167
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi
perekonomian, adat delik, dan adat kecamatan muara tembesi Provinsi Jambi
peradilan. dengan menganalisa melalui kajian ‘Urf
Dalam tesis ini penulis hanya dalam ilmu Ushul Fiqh sehingga nantinya
membahas adat perkawinan Melayu Jambi akan diperoleh kejelasan, apakah praktik
khususnya di kecamatan muara tembesi. adat perkawinan Melayu jambi di
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara kecamatan muara tembesi ini memang
seorang pria dengan seorang wanita sebagai pantas untuk dipertahankan menurut
suami istri dengan tujuan membentuk pandangan ‘Urf dalam kaca mata Ilmu
keluarga atau rumah tangga yang bahagia Ushul Fikih atau bisa jadi sebaliknya , yaitu
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang hukum adat yang selama ini diberlakukan
Maha Esa. Oleh karena itu, pengertian oleh lembaga adat ini tidak harus diterapkan
perkawinan dalam ajaran agama Islam karena tidak sesuai dengan kriteria ‘Urf
mempunyai nilai ibadah sehingga pasal 2 yang bisa dijadikan hukum dan termasuk
kompilasi hukum Islam menegaskan bahwa kategori ‘Urf yang fasid (Urf fasid adalah
Perkawinan adalah akad yang sangat kuat sesuatu yang sudah menjadi tradisi manusia,
untuk menaati perintah Allah dan akan tetapi tradisi itu bertentangan dengan
melaksanakannya merupakan sebuah syara’, menghalalkan yang haram atau
ibadah. membatalkan yang wajib. Misalnya
Perkawinan mempunyai ketentuan- perjanjian-perjanjian yang bersifat riba,
ketentuan dan peraturan dalam menarik hasil pajak perjudian dan lain
pelaksanaannya menurut hukum adat sebagainya).
melayu Jambi bahwa ada beberapa tahapan Dengan memperhatikan fokus
di dalam adat perkawinan khususnya di penelitian diatas, maka penelitian ini
kecamatan muara tembesi pertama masa ditujukan untuk: pertama mendeskripsikan
perkenalan,kedua masa persiapan.ke tiga kedudukan hukum Adat pada masyarakat
sisik siang,keempat sirih tanyo Pinang Melayu Jambi di kecamatan Muara
tanyo,kelima mengembang tand mengisi Tembesi,kedua Mendeskripsikan Adat
adat lumbago,ke enam mengantar serah pernikahan Melayu Jambi Di Kecamatan
terima adat lumbago,ke tujuh nikah Muara Tembesi ketiga Mendeskripsikan
kawin,ke delapan mengumpul tua, Perspektif ‘Urf dalam Ushul Fiqh terhadap
memulang lek pado penangga ,kesembilan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
Berelek berkenduri,kepeluh Mengumpul Kec6amatan Muara Tembesi.
tuo, menutup lek. Tahapan-tahapan adat Sementara mamfaat penelitian ini
perkawinan tersebut mutlak harus di ikuti peneliti bagi menjadi dua ,pertama Mamfaat
oleh Masyarakat adat melayu jambi karena Teoritis yaitu Memberikan informasi kepada
adanya sanksi moral atau malu apabila masyarakat tentang Adat pernikahan
seseorang tidak mengikuti hukum yang Melayu Jambi Di Kecamatan Muara Tembesi
berlaku. ,Memberikan pengetahuan kepada
Berdasarkan paparan diatas, maka masyarakat tentang Kedudukan hukum
peneliti memfokuskan penelitian ini dengan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
tiga point pertama peneliti akan mecari lebih Kecamatan Muara Tembesi dan Memberikan
jelas lagi tentang bagaimana kedudukan pengetahuan kepada masyarakat tentang
hukum Adat pada masyarakat Melayu Jambi Perspektif ‘Urf dalam Ushul Fiqh terhadap
Di Kecamatan Muara Tembesi kedua dan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
ketiga bagaimana praktik adat pernikahan Kecamatan Muara Tembesi.
Melayu Jambi terutama tentang praktik Kedua mamfaat praktisnya adalah
hukum adat yang berlaku di masyarakat memberikan panduan kepada lembaga adat
168
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017
tentang Adat pernikahan Melayu Jambi Di secara menyeluruh ( holistik ) dan deskriptif
Kecamatan Muara Tembesi,memberikan pada suatu kontek khusus yang alamiah
imformasi kepada lembaga adat tentang dengan memanfaatkan metode ilmiah
Kedudukan hukum Adat pernikahan (Moeloeng, 1998). Penelitian ini
Melayu Jambi Di Kecamatan Muara Tembesi menggunakan metode penelitian kualitatif
dan memberikan pengetahuan kepada dikarenakan maksud dari penelitian penulis
lembaga adat tentang Perspektif ‘Urf dalam adalah untuk mengetahui dan memahami
Ushul Fiqh terhadap Adat pernikahan secara utuh tentang kedudukan hukum adat
Melayu Jambi Di Kecamatan Muara melayu Jambi dan adat perkawinan di
Tembesi. kecamatan muara Tembesi yang dilihat dari
sisi ‘urf dalam ilmu ushul fiqh.
Sedangkan aspek yang kedua adalah
Pendekatan Penelitian metode penelitian hukum. Metode ini
diharapkan untuk menemukan hukum yang
Penelitian ini merupakan penelitian berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
yang berbentuk kualitatif dikarenakan sehingga penelitan tersebut dapat mendekati
permasalahan-permasalahan yang ada kepada metode yang ada. Dengan metode
dalam penelitian ini bersifat dinamis, penelitian ini, peneliti diharapkan akan
holistik, dan fenomonologi. Penelitian memperoleh hasil yang berbobot dan dapat
kualitatif merupakan penelitian yang dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini
metode penelitiannya digunakan untuk metode diartikan sebagai suatu cara untuk
meneliti objek yang alamiah (Soekanto, memecahkan masalah yang ada dengan
2014). mengumpulkan, menyusun,
Metode penelitian kualitatif ini mengklarifikasikan dan
bertujuan ingin mendapatkan data-data menginterpretasikan (KBBI: 2004).
untuk kepentingan analisis. Hal ini
dilakukan dengan memusatkan perhatian
pada prinsip umum yang mendasari Rancangan Penelitian
perwujudan dan satuan gejala yang ada
dalam kehidupan manusia. Analisis yang Penelitian ini mengunakan
dilakukan adalah gejala sosial dan budaya pendekatan kualitatif yang berbentuk studi
dengan menggunakan kebudayaan kasus. Menurut Poerwandari (2013) untuk
masyarakat yang bersangkutan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
memperoleh pola yang berlaku, dan pola dan khusus atas suatu fenomena serta untuk
tersebut dianalisis dengan teori yang objektif dapat memahami manusia dalam segala
(Sedarmayanti dkk., 2002). kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif,
Metode penelitian kualitatif dapat maka pendekatan kualitatif merupakan
diartikan sebegai metode penelitian yang metode yang paling sesuai untuk
berlandaskan pada filsafat postpositifisme, digunakan.
digunakan untuk meneliti obyek ilmiah Penelitian studi kasus ini
dimana peneliti adalah instrumen kunci menggunakan suatu pendekatan yang
(Arfa, 2016). bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
Dalam metodologi penelitian, dari objek penelitian. Data yang terkumpul
penelitian kualitatif bermaksud memahami dipelajari sebagai satu kesatuan yang
fenomena tentang apa yang dialami oleh tujuannya adalah untuk mengembangkan
subyek penelitian, misalnya prilaku, pengetahuan yang mendalam mengenai
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain objek yang diteliti.
169
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi
170
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017
171
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi
172
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017
fatwa yang menyalahi hukum-hukum dengan Islam. Prosesnya adalah dengan cara
kebiasaan dalam sebuah komunitas. Fatwa ta`arruf, pertunangan dan ijab qobul.
semacam ini oleh al-Qorofi dianggapnya
merusak tatanan ijma`. Sedangkan Imam
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, ulama` Kesimpulan
bermadzhab Hanabilah menyatakan bahwa
perubahan fatwa bisa terjadi lantaran ada Setelah melalui pembahasan yang
perubahan waktu, tempat keadaan dan adat panjang, maka kesimpulan dari persoalan
kebiasaan (Yasid, 2010). yang dibahas dalam synopsis tesis ini dapat
Dengan demikian, sebenarnya `urf disimpulkan sebagai berikut,
(tradisi) sepanjang sejarah pembentukan A. Kedudukan hukum adat pada
hukum islam memang sangat diperhatikan masyarakat Melayu Jambi di Kecamatan
oleh para juris Islam. Selagi `urf tidak Muara Tembesi Jambi sebagai penata
mengalami kontradiksi dengan ketentuan dan pengarah dalam kehidupan sosial
teks wahyu, maka tidak ada alasan untuk masyarakat adalah tidak bertentangan
mengabaikannya. Bahkan syariat sendiri dengan hukum Islam bahkan selaras
sebagai tuntunan hidup bagi umat manusia dengan hukum Islam. Bagi masyarakat
sesungguhnya berorientasi pada `urf . Hal Jambi hukum adat mengandung
ini dapat dilihat dalam prinsip-prinsip maslahat dan dijadikan sebagai
dalam ajaran Islam, seperti prinsip `adam al- peraturan tidak tertulis yang harus
haraj (tidak adanya kesempitan), tadrij fi dipatuhi dan perlu dikembangkan
tasyri` (pentahapan dalam pensyariatan), al- sehingga secara nyata dapat berdaya
musawah (kesetaraan), rahmatan lil `alamin ( guna untuk kelancaran pemerintahan,
penebar rahmat bagi seluruh alam. pembangunan dan kemasyarakatan serta
Jika dilihat dari kesesuaiannya memperkuat ketahanan nasional.
dengan nash dan prinsip-prinsip syariat, `urf B. Pernikahan menurut adat Jambi
dibagi menjadi dua macam, yaitu: bukanlah urusan kedua belah pihak
A. `Urf sahih, yaitu `urf yang tidak calon pengantin tetapi merupakan
bertentangan dengan nash al-Quran atau kewajiban kedua belah pihak orang tua
Sunah dan tidak menghalalkan sesuatu nenek mamak tengganai mereka.
yang haram atau mengharamkan yang Perkawinan itu diletakkan di atas tungku
halal. bercabang tiga, yaitu: memenuhi
B. `Urf fasid, yaitu `urf yang bertentangan ketentuan adat, memenuhi ketentuan
dengan nash sarih al-Quran atau Sunah Syara’, dan memenuhi ketentuan
dan tidak menghalalkan sesuatu yang undang-undang perkawinan. Ada
haram atau mengharamkan yang halal beberapa tahapan sebelum acara
(Muhajir, 2011). pernikahan khususnya di kecamatan
Dari paparan di atas dapat Muara Tembesi Jambi, yaitu masa
disimpulkan bahwa adat pernikahan Melayu perkenalan, masa persiapan, sisik siang,
Jambi di Kecamatan Muara Tembesi Jambi duduk bertanyo, mengisi adat menuang
merupakan adat yang shohih, karena tidak lembago dan ijab kabul.
bertentangan dengan nash al-Quran atau C. Adat pernikahan Melayu Jambi di
Sunah dan tidak menghalalkan sesuatu yang Kecamatan Muara Tembesi Jambi dalam
haram atau mengharamkan yang halal. analisis `Urf merupakan adat yang
Proses pernikahan Melayu Jambi di shohih, karena tidak bertentangan
Kecamatan Muara Tembesi Jambi juga sesuai dengan nash al-Quran atau Sunah dan
tidak menghalalkan sesuatu yang haram
173
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi
174