Anda di halaman 1dari 14

NAMA : IRA RAWUNG KUNTI UTARI

NIM : 208720500221

PRODI : PPKN 2020

UTS HUKUM ACARA PIDANA

KETERANGAN SAKSI SIDANG PEMBUNUHAN BRIGADIR YOSUA

1. KETERANGAN SAKSI SUSI

Susi, ART Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo kena semprot majelis hakim di persidangan
Pengadilan Negari Jakarta Selatan, Senin (31/10/2022). Hal itu terjadi lantaran Susi dianggap
memberikan keterangan berbelit-belit saat ditanyai majelis hakim. Kesal, majelis hakim pun
mengancam Susi bakal dikenakan pidana jika tidak berkata jujur.

Ancaman proses pidana keluar, karena hakim menganggap jawaban Susi berubah-ubah. Seperti
halnya saat Susi menceritakan tugasnya di kediaman Ferdy Sambo hingga menceritakan
peristiwa di Magelang. Di persidangan, hakim sempat mempertanyakan penjelasan Susi yang
sempat menyinggung soal kesaksian 'settingan'.

"Selama Saudara tinggal di Saguling, apa Saudara Putri Candrawathi sering sakit?" tanya hakim
Wahyu.

"Tidak sering sakit," jawab Susi.

"Pada waktu di Magelang, apa yang diderita sakitnya Putri Candrawathi?" tanya hakim.

"Saya tidak tahu, Yang Mulia," jawab Susi.

Apakah ada dokter yang dipanggil oleh Putri ke rumah Magelang atau tidak? Apakah Putri
menemui dokter saat di Magelang?

Susi menjawab "tidak ada".

Kemudian pertanyaan hakim menyinggung soal kehadiran Sambo di Magelang.

Susi menjelaskan, Sambo sempat menginap di Magelang pada tanggal 4, 6, dan 7 Juli 2022.

Saat itu, Sambo dan Putri pun tengah merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka.

Hakim bertanya lagi "Selama tinggal di sana pernah lihat keributan Ferdy Sambo dengan Putri
Candrawathi?"

"Tidak ada," jawab Susi.


Susi kemudian kembali ditanya soal perayaan hari jadi Sambo-Putri.

Susi menyebut perayaan itu dirayakan di rumah dengan memotong kue serta tumpeng.
Kemudian diakhiri dengan makan bersama.

"Siapa saja yang hadir?" tanya hakim.

"Saya, Ibu, Bapak, Om Richard, Om Ricky, Om Kuat, dan Yosua, dan Deden," jawab Susi.

Setelah perayaan itu, Sambo disebut pulang ke Jakarta pada 7 Juli bersama ajudannya yang
bernama Deden.

Di Magelang menyisakan beberapa orang saja. "Ada saya, Ibu, Richard, Ricky, Kuat, dan
Yosua," kata Susi.

Susi pun dicecar Hakim, apa saja kegiatan Putri di Magelang pada tanggal 7 usai Sambo pulang
ke Jakarta.Susi sempat terdiam saat menjawab pertanyaan itu. Lalu kemudian menjawab, Putri
jatuh di depan kamar mandinya.

Hal ini kemudian didalami oleh hakim. "Bagaimana dia jatuh?" tanya hakim.

"Saya tidak tahu soalnya saya disuruh Om Kuat ngecek Ibu ke atas," ujarnya.

"Saya nemuin Ibu sudah tergeletak di depan kamar mandi," lanjut Susi.

"Jam berapa?" tanya hakim.

"Jamnya tidak tahu, malam," jawab Susi.

"Habis Maghrib atau sebelum Isya?" tanya hakim.

"Habis Maghrib," jawab Susi.

"Ada teriakan?" tanya hakim.

"Kalau teriak, tidak, soalnya pas saya naik ke atas Ibu sudah keadaan tergeletak di depan kamar
mandi," jawab Susi.

Susi kemudian menjelaskan bahwa dia ke kamar Putri atas perintah dari Kuat (Maruf). Saat itu,
Susi mengaku tengah berada di samping dapur. Saat hendak masuk ke dapur, dia diminta Kuat
Maruf untuk bergegas ke lantai dua mengecek kondisi Putri.

"Kenapa Kuat tiba-tiba nyuruh Saudara? Apakah Kuat sudah melihat Putri Candrawathi jatuh?"
tanya hakim.

"Saya tidak tahu yang Mulia," jawab Susi.


"Tahu dari mana dia kok tiba-tiba memerintahkan Saudara naik ke atas dan melihat Putri
Candrawathi jatuh?" tanya hakim

"Saya tidak tahu, tapi saya disuruh Om Kuat kalau 'Bi Susi, itu cek Ibu ke atas.’ Saya buru-buru
naik, terus nemuin Ibu, Ibu tergeletak di kamar mandi. Dalam keadaan tidak berdaya, kaki
dingin, badan dingin," jawab Susi.

"Iya, pertanyaan saya, Saudara kan yang memerintahkan, kan, Kuat. Tahu dari mana Kuat
apakah Putri Candrawathi berteriak dulu?" tanya hakim.

"Saya tidak tahu," lagi-lagi jawab Susi.

"Saudara tidak tahu, tapi tiba-tiba disuruh Kuat ke atas? Dan Saudara bilang dingin semuanya,
emang megangin?" tanya hakim.

"Megang tangannya dan kakinya Ibu sambil meluk Ibu, soalnya Ibu dalam keadaan tergeletak
saya panik dan nangis," jawab Susi.

Susi pun menjelaskan saat itu, ia berteriak memanggil "Om tolong, Om".

Namun saat itu, Putri meminta agar jangan Yosua yang dipanggil kepada Susi.

"Ibu udah mulai refleks mendengar saya teriak, Ibu berkata 'jangan Om Yosua'. Tapi pas saya
manggil itu, ya udah sama manggil Om Kuat. 'Om Kuat, Om Kuat, tolongin Ibu, tolongin Ibu’
baru Om Kuat naik ke atas," kata Susi.

Majelis hakim heran, belum tanya soal Yosua, Susi sudah menjelaskan soal Yosua.

"Saya belum nanya Yosua, loh? Kok Saudara tiba-tiba langsung ngomong Yosua? Kan Saudara
teriak?" tanya hakim.

"Iya, teriak-teriak terus Om Kuat naik ke atas untuk nemuin saya sama Ibu terus Om Kuat nanya
'Bi, kenapa Ibu gini' (dijawab) 'saya enggak tahu, Om, udah kayak gini', gitu," kata Susi.

Susi menerangkan, pada saat itu Yosua sempat hendak naik ke lantai 2 kamar Putri usai
mendengar teriakannya. Namun dihalangi oleh Kuat.

"Ya habis itu Om Yosua mau naik ke lantai 2, tapi dihalau sama Om Kuat," kata Susi.

Sempat terjadi dialog antara Yosua dengan Kuat saat penghalauan tersebut dilakukan. Akhirnya,
Susi diminta untuk menolong Putri oleh Kuat.

Kuat pun turut membantu memapah Putri ke dalam kamar.


"Saya mau nanya pada saudara, masuk akal enggak sih cerita saudara ini? saudara menemukan
saudara Putri tergeletak, saudara minta tolong, tadi Anda bercerita saudara kuat dan saudara
Yosua berantem ‘jangan kau naik’, masuk akal?" tanya hakim.

"Saya minta tolong ‘om tolong om’ dari atas," kata Susi.

"Ketika saudara minta tolong kan berarti siapa saja yang mendengar suara saudara, naik untuk
membantu?" tanya hakim.

"Siap," jawab Susi.

"Kok bisa memastikan saudara Kuat halangi Yosua tahu dari mana?" tanya hakim.

"Om Kuat naik ke lantai 2, abis itu Om Kuat lihat Yosua mungkin di bawah mau naik ke atas,"
kata Susi.

"Loh kok mungkin, nanti dulu, belum sampai situ, ini kalau ceritanya settingan ya seperti ini,"
ungkap hakim menegaskan.

Majelis hakim kemudian menanyakan kondisi saat Putri tergeletak di kamar kepada Susi.

"Tidak sadarkan diri," jawab Susi.

"Tidak sadarkan diri?" tanya hakim menegaskan.

"Masih diginiin sama saya, dipeluk lalu ditanya 'Ibu, Ibu kenapa?'" jawab Susi.

"Tergeletak tidur?" tanya hakim.

"Tergeletak di depan kamar mandi," jawab Susi.

"Tidur apa duduk?" kata hakim.

"Duduk," jawab Susi.

Susi kemudian menjelaskan kondisi Putri kepada hakim saat ditemukan di depan kamar mandi.

Namun, kembali hakim mempertanyakan penjelasan Susi itu.

"Kalau dia duduk, kapan Saudara pegang kakinya hingga bisa bilang dingin, coba praktikkan
sekarang," ucap hakim. Di depan jaksa penuntut umum dan majelis hakim, Susi sempat
memperagakan saat menolong Putri yang jatuh.

Soal Kepindah Putri Candrawathi ke Rumah Saguling, Ferdy Sambo Jarang Pulang? Terutama
saat ditanya seberapa sering Ferdy Sambo pulang dan tinggal di rumah pribadinya di Jalan
Saguling.
“Nanti, kalau keterangan saudara berubah-ubah saya perintahkan JPU untuk proses saudara,”
ancam hakim.

Sebelum pindah ke Jalan Saguling, Puti Candrawathi dan Ferdy Sambo diketahui tinggal di Jalan
Bangka, Kemang, Jakarta Selatan. Susi mengatakan Putri Candrawathi pindah ke Saguling
sekitar Juli 2021. Hakim bertanya kepada Susi seberapa sering Ferdy Sambo menginap di
Saguling. Susi menjawab selalu menginap.

“Dalam seminggu berapa kali sejak Juli 2021 sampai Juli 2022,” cecar hakim.

“Saya tidak tahu,” jawab Susi.

“Kalau tidak tahu dipertegas saja, sering atau tidak?” kata Hakim.

Susi pun terdiam sejenak. Hakim kemudian bertanya lagi "sering atau tidak?"

“Sering,” jawab Susi.

Hakim lalu menguji keterangan Susi.

“Pulangnya jam berapa?” kata Hakim.

“Jamnya tidak tahu,” jawab Susi.

“Dari mana tahu kalau (Ferdy Sambo) nginap?” tanya Hakim.

“Karena, (mikir sesaat) kalau pagi Bapak (Ferdy Sambo) sudah ada di Saguling,” ujar Susi.

Seperti diketahui, asisten Rumah Tangga (ART) Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Susi
dihadirkan sebagai saksi oleh jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang lanjutan atas terdakwa
Bharada Richard Eliezer atau Bharada E. Dalam sidang yang digelar pada Senin (31/10/2022) di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan itu, Susi kerap kali dapat teguran dari majelis hakim. Hal
itu didasari karena Majelis Hakim menilai pernyataan yang dilayangkan Susi saat ditanyakan
dalam persidangan kerap berbelit. Mulanya, majelis hakim menanyakan soal adanya keterangan
kalau Putri Candrawathi yang semula tinggal di rumah Bangka lalu pindah ke rumah pribadinya
di Jalan Saguling.

"Saudara PC pindah ke Saguling itu kapan?" tanya majelis hakim Wahyu Iman Santosa dalam
persidangan.

"Sejak lebaran 2021," kata Susi.

"Berarti sebelumnya PC dan Sambo tinggal di mana?" tanya lagi hakim.

"Di rumah Bangka," jawab Susi.


"Berarti ada setahun mereka pindah, pas PC dan Ferdy Sambo pindah saudara ikut?" tanya lagi
hakim.

"Ikut," jawab Susi.

Mendengar jawaban tersebut, lantas hakim Wahyu Iman Santosa menanyakan pengetahuan Susi
soal alasan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi pindah rumah.

Menjawab pertanyaan hakim, Susi langsung menyatakan tidak tahu.

Hal itu lantas mendapat sorotan dari majelis hakim karena Susi dinilai terlalu cepat menjawab
tidak tahu.

"Kenapa dia pindah?" tanya lagi hakim.

"Tidak tahu," jawab Susi.

"Saat PC pindah apakah FS ikut pindah?" tanya lagi hakim.

"Ikut pindah," jawab lagi Susi.

"Saudara disumpah loh, apakah FS ikut pindah?" tanya lagi Hakim.

"Ikut," jawab Susi.

"Kalau keterangannya beda dengan yang lain saudara bisa dipidana loh, pikirkan dulu saya gak
nanya buru-buru" ucap lagi hakim.

Tak cukup di situ, majelis hakim kembali menanyakan perihal tempat tinggal para ajudan yang
bekerja untuk Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi. Ajudan itu salah satunya yang dimaksud
yakni Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J serta Bripka Ricky Rizal.

"Sejak kapan saudara Yosua menjadi asisten bapak yang kamu bilang bapak ( Ferdy Sambo)?"
tanya majelis hakim. "Sejak saya masuk rumah Bangka," jawab Susi.

"Apakah Putri Candrawathi juga punya ajudan?" tanya lagi hakim Wahyu. "Saya tidak tahu,"
jawab Susi.

Namun seiring berjalannya waktu, Yosua kata Susi menjadi ajudan dari Putri Candrawathi.
Terkait hal tersebut, Hakim Wahyu Iman Santosa menanyakan kurun waktu Yosua menjadi
ajudan Putri.

"Sejak kapan Yosua jadi ajudan Putri?" tanya hakim Wahyu. "Sejak pindah ke rumah Saguling,
Yosua jadi ajudan Putri Candrawathi," ucap Susi.

"Terus siapa ajudan Sambo itu?" kata hakim Wahyu.


Dari 2021 itu Daden sama Mathius," jawab Susi.

"Apakah saudara sering liat mereka sering kumpul atau pisah-pisah?" tanya majelis hakim.

"Saya tidak tahu yang mulia," jawab Susi.

"Apakah semua ajudan tinggal di jalan Bangka?" tanya lagi hakim Wahyu.

"Saya tidak tahu yang mulia," jawab lagi Susi.

"Terus apa yang kamu tahu, kamu sambil mikir kalau kamu mikir itu kamu bohong, apakah
rumahnya sebesar itu sampe kamu tidak mengenali mereka, jangan beralasan kamu di dapur
terus," ucap hakim mengingatkan Susi.

Atas hal itu Majelis Hakim Wahyu menanyakan soal kedekatan para ajudan Ferdy Sambo itu.
Menjawab hal itu, Susi mengungkapkan tidak tahu. Atas jawaban tersebut membuat majelis
hakim memberikan peringatan kepada Susi untuk berkata jujur dan tidak berbelit.

TANGGAPAN :

Menurut pendapat saya dari keterangan yang susi berikan tidak bisa mengungkapkan kejadian
yang sebenarnya, selain itu dalam proses persidangan terlihat bahwa susi memberikan
keterangan yang palsu dan telah masuk dalam scenario ferdi sambo dan putri candrawati hal
tersebut terlihat saat pertanyaan yang diluar scenario susi selalu menjawabnya dengan penuh
percaya diri dan ketika pertanyaan diluar scenario susi menjawab dengan lupa bahkan tidak tahu.

Scenario yang dimaksud disini adalah peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan oleh josua.
Dalam peristiwa tersebut susi hanya disuruh oleh kuat makruf untuk menenggok putri candrawati
sedangkan kuat makruf sendiri tidak melihat secara langsung apakah putri candrawati dilecehkan
selain itu tidak masuk akal jika yosua melehkan putri candrawati di tempat terbuka dan dalam
keadaan banyak orang di rumah tersebut.

Seharusnya susi dalam proses persidangan di tempatkan ruang khusus dan didampingi psikolog
agar bisa menggali lebih dalan keterangan yang susi berikan, selain itu agar susi bisa lebih bebas
dan tenang sehingga dia bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya.

2. KETERANGAN SAKSI MAHAREZA RIZKY

Mahareza Rizky alias Reza adalah adik Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, dalam
sidang perkara dugaan pembunuhan berencana atas terdakwa Bharada E alias Richard Eliezer.

Dalam kesaksiannya, Rizky mengatakan, terdakwa Ferdy Sambo jarang terlihat di rumah Jalan
Saguling, Jakarta Selatan. Hal itu diakui Rizky yang sering kali bermain ke rumah Saguling dan
cukup mengerti kehidupan keluarga Mantan Kadiv Propam tersebut.
"Tidak begitu sering saya lihat (Ferdy Sambo ke rumah Saguling)," kata Reza saat berikan
kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (25/10/2022).

"Tidak begitu sering FS tinggal di situ? Yang saudara tahu rumah itu tempat tinggal saudara PC?
FS tidak begitu sering tinggal di situ?" tanya majelis hakim.

Keluarga Brigadir J Besok Kembali Bersaksi di Sidang Bharada E Bharada Eliezer dan
Segudang Penyesalannya. "Siap," jawab Reza.

Lalu, Hakim kembali mencecar untuk merincikan berapa kali Ferdy Sambo tidak tinggal di
rumah Saguling. Yang lantas dijawab Reza tidak memperhatikan secara detail untuk berapa
kalinya.

"Boleh digambarkan tidak begitu sering berapa banyak? Apakah dalam waktu sebulan sekali,
dua bulan sekali, atau apa pas kebetulan saja saudara tahu?" tanya majelis hakim.

"Mungkin selama saya main, saya nggak begitu detail berapa kali berapa FS (ke rumah
Saguling)," balas Reza.

Isi Rumah Ferdy Sambo

Kemudian, Rizky menjelaskan siapa saja yang tinggal di rumah pribadi jalan Saguling. Mulai
dari Putri Candrawathi dan empat anaknya. Selain itu, sekuriti bernama Damson sampai lima
asisten rumah tangga (ART) Putri Candrawathi juga tinggal di situ.

Namun demikian, Reza tidak mengingat semua nama-nama ART yang bertugas di rumah
tersebut. Dia hanya mengingat jika ada yang bernama Kodir tinggal di rumah pribadi untuk
membantu urusan rumah tangga Putri. "Kadang ganti-ganti gitu, Yang Mulia. Kadang Richard,
kadang ganti lagi Romer, mereka (ajudan tinggal di Saguling) tergantung lepas piket,"
ungkapnya.

Lebih lanjut, Reza mengaku tidak mengetahui Brigadir J tinggal di mana. Kakaknya ini tidur di
rumah Saguling atau rumah dinas Sambo di Duren Tiga, Jaksel.

"(Yosua) Paling ikut Bapak, kalau Bapak pulang ke Bangka, tidur di Bangka. Kalau pulang ke
Saguling, tidur di Saguling. Ataupun kalau misalnya bisa balik ke posko, nggak jauh dari rumah
Duren Tiga," kata Reza.

TANGGAPAN :

Pada proses persidangan reza terlihat memberikan keterangan dengan jujur hal tersebut terlihat
dari gesture tubuh dan mimik wajah, selain itu dari keterangan yang diberikan oleh reza berusaha
mengungkapkan bahwa dalam rumah tangga ferdi sambo sudah terjadi keretakan hal itu terlihat
dari keterangan yang reza berikan bahwa ferdi sambo sendiri jarang sekali tinggal di rumah
Saguling. Hal tersebut dipertegas dari keterangan yang kamarudin simanjuntak berikan bahwa
sering terjadi pertengkaran antara putri candrawati dan ferdi sambo.

3. KETERANGAN SAKSI KAMARUDDIN SIMANJUNTAK

Sementara pada kesaksian lainnya, Penasehat hukum Kamaruddin Simanjuntak mengungkap


alasan dibunuhnya Brigadir J. Karena sebagai pihak yang memberikan informasi atas adanya
wanita 'simpanan' Ferdy Sambo ke Putri Candrawathi.

Hal itu diungkap Kamaruddin ketika diperiksa sebagai saksi dalam persidangan atas terdakwa
Richard Eliezer alias Bharada E dalam perkara dugaan pembunuhan berencana Brigadir J di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (25/10).

Kesaksian itu berawal dari hasil temuan investigasi Kamaruddin yang menyebut kalau rencana
pembunuhan terhadap Brigadir J telah direncanakan sejak berada di Magelang, Jawa Tengah
ketika terjadi pertengkaran antara Ferdy Sambo dengan Putri Candrawathi.

"Apakah ada pertengkaran yang terjadi di rumah ferdy sambo? " tanya hakim.

"Ada. Yaitu mereka di malam hari menginap di sana, kemudian sehari sebelumnya itu ada
pertengkaran antara Ferdy Sambo dengan istrinya (Putri Candrawathi) yaitu di tanggal 6
menjelang tanggal 7 Juli 2022," kata Kamarudin saat bersaksi di sidang.

Berangkat dari situ, Kamaruddin lalu mengungkap kepada majelis hakim bahwa penyebab
pertengkaran antara Sambo dengan Putri, lantaran informasi soal wanita 'simpanan' yang
diberikan dari Brigadir J.

"Pertanyaan saya oh mereka bertengkar karena apa?" tanya hakim.

"Pertengkarannya informasi karena wanita," jawab Kamaruddin.

"Apa kaitannya dengan perkara ini?" tanya kembali hakim.

"Perkara ini kaitannya bahwa diduga almarhum sebagai pemberi informasi kepada Bu PC,"
timpal Kamaruddin.

Meski tidak disebut siapa wanita yang dimaksud. Namun Kamaruddin menduga kalau hubungan
antara Ferdy Sambo dengan Putri sudah tidak harmonis. Dengan temuannya kalau antara Sambo
dengan Putri telah berpisah rumah.

"Informasi bahwa si bapak ada wanitanya begitu. Karena dari informasi yang kita dapat mereka
sudah pisah rumah

TANGGAPAN :
Menurutt pendapat saya keterangan yang diberikan oleh kamaruddin sumanjutak berusaha
mengungkap alasan dibunuhnya Brigadir J. Karena sebagai pihak yang memberikan informasi
atas adanya wanita 'simpanan' Ferdy Sambo ke Putri Candrawati, saat itu putri candrawati marah
karena ferdi sambo menikah lagi dengan si polwan cantik, putri candrawati selalu bertanya
tentang keberdaan ferdi sambo yang jarang pulang ke rumah saguling hal tersebut di dukung dari
keterangan yang reza berikan.

Selain itu pada kejadian tersebut yosua memberitahu kepada putri candrawati bahwa ferdi sambo
menikah lagi lalu putri candrawati mengacam ferdi sambo akan mengungap kejahatannya pada
atasannya sehingga dari adaya kejadian tersebut muncullan dendam kepada yosua

4. KETERANGAN SAKSI DAMIANUS/DAMSON

Asisten rumah tangga serta ajudan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi dihadirkan di
persidangan pembunuhan berencana Brigadir J pada Selasa (8/11/2022).

Salah satunya Damianus Labakomban alias Damson yang mengungkap sejumlah hal
mengejutkan ketika dimintai keterangan oleh penasihat hukum Sambo dan Putri, Febri Diansyah.
Pasalnya, Damson mengungkap almarhum Nofriansyah Yosua Hutabarat sebagai sosok yang
cukup temperamental sampai main ke tempat hiburan malam. Bahkan menurut Damson, Brigadir
J memiliki nama yang khusus dipakai saat menyambangi tempat hiburan malam, yakni Alex.

“Kita (biasanya) ke Brexit di Kemang. Kita tunggu Ibu atau Bapak sudah tidur, baru beliau ajak,
‘Ayo mandi. Udah kita tenangin otak dulu. Udah tinggal ikut aja’,” ujar Damson merujuk pada
nama salah satu tempat hiburan malam saat ditanyai Febri, dikutip pada Rabu (9/11/2022).

Menurut Damson, biasanya Brigadir J akan mengajaknya main ke tempat hiburan semacam itu
pada Sabtu malam.

“Jadi kalau di Brexit itu, biasanya ada abang-abang lain yang muncul, kayak Alfons, atau Om
Yogi, termasuk terdakwa Richard, terus Om Sadam mereka datang tiba-tiba. Terus ada satu
perempuan yang biasa bersama Om Yosua,” jelas Damson.

“Saudara Saksi, tadi saya tanya, ada nggak nama lain yang digunakan oleh Saudara Yosua ketika
di Brexit?” tanya Febri lebih lanjut.

“Kalau untuk nama malamnya itu Bang Alex.”

“Itu selalu menggunakan nama Alex?”

“Siap! Selalu nama Alex.”

Febri juga menanyakan siapa yang biasanya membayar tagihan mereka, apalagi karena menurut
cerita Damson, Brigadir J lah yang kerap mengajak.
“(Biasanya yang membayar) Om Yosua. (Dalam semalam) pernah habis paling besar itu sampai
Rp15 juta, (paling kecil) palingan Rp5 juta,” jawab Damson.

Menurut pengakuan Damson, biasanya mereka menyambangi tempat hiburan malam dari sekitar
pukul 00.00 sampai 03.00 dini hari. “(Di Brexit) kita minum-minum,” tutur Damson, sekaligus
menambahkan bahwa Brigadir J biasanya meminum salah satu merek minuman beralkohol.

Lebih lanjut dijelaskan, biasanya setelah itu mereka akan melanjutkan agenda cari hiburan ke
hotel. “Terus kita lanjut ke hotel. Jam 05.00 baru pulang,” kata Damson.

“Kalau di hotel ngapain di sana? Kenapa tidak langsung pulang?” tanya Febri.

“Saya tidak tahu karena ada perempuan juga yang ikut,” pungkas satpam di rumah Sambo
tersebut.

Asisten rumah tangga (ART) sekaligus sekuriti rumah pribadi Ferdy Sambo, Damianus Laba
Kobam alias Damson menyebut sempat diminta tolong untuk menjaga oleh Putri Candrawathi.

Permintaan itu disampaikan Putri ketika tiba di rumah pribadi jalan Saguling, setelah insiden
penembakan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah dinas Komplek Perumahan
Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

“Kemudian jam berapa saudara Ricky datang dengan terdakwa Putri (usai penembakan)?” tanya
Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa kepada Damson dalam sidang perkara dugaan
pembunuhan berencana atas terdakwa Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2022).

“Sudah mau Maghrib yang mulia,” jawab Damson.

“Diantar Cuma berdua?” tanya lagi Hakim Wahyu.

“Siap yang mulia,” jawab Damson.

Damson lalu bercerita kalau Putri yang tengah bergegas menuju kamar pribadinya. Sambil
menangis Putri meminta Damson untuk berjaga dan tidak jauh-jauh dari kamar.

“Terus?” tanya hakim Wahyu.

“Terus ibu turun dari mobil, terus ibu bilang Damson kamu di sini saja jagain ibu, posisi ibu lagi
nangis yang mulia, terus saya tutup pintu kamar,” ucap Damson.

Saksi Susi mengaku sempat dilarang ke kediaman Duren Tiga saat peristiwa pembunuhan
Brigadir J. Hal itu disampaikannya dalam sidang lanjutan dengan terdakwa Ricky Rizal dan Kuat
Ma’ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Rabu (9/11/2022). Nyatanya, di
kediaman Duren Tiga terjadi penembakan terhadap Brigadir J.
TANGGAPAN :

Menurut pendapat saya dari keterangan yang damson berikan perlu dicek kebenarannya, terlepas
dari benar tidaknya yosua sebagai sosok yang cukup temperamental sampai main ke tempat
hiburan malam tetapi tidak dibenarkan jika sampai menghilangkan nyawa seseorang hal tersebut
sudah termasuk perbuatan yang melawan hukum, sehingga penegakan hukum haruslah objektif
dan bukan subjektif karena pembunuhan itu telah terjadi.

5. KETERANGAN SAKSI ADZAN ROMER

Mantan ajudan Ferdy Sambo, Adzan Romer, mengakui keterangannya berubah-ubah terkait
kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Adzan
Romer sempat beberapa kali mengubah keterangan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) di
penyidikan pembunuhan Brigadir J.

Adzan Romer hadir sebagai saksi dalam sidang atas terdakwa Bripka Ricky Rizal Wibowo dan
Kuat Maruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2022). Jaksa Penuntut Umum
(JPU) pun bertanya mengapa Adzan Romer mengubah keterangan saat penyidikan oleh tim
khusus (Timsus) Polri dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

"Berapa kali saudara memberikan keterangan di tingkat penyidikan?" tanya jaksa di persidangan.

Jaksa lalu menanyakan kenapa keterangan Adzan Romer di persidangan sebelumnya berbeda
dengan sidang lainnya dan kali ini.

"Tetap pada keterangan saudara tersebut atau tidak?" tanya jaksa.

"Tidak Pak, berubah-ubah Pak," ungkap Adzan Romer.

Lantas, apa alasan Adzan Romer mengubah keterangannya?

Takut Beri Keterangan Jujur

Adzan Romer mengaku memberikan keterangan yang berubah-ubah di persidangan karena takut
apabila jujur.

"Apa yang menyebabkan keterangan saudara berubah-ubah?" tanya jaksa.

"Karena awalnya kami masih takut memberikan kejujuran," ucap Adzan Romer.

Adzan Romer, eks ajudan Ferdy Sambo. Adzan Romer mengaku takut terhadap sosok Ferdy
Sambo hingga memberikan keterangan yang berubah-ubah di persidangan Takut dengan Ferdy
Sambo.

Jaksa lalu bertanya siapa yang membuat Adzan Romer takut.


Adzan Romer pun menjawab jika dirinya takut kepada Ferdy Sambo.

"Takut sama Bapak, Pak," jawab Adzan Romer.

"Bapak siapa?" tanya jaksa.

"Pak Sambo," ucap Adzan Romer.

"Jadi takut dengan Ferdy Sambo?" tanya jaksa lagi.

"Iya," jawab Adzan Romer.

Merasa Takut karena Sudah Ada yang Meninggal

Jaksa terus mencecar kenapa Adzan Romer sampai takut kepada Ferdy Sambo.

"Kenapa takut?" tanya jaksa,

"Takut saja, Pak. Karena ini sudah ada yang meninggal," ungkap Adzan Romer.

Jaksa kemudian mengonfirmasi isi BAP Adzan Romer tentang kondisi Bripka Ricky Rizal dan
Kuat Maruf di lokasi pembunuhan Brigadir J.

Seperti diketahui, Brigadir J tewas di rumah dinas Ferdy Sambo, di Kompleks Polri Duren Tiga,
Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.

"Di BAP saudara menjelaskan bahwa kondisi mereka dalam keadaan diam?" tanya jaksa.

"Betul," jawab Adzan Romer.

"Tidak kah saudara melihat adanya kegelisahan dari terdakwa RR dan KM?" tanya jaksa lagi.

"Ketika saya tanya tidak dijawab," jelas Adzan Romer.

"Tidak ada kepanikan?" tanya jaksa.

"Iya, betul," tegas dia.

Sebagai informasi, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf didakwa terlibat dalam pembunuhan
berencana terhadap Brigadir J.Menurut dakwaan, Brigadir J tewas ditembak Bharada Richard
Eliezer atau Bharada E atas perintah Ferdy Sambo.

Dalam perkara ini, Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka Ricky Rizal, Kuat Maruf, dan
Bharada E didakwa melakukan pembunuhan berencana.Mereka didakwa melanggar pasal 340
subsidair Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dengan ancaman maksimal
hukuman mati.

TANGGAPAN :
Menurut pendapat saya dari keterangan yang romer berikan seharusnya bisa memberikan
keterangan yang tidak berubah ubah dan Seharusnya romer dalam proses persidangan di
tempatkan ruang khusus dan diberikan perlindungan hukum agar tidak takut saat memberikan
keterangan dengan jujur karena saat itu romer mendapat ancaman dari ferdi sambo sehingga
mengubah ubah keterangan saat sidang

Anda mungkin juga menyukai