Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data kualitatif melalui pendekatan ekstrinsik, yaitu
pandangan dan penilaian peneliti dari kacamata netral guna mengetahui dan memahami eksistensi
dan penerapan hukum adat melayu di Kota Jambi, selain itu juga bertujuan untuk memahami sejarah
hukum adat melayu Jambi. Fokus penelitian ini adalah eksistensi dan penerapan hukum adat melayu di
kota Jambi. Dengan menggunakan metode deskriptif dalam ranah kebudayaan.
Latar belakang dari penelitian ini adalah dimulai dari melihat proses lahirnya sejarah hukum
adat melayu Jambi dan apa mendasari hukum adat bagi masyarakat melayu Jambi hingga eksistensi dan
penerapannya. Jika hukum negara penerapannya hanya bisa menagati masalah. Maka hukum adat
melayu mampu menyelesaikan masalah.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sejak masuknya di Jambi hukum adat melayu Jambi
belandaskan pada ajaran Islam. Pucuk induk undang nan lima menjadi dasar hukum adat melayu Jambi.
Selain itu dikenal empat ragam adat melayu Jambi. Semua ketentuan adat bersumber pada Al-qur’an
dan hadist. Hal ini tercermin pada pepatah adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah.”
Dan seloko adat “syarak mengato, adat memakai.”
Simpulannya, Hukum adat melayu memiliki peranan yang sangat penting bagi mayarakat Jambi
sebagai pedoman dan kontrol sosial masyarakat melayu di kota Jambi disamping hukum negara. Dengan
demikian, dengan adanya kesadaran hukum adat sehingga terciptanya keselarasan dan ketertiban yang
terdapat dalam masyarakat.
341
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
Lembaga Adat Melayu Jambi Tanah masyarakat muslim, yang di satu sisi
Pilih Pasko Batuah Kota Jambi dan ingin menerapkan hukum waris Islam
Tinjauan Kritis terhadap Perda No. 5 berdasarkan prinsip kewarisan menurut
Tahun 2007. Hasil penelitiannya hukum syariat, tapi di sisi lain masih
menunjukkan bahwa Pertama, Perda memegang teguh hukum Adat. 3
No. 5 Tahun 2007 perlu ditinjau Penelitian sebelumnya yang
kembali karena beberapa pasal dan poin menjadi acuan penelitian ini adalah
masih lemah. Pasal 13 yang mengatur penelitian terdahulu tentang peranan
tentang hubungan kerja sama masih lembaga adat melayu dalam
samar-samar. Kedua, Lembaga Adat melestarikan budaya melayu yang
Melayu Kota Jambi belum menjalankan ditulis oleh tim peneliti yang diketuai
amanat Perda No. 5 Tahun 2007, yakni oleh Supian, Selfi Mahat Putri dan
bekerja sama dan berkoordinasi dengan Fatonah yang mengemukakan bahwa
Kepolisian Republik Indonesia, salah satu peranan lembaga adat adalah
Kejaksaan, dan Badan Peradilan; kerja tetap melestarikan adat dan budaya
sana belum terlaksana secara melayu termasuk di dalamnya hukum
organisasional dan institusional. adat yang sudah ada di dalam budaya
Kalaupun ada, kerja sama hanya bersifat masyarakat Jambi.
personal. Ketiga, Lembaga Adat Dari ketiga penelitian terdahulu
Melayu Kota Jambi belum dapat memiliki persamaan meneliti eksistensi
menjalankan perannya dalam hukum adat melayu dan lembaga adat.
pemerintah maupun masyarakat. 2 Perbedaan dengan penelitian-penelitian
Senada dengan hal tersebut, di atas terletak pada eksistensi dan
menurut Komari dengan judul penerapan hukum adat melayu di Kota
penelitiannya Eksistensi Hukum Waris Jambi. Penelitian ini melanjutkan
Di Indonesia: Antara Adat Dan Syariat. penelitian kami terdahulu tentang
Hasil penelitiannya bahwa sampai saat peranan lembaga adat dalam
ini pelaksanaan hukum waris di melestarikan budaya melayu Jambi.
Indonesia lebih bercirikan kombinasi METODE PENELITIAN
antara Adat dan syariat. Hal ini tampak Subjek dan Objek Penelitian
menjadi sikap ambivalen di kalangan
2 3
https://media.neliti.com/ https://journal.uinsgd.ac.id
343
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
maka akan dapat dituntut dan kemudian mengikat menjadi sebuah tata kelakuan.
dihukum. Dengan demikian, ada beberapa ciri-
Van Vollen Hoven juga ciri pokoknya yaitu, sebagai berkut:
mengungkapkan dalam bukunya 1. Tata kelakuan merupakan sarana
“Adatrecht” sebagai berikut “Hukum untuk mengawasi perilaku
adat pada waktu yang telah lampau agak masyarakat
beda isinya, hukum adat menunjukkan 2. Tata kelakuan merupakan kaidah
perkembangan” selanjutnya dia yang memerintahkan atau sebagai
menambahkan “Hukum adat patokan yang membatasi aspek
berkembang dan maju terus, keputusan- terjang warga masyarakat
keputusan adat menimbulkan hukum 3. Tata kelakuan mengidentifikasi
adat” pribadi dengan kelompoknya
Hukum adat merupakan 4. Tata kelakuan merupakan salah satu
terjemahan dari bahasa Belanda yaitu sarana untuk mempertahankan
adat recht. Hukum adat merupakan solidaritas masyarakat.
sistem hukum yang dikenal dalam Secara singkatnya, proses
tatanan lingkungan sosial, sehingga lahirnya hukum adat dapat digambarkan
dapat dikatakan jika sistem sosial dengan skema, sebagai berikut:
merupakan titik tolak dalam membahas
hukum adat di Indonesia. Kata “adat”
Manusia Kebiasaan Adat Hukum Adat
346
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
“ hukum adat ini merupakan hukum Hukum ini berlaku untuk semua lapisan
tidak tertulis, hukum tidak tertulis ini masyarakat yang berada dalam wilayah
sudah ada dan berkembang dalam kekuasaan Melayu Jambi, dan yang
budaya masyarakat kita jauh sebelum melaksanakan Hukum Adat Melayu ini
terbentuknya negara kesatuan republik meliputi 3 bagian yaitu masa animisme
Indonesia. Seperti kita ketahui hukum dan dinamisme, hindu budha dan masa
adat ini sudah ada pada kehidupan Islam.” (AAB, wawancara, 3 Agustus
budaya nenek moyang bangsa kita. 2018)
Hukum adat ini lahir dan terbentuk dari Perkembangan hukum adat
adat kebiasan nenek moyang, yang melayu Jambi di dalam masyarakat
kemudian menjadi kontrol sosial bagi Indonesia tergambarkan dalam 3 bagian
masyarakat terdahulu dalam yaitu:
berinteraksi dan ini masih berlangsung Masa animisme dan dinamisme
hingga saat ini”. (HKS, wawancara, 1 Pada masa ini Hukum adat
Juli 2018). melayu berkembang di zaman sebelum
Selaras dengan pendapat masuknya Agama Hindu-Budha,
tersebut, ketua lembaga adat kota kepercayaan masyarakat pada saat itu
Jambi Datuk Azrai Al Basri masih bergantung pada roh-roh nenek
mengemukan bahwa: moyang dan benda-benda yang mereka
“Sejarah Hukum Adat Melayu ini sudah anggap keramat. Pada saat ini hukum
berdiri jauh sebelum adanya Negara adat melayu di pimpin oleh Jomhor.
Kesatuan Republik Indonesia, yang Jomhor merupakan tokoh-tokoh
mengatur pemerintahan, Hukum, Sosial, masyarakat yang cerdas dalam segi
Kemasyarakatan dan segala aspek yang berfikir dan memecahkan masalah,
berhubungan dengan masyarakat semua karena pada masa ini mereka belum
ini terangkum kedalam Hukum mengenal agama maka dari itu mereka
Pemerintahan Adat Melayu Jambi. menggunakan akal saja apabila terjadi
Hukum ini disebut juga sebagai Norma, suatu pelanggaran sosial.
yang pada zaman dahulu digunakan Masa Hindu dan Buddha
sebagai pedoman dalam Berumah Setelah masuknya agama Hindu-
Tangga, Berhalaman, Bertepian, Buddha maka adat Melayu Jambi
bertetangga, berkampung, bernegeri. menjadi lebih berwarna karena adanya
347
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
akulturasi antara kebudayaan melayu berfungsi sebagai cara yang lebih halus
untuk menjalin hubungan kekeluargaan,
jambi dan kebudayaan agama Hindu-
yang ketiga yaitu Hukum Adat, adat
Buddha yang menyebabkan adat dalam arti hukum ini yaitu setiap
persoalaan yang ada perintah dan
tersebut memiliki landasan yang kuat
larangan bila dilanggar akan dihukum
yaitu berupa agama dan adat Melayu dan inilah yang sama rata diterapkan
dalam provinsi Jambi sekarang, biarpun
Jambi pun berubah gelar menjadi taliti.
ada beragam macam adat di Jambi
Yang dI maksud taliti yaitu merubah tetapi Hukum Adat ini lah yang sama
penerapannya di Provinsi Jambi.”
segala ketentuan adat yang tidak sesuai
(MAC, wawancara, 3 Juli 2018)
dengan aturan agama diubah menjadi
Jika ditanya tentang kapan
aturan-aturan agama yang dibawa oleh
Hukum Adat Jambi itu ada maka
Hindu-Buddha.
jawabnya masih menurut MAC,
Masa Islam
“hukum adat Jambi ada sejak manusia
Adat Basandi Syarak, Syarak
ada di Jambi ini, disebut juga dalam
basandi Kitabullah. Pada masa inilah
adat “Lahir seperti jalan setapak
Hukum Adat Melayu diberi gelar Adat
ditengah rimbo” siapa yang memulai itu
nan Sebenar Adat, karena semua
tidak diketahui tiba-tiba sudah ada saja
peraturan yang telah dibuat dari masa
jalannya, akan tetapi setelah
Jomhor hingga Hindu-Budha
berkembangnya masyarakat dan juga
disempurnakan menggunakan Syariat
mendapat pengaruh budaya dari luar
Islam.
seperti Hindu-Buddha kemudian Islam
Bagaimana lahirnya Hukum adat
sehingga terjadilah perubahan dari
melayu Jambi? Menurut pakar hukum
masa-kemasa.” (MAC, wawancara, 3
negara bapak Muchtar Agus Cholif
Juli 2018)
yang juga menjabat sebagai wakil ketua
Hukum Adat Melayu Jambi itu
lembaga adat melayu Jambi,
sejak dari masa Melayu tua (yang
mengatakan bahwa,
disebut dengan Jumhor) sehingga masa
“Sebelum masuk kejawaban alangkah
baiknya kita pahami dulu apa itu Putri Selaro Pinang Masak yang
ADAT, adat secara ilmiah ada 3
menikah dengan Datuk Paduko Berhalo
pengertiannya, yang pertama Adat
dalam artian Budaya yaitu perbedaan terjadi penelitian kembali tentang
pakaian, tradisi, yang secara turun
Hukum Adat Melayu yang pada masa
temurun dilakukan masyarakat tersebut,
yang kedua adat dalam artian Etika atau itu Islam telah berkembang di Negeri
sopan santun suatu daerah yang
348
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
Jambi, jadi semua hukum yang b) Rapat Besar Adat II (Bukit Setinjau
bertentangan dengan Islam dihapuskan, Laut Kerinci, 1530 M)
akhirnya hukum adat ini sebutannya Pada RBA kali ini bertujuan
dari Jumhor berganti menjadi Taliti menyatukan Undang dengan Taliti,
yang merupakan hasil penelitian dan alasan mereka menyatukan karena
pencocokan denga hukum Islam yang mereka ingin memperluas kekuasaan
telah ada. Akan tetapi ditengah kerajaan jambi yang pada saat itu
masyarakat masih banyak yang terukur dari Selat Berhala sampai ke
menerapkan Hukum Adat Jumhor, wilayah Kotoboyo (Rangkiling,
melihat hal itu terjadi di tengah Sarolangun sekarang), dan dari
masyarakat maka ketika Orang Kayo Kotoboyo hingga Kerinci masih dalam
Hitam menjadi Rajo Jambi diadakan lah pengaruh Kerajaan Pagaruyung.
semacam Rapat Besar Adat (RBA) Pada tahun 1524 M raja Jambi
yang disakralkan dengan beberapa mengutus Jenang ke Kerinci untuk
syarat bersumpah ketika penutupan meminta pajak Upeti, akan tetapi
rapat yaitu : Dengan memotong Kerbau mereka menolak karena merasa bukan
Setengah Duo (Kerbau yang sedang bagian dari Warga Jambi melainkan
hamil tua) dan seluruh rambut peserta bagian dari Pagaruyung, dan Hukum
RBA yang hadir. Adat mereka tidak sama dengan jambi
Dalam sejarahnya Rapat Adat terjadi (Taliti) melainkan mengikuti Hukum
sebanyak empat kali yaitu : Adat Pagaruyung (Adat). Oleh karena
a) Rapat Besar Adat I (Bukit itu maka terjadilah perang antara
Siguntang, 1502 M) Kerinci-Jambi pada tahun 1524-1526,
Alasan terjadinya Rapat Besar Adat Kerinci pada saat itu dipimpin oleh
ini adalah Menyatukan Adat dengan Tiang Bungkuk Mendago Rajo yang
Syarak sehingga menghasilkan merupakan seorang depati dari Muaro
keputusan hasil rapat : 1. Negara Langkap, Tamiai. Dalam perang
Kerajaan Melayu Jambi berubah tersebut Kerinci kalah dari Kerajaan
menjadi Negara Melayu Islam Jambi sedangkan Tiang Bungkuk
Jambi, 2. Adat Basandi Syarak, 3. Mendago rajo dibawa ke Jambi untuk
Pucuk Adat Rumpun Taliti. diadili.
349
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
pada saat itu KUHP atau hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum
Belanda suda mulai diterapkan adat melayu Jambi sudah ada jauh
standar denda paling tinggi yaitu melayu Jambi lahir dari adat istiadat dan
950 PESO atau setara dengan 2.400 norma-norma yang ada dan berkembang
d) Rapat adat II (Tanah Pilih, Jambi. 1908 melayu, dari masa animisme dinamisme
350
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
yang mengikat pada masa Hindu Budha menimbang kadar baik atau buruk, salah
disempurnakan dengan masuknya atau benar, patut atau tidak patut, pantas
Islam. Semua hukum adat melayu Jambi atau tidak pantas atas suatu perbuatan
pada awalnya dikenal dengan istilah atau peristiwa dalam masyarakat.
Jumhor berganti menjadi taliti Sehingga eksistensi hukum adat lebih
belandasakan pada Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman untuk menegakkan
yang tergambarkan dalam seloko adat dan menjamin terpeliharanya etika
melayu Jambi “adat bersendi syarak, kesopanan, tata tertib, moral dan nilai
syarak bersendi kitabullah. Syarak adat dalam kehidupan masyarakat.
megato, adat memakai.” Hukum adat disebut hukum asli
Eksistensi dan Penerapan Hukum karena lahir dari bawah atau dari
Adat Melayu
masyarakat adat sesuai dengan
Dasar Hukum Adat Bagi Masyarakat kepentingannya menjelmakan perasaan
Melayu Jambi
Hukum adat merupakan sistem masyarakatnya dan hukum adat itu tidak
hukum yang dikenal dalam lingkungan kaku. Seperti disebut dalam seloko
kehidupan sosial di Indonesia. Hukum adat:”adat di atas tumbuh, lumbago di
adat adalah hukum asli bangsa atas tuang, memahat di atas batu,
Indonesia yang bersumber pada mengukir di atas baris”.
peraturan-peraturan hukum yang tidak Adat sebagai fundamen dan juga
tertulis yang berkembang sejak dahulu langsung berhubungan dengan
dan sudah berakar didalam masyarakat masyarakat sehari-hari, memiliki
serta dipertahankan dengan kesadaran wibawa dan kewibawaan inilah sebagai
hukum masyarakatnya. Meskipun modal utama dalam pemerintahan adat.
hukum adat tersebut tidak tertulis akan Hukum adat tidak mengenal adanya
tetapi hukum adat memiliki akibat rumah tahanan atau penjara sehingga
hukum terhadap bagi siapa saja yang bagi yang dinyatakan bersalah, hukum
melanggarnya. Norma-norma dan nilai- adat mempunyai sanksi moral dan
nilai yang ada di dalam hukum adat material sebagai efek jera.
sangat dipatuhi dan dipegang teguh oleh Hukum adat Jambi memiliki dan
masyarakat adat. berlandaskan atau sendih yang kukuh
Hukum adat bagi masyarakat dan kuat (Lembaga Adat Provinsi
berfungsi sebagai neraca yang dapat Jambi, 2001: 8). Hal ini terbukti,
351
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
harus berdasarkan pada prinsip-prinsip pertama induk undang nan lima “titian
nan lima tersebut. Hal ini sesuai dengan digambarkan dengan seloko adat “adat
354
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
religius yang sudah ada dalam adat dan religius tersebut, maka semua pihak
budaya melayu Jambi. Justru yang yang terkait, baik pemerintah ulama,
kreatif dan pariwisata yang terus pendidikan, tokoh pemuda dan seluruh
nilai-nilai religius dalam adat dan peran dan kontribusinya dalam proyek
Dalam eksistensi hukum adat memberi teladan, agar adat dan budaya
AAB (wawancara, 3 Agustus 2018) ada ketentuan yang sudah ada sejak ratusan
“sejak dahulu Jambi ini aman dengan dan teruji kebaikan dan nilai-nilai
berlakunya hukum adat melayu jambi. religiusnya dalam membina dan
Hukum ini masih sangat kental
diterapkan dalam lingkup masyarakat mengayomi masyarakat. “Cermin nan
dan diselesaikan oleh ninik mamak, Tidak Kabur”, demikian dalam hukum
tuo-tuo tengganai di kampung, dan
semenjak dari tahun 2000an inilah adat melayu Jambi, adat dan budaya
hukum adat melayu mulai berkurang yang harusnya diikuti dari generasi ke
dalam hal penerapannya sehingga
terdapat beberapa contoh kasus generasi. Generasi tua mewariskan dan
permasalahan penegakan hukum, menerapkannya kepada generasi muda,
seperti misalnya orang mencuri : kalau
dahulu orang mencuri langsung diadili dan generasi muda mengambil dan
di kampung tersebut melalui pegawai mentauladani generasi tua.
syarak, ninik mamak, tuo-tuo tengganai
atau disebut juga dengan Badan LIT , Sementara eksistensi dan
badan lit merupakan suatu struktur penerapan hukum adat melayu menurut
yang dibentuk di kampung-kampung
yang berfungsi sebagai penyelesai atau pandangan MAC:
356
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
357
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
358
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
359
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
360
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
“Penerapan hukum adat dikota terutama yang silih berganti dengan corak yang
pondok pesantrennya sudah terbilang berbeda-beda. Namun keberadaannya
baik dalam hukum adatnya karena taat
tetap diakui dan tetap hidup di tengah-
kepada Allah dan Rasulnya, sebagai
contoh apabila kita datang ke mall tengah masyarakat hingga saat ini. Ada
diwaktu sholat maka dapat kita jumpai lima dasar hukum adat yang nampaknya
tempat-tempat sholat itu penuh dan
telah menjadi pandangan hidup yang
sesak dengan pemuda pemudi, nah ini
justru berbanding terbalik dengan membentuk watak, karakter dan
kondisi yang ada di desa, akan tetapi di kepribadian masyarakat melayu Jambi.
kota itu masyarakat sudah tidak
mengenal lagi adat mereka hanya Menurut datuk Muchtar Cholif
mengikuti syariat agama dan di desa “hukum adat melayu telah
mereka mengenal adat tapi tidak mengapresiasi leluhur yang telah
mempraktekan apa yang diperintahkan berjasa membuat hukum singkat tapi
agama.” jelas tatanannya, jelas penerapannya,
Di dalam sistem pengendalian dan juga jelas dasarnya karna
bersumber langsung dari Al-Qur’an dan
sosial terdapat berbagai unsur-unsur
Al-Hadist, makadari itu hukum ini layak
seperti dalam hal mengatur, disebut dengan hukum yang sempurna,
memaksakan, dan bahkan dipatuhi oleh saking sempurna untuk membantah
masyarakat. Nilai-nilai tersebutlah yang pasal-pasal yang terdapat pada KUHP
hanya butuh “Undang Duo Puluh”
dikenal dalam hukum adat sebagai dalam hukum adat.” (MAC, wawancara,
pengendali sosial yang akan berperan 3 Juli 2018).
penting dalam menjaga kestabilan dan Di era global saat ini hukum
keserasian setiap perubahan-perubahan adat memiliki peranan sebagai pedoman
yang terjadi dalam masyarakat sehingga dan kontrol sosial masyarakat melayu di
terciptanya keselarasan dan ketertiban kota Jambi. Sejak masuknya agama
Islam maka hukum adat melayu Jambi
362
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
363
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 02, No. 02, Desember 2018 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229
364
Supian, Fathonah, dan Denny Defrianti: Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat ……..