4436 14667 1 PBFFFFG
4436 14667 1 PBFFFFG
Abstract
One of the unique traditions in the casting process in the Padang Pariaman community is
"Mamak to Mamak marriage". This tradition has been passed down from generation to
generation and is an obligation at the traditional engagement ceremony. If this tradition
is not carried out, it will affect the continuation of the engagement process and even affect
the marriage process. This research is empirical research by looking at the tradition of
"Mamak and Mamak Marriage" in the Padang Pariaman community. The meaning of the
tradition "Marriage between mamak and mamak" is "The bond between two tribal mamak
in zahir and the engagement between their nephews is essentially a marriage requirement
for the legitimacy of the relationship between two families, tribes and villages. The
marriage procession between mamak and mamak begins with a marriage sermon, the
marriage contract and ends with the exchange of "tando" engagement as a form of
traditional engagement. As a result of the law, customary family relations are established
and receive customary sanctions in the event of termination of the engagement.
Keywords: Tradition, Engagement, Padang Pariaman.
Abstrak
Salah satu tradisi yang unik dalam proses pertuangan pada masyarakat Padang
Pariaman adalah “Pernikahan mamak dengan mamak”. Tradisi ini sudah turun
temurun dan merupakan suatu kewajiban pada acara tunangan secara adat. Jika
tradisi ini tidak dilaksanakan maka berpengaruh terhadap kelanjutan dari proses
pertunangan bahkan juga berefek kepada proses pernikahan. Penelitian ini adalah
penelitian empiris dengan melihat tradisi “Pernikahan mamak dengan mamak”
pada masyarakat Padang Pariaman. Makna tradisi “Pernikahan antara mamak
dengan mamak” ialah “Ikatan antara dua orang mamak suku secara zahirnya dan
pertunangan antara kemenakan mereka pada hakikatnya sebagai syarat
pernikahan untuk legetimasi hubungan antara dua keluarga, suku dan kampung.
Prosesi pernikahan mamak dengan mamak diawali dengan khutbah nikah, aqad
pernikahannya dan diakhiri dengan pertukaran “tando” pertunangan sebagai
wujud pertunangan secara adat. Akibat hukumnya terjalin hubungan
kekeluargaan secara adat dan menerima sanksi adat jika terjadi pemutusan
pertunangan.
Kata Kunci: Tradisi, Pertunangan, Padang Pariaman.
PENDAHULUAN hingga tidak bisa ditinggalkan.
(Syamsuar, 2018)
Salah satu tradisi yang unik dalam
proses pertuangan pada masyarakat Lebih lanjut, Syamsuar menegaskan
Padang Pariaman adalah “Pernikahan bahwa “Pernikahan mamak dengan
mamak dengan mamak”. Tradisi mamak” ini merupakan suatu kewajiban
“Pernikahan mamak dengan mamak” ini pada acara tunangan dalam adat
merupakan satu kegiatan dari dua masyarakat Padang Pariaman,
kegiatan dalam pelaksanaaan tunangan sehingga tertuang dalam diktum adat
pada masyarakat Padang Pariaman. yang berbunyi “Nikah mamak jo mamak
Tunangan tersebut diawali dengan baru nikah kamanakan jo kamanakan”
peminangan dari pihak perempuan (Pernikahan mamak dengan mamak
kepada pihak laki-laki. Setelah merupakan syarat untuk
peminangan diterima oleh pihak laki- melangsungkan pernikahan antara
laki, kegiatan tunangan dilanjutkan calon pengantin pria dengan calon
dengan “Pernikahan mamak dengan pengantin wanita). Bahkan jika ada
mamak”. Hal ini sesuai dengan calon pengantin perempuan yang
pernyataan Nasruddin Datuak Rajo berasal dari luar daerah Padang
Basa bahwa dalam prosesi tunangan Pariaman maka wajib mengikuti tradisi
pada masyarakat Padang Pariaman ini. Hal ini berdasarkan pepatah adat
terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan “adat di isi limbago di tuang”. Beliau
pertama adalah prosesi “Ma anta kampia mencontohkan pertunangan anak laki-
siriah” yang dikenal oleh masyarakat lakinya dengan seorang perempuan
dengan peminangan dan kegiatan yang berasal dari suku Simabua daerah
kedua adalah “Pernikahan mamak Bukittinggi. Waktu prosesi tunangan,
dengan mamak”. (Nashruddin, 2018). dilaksanakanlah pernikahan antara
Kampia Siriah di sini adalah carano yang mamak suku Simabua dari Bukittinggi
berisikan 5 (lima) benda yaitu daun dengan mamak suku Jambak dari
sirih, arai pinang, sadah, tembakau, dan Padang Pariaman. (Syamsuar, 2018)
gambir.
Di samping itu, sebagai langkah awal
“Pernikahan mamak dengan mamak” penelitian, peneliti juga menyaksikan
yang dilakukan oleh masyarakat sendiri “Pernikahan mamak dengan
Padang Pariaman sudah berlangsung mamak” yang dilaksanakan pada hari
sejak dahulu dan telah menjadi tradisi Minggu tanggal 19 Agustus 2018 di
yang turun temurun. “Pernikahan Nagari Katapiang Kecamatan Batang
mamak dengan mamak” sebagai tradisi Anai Kabupaten Padang Pariaman.
dalam adat masyarakat Padang Pada saat itu telah berlangsung
Pariaman dibenarkan oleh Syamsuar pernikahan antara mamak suku Jambak
yang pernah menjabat sebagai Ketua dengan mamak suku Panyalai dalam
Bamus Nagari Sintuk Kecamatan Sintuk prosesi tunangan putri keluarga
Toboh Gadang Kabupaten Padang Syamsuar yang bernama Suci Ilhami
Pariaman. Beliau mengutarakan bahwa dengan putra keluarga Basri yang
“pernikahan antara mamak dengan bernama Alfin. (Obsevasi, 2018)
mamak” adalah sebuah tradisi yang
telah turun temurun sejak dahulu
Keunikan pada tradisi ini adalah Sumber data primer merupakan data
adanya akad pernikahan sebelum penelitian yang diperoleh secara
pertunangan atau peminangan langsung dari sumber aslinya atau
dilangsungkan. Hal ini berbeda dari tanpa perantara (dari tangan pertama).
ketentuan pada umumnya, yakni akad Data yang diperoleh dari sumber data
pernikahan itu dilaksanakan setelah primer disebut juga data asli atau data
pertunangan. baru. Sumber data primer pada
penelitian ini adalah hasil observasi
Walaupun berbeda dengan ketentuan prosesi tradisi pernikahan antara mamak
pada umumnya tradisi ini masih dengan mamak dan hasil wawancara
berlanjut sampai sekarang bahkan dengan para pelaku tradisi tersebut, di
menjadi salah satu syarat pernikahan antaranya mamak suku, tokoh adat dan
dalam secara adat sebagaimana urang siak.
tertuang pada diktum adat Padang
Pariaman. Selanjutnya pertanyaan Sedangkan data sekunder adalah data
sangat mendasar yang mesti dijawab yang diperoleh dan dikumpulkan dari
adalah apa sesungguhnya yang sumber-sumber yang telah ada. Data
dimaksud dengan tradisi “Pernikahan sekunder disebut juga data yang
mamak dengan mamak” oleh masyarakat tersedia (Hasan, 2002, 82) seperti
Kabupaten Padang Pariaman. undang-undang, buku-buku, artikel
Pertanyaan ini mesti dijawab karena dari media masa dan bahan informasi
kata “pernikahan” itu teruntuk bagi lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang berlawanan jenis (laki-laki dengan penelitian.
perempuan) sedangkan kata “mamak”
itu adalah saudara laki-laki dari ibu. Data yang diperoleh baik dari
Karena itu, mustahil tradisi pernikahan penelitian lapangan maupun dari studi
sejenis dilanggengkan oleh masyarakat kepustakaan akan dianalisis secara
Padang Pariaman. Apalagi, jika deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
dikaitkan Padang Pariaman sebagai kualitatif yaitu metode analisis data
bagian dari daerah Minangkabau yang mengelompokkan dan menyeleksi
dengan falsafahnya “Adaik basandi data yang diperoleh dari penelitian
Syara’, Syara’ basandi kitabullah”. lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori, asas-asas, dan
kaidah-kaidah hukum yang diperoleh
dari studi kepustakaan sehingga
Departemen Agama RI, 1971, Al-Qur’an Zahrah, Abu, 1987, Ahwalu al-
dan Terjemehannya, Jakarta: Syakhsyiyah, Beirut: Dar al-Fikr.
Yayasan Penyelenggara
__________, t.th., Aqduzziwaj Watsruhu,
Penterjemah/ Pentafsir Al qur an.
Beirut: Dar al-Fikr.
Haroen, Nasrun, 1997, Ushul Fiqh 1,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.