300 UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
Jadi hukum adat itu merupakan aturan kebiasaan dengan kemungkinan bahwa adat-adat itu tidak hidup
manusia dalam hidup bermasyarakat.Hukum adat lagi dalam rakyat; ada juga yang dipengaruhi oleh
sebagai norma hukum menjadi pedoman bertingkah agama, sehingga memberi tempat utama pada agama
laku bagi masyarakat dimana hukum adat itu berlaku, daripada hukum adat asli; ada juga yang dipengaruhi
tentu diharapkan masyarakat akan mentaati hukum oleh hukum barat, sehingga pencatatan tentang
adat yang berlaku tersebut. hukum adat tidak dapat dipercaya. Gejalanya dapat
dilihat pada upacara- upacara perkawinan orang-
Keberadaan hukum adat di samping hukum negara
orang Indonesia asli yang beragama Islam, Nasrani,
diakui oleh Konstitusi Negara Republik Indonesia
Hindu, Budha, dan lain-lain. Wilayah Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 B ayat (2)
merupakan satu kesatuan, adat didaerah satu tidak
UUD 1945 yang menentukan: “Negara mengakui dan
sama dengan yang didaerah lainnya. Contoh : Adat di
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
Jawa tidak sama dengan adat di Sumatera. Perbedaan-
adat beserta hak-hak tradisionilnya sepanjang masih
perbedaan itu antara lain disebabkan oleh susunan
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
masyarakat yang berbeda-beda. Ada yang susunan
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
masyarakatnya berdasarkan toritorial, genealogis atau
diatur dalam undang- undang.” Demikian pula Pasal
darah keturunan. Susunan masyarakat genealogis
28 I ayat (3) menentukan : “Identitas budaya dan
dapat bersifat patrilineal, matrilineal atau parental.
hak masyarakat tradisionil dihormati selaras dengan
Perbedaan dalam hukum adat dapat pula ditimbulkan
perkembangan jaman dan peradaban”.
oleh perbedaan agama yang dianut oleh masing-
Keberadaan hukum adat ini tidak memikirkan dan masing golongan rakyat, adapula oleh perbedaan
mempertimbangkan apakah ia akan diakui atau tidak kemajuan golongan-golongan tertentu.
oleh kekuasaan negara, melainkan ia harus muncul.
Jambi merupakan salah satu daerah yang
Kata-kata “harus muncul” menunjukkan otensitas
mayoritas penduduknya beradat melayu, yang disebut
hukum adat5. Jadi sesuai dengan ketentuan dalam
melayu Jambi, di mana eksistensi masyarakat hukum
pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
adat yang telah lama di akui. Jambi merupakan daerah
Indonesia tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
hukum adat diakui eksistensinya atau keberadaannya
seperti umumnya masyarakat Melayu di daerah
sepanjang hukum adat tersebut masih hidup dan
lain, Masyarakat Jambi sangat kuat terpengaruh
sesuai dengan perkembangan masyarakat serta
dengan hukum adat dalam interaksi mereka sehari-
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
hari. Hukum adatnya dianggap berasal dari daerah
Yang menjadi sumber hukum adat ialah Minangkabau di Propinsi Sumatera Barat, terlihat
keyakinan rakyat akan keyakinan, yang dinyatakan beberapa persamaan kata dan dasar hukum adat
antara lain dalam bentuk kebiasaan,putusan-putusan Jambi dan Minangkabau, namun pada penggunaannya
kepala-kepala rakyat.Sumber hukum adat Indonesia jelas berbeda, ico pakai nan balain. Kemiripan yang
yang penting adalah masyarakat sendiri;kadangkala lain dalam seloko adat Jambi yang berbunyi ”adat
ada keinginan dan percobaan dari pihak orang bersendi syara’ , syara’ bersendi kitabullah”.Dari
Indonesia untuk menulis tentang hukum adat uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
kita, yang sesungguhnya hanya mencatat saja.. permasalahan adalah bagaimana hubungan antara
Dalam hal ini kita harus berhati-hati oleh karena dalam Hukum Adat Minangkabau dengan pengembangan
catatan- catatan itu terdapat kaedah- kaedah yang kearifan lokal Jambi?
sudah kuno, yang tak berlaku lagi didalam masyarakat,
UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018 301
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
c. Lantak nan Idak Goyah (gubuk di atas sungai b. Sumbang Salah, yaitu hal-hal yang menurut
yang tidak goyah), maksudnya ialah adil dalam pendapat umum dipandang tidak baik atau
menentukan hukum, jujur, tidak pilih kasih dan tidak layak (sumbang), dan perbuatan yang
ada persamaan dalam hukum. Asas ini dikuatkan sudah terang tidak baiknya (salah). Pelanggaran
dengan seloko adat, behuk di imbo disusukan, terhadap ketentuan ini dikenai hukuman denda
anak di pangku diletakkan. nan benah, benah sebesar-besarnya seekor ayam, satu gantang
jugo, jangan tibo di mato dipicengkan, tibo di beras dan sebuah kelapa, dan setinggi-tingginya
pehut dikempeskan (monyet di hutan disusukan, seekor kambing, empat puluh (40) gantang beras
anak di pangkuan diletakkan. Yang benar, benar dan satu kabung kain. Sumbang salah terbagi
juga, jangan sampai di mata dikedipkan, sampai menjadi tujuh (7) macam, yaitu:
di perut dikempeskan). 1) Sumbang pangimak (salah melihat), ialah
d. Nan Idak Lapuk Keno Ujan, Idak Lekang Keno memandang seseorang dengan cara yang
Paneh (yang tidak lapuk kena hujan, tidak keropos agak tidak sopan, seperti memandang
kena panas), yaitu berpegang pada kebenaran perempuan yang mengarah pada bagian
yang tidak berubah. tertentu.
e. Kato Saiyo (kata seiya, kesepakatan, mufakat), 2) Sumbang bakato (salah berkata), seperti
artinya setiap persoalan yang rumit untuk berkata cabul, mencaci maki atau berkata
diselesaikan harus di selesaikan dengan yang tidak senonoh.
pemufakatan dan hasilnya harus menjadi 3) Sumbang kaduduk (salah duduk), seperti
pegangan bersama. Asas ini dikuatkan pula seorang lelaki yang duduk berdekatan dengan
302 UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
perempuan yang bukan istri atau muhrimnya, mengembalikan barang yang diambil dengan
atau seorang tamu yang duduk didekat tiang jalan penipuan dan membayar denda adat berupa
tengah rumah yang didatanginya. seekor ayam, satu gantang beras dan sebuah
kelapa.
4) Sumbang bajalan (salah berjalan), contohnya
berjalan bersama dengan wanita yang bukan f. Maling Curi, adalah mengambil harta orang
isteri atau muhrimnya tanpa keperluan yang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya. Jika
jelas. dilakukan pada malam hari disebut maling dan
jika pada siang hari disebut curi. Pelakunya harus
5) Sumbang bujuk malindan tebing (salah
mengembalikan semua barang yang dicuri, serta
bujuk-jenis ikan-mendekati tebing), yaitu
membayar denda adat berupa seekor ayam, satu
suatu perbuatan yang melihat tepian mandi
gantang beras dan sebuah kelapa. Maling curi
di sungai tanpa ada keperluan yang jelas,
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
pelanggaran ini bisa dihukum berat apabila
yang ada di tepian adalah perempuan. 1) Cacak adalah mengambil milik orang
lain yang melekat di badannya kemudian
6) Sumbang barau maulak lantak (salah barau-
melarikan diri dan korban tidak sadar ketika
jenis ikan-melalui gubuk di tengah air), ialah
itu (pencopetan).
mandi secara berdekatan atau satu tepian
lelaki dan perempuan pada waktu yang 2) Rebut Rampeh ialah mengambil milik orang
sama, sedangkan perempuan itu bukan lain dengan jalan paksa dan melarikan diri
istrinya atau muhrimnya. (pemalakan).
7) Sumbang kumbang manguncup bungo (salah 3) Maling bapangihit adalah pencurian yang
kumbang mendatangi bunga), yaitu seorang dilakukan di rumah korban, dengan bantuan
lelaki mencium bayi yang sedang disusui di salah seorang isi rumah tersebut.
pangkuan ibunya.
4) Maling bakaadaan, yaitu pencurian yang
c. Samun Sakai, ialah perampokan yang disertai didahului dengan pengamatan secara
dengan pembunuhan (samun), dan perampasan seksama situasi dan kondisi rumah,
harta saja (sakai). Hukuman dan pembagiannya sehingga hasilnya mulus dan hamper tidak
ditetapkan di dalam Anak Undang nan Duo meninggalkan jejak, sesuai seloko adat lantai
Belas. dak taateh, dinding dak tabebak, harto tepi
dak ilang harto tengah nan ilang, bunta
d. Upeh Racun, adalah perbuatan membunuh
bayang-bayang (lantai tidak terangkat,
orang menggunakan racun sehingga korban mati
dinding tidak terpisah, harta tepi tidak
seketika (upeh), atau mati secara perlahan (racun).
hilang harta tengah yang hilang, tidak ada
Kejahatan ini diterangkan dengan seloko, bubok
bayangan). Bisa jadi pelaku pencurian jenis
paku batabung sayak (bubuk paku bertabung
ini adalah orang dalam rumah itu sendiri
atau bertenpatkan tempurung). Pelaku kejahatan
atau tuan rumah sengaja menyembinyikan
ini dikenai hukuman bangun penuh dengan
barangnya dengan maksud tertentu, kejadian
membayar seekor kerbau, empat ratus (400)
ini bukan murni karena pencurian.
gantang beras, empat ratus (400) buah kelapa,
kain putih empat kabung dan salemak samanih. 5) Jarah bapaninjau (penjarahan mempunyai
penyelidik), yaitu pencurian yang didahului
e. Tipu tepo, adalah tindakan merugikan orang
dengan menyuruh seseorang untuk
lain dengan jalan berpura-pura jujur (tipu),
mengamati situasi dan kondisi rumah.
atau dengan bujuk rayu (tepo). Pelakunya harus
UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018 303
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
g. Tikam Bunuh, adalah tindakan melukai orang c. Mati Dibangun, adalah hukuman bagi pelaku
lain dengan atau tanpa senjata (tikam), dan pembunuhan adalah bangun, yaitu pembayaran
menghilangkan nyawa orang lain dengan senjata berupa seekor kerbau yang disertai dengan
atau tidak disebut bunuh. Sanksi hukumannya beras, kelapa, kain putih dan bumbu-bumbunya.
adalah luko nan tali pampeh, mati nan tali Pembunuhan dibagi menjadi 3, yaitu:
bangun. Hukumannya ditetapkan dalam Anak
1) Cincang Marajo Cincang, yaitu pembunuhan
Undang nan Duo Belas.
sengaja. Dihukum dengan bangun penuh,
h. Siuh Bakar, yaitu tindakan perusakan hak orang yaitu pelaku atau keluarga pelaku (waheh)
lain dengan cara pembakaran, jika rumah disebut diwajibkan membayar seekor kerbau yang
siuh dan jika lahan pertanian atau perkebunan disertai dengan 400 gantangberas, 400
disebut bakar. Bagi pelaku perusakan ini dikenai buah kelapa dan 400 kabung kain putih yang
kewajiban untuk mengganti semua kerugian disertai dengan salemak samanih (bumbu-
korban. bumbu)
2) Nyincang (pembunuhan seperti sengaja),
diancam dengan hukuman imbangbangun,
3. Anak Undang Nan Duo Belas
merupakan hukuman setengah dari bangun
a. Lembam Baluh Ditepung Tawar, maksudnya penuh di atas, yaitu dengan menyerahkan
yaitu orang yang melukai fisik orang lain harus seekor kerbau yang disertai 200 gantang
mengobatinya hingga sembuh. beras, 200 buah kelapa dan 200 kabung kain
b. Luko Lukih Dipampeh, yaitu pembayaran denda putih serta salemak samanih.
terhadap kejahatan yang melukai fisik orang lain, 3) tacincang (pembunuhan tidak sengaja),
terbagi menjadi tiga golongan: diancam dengan hukuman separo bangun,
yaitu berupa pembayaran seekor kerbau
1) Luko Rendah, yaitu luka yang tidak terlalu
yang disertai 100 gantang beras, 100 buah
parah dan dapat ditutupi dengan pakaian,
kelapa dan 100 kabung kain putih yang
pampeh-nya ialah seekor ayam, satu (1)
disertai dengan salemak samanih.
gantang beras dan sebuah kelapa
d. Samun (perampokan), terbagi ke dalam empat
2) Luko Tinggi, yaitu luka pada bagian wajah
kelompok, yaitu :
atau tempat yang tidak tertutup pakaian dan
tidak terlalu parah, didenda dengan seekor 1) Samun si Gajah Duman, yaitu perampokan
kambing, dua puluh (20) gantang beras dan di dalam hutan belantara. Kejahatan ini
dua puluh (20) buah kelapa. tidak ada hukumannya karena pelakunya
tidak mungkin ditangkap, oleh karena itu
3) Lukih, digambarkan dengan pepatah adat
dinamakan langau ijau (hijau), yaitu hukum
antaro jangat dengan daging takuak, putuih
rimba.
uhat taincung tulang, dahah nan tapecik
(antar kulit dengan daging terpisah, putus 2) Samun si menti Duman, yaitu perampokan
urat nadi patah tulang, darah yang terpercik). yang terjadi di perbatasan pemukiman
Hukumannya adalah setengah bangun, yaitu dengan hutan, hukuman pelaku perampokan
berupa pembayaran seekor kerbau yang ini adalah seekor kerbau, seratus (100)
disertai 100 gantang beras, 100 buah kelapa gantang beras, seratus (100) buah kelapa
dan 100 kabung kain putih yang disertai dan salemak samanih.
dengan salemak samanih. 3) Samun di adun duman, yaitu perampokan
yang terjadi di perbatasan dua daerah atau
304 UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
desa. Pelakunya dihukum dengan seekor orang berkelahi, jika yang ditantang orang biasa
kerbau, seratus (100) gantang beras dan dendanya seekor kambing dua puluh gantang
salemak samanih. beras dan jika yang ditantang adalah pejabat
dendanya seekor kambing dan empat puluh
4) Samun si kati duman, yaitu ditengah
gantang beras.
pemukiman penduduk. Hukumannya
berlaku bangun bila korban meninggal j. Manempuh nan basawah, manjat nan rebak,
dunia, pampeh bila korban luka-luka dan yaitu memasuki daerah terlarang atau memasuki
mengembalikan barang yang di rampok jika perkebunan orang lain yang dipagar tanpa izin.
tidak menyebabkan luka dan kematian serta Pelaku pelanggaran ini dikenai hukuman seekor
pelakunya diserahkan pada Raja. ayam, satu gantang beras dan sebuah kelapa.
e. Salah makan diluahkan, salah bawo dibalikkan, k. Maminang di ateh pinang, manawah di ateh
salah pakai diluluskan (salah makan diganti, salah tawah, yaitu meminang gadis yang telah dipinang
bawa dikembalikan, salah pakai dilepaskan), yaitu orang lain dan menawar suatu barang dalam
berupa kewajiban mengembalikan hak orang lain tawaran orang lain. Pelaku pelanggaran ini
apabila menggunakannya, dan jika menyebabkan dihukum dengan denda seekor kambing dan dua
kerugian maka harus menggantinya. puluh gantang beras.
f. Utang kecik dilunasi, utang gedang diangsuh l. Bapaga siang, bakandang malam (berpagar siang,
(hutang kecil dilunasi, hutang besar diangsur), berkandang malam), yaitu hukum mengenai
yaitu kewajiban debitor untuk melunasi hutangnya aturan tanaman dan hewan ternak, tanaman
pada kreditor dengan jalan dilunasi sekaligus atau dipagari dan dijaga pemiliknya pada siang hari
diangsur. dan hewan ternak hendaknya dikurung dalam
kandangnya pada malam hari. Jika hewan ternak
g. golok gadai, timbang lalu, artinya harta yang
merusak tanaman atau rumah dan pekarangannya
digadaikan atau yang dijadikan anggunan atas
pada malam hari, maka pemilik hewan tersebut
suatu hutang, akan menjadi hak yang memberi
berhak dimintai ganti rugi. Sebaliknya, jika hewan
hutang, apabila telah lewat tenggat waktunya.
tersebut merusak sesuatu pada siang hari, maka
h. Tegak mangintai lengang, dudok mangintai tidak bisa dimintai ganti rugi akibat kerusakan
kelam, tegak duo bagandeng duo, salah bujang tersebut.
dengan gadih kawin (berdiri mengintai dengan
maksud menunggu sepi, duduk menunggu gelap,
berdiri dua bergandeng dua, salah remaja putra 2. Dasar Pelaksanaan Hukum Adat Di Minang-
dan gadis adalah dinikahkan), adalah pergaulan kabau
di kalangan remaja yang meyalahi aturan agama
Adapun hukum adat itu ada dua belas perkara
dan adat, seperti berduaan di tempat sepi yang
yaitu:
tidak ada muhrimnya, maka dinikahkan jika
belum menikah dan masing-masing pihak dikenai 1. Basasok bajarami;
denda seekor kambing, dua puluh gantang beras 2. Bapandan bapakuburan;
dan dua puluh buah kelapa. 3. Basuri batuladan;
i. Mamekik mangentam tanah, mangulung 4. Jiko jauah buliah ditunjuakkan;
lengan baju, manyingsing kaki seluar (memekik 5. Kalau hampia buliah dikakokkan;
menghentam tanah, menggulung lengan baju, 6. Batampek bakadudukan;
menyingsing kaki clana ke atas), yaitu menantang
7. Babarih babalabek;
UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018 305
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
306 UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
a. Salah kepada raja namanya. tadi, mereka itu mesti membayar pula satu
b. Salah kepada penghulu namanya. kesalahan lagi sebab ia engkar membayar
hutang pertama tadi yakni sebab tidak
Salah kepada raja, hukumnya hukum bunuh
menurut baris balabeh, adat yang terpakai
(pancung/gantung). Adapun yang di maksud
dalam nagari, hutang balabeh (baris) itu
perkataan Beremas Hidup itu ialah : orang yang
setinggi tingginya tidak boleh lebih dari 20
bersalah itu membayar hutang adat kesalahannya
mas (dua puluh rial) dan serendah-rendahnya
yang dihukumkan penghulu kepadanya. Yang
hingga sepaha (4 mas).
di maksud Tidak Beremas Mati ialah : tidak
kuasa mereka yang dihukum membayar hutang 4. Buang Pulus namonyo yaitu orang yang
adat, tentangan kesalahan yang dihukumkan dibuang, diharamkan ke kampung buat
penghulu-penghulu kepadanya maka orang selama-lamanya atau buat sementara waktu
itu mati, mati pula nama hukumnya sepanjang ia dijadikan menjadi hamba sahaja (hamba
adat, ialah dimatikan hak mereka itu sepanjang raja), kemudian kalau dia sudah menjalani
adat (dikeluarkan dari segala adat negeri). Tidak hukuman itu dan sudah dipandang baik
dibawa seadat selimbago lagi, tidak dibawa duduk oleh timbangan raja, maka raja ada hak
sama rendah, tegak sama tinggi yakni keluar dia mengampuni kesalahan itu.
dari adat. 5. Buang Tingkarang ( Buang tembikar) atau
h. Hukum Dibuang Sepanjang Adat buang saro namanya, yakni buang yang
tidak boleh diampuni atau diterima kembali
1. Buang siriah namonyoyakni buang yang
selama-lamanya, masuk di dalam adat. Ialah
boleh diampuni kalau sudah sampai tempo
tantangan hutang yang tidak boleh dibayar,
lamonyo buangnya itu atau kalau ia suka
salah yang tidak boleh ditimbang dengan
(bisa) membayar hukumnya yang dihukum
emas samalah hukumnannya dengan orang
kepadanya.
yang salah kepada raja tersebut di atas.
2. Buang Biduak namonyo yaitu orang yang
i. Pasal Menyatakan Hukuman Maling Curi
dibuang sekaum (dari kaumnya). Bila ia telah
mau bertobat kembali dan mau memenuhi Hukum Orang Memaling Orang
hukuman yang telah dihukumkan kepadanya,
Adapun hukuman orang memaling orang itu
maka boleh pula ia diterima kembali saadat
adalah:
salimbago seperti sedia kala.
1. Jikalau sudah dapat tanda baitinya orang
3. Buang Hutang namonyo yaitu orang
memaling orang itu, maka hukuman orang
yang dibuang, sebab tidak membayar dia
yang bersalah itu: Kalau yang memalingnya
(bangunan) dan orang-orang yang salah
itu telah menjualnya, maka lebih dahulu
tidak mau membayar hutang adat yang
dihukum ia menebus orang uang dimalingnya
dihukumkan kepadanya sebab ia salah
itu dan dipulangkan kepada ahli waris orang
ngomong memaki, atau mencaci maki kepada
yang dimalingnya itu. Sudah itu barulah
raja atau penghulu atau orang patut yang
mendenda penghulu penghulu dalam negeri
memegang adat dan lain-lain seumpamanya
(suku-suku) jikalau yang dimalingnya itu
maka orang itu boleh pula diterima kembali
orang yang baik-baik (bangsawan). Maka
seadat selembaga kalau ia telah membayar
dendanya itu adalah setahil sepaha, sepuluh
kesalahannya. Tetapi ia harus membayar
emas-limakupang-lima busuk-sekupang-
kesalahan utang baris namanya. Yaitu selain
sepihak enam kundi (6 suku). Jikalau ada
dari membayar kesalahan sebab ia dibuang
UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018 307
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
emas hidup tidak beremas mati. l. Hukuman Orang Memaling Padi atau Lain-lain
Makanan yang Mengenyangkan
2. Jikalau bukan orang baik-baik yang
dimalingnya itu, maka hukumannya: Maka hukumannya itu ialah didenda saja,
yaitu denda setahil-sepaha- sepuluh emas- lima
a. setelah ditebusinya orang yang
kupang- lima busuk- sekupang- sepiak- empat
dimalingnya itu maka disuruh cemuki
kundi atau disuruh cambuki orang itu berturut-
orang yang memalingnya itu oleh orang
turut selama tujuh hari, kepada yang empunya
yang dimalingnya berturut-turut tiga
harta yang dimalingnya itu atau oleh hulu balang.
hari, atau tujuh hari lamanya, atau oleh
Maka di sini terpakai juga hukuman: Beremas,
ahli waris yang dimalingnya itu.
hidup, tidak beremas mati ialah menilik besar kecil
b. Sudah itu barulah mendenda penghulu atau banyak harta orang itu yang dimalingnya.
penghulu yang keenam suku (kalau
m. Hukuman Memaling Cempedak (Nangka)
suku enam). Dendanya ialah: sepuluh
emas-tengah tiga emas- lima kupang- Adapun hukuman memaling nangka
lima busuk- sekupang- sepihak-empat itu, jikalau telah dapat tanda baitinya, maka
kundi. Jikalau ada beremas hidup tidak dendanya: tengah tiga emas, lima kupang, lima
beremas mati. busuk, sekupang, sepiak, empat kundi. Jikalau
orang itu tidak kuasa membayar denda tersebut
j. Hukuman Orang Memaling Binatang Ternah
maka digantungkan nangka itu pada lehernya
Kerbau/Lembu
dan dibawanya berjalan keliling nagari, tempat
Jikalau telah dapat tanda baiti orang maling salahnya itu, tujuh hari berturut-turut.
ternak itu:
n. Hukuman Orang Memaling Tebu atau Pisang
1. Dihukum yang memaling ternak itu,
Adapun hukuman orang memaling tebu atau
memulangkan ternak atau harga ternak yang
pisang itu, jika telah dapat tanda baitinya, maka
dimalingnya itu.
dendanya itu ialah sekupang-empat kundi. Dan
2. Sudah itu barulah mendenda penghulu tidaklah disiksa orang itu.
penghulu (penghulu kepala) atau kepala
o. Hukuman Orang Memaling Kelapa
penghulu. Dendanya itu sepuluh emas –lima
busuk- sekopang- sepiak- empat kundi. Adapun orang memaling kelapa itu
hukumannya ialah: Jika telah dapat tanda baitinya,
k. Hukum Orang Memaling Kambing, Ayam atau
dan dendanya itu ialah: Lima kupang-lima busuk,
Itik (Burung)
sekupang, sepiak, empat kundi: karena kelapa
Jikalau sudah dapat tanda baiti. Maka adalah kehormatan segala makanan.
hukumannya itu didenda Yaitu-tengah tiga emas-
p. Hukuman Orang Memaling Pagar atau Lahan
Lima Kupang- Lima busuk- sekupang- sepihak
atau Jerat
empat kundi dan tiadalah boleh dihukum mati
orang itu, melainkan kalau ia tidak beremas Adapun hukuman orang memaling pagar,
pembayar denda itu maka disuruh cambuki orang atau alahan, atau jerat itu, jikalau telah dapat
itu kepada yang empunya harta yang dimalingnya tanda baitinya, maka dendanya: Lima kupang,
itu, atau kepada hulu balang adat dalam nagari: lima busuk, sekupang, sepiak, empat kundi.
tujuh hari lamanya berturut-turut. Hukuman ini
Hukuman Orang Memaling Supedas atau
boleh dijalankan saja oleh sebuah suku, tidak
Kunyit atau Tanaman yang Berisi dalam Tanah
perlu serapat nagari.
308 UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018
Pahlefi . Konsepsi Hukum Adat Melayu Jambi Dan Minangkabau
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan
pada bab-bab terdahulu, dapatlah ditarik kedalam
kesimpulan antara lain bahwa secara konseptua
terdapat keterkaitan konsep hukum antara hukum
adat Jambi dengan hukum adat Minangkabau.
DAFTAR PUSTAKA
Hadikusuma, Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat
Indonesia, Cetakan I,Mandar Maju, Bandung,
1992.
Muhamad, Busbar, Pokok-pokok Hukum Adat,
Cetakan IX, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004.
Setiady, Tholib , Intisari Hukum Adat Indonesia(Dalam
Kajian Kepustakaan),Cet Ke 3, CV Alfabeta,
Bandung, 2013.
Soekanto, Soerjono et.al, Hukum adat di Indonesia,
Cetakan II, CV. Rajawali Jakarta, 1983.
Terhaar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat,
Terj. Soebakti Poespono, Cetakan XII, Pradnya
Paramita, 2001.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-undang Jambi Pucuk Undang Nan Delapan
dan Teliti Undang nan Dua Belas
UIR Law Review Volume 02, Nomor 01, April 2018 309