didasarkan pada pedoman yang sudah dipersiapkan dalam
rancangan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penelitian merupakan
pernyataan fakta mengenai objek yang diteliti dan dijadikan sebagai dasar untuk
menguji hipotesis yang diajukan dan dapat menjawab permasalahan yang sedang
dikaji.
3.5.2.2 Analisis Data
Pengolahan data atau analisis ini dilakukan setelah data terkumpul semua, pada
tahap analisis data menggabungkan data yang diperoleh dengan teori atau rujukan
yang sudah ada untuk kemudian dianalisis, dan dihipotesis yang diajukan untuk diuji
kebenarannya.
3.5.3 Laporan Penelitian
Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian harus dilaporkan kepada yang
berkepentingan. Bentuk dan sistematika laporan penelitian ini yakni dalam bentuk
skripsi. Tahap laporan penelitian ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses
penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data


Sugiyono (dalam Abd Hadi, dkk, 2021) yang dimaksud dengan teknik analisis data
adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul (Hadi, 2021). Ada beberapa model alalisis data, dalam
penelitian ini menggunakan analisis data model Miles dan Huberman yang terbagi menjadi
tiga alur, ketiga alur tersebut adalah (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data
(data display), dan (3) penarikan kesimpulan.

3.6.1 Reduksi Data


Reduksi data dilakukan memilih data yang dianggap pokok, yang baru belum
pernah dikenal. Mereduksi data berarti merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya, data yang unik yang berbeda dengan data yang lain dan
merupakan data yang relevan dengan pertanyaan penelitian (Sugiyono, 2017, hlm. 247).
Dalam reduksi data peneliti melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemusatan
perhatian atau pemfokusan, penyederhanaan, dan pengabstraksian dari semua jenis
informasi yang mendukung data penelitian yang diperoleh dan dicatat selama proses
penggalian data di lapangan (Nugrahani, 2014). Reduksi data berlangsung secara terus
menerus selama pengumpulan data berlangsung (Hardani, 2020).
Ketika pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat
catatan ringkas tentang isi dari catatan data yang diperoleh di lapangan (Nugrahani,
2014). Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga simpulan-simpulan akhirnya dapat ditarik dan diveryfikasi
(Hardani, 2020). Setelah direduksi maka data yang sesuai dengan tujuan penelitian
dideskripsikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang
masalah penelitian (Harahap, 2020; hlm. 21).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil data-data pokok atau data penting
yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara serta dokumentasi peneliti terhadap
subjek penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam memahami
data yang diperoleh. Data yang diambil adalah data-data yang ada keterkaitannya
Mengenai Perkawinan Siri.
3.6.2 Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie, chart dan sejenis.
Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.
Merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
(Sugiyono, 2017; hlm. 249).
Dalam buku karya Abd Hadi, dkk yang berjudul “Penelitian Kualitatif Studi
Fenomenologi, Case Study, Grounded Theory, Etnografi, Biografi” menyatakan bahwa,
”Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif”.
Sajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan kepada
peneliti untuk menarik simpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini merupakan
suatu rakitan organisasi informasi, dalam bentuk deskripsi dan narasi yang lengkap, yang
disusun berdasarkan pokok-pokok temuan yang terdapat dalam reduksi data, dan
disajikan menggunakan bahasa peneliti yang logis, dan sistematis, sehingga mudah
dipahami (Nugrahani, 2014).
Sesuai dengan paparan di atas, dalam penelitian ini peneliti memaparkan data yang
berkaitan dengan bagaimana Pandangan Masyarakat Desa Tamanagung Mengenai
Perkawinan Siri. Dari sajian data tersebut lalu peneliti membandingkan dengan teori-teori
para ahli yang sesuai dengan penelitian ini, sehingga dengan adanya penyajian data ini
dapat digunakan peneliti sebagai bahan untuk menafsirkan serta menarik kesimpulan.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan


Penarikan simpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis dan
interpretasi data (Nugrahani, 2014). Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang
menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian
sebelumnya atau, keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau
deduktif (Hardani, 2020).
Dalam pembuatan simpulan proses analisis data ini dilanjuti dengan mencari
hubungan antara apa yang dilakukan (what), bagaimana melakukan (how), mengapa
dilakukan seperti itu (why) dan bagaimana hasilnya (how is the effect) (Hardani, 2020).
Dalam buku karya Hardani, dkk juga memperkenalkan dua model analisis data Miles dan
Huberman yakni model alir, dan model interaktif. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model interaktif, dimana tahap pengambilan kesimpulan diperoleh dari
reduksi data, dan juga hasil penyajian data yang dikumpulkan selama proses penelitian
melalui tahap observasi, wawancara dan juga dokumentasi.

3.7 Isu Etik


Isu etik dalam penelitian sebagai berikut :

Bab I :Pendahuluan Berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Bab II :Kajian Pustaka berisi tinjaun umum tenntang tanah tentang pengertian tanah,
UUPA No. 16 Tahun 2019 tentang “Pernikahan”. Pandangan Masyarakat Desa
Tamanagung Mengenai Perkawinan Siri. Uraian tentang Pengertian Perkawinan,
Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam, Pengertian Tujuan Perkawinan,
Rukun dan Syarat Sah Pernikahan, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 dan
Pengertian Pernikahan Siri, Pandangan Islam Pernikahan siri. Berisi tentang
penelitian yang relevan, dan Kerangka berfikir

Bab III :Metode penelitian berisi mengenai Jenis dan Pendekatan Penelitian, berisi Subjek
Penelitian, berisi Tempat dan Waktu Penelitian, berisi Metode dan Alat
Pengumpulan Data yang terdiri atas Observasi, Wawancara, Dokumentasi, berisi
Tahapan Penelitian terdiri atas Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian
yang terdiri atas Analisis Data, Laporan Penelitian, dan berisi Teknik Analisis
Data.

Anda mungkin juga menyukai