Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam

Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017

ADAT PERNIKAHAN MELAYU JAMBI PERSPEKTIF


‘URF DALAM ILMU USHUL FIQH

Muhammad Sibawaihi & Mokhammad Baharun


Institut Agama Islam Ibrahimy Situbondo
muhammad_sibawaihi53@yahoo.com / MokhBaharun@gmail.com

Marriage has rules and regulations its implementation. According to Jambi


Malay customary law, there are several stages in marriage custom, especially
in subdistrict of Muara Tembesi, first introduction period, second preparation
period. thirth day scales, fourth betel tanyo Pinang tanyo, fifth tand fill custom
lumbago, sixth take delivery customs lumbago, seventh marriages marry, eight
old gather, memulang lek pado penangga, ninth Berelek Berkenduri, complain
Gather tuo. Next custom marriage is absolutely must be followed by all society
of jambi because of the moral sanction if someone doesn’t follow applicable
law. The purpose of research is to know the custom marriage of Jambi Malay
and position of custom law, especially in subdistrict of Tembesi. research
method is Islamic law research, research type used is field research. The
research approach used is a normative approach, the problems studied under
Islamic law, to underestand the Qur'an, Hadith, and 'Urf in Ushul Fiqh. The
research method used is observation, interview, and documentation. Data
analysis used is qualitative analysis. Based on the research has done, it can be
concluded the marriage custom of Jambi Malay in Muara Tembesi Subdistrict,
the analysis of `Urf is shohih custom.

Kata Kunci: adat pernikahan, perspektif ‘urf


………………………….………………………………………………………………………………...

Pendahuluan ikatan hukum tersebut adalah berupa sanksi


moral atau malu apabila seseorang tidak
Indonesia adalah negara yang mengikuti hukum yang berlaku di suatu
masyarakatnya sangat multietnis, berbagai tempat tersebut (Wulansari, 2014).
budaya dan suku di dalamnya sehingga Hukum adat merupakan hukum yang
menimbulkan suatu aturan atau hukum tidak tertulis tidak diundang-undangkan
yang berbeda pula yang menyebabkan oleh pemerintah tetapi ia hidup dan
negara Indonesia mengadopsi berbagai berkembang dalam masyarakat sebagai
produk hukum yaitu hukum Islam,hukum keyakinan yang ditimbulkan oleh
adat dan Barat (Continental). masyarakat dan dipakai oleh masyarakat
Dari ketiga hukum tersebut penulis dan dipatuhi oleh masyarakat untuk
lebih tertarik dalam tesis ini untuk dijadikan Nilai hukum yang berlaku.
membicarakan masalah hukum adat karena Ada beberapa aspek hukum adat
bentuk dari hukum adat tidak tertulis dan yang berlaku di masyarakat khususnya
berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Melayu Jambi,diantaranya
masyarakat dan berlaku untuk golongan- hukum adat ketatanegaraan, pernikahan,
golongan tertentu saja dan yang menjadi perceraian, kekerabatan, waris, tanah,

167
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi

perekonomian, adat delik, dan adat kecamatan muara tembesi Provinsi Jambi
peradilan. dengan menganalisa melalui kajian ‘Urf
Dalam tesis ini penulis hanya dalam ilmu Ushul Fiqh sehingga nantinya
membahas adat perkawinan Melayu Jambi akan diperoleh kejelasan, apakah praktik
khususnya di kecamatan muara tembesi. adat perkawinan Melayu jambi di
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara kecamatan muara tembesi ini memang
seorang pria dengan seorang wanita sebagai pantas untuk dipertahankan menurut
suami istri dengan tujuan membentuk pandangan ‘Urf dalam kaca mata Ilmu
keluarga atau rumah tangga yang bahagia Ushul Fikih atau bisa jadi sebaliknya , yaitu
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang hukum adat yang selama ini diberlakukan
Maha Esa. Oleh karena itu, pengertian oleh lembaga adat ini tidak harus diterapkan
perkawinan dalam ajaran agama Islam karena tidak sesuai dengan kriteria ‘Urf
mempunyai nilai ibadah sehingga pasal 2 yang bisa dijadikan hukum dan termasuk
kompilasi hukum Islam menegaskan bahwa kategori ‘Urf yang fasid (Urf fasid adalah
Perkawinan adalah akad yang sangat kuat sesuatu yang sudah menjadi tradisi manusia,
untuk menaati perintah Allah dan akan tetapi tradisi itu bertentangan dengan
melaksanakannya merupakan sebuah syara’, menghalalkan yang haram atau
ibadah. membatalkan yang wajib. Misalnya
Perkawinan mempunyai ketentuan- perjanjian-perjanjian yang bersifat riba,
ketentuan dan peraturan dalam menarik hasil pajak perjudian dan lain
pelaksanaannya menurut hukum adat sebagainya).
melayu Jambi bahwa ada beberapa tahapan Dengan memperhatikan fokus
di dalam adat perkawinan khususnya di penelitian diatas, maka penelitian ini
kecamatan muara tembesi pertama masa ditujukan untuk: pertama mendeskripsikan
perkenalan,kedua masa persiapan.ke tiga kedudukan hukum Adat pada masyarakat
sisik siang,keempat sirih tanyo Pinang Melayu Jambi di kecamatan Muara
tanyo,kelima mengembang tand mengisi Tembesi,kedua Mendeskripsikan Adat
adat lumbago,ke enam mengantar serah pernikahan Melayu Jambi Di Kecamatan
terima adat lumbago,ke tujuh nikah Muara Tembesi ketiga Mendeskripsikan
kawin,ke delapan mengumpul tua, Perspektif ‘Urf dalam Ushul Fiqh terhadap
memulang lek pado penangga ,kesembilan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
Berelek berkenduri,kepeluh Mengumpul Kec6amatan Muara Tembesi.
tuo, menutup lek. Tahapan-tahapan adat Sementara mamfaat penelitian ini
perkawinan tersebut mutlak harus di ikuti peneliti bagi menjadi dua ,pertama Mamfaat
oleh Masyarakat adat melayu jambi karena Teoritis yaitu Memberikan informasi kepada
adanya sanksi moral atau malu apabila masyarakat tentang Adat pernikahan
seseorang tidak mengikuti hukum yang Melayu Jambi Di Kecamatan Muara Tembesi
berlaku. ,Memberikan pengetahuan kepada
Berdasarkan paparan diatas, maka masyarakat tentang Kedudukan hukum
peneliti memfokuskan penelitian ini dengan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
tiga point pertama peneliti akan mecari lebih Kecamatan Muara Tembesi dan Memberikan
jelas lagi tentang bagaimana kedudukan pengetahuan kepada masyarakat tentang
hukum Adat pada masyarakat Melayu Jambi Perspektif ‘Urf dalam Ushul Fiqh terhadap
Di Kecamatan Muara Tembesi kedua dan Adat pernikahan Melayu Jambi Di
ketiga bagaimana praktik adat pernikahan Kecamatan Muara Tembesi.
Melayu Jambi terutama tentang praktik Kedua mamfaat praktisnya adalah
hukum adat yang berlaku di masyarakat memberikan panduan kepada lembaga adat

168
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017

tentang Adat pernikahan Melayu Jambi Di secara menyeluruh ( holistik ) dan deskriptif
Kecamatan Muara Tembesi,memberikan pada suatu kontek khusus yang alamiah
imformasi kepada lembaga adat tentang dengan memanfaatkan metode ilmiah
Kedudukan hukum Adat pernikahan (Moeloeng, 1998). Penelitian ini
Melayu Jambi Di Kecamatan Muara Tembesi menggunakan metode penelitian kualitatif
dan memberikan pengetahuan kepada dikarenakan maksud dari penelitian penulis
lembaga adat tentang Perspektif ‘Urf dalam adalah untuk mengetahui dan memahami
Ushul Fiqh terhadap Adat pernikahan secara utuh tentang kedudukan hukum adat
Melayu Jambi Di Kecamatan Muara melayu Jambi dan adat perkawinan di
Tembesi. kecamatan muara Tembesi yang dilihat dari
sisi ‘urf dalam ilmu ushul fiqh.
Sedangkan aspek yang kedua adalah
Pendekatan Penelitian metode penelitian hukum. Metode ini
diharapkan untuk menemukan hukum yang
Penelitian ini merupakan penelitian berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
yang berbentuk kualitatif dikarenakan sehingga penelitan tersebut dapat mendekati
permasalahan-permasalahan yang ada kepada metode yang ada. Dengan metode
dalam penelitian ini bersifat dinamis, penelitian ini, peneliti diharapkan akan
holistik, dan fenomonologi. Penelitian memperoleh hasil yang berbobot dan dapat
kualitatif merupakan penelitian yang dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini
metode penelitiannya digunakan untuk metode diartikan sebagai suatu cara untuk
meneliti objek yang alamiah (Soekanto, memecahkan masalah yang ada dengan
2014). mengumpulkan, menyusun,
Metode penelitian kualitatif ini mengklarifikasikan dan
bertujuan ingin mendapatkan data-data menginterpretasikan (KBBI: 2004).
untuk kepentingan analisis. Hal ini
dilakukan dengan memusatkan perhatian
pada prinsip umum yang mendasari Rancangan Penelitian
perwujudan dan satuan gejala yang ada
dalam kehidupan manusia. Analisis yang Penelitian ini mengunakan
dilakukan adalah gejala sosial dan budaya pendekatan kualitatif yang berbentuk studi
dengan menggunakan kebudayaan kasus. Menurut Poerwandari (2013) untuk
masyarakat yang bersangkutan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
memperoleh pola yang berlaku, dan pola dan khusus atas suatu fenomena serta untuk
tersebut dianalisis dengan teori yang objektif dapat memahami manusia dalam segala
(Sedarmayanti dkk., 2002). kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif,
Metode penelitian kualitatif dapat maka pendekatan kualitatif merupakan
diartikan sebegai metode penelitian yang metode yang paling sesuai untuk
berlandaskan pada filsafat postpositifisme, digunakan.
digunakan untuk meneliti obyek ilmiah Penelitian studi kasus ini
dimana peneliti adalah instrumen kunci menggunakan suatu pendekatan yang
(Arfa, 2016). bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
Dalam metodologi penelitian, dari objek penelitian. Data yang terkumpul
penelitian kualitatif bermaksud memahami dipelajari sebagai satu kesatuan yang
fenomena tentang apa yang dialami oleh tujuannya adalah untuk mengembangkan
subyek penelitian, misalnya prilaku, pengetahuan yang mendalam mengenai
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain objek yang diteliti.

169
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi

Teknik pengumpulan data merupakan kekhusus dengan pendekatan fakta-fakta


langkah utama dalam memperoleh data. diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat
Oleh karena itu, untuk memperoleh data umum (Echols dkk., 1976). Kemudian data
secara benar dan akurat, dibutuhkan sumber yang tersaji dianalisis, disusun secara
yang benar dan teknik yang akurat sehingga sistematis dan simultan untuk menjelaskan
hasil penelitian dapat dan menjawab pokok permasalahan
dipertanggungjawabkan secara ilmiah penelitian.
(Nawawi, 2014). Penulis harus Ketiga, Conclusion Drawing/Verification
menggunakan teknik tertentu dalam (Kesimpulan), Langkah selanjutnya adalah
mengambil data-data yang meliputi data penarikan sebuah kesimpulan dan verifikasi
primer yaitu data yang langsung dan segera sebagai inti temuan penelitian secara
diperoleh dari penggalian informasi dari eksplisit. Hal ini merupakan analisis
lapangan dan data sekunder yang lanjutan dari reduksi dan penyajian data.
merupakan data pendukung terhadap data Verifikasi yaitu memberikan pemerikasaan
primer. Dalam pengumpulan data empirik kebenaran dalam pengumpulan data yang
tersebut, metode yang penulis gunakan diperolah dari penelitan tersebut, guna
adalah Wawancara, Observasi, untuk memberikan jawaban atau keabsahan
Dokumentatif. dari data-data yang diperolehnya sehingga
data yang dapat dikumpulakan bisa
dilaporkan secara aktual dan akurat.
Prosedur Analisis Data

Setelah data yang diperlukan dalam Analisis Kedudukan Hukum Adat


penelitian ini terkumpul, maka langkah Pada Masyarakat Melayu Jambi
selanjutnya adalah menganalisis data.
Menganalisis data dilakukan secara Hukum adat merupakan nilai-nilai
berulang-ulang (cylical) dan berlangsung yang hidup dan berkembang di dalam
secara terus-menerus. Menurut Miles dan masyarakat suatu daerah. Walaupun
Huberman, (dalam Nawawi, 2014) ada 3 sebagian besar Hukum Adat tidak tertulis,
tahapan dalam kegiatan menganalisis data, namun ia mempunyai daya ikat yang kuat
yaitu: dalam masyarakat. Ada sanksi tersendiri
Pertama, Data Reduction (Reduksi dari masyarakat jika melanggar aturan
Data), Mereduksi data berarti merangkum, hukum adat. Hukum Adat yang hidup
memilih sesuatu yang pokok, memfokuskan dalam masyarakat ini bagi masyarakat yang
pada sesuatu yang dianggap penting, dicari masih kental budaya aslinya akan sangat
tema dan polanya serta membuang yang terasa.
tidak perlu. Data yang telah direduksi akan Penerapan hukum adat dalam
memberikan gambaran yang lebih jelas dan kehidupan sehari-hari juga sering
mempermudah penulis untuk melakukan diterapkan oleh masyarakat terutama oleh
pengumpulan data. lembaga adat yang bekerja sama dengan
Kedua, Data Display (Penyajian Data), pegawai syara’,. Bahkan seorang hakim pun,
Setelah reduksi data, tahapan berikutnya jika ia menghadapi sebuah perkara dan ia
menyajikan data sehingga bisa dipahami tidak dapat menemukannya dalam hukum
sesuai dengan klasifikasinya. Penyajian data tertulis, ia harus dapat menemukan
dimulai dengan mencari data-data hukumnya dalam aturan yang hidup dalam
berdasarkan temuan-temuan yang bersifat masyarakat. Artinya hakum juga harus
khusus, penelitian ini dimulai dari umum

170
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017

mengerti perihal Hukum Adat kemudian diimplementasikan secara umum


(Hadikusuma, 2013). oleh mayoritas masyarakat sehingga menjadi
Kedudukan hukum adat pernikahan kebiasaan atau persepsi umum. Begitu juga
Melayu Jambi di Kecamatan Muara Tembesi sebaliknya, keputusan hakim dan peraturan
Jambi bagi masyarakat adalah sebagai perundang- undangan terkadang dibentuk
penata dan pengarah dalam kehidupan berdasarkan ‘urf (Ujailah, 1986) Oleh
sosial masyarakat. Hukum adat bagi karenanya kata fiqh dan qanun yang
masyarakat adat Jambi merupakan hal yang didasarkan pada ‘urf dapat digolongkan
harus dilaksanakan. Meskipun termasuk sebagai syar’iatu wadh’iyah yang harus
hukum tidak tertulis, hukum adat dianggap dipatuhi sebagaimana yang diungkap
sebagai pandangan hidup oleh masyarakat Musthafâ Ahmad Zarqa. Salah satu
adat Melayu Jambi. contohnya, kebiasaan libur hari jum’at yang
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon terbentuk berdasarkan keputusan khâlifah
politicon) pasti membutuhkan sistem yang ‘Umar bin al-Khattâb serta kebiasaan
mengatur interaksi sosial untuk mencapai merayakan kelahiran Nabi Muhammad
maslahat dan keadilan sosial agar terhindar SAW yang terbentuk berdasarkan keputusan
dari bahaya dan kerusakan. Sistem (nizhâm) khâlifah dinasti Fatimiyah, yakni Al-
tersebut terkadang terbentuk secara sengaja AmirAbu Yahya.
maupun natural atas kesepakatan bersama Dengan demikian, ‘urf praktis
yang secara berkala kemudian menjadi mengandung maslahat sehingga sebagian
kebiasaan, persepsi atau konsepsi umum pemikir menyebutnya sebagai watak kedua
(mudrik) yang memiliki otoritas (salaththah) masyarakat yang suci Begitupun untuk
yang mampu menghakimi (hakimah) dan mengetahui ‘urf masyarakat, dapat dilihat
memiliki kedaulatan (siyâdah) bagi dari peraturan negara. Jadi dapat dikatakan
masyarakat (Zarqa, 1998) Karenanya bahwa kedudukan adat pernikahan melayu
Musthafâ Abu ‘Ujailah menilai kebiasaan Jambi di Kecamatan Muara Tembesi Jambi
(‘urf) sebagai perwujudan dari karakter sebagai penata dan pengarah dalam
masyarakat (Ujailah, 1986). kehidupan sosial masyarakat adalah tidak
Meninggalkan kebiasaan yang telah bertentangan dengan hukum Islam karena
menjadi kebutuhan akan berakibat pada selama hukum adat itu baik, maka perlu
kesengsaraan masyarakat dan ketimpangan dipertahankan.
sosial. Mempertahankan kebiasaan berarti
mengimplementasikan asas penerapan
syariat berupa maslahat yang mengadung Analisis `Urf Terhadap Adat Pernikahan Melayu
kemudahan atau menghilangkan kesulitan Jambi di Kecamatan Muara Tembesi Jambi
dan bahaya, menjaga kemaslahatan seluruh
manusia, dan mewujudkan keadilan bagi Adat pernikahan Melayu Jambi di
seluruh manusia (‘Awad, t.t.). Asas tasyri’ ini Kecamatan Muara Tembesi Jambi harus
terbangun berdasarkan dalil syariat yang sesuai dengan hukum adat, hukum Islam
maknanya mengandung maslahat, di dan hukum perkawinan di Indonesia. Dalam
antaranya: pandangan masyarakat adat Jambi,
A. Surah al-Hajj ayat 78 perkawinan adalah suatu ikatan sakral yang
B. Surah al-Baqarah ayat 185 mengikat kedua belah pihak pengantin lahir
C. Surah al-Ma’idah ayat 6 dan batin dengan jalan memenuhi ketentuan
‘Urf sendiri terkadang terbentuk adat syara’ dan sekarang ditambah lagi
berdasarkan keputusan hakim, peraturan dengan undang-undang perkawinan.
perundang-undangan atau sejenisnya yang dengan kata lain bahwa perkawinan itu

171
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi

diletakkan di atas tungku bercabang tiga. kebiasaan dapat menyebabkan


Jadi `Urf tetap haruslah sesuai dengan berkembangnya harta benda yang amat
hukum yang berlaku. dibutuhkan oleh umat manusia untuk
Musthafâ Dib al-Bughâ menyatakan, melestarikan kehidupan. Lalu berangkat
‘urf merupakan sumber hukum yang diakui dari kebiasaan ini, Tuhan memberikan
mayoritas fuqahâ’. Perselisihan fuqahâ’ panduan hukum-hukum perdagangan,
hanya pada pengakuan ‘urf sebagai sumber termasuk tuntunan transaksi yang
hukum yang mandiri (mustaqil). diperbolehkan dan yang diharamkan (Yasid,
‘Urf adalah sesuatu yang sudah 2010).
dikenal bersama dan dijalani oleh Pada masa sahabat maupun generasi
masyarakat, baik berupa perbuatan (`amali) berikutnya, `urf sering mendapatkan respon
ataupun perkataan (qouli). `Urf dan `adah positif. Salah satu contohnya adalah apa
adalah dua kata yang mafhumnya berbeda yang dilakukan oleh khalifah Umar bin al-
tetapi mashodaqnya sama (al-Hariri, 1998). Khattab yang menggunakan pertimbangan
Sesuatu yang disebut `urf juga disebut `adah urf dalam menentukan hukum talak. Talak
dan sesuatu yang disebut `adah juga disebut tiga yang diucapkan sekaligus oleh seorang
`urf. Jadi, `urf dan `adah merupakan kata suami mulanya dihukumi jatuh talak satu.
yang sinonim. Jika diterjemahkan ke dalam Ketentuan hukum ini berlaku sejak masa
bahasa Indonesia keduanya bermakna Rasulullah sampai pada permulaan khalifah
tradisi (Muhajir, 2011). Umar bin al-Khattab. Akan tetapi ketika
Dasar hukum penggunaan `urf kebiasaan masyarakat mulai berubah maka
adalah beberapa teks berikut. Pertama, khalifah Umar memberikan fatwa bahwa
firman Allah: talak tiga yang diucapkan sekaligus dapat
menyebabkan hukum jatuh talak tiga.
َ َ ۡ َ ۡ َۡ ۡ ۡ َۡۡ ُ
ِ ِ ٰ ‫ِ ٱ َ َوأ ُ ۡ ِ ُ ۡ ِف َوأ ِض ِ ٱ‬ Pertimbangan khalifah Umar adalah
masyarakat pada saat ini mulai terbiasa
gampang mengucapkan kata-kata talak.
Oleh karena itulah ketentuan hukum talak
perlu diperketat, sehingga mereka tidak lagi
Artinya: Jadilah kamu pemaaf, main-main dengan ungkapan talak (Yazid,
suruhlah orang mengerjakan adat kebiasaan 2004).
yang baik dan berpalinglah dari orang-orang Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika
bodoh. (QS. Al-A`raf: 199). menjabat Gubernur di Madinah mau
Adapun dasar hukum penggunaan memberi putusan hukum bagi gugatan
`urf juga terdapat di dalam hadits Nabi, penggugat bila ia dapat mengajukan dua
yaitu: orang saksi atau seorang saksi disertai
sumpah penggugat. Namun, setelah menjadi
‫ﺣﺴﻦ‬ ِ ِ
ٌ ‫ﻋﻨﺪ ﷲ‬
َ ‫َﻣﺎ َرأَﻩُ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠ ُﻤﻮ َن ﺣﺴﻨًﺎ ﻓﻬﻮ‬ kholifah yang berkedudukan di ibu kota
negara saat itu, yaitu Syam, beliau enggan
memberikan ketetapan hukum atas
Artinya: Sesuatu yang oleh umat
pengajuan formula saksi yang sama. Ketika
islam dianggap baik, maka menurut Allah
ditanya tentang pendiriannya tersebut,
juga baik. (HR. Imam Ahmad)
beliau menjawab: “ Kami melihat orang
Selain dalil teks di atas, pada
Syam berbeda dengan orang Madinah”
kenyataannya Tuhan sebagai syari`
(Yazid, 2004).
menganggap keberadaan Urf sebagai pijakan
Imam al-Qorofi, seorang ulama`
hukum-hukum yang ditetapkannya.
bermadzhab Maliki mengharamkan sebuah
Perdagangan, misalnya, menurut adat

172
Istidlal Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017

fatwa yang menyalahi hukum-hukum dengan Islam. Prosesnya adalah dengan cara
kebiasaan dalam sebuah komunitas. Fatwa ta`arruf, pertunangan dan ijab qobul.
semacam ini oleh al-Qorofi dianggapnya
merusak tatanan ijma`. Sedangkan Imam
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, ulama` Kesimpulan
bermadzhab Hanabilah menyatakan bahwa
perubahan fatwa bisa terjadi lantaran ada Setelah melalui pembahasan yang
perubahan waktu, tempat keadaan dan adat panjang, maka kesimpulan dari persoalan
kebiasaan (Yasid, 2010). yang dibahas dalam synopsis tesis ini dapat
Dengan demikian, sebenarnya `urf disimpulkan sebagai berikut,
(tradisi) sepanjang sejarah pembentukan A. Kedudukan hukum adat pada
hukum islam memang sangat diperhatikan masyarakat Melayu Jambi di Kecamatan
oleh para juris Islam. Selagi `urf tidak Muara Tembesi Jambi sebagai penata
mengalami kontradiksi dengan ketentuan dan pengarah dalam kehidupan sosial
teks wahyu, maka tidak ada alasan untuk masyarakat adalah tidak bertentangan
mengabaikannya. Bahkan syariat sendiri dengan hukum Islam bahkan selaras
sebagai tuntunan hidup bagi umat manusia dengan hukum Islam. Bagi masyarakat
sesungguhnya berorientasi pada `urf . Hal Jambi hukum adat mengandung
ini dapat dilihat dalam prinsip-prinsip maslahat dan dijadikan sebagai
dalam ajaran Islam, seperti prinsip `adam al- peraturan tidak tertulis yang harus
haraj (tidak adanya kesempitan), tadrij fi dipatuhi dan perlu dikembangkan
tasyri` (pentahapan dalam pensyariatan), al- sehingga secara nyata dapat berdaya
musawah (kesetaraan), rahmatan lil `alamin ( guna untuk kelancaran pemerintahan,
penebar rahmat bagi seluruh alam. pembangunan dan kemasyarakatan serta
Jika dilihat dari kesesuaiannya memperkuat ketahanan nasional.
dengan nash dan prinsip-prinsip syariat, `urf B. Pernikahan menurut adat Jambi
dibagi menjadi dua macam, yaitu: bukanlah urusan kedua belah pihak
A. `Urf sahih, yaitu `urf yang tidak calon pengantin tetapi merupakan
bertentangan dengan nash al-Quran atau kewajiban kedua belah pihak orang tua
Sunah dan tidak menghalalkan sesuatu nenek mamak tengganai mereka.
yang haram atau mengharamkan yang Perkawinan itu diletakkan di atas tungku
halal. bercabang tiga, yaitu: memenuhi
B. `Urf fasid, yaitu `urf yang bertentangan ketentuan adat, memenuhi ketentuan
dengan nash sarih al-Quran atau Sunah Syara’, dan memenuhi ketentuan
dan tidak menghalalkan sesuatu yang undang-undang perkawinan. Ada
haram atau mengharamkan yang halal beberapa tahapan sebelum acara
(Muhajir, 2011). pernikahan khususnya di kecamatan
Dari paparan di atas dapat Muara Tembesi Jambi, yaitu masa
disimpulkan bahwa adat pernikahan Melayu perkenalan, masa persiapan, sisik siang,
Jambi di Kecamatan Muara Tembesi Jambi duduk bertanyo, mengisi adat menuang
merupakan adat yang shohih, karena tidak lembago dan ijab kabul.
bertentangan dengan nash al-Quran atau C. Adat pernikahan Melayu Jambi di
Sunah dan tidak menghalalkan sesuatu yang Kecamatan Muara Tembesi Jambi dalam
haram atau mengharamkan yang halal. analisis `Urf merupakan adat yang
Proses pernikahan Melayu Jambi di shohih, karena tidak bertentangan
Kecamatan Muara Tembesi Jambi juga sesuai dengan nash al-Quran atau Sunah dan
tidak menghalalkan sesuatu yang haram

173
Sibawaihi & Baharun – Adat Pernikahan Melayu Jambi

atau mengharamkan yang halal. Proses Interdisipliner Ilmu Sosial, Ekonomi


pernikahan Melayu Jambi di Kecamatan Islam, Agama Managemen. Jakarta: Dwi
Muara Tembesi Jambi juga sesuai dengan Pustaka Jaya.
Islam. Prosesnya adalah dengan cara Nujaim, I. b. (1980). al-Asybah wa al-Nazha’ir.
ta`arruf, pertunangan dan ijab qobul. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Poerwandari, K. (2013). Pendekatan Kualitatif
untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Daftar Pustaka Jakarta: LPSP3 UI.
Karisman, R. S. U. (2015). Skripsi: Peranan
‘Awad, S. (t.t). At har al-’urf Fi al-Tasyri’ al- Lembaga Adat Dalam Menyelesaikan
Islami. Kairo: Dar al-Kitab al-Jami’. Perkara Pidana (Studi Di Desa Huraba
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Natal). Medan: Universitas Sumatra
Cipta. Utara.
Cholif, M. A. (2015). Sejarah Hukum Adat RI, D. A. (2008). AL-Qur’an dan
Jambi. Jambi. Terjemahannya. Depok: Cahaya Qur’an.
Hadikusuma, H. (2003). Pengantar Ilmu Saudagar, F. 2003. Potensi Budaya Melayu
Hukum Adat Indonesia. Lampung: Jambi Dalam Pengolahan Sumber Daya
Mandar Maju. Perikanan. Jambi: Diknas Kelautan dan
Hanbal, A. I. (1999). Musnad al-Imam Ahmad Perikanan Propinsi Jambi.
Ibnu Hanbal. Beirut: Muassah al- Soekanto, S. (2014). Pengantar Penelitian
Risalah. Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia
Hariri, I. M. (1998). ‫اﻟﻤﺪﺧﻞ إﻟﻰ اﻟﻘﻮاﻋﺪ اﻟﻔﻘﮭﯿﺔ اﻟﻜﻠﯿﺔ‬. Pres (UI-Press).
Daar ‘Amaar. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Indra, P. (2010). Tesis :Peran lembaga adat Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Malayu dalam pelestarian budaya dan Bandung: CV. Alfabeta.
implikasinya terhadap ketahanan wilayah Syarifuddin, A. (1984). Pelaksanaan Hukum
di Kepulauan Riau (Studi tentang Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat
Upacara Adat Perkawinan di Kota Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tanjung pinang). Yogyakarta: Muhajir, A. (2011). Metodologi Kajian Fiqh.
Universitas Gadjah Mada. Situbondo: Ibrahimy Press.
Khallaf, A. a.-W. (1978). ‘Ilmu al-Usul al-Fiqh. Yasid, A. (2010). Aspek-Aspek Penelitian
Damaskus: Dar al-Qalam. Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M.S. A. (2001). Adat Minangkabau Pola dan
Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta::
PT. Mutiara Sumber Widya.
Moeloeng, L. (1998). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhammad. (2008). Metodologi Penelitian
Ekonomi Islam . Jakarta : Rajawali Pers .
Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif, Paradigama Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, I. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif, Teori Dan Aplikasi

174

Anda mungkin juga menyukai