Anda di halaman 1dari 14

Turast 10 (1) 2022

Turast: JurnalPenelitian dan Pengabdian


https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/turast

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang


Pariaman

Taufik Hidayat 1, Yusri Amir2


Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang1,2
email: taufiiq_hidaayah@yahoo.com

Abstract
One of the unique traditions in the casting process in the Padang Pariaman community is
"Mamak to Mamak marriage". This tradition has been passed down from generation to
generation and is an obligation at the traditional engagement ceremony. If this tradition
is not carried out, it will affect the continuation of the engagement process and even affect
the marriage process. This research is empirical research by looking at the tradition of
"Mamak and Mamak Marriage" in the Padang Pariaman community. The meaning of the
tradition "Marriage between mamak and mamak" is "The bond between two tribal mamak
in zahir and the engagement between their nephews is essentially a marriage requirement
for the legitimacy of the relationship between two families, tribes and villages. The
marriage procession between mamak and mamak begins with a marriage sermon, the
marriage contract and ends with the exchange of "tando" engagement as a form of
traditional engagement. As a result of the law, customary family relations are established
and receive customary sanctions in the event of termination of the engagement.
Keywords: Tradition, Engagement, Padang Pariaman.

Abstrak
Salah satu tradisi yang unik dalam proses pertuangan pada masyarakat Padang
Pariaman adalah “Pernikahan mamak dengan mamak”. Tradisi ini sudah turun
temurun dan merupakan suatu kewajiban pada acara tunangan secara adat. Jika
tradisi ini tidak dilaksanakan maka berpengaruh terhadap kelanjutan dari proses
pertunangan bahkan juga berefek kepada proses pernikahan. Penelitian ini adalah
penelitian empiris dengan melihat tradisi “Pernikahan mamak dengan mamak”
pada masyarakat Padang Pariaman. Makna tradisi “Pernikahan antara mamak
dengan mamak” ialah “Ikatan antara dua orang mamak suku secara zahirnya dan
pertunangan antara kemenakan mereka pada hakikatnya sebagai syarat
pernikahan untuk legetimasi hubungan antara dua keluarga, suku dan kampung.
Prosesi pernikahan mamak dengan mamak diawali dengan khutbah nikah, aqad
pernikahannya dan diakhiri dengan pertukaran “tando” pertunangan sebagai
wujud pertunangan secara adat. Akibat hukumnya terjalin hubungan
kekeluargaan secara adat dan menerima sanksi adat jika terjadi pemutusan
pertunangan.
Kata Kunci: Tradisi, Pertunangan, Padang Pariaman.
PENDAHULUAN hingga tidak bisa ditinggalkan.
(Syamsuar, 2018)
Salah satu tradisi yang unik dalam
proses pertuangan pada masyarakat Lebih lanjut, Syamsuar menegaskan
Padang Pariaman adalah “Pernikahan bahwa “Pernikahan mamak dengan
mamak dengan mamak”. Tradisi mamak” ini merupakan suatu kewajiban
“Pernikahan mamak dengan mamak” ini pada acara tunangan dalam adat
merupakan satu kegiatan dari dua masyarakat Padang Pariaman,
kegiatan dalam pelaksanaaan tunangan sehingga tertuang dalam diktum adat
pada masyarakat Padang Pariaman. yang berbunyi “Nikah mamak jo mamak
Tunangan tersebut diawali dengan baru nikah kamanakan jo kamanakan”
peminangan dari pihak perempuan (Pernikahan mamak dengan mamak
kepada pihak laki-laki. Setelah merupakan syarat untuk
peminangan diterima oleh pihak laki- melangsungkan pernikahan antara
laki, kegiatan tunangan dilanjutkan calon pengantin pria dengan calon
dengan “Pernikahan mamak dengan pengantin wanita). Bahkan jika ada
mamak”. Hal ini sesuai dengan calon pengantin perempuan yang
pernyataan Nasruddin Datuak Rajo berasal dari luar daerah Padang
Basa bahwa dalam prosesi tunangan Pariaman maka wajib mengikuti tradisi
pada masyarakat Padang Pariaman ini. Hal ini berdasarkan pepatah adat
terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan “adat di isi limbago di tuang”. Beliau
pertama adalah prosesi “Ma anta kampia mencontohkan pertunangan anak laki-
siriah” yang dikenal oleh masyarakat lakinya dengan seorang perempuan
dengan peminangan dan kegiatan yang berasal dari suku Simabua daerah
kedua adalah “Pernikahan mamak Bukittinggi. Waktu prosesi tunangan,
dengan mamak”. (Nashruddin, 2018). dilaksanakanlah pernikahan antara
Kampia Siriah di sini adalah carano yang mamak suku Simabua dari Bukittinggi
berisikan 5 (lima) benda yaitu daun dengan mamak suku Jambak dari
sirih, arai pinang, sadah, tembakau, dan Padang Pariaman. (Syamsuar, 2018)
gambir.
Di samping itu, sebagai langkah awal
“Pernikahan mamak dengan mamak” penelitian, peneliti juga menyaksikan
yang dilakukan oleh masyarakat sendiri “Pernikahan mamak dengan
Padang Pariaman sudah berlangsung mamak” yang dilaksanakan pada hari
sejak dahulu dan telah menjadi tradisi Minggu tanggal 19 Agustus 2018 di
yang turun temurun. “Pernikahan Nagari Katapiang Kecamatan Batang
mamak dengan mamak” sebagai tradisi Anai Kabupaten Padang Pariaman.
dalam adat masyarakat Padang Pada saat itu telah berlangsung
Pariaman dibenarkan oleh Syamsuar pernikahan antara mamak suku Jambak
yang pernah menjabat sebagai Ketua dengan mamak suku Panyalai dalam
Bamus Nagari Sintuk Kecamatan Sintuk prosesi tunangan putri keluarga
Toboh Gadang Kabupaten Padang Syamsuar yang bernama Suci Ilhami
Pariaman. Beliau mengutarakan bahwa dengan putra keluarga Basri yang
“pernikahan antara mamak dengan bernama Alfin. (Obsevasi, 2018)
mamak” adalah sebuah tradisi yang
telah turun temurun sejak dahulu

2|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


Data terdahulu menegaskan bahwa METODE PENELITIAN
“Pernikahan mamak dengan mamak”
memang terjadi dan sudah menjadi Sesuai dengan judul penelitian yaitu:
tradisi pada adat masyarakat Padang “Keunikan Tradisi Pertunangan di
Pariaman. Tradisi “Pernikahan mamak Kabupaten Padang Pariaman” maka
dengan mamak” inilah yang menjadi jenis penelitian ini adalah penelitian
keunikan tradisi pertunangan di sosiologis dengan metode penelitian
Kabupaten Padang Pariaman. deskriptif kualitatif.

Keunikan pada tradisi ini adalah Sumber data primer merupakan data
adanya akad pernikahan sebelum penelitian yang diperoleh secara
pertunangan atau peminangan langsung dari sumber aslinya atau
dilangsungkan. Hal ini berbeda dari tanpa perantara (dari tangan pertama).
ketentuan pada umumnya, yakni akad Data yang diperoleh dari sumber data
pernikahan itu dilaksanakan setelah primer disebut juga data asli atau data
pertunangan. baru. Sumber data primer pada
penelitian ini adalah hasil observasi
Walaupun berbeda dengan ketentuan prosesi tradisi pernikahan antara mamak
pada umumnya tradisi ini masih dengan mamak dan hasil wawancara
berlanjut sampai sekarang bahkan dengan para pelaku tradisi tersebut, di
menjadi salah satu syarat pernikahan antaranya mamak suku, tokoh adat dan
dalam secara adat sebagaimana urang siak.
tertuang pada diktum adat Padang
Pariaman. Selanjutnya pertanyaan Sedangkan data sekunder adalah data
sangat mendasar yang mesti dijawab yang diperoleh dan dikumpulkan dari
adalah apa sesungguhnya yang sumber-sumber yang telah ada. Data
dimaksud dengan tradisi “Pernikahan sekunder disebut juga data yang
mamak dengan mamak” oleh masyarakat tersedia (Hasan, 2002, 82) seperti
Kabupaten Padang Pariaman. undang-undang, buku-buku, artikel
Pertanyaan ini mesti dijawab karena dari media masa dan bahan informasi
kata “pernikahan” itu teruntuk bagi lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang berlawanan jenis (laki-laki dengan penelitian.
perempuan) sedangkan kata “mamak”
itu adalah saudara laki-laki dari ibu. Data yang diperoleh baik dari
Karena itu, mustahil tradisi pernikahan penelitian lapangan maupun dari studi
sejenis dilanggengkan oleh masyarakat kepustakaan akan dianalisis secara
Padang Pariaman. Apalagi, jika deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
dikaitkan Padang Pariaman sebagai kualitatif yaitu metode analisis data
bagian dari daerah Minangkabau yang mengelompokkan dan menyeleksi
dengan falsafahnya “Adaik basandi data yang diperoleh dari penelitian
Syara’, Syara’ basandi kitabullah”. lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori, asas-asas, dan
kaidah-kaidah hukum yang diperoleh
dari studi kepustakaan sehingga

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|3


diperoleh jawaban atas permasalahan diperoleh pemahaman yang benar dan
yang dirumuskan. tidak terjadi kesalahan makna.

HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Kapalo Mudo Harmoni,


makna pernikahan antara mamak
MAKNA TRADISI “PERNIKAHAN dengan mamak ialah “Ikatan (akad)
ANTARA MAMAK DENGAN MA- yang dilakukan antara dua orang
MAK” DI KABUPATEN PADANG mamak suku secara zahirnya dan
PARIAMAN pertunangan antara kemenakan mereka
pada hakikatnya (batin). Hal ini sesuai
Makna tradisi “Pernikahan antara pernyataannya “Nikah mamak samo maka
mamak dengan mamak” di Kabupaten dalam sapanjang adaik. Sungguah pun
Padang Pariaman dapat dipahami dari mamak nan manikah dibatin e sanak
kata-kata penting yang terdapat pada kamanakan batunangan, kalaulah
ungkapan tersebut. Kata-kata penting batunagan sanak kamanakan tantu badiri
yang dimaksud adalah kata sapanjang adaik. Apo nan dikatokan lah
“Pernikahan” dan kata “Mamak”. Kata badiri sapanjang adaik, lah tajadi
“Pernikahan” berasal dari kata “Nikah” hubuangan ipa bisan, pandan pasumandan
yang secara etimologi berarti “Ikatan baliak batimba dikampuang si A di
atau perjanjian”, sedangkan kata kampuang si B, kok sakik liek maliek, kok
“Mamak” diartikan dengan “Saudara mati janguak manjanguak, kaba baiak
ibu yang laki-laki, baik yang kecil baimbauan kaba buruak ba ambauan itu nan
ataupun tua” dan kata “Mamak” juga sapanjang adaik”. (Harmoni, 2019)
dimaknai dengan “Penghulu adat”.
Berdasarkan penjelasan kata-kata Menurut Buya Syamsuar, BA, makna
penting terdahulu maka dapat pernikahan antara mamak dengan
dijelaskan bahwa makna tradisi mamak ialah “Ikatan (aqad) yang
“Pernikahan antara mamak dengan dilakukan antara dua orang mamak
mamak” di Kabupaten Padang Pariaman suku sebagai syarat pernikahan antara
adalah adat atau kebiasaan masyarakat kemenakan mereka. Pengertian ini
Kabupaten Padang Pariaman mengacu kepada diktum adat Pariaman
melaksanakan ikatan atau perjanjian yang berbunyi “Nikah mamak samo
secara resmi antar saudara lali-laki ibu mamak baru nikah kamanakan jo
atau penghulu adat. kamanakan” (sebelum kemenakan
dinikahkan, sebagai seorang mamak ia
Pengertian pernikahan seperti ini harus dapat menjalin hubungan
bertolak belakang dengan pemahaman silaturrahim antar suku).
masyarakat pada umumnya tentang
sebuah pernikahan, karena pada Selanjutnya Buya Syamsuar, BA
pernikahan itu terjadi ikatan atau memberikan penjelasan tentang
perjanjian antara sesama laki-laki dan tanggung jawab mamak di
bukan antara laki-laki dan perempuan. Minangkabau “Anak dipangku
Karena itu, makna tradisi “Pernikahan kamanakan dibimbiang” karena pada
antara mamak dengan mamak” di hakekatnya kemenakan adalah
Kabupaten Padang Pariaman ini harus miliknya mamak sedangkan ayah
ditelusuri kepada para pelakunya, agar hanya merawat anaknya “Ayah Cuma

4|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


manggumbalo sedangkan yang punya mengantisipasi setiap keretakan rumah
secara adat adalah mamak”. Oleh karena tangga yang timbul. Bukan sebaliknya
itu mamak berperan penting dalam keluarga menjadi pihak ketiga yang
membimbing kemenakannya termasuk menyebabkan terjadinya perceraian
perihal mencarikan jodoh, pertunangan antara suami dengan istri”.
dan pernikahan kemenakannya. (Muhammad Fadhli, 2019)
Tanggung jawab mamak tidak sampai
hingga kemenakannya menikah, lebih Berdasarkan beberapa penje-lasan
dari itu ketika terjadi persoalan rumah terdahulu dapat dirumuskan bahwa
tanggapun antara kemenakan maka makna “pernikahan antara mamak
mamaklah yang berperan sebagai dengan mamak” ialah “Ikatan (akad)
penengah “islah”. (Syamsuar, 2018) yang dilakukan antara dua orang mamak
suku secara zahirnya dan pertunangan
Menurut Muhammad Fadhli, S.Sn., antara kemenakan pada hakikatnya
M.Sn. pemerhati budaya Pariaman yang (batin) yang merupakan syarat
lebih dikenal oleh masyarakat Pariaman pernikahan dalam rangka legetimasi
dengan sebutan Ajo Wayoik hubungan antara dua keluarga, suku
menjelaskan bahwa “Makna dan kampung (masyarakat) melalui
pernikahan antara mamak dengan mamak sebagai wakil dari masing-
mamak ialah sebuah ikatan yang masing pihak”. Karena itu, maksud
dilakukan dalam rangka legetimasi yang terdapat pada makna “pernikahan
hubungan antara dua keluarga, suku antara mamak dengan mamak” tersebut
dan kampung (masyarakat) melalui adalah: Pertama, Adanya ikatan (akad)
mamak sebagai wakil dari masing- yang dilakukan. Kata “ikatan” memberi
masing pihak. penjelasan bahwa tradisi ini melakukan
perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak
Lebih lanjut Ajo Wayoik menjelaskan yang terlibat di dalamnya. Perbuatan
“Disebut dengan legitimasi hubungan melakukan perjanjian menegaskan
antara dua keluarga karena pada saat bahwa tradisi “Pernikahan antara
prosesi nikah mamak dengan mamak mamak dengan mamak” merupakan
dihadiri oleh keluarga besar pihak calon kegiatan hukum.
mempelai pria dan keluarga besar pihak
calon mempelai wanita. Disebut dengan Kedua, Ikatan itu dilakukan oleh
legitimasi suku karena dalam prosesi mamak. Kata “mamak” menegaskan
nikah mamak dengan mamak bahwa tradisi ini tidak dapat dilakukan
mewajibkan kehadiran mamak suku selain orang yang bertitel “mamak”. Kata
masing-masing keluarga. Sedangkan “mamak” di Minangkabau adalah istilah
disebut legitimasi nagari karena dalam untuk saudara laki-laki dari ibu
prosesi nikah mamak dengan mamak kandung seseorang, baik yang kecil
tersebut melibatkan wali korong, ataupun tua.
kapalo mudo, dan orang kampung.
Ibuk-ibuk secara bersama Ketiga, Ikatan terjadi antara mamak suku
mengantarkan kue (maanta kue) yang secara zahirnya dan pertunangan antara
beraneka ragam seperti singgang ayam, kemenakan pada hakikatnya (batin).
kue, gula, minyak dll. Dengan adanya Hal ini menerangkan bahwa tradisi ini
legitimasi ini maka diharapkan akan pada intinya merupakan bagian dari

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|5


kegiatan tradisi pertuangan. PELAKSANAAN TRADISI “PER-
“Pernikahan antara mamak dengan NIKAHAN ANTARA MAMAK DE-
mamak” secara formalnya tetapi NGAN MAMAK” DI KABUPATEN
pertuangan secara hakikinya. PADANG PARIAMAN
Pemahaman yang dapat diambil di sini
adalah tradisi “Pernikahan antara
mamak dengan mamak” sebagai tanda
pengesahan sebuah pertuanangan.

Keempat, Ikatan yang dilakukan


merupakan syarat pernikahan.
Ungkapan ini menyatakan bahwa
tradisi “pernikahan mamak dengan Foto Dokumentasi Prosesi Pernikahan
mamak sebagai syarat untuk Mamak dengan Mamak di Nagari Pasa
melangsungkan pernikahan secara Teleang Kec. Nan Sabaris, 29 Agustus
syara’ menurut adat masyarakat 2019
Kabupaten Padang Pariaman. Jadi,
“Pernikahan antara mamak dengan Pernikahan mamak dengan mamak
mamak” harus dilaksanakan sebelum merupakan prosesi terakhir dalam
melangsungkan pernikahan secara pertunangan di Kabupaten Padang
syariat Islam. Pariaman. Disebut dengan prosesi
terakhir karena di Kabupaten Padang
Kelima, Ikatan itu dalam rangka Pariaman pertunangan dilakukan
legetimasi hubungan antara dua dengan beberapa tahap yaitu:
keluarga, suku dan kampung (masyara- a. Tahapan “Maninjau”
kat) melalui mamak sebagai wakil dari Tahapan “Maninjau” adalah proses
masing-masing pihak. Penyatan ini pelamaran. Di Kabupaten Padang
menjelaskan bahwa tujuan tradisi
Pariaman yang melakukan pelamaran
“pernikahan mamak dengan mamak adalah keluarga wanita yang pergi
yaitu legetimasi (pengesahan) hubungan melamar ke rumah orang tua keluarga
antara dua keluarga, suku dan pria. Proses melamar ini dilakukan
kampung (masyarakat) melalui mamak
dengan cara kekeluargaan dengan
sebagai wakil dari masing-masing membawakan oleh-oleh. Sebagaimana
pihak. yang dijelaskan oleh Ahyarnis “Ketika
orang tua calon penganten wanita datang ke
rumah orang tua calon penganten pria,
biasanya dibawa makanan seperti kue atau
buah-buahan sebagai hadiah awal. Setelah
terjadi perbincangan antara kedua orang
tua maka orang tua calon penganten pria
akan memberi tahu anak bujangnya bahwa
ada orang yang melamar datang kerumah.
Di sana orang tua meminta tanggapan
anaknya tentunya sesuai dengan keadaan.
Ketika orang tua telah menyepakati anak
gadis calon menantunya itu tentu orang tua

6|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


dari anak bunjang membujuk anaknya ameh”.(Harmoni, 2019)
untuk menikah. Akan tetapi semuanya Berdasarkan observasi dari peneliti
tergantung kepada keputusan anaknya pada tanggal 29 Juli 2019 di Nagari
setelah mengenal secara utuh siapa orang
Batang Tajongkek uang urak selo yang
yang datang melamarnya. “Jaleh anak sia
kamanakan sia, dima pandam ada telah diberikan kepada Mamak
pakuburannya”. tersebut kemudian dibagi-bagikan
Jika telah diterima lamaran dari kepada keluarga pihak laki-laki yang
keluarga wanita dalam beberapa hari telah menghadiri acara pernikahan
yang telah ditentukan, maka hasilnya mamak dengan mamak. Pembagian
akan disampaikan oleh orang tua merata inilah yang disebut dengan
kepada mamak dari masing-masing “Pinang jatuah arai taserak”.
anaknya agar dilaksanakan “Malesoh
bangka”.
2) Uang Hilang.
b. Tahapan “Malesoh bangka” Uang hilang adalah sejumlah uang yang
Tahapan “Malesoh bangka” adalah diberikan oleh keluarga catin wanita
tahapan kedua setelah tahapan kepada keluarga catin pria sebagai
“Maninjau”. Pada tahapan ini orang tua
modal awal bagi kedua catin untuk
dan mamak dari catin wanita akan
mengarungi rumah tangga. Uang
datang ke rumah orang tua catin pria.
Di rumah orang tua catin pria telah hilang diberikan sebelum pernikahan
menunggu orangtua dan mamak dari dilaksanakan.
catin pria.
Pada tahapan “Malesoh bangka” ini akan 3) Uang Japuik.
dibuat kesepakatan berapa jumlah uang Pengertian uang japuik adalah Nilai
yang akan diberikan kepada catin pria. tertentu yang akan dikembalikan
Berdasarkan adat di Kabupaten Padang kemudian kepada keluarga pengantin
Pariaman keluarga catin wanita akan wanita pada saat setelah dilakukan
memberikan beberapa jumlah uang
acara pernikahan. Pihak Pengantin Pria
yang terkelompokkan sebagai berikut:
akan mengembalikan dalam bentuk
1) Uang Urak Selo.
pemberian berupa emas yang nilainya
Uang urak selo adalah uang yang
setara dengan nilai yang diberikan oleh
diserahkan oleh keluarga catin wanita
keluarga Pihak Pengantin Wanita
kepada mamak catin pria. Sebagaimana
sebelumnya kepada keluarga Pengantin
yang dijelaskan oleh Palo Mudo
Pria. Biasanya pemberian ini dilakukan
Harmoni tentang uang urak selo “Pinang
oleh keluarga pengantin pria
jatuah arai taserak itu tu sebagai
(marapulai) ketika pengantin wanita
kagadangan mamak nan disiko, memberikan
(Anak Daro) berkunjung atau
kebesaran kapado mamak-mamak nan
Batandang ka rumah Mintuo. Bahkan
disiko, sebagai tando kamanakan awak
pemberian itu melebih nilai yang
ditanyoan urang. Cuma gadang keteknyo
tagantuang nagari masing-masing, kalau diterima oleh pihak Marapulai
caro lamo buatan dulu ameh sa sebelumnya karena ini menyangkut

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|7


menyangkut gensi keluarga marapulai diserahkan sebagai simbol pelamaran
itu sendiri. Secara teori tradisi bajapuik adat dari pihak keluarga catin wanita
ini mengandung makna saling kepada keluarga catin pria. Selain
pemberian kampia siriah para wanita di
menghargai antara pihak perempuan
Kabupaten Padang Pariaman juga ikut
dengan pihak laki-laki. Ketika laki-laki “ma anta kue” (memberikan kue) kepada
dihargai dalam bentuk uang japuik, keluarga catin pria. Kue itu bisa
maka sebaliknya pihak perempuan bermacam-macam seperti ayam guling
dihargai dengan uang atau emas yang panggang, ayam goreng, kue, dan gula.
dilebihkan nilainya dari uang japuik d. Nikah Mamak jo Mamak
atau dinamakan dengan agiah jalang.
Nikah mamak jo mamak dimulai dengan
Kabarnya, dahulu kala, pihak laki-laki serah terima tando. Tando berupa
akan merasa malu kepada pihak sebuah cincin yang dibawa oleh
perempuan jika nilai agiah jalangnya masing-masing mamak dari catin wanita
lebih rendah dari pada nilai uang japuik juga pria yang akan ditukarkan sebagai
yang telah mereka terima, tapi sekarang pertanda diterimanya pinangan.
Jabatan tangan dari mamak adat dari
yang terjadi malah sebaliknya. Bahkan
catin wanita dan catin pria. Setelah
dalam perkembangnya muncul pula salaman dilakukan kemudian urang siak
istilah yang disebut dengan uang membacakan khotbah nikah. Setelah
hilang.Uang hilang ini merupakan khutbah nikah dibacakan maka mamak
pemberian dalam bentuk uang atau catin pria menyerahkan tando berupa
barang oleh pihak perempuan kepada cincin kepada mamak pihak catin wanita
pihak laki-laki, yang sepenuhnya milik dan begitu pula sebaliknya inilah yang
disebut dengan “Tuka tando”. Akan
laki-laki yang tidak dapat
tetapi mamak pihak catin wanita selain
dikembalikan.(padangngpariaman.wor menyerahkan tando berupa cicin juga
dpress.com) menyerahkan uang urak selo kepada
mamak pihak catin pria.
c. Maantaan Kampi Siriah Adapun contoh khutbah nikah mamak
dengan mamak sebagai berikut:

Foto Kampia Siriah


Mantaan kampi siriah adalah seperangkat Penbacaan Khutbah Nikah Mamak
barang yang berisikan lima macam: dengan Mamak oleh Buya Syamsuar di
pertama, daun siriah kedua sadah Nagari Sintuak Kec.Sintuk Toboh
ketiga gambia keempat pinang kelima Gadang
sadah. bahan-bahan ini kemudian “A’uzubillahi minasysyai-

8|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


thanirrajim, bismillahirrahmanir-rahim. imbauan kaba baruak ba ambauan. Ba a
Alhamduillah hirabbil ‘alamin washalatu nyo dek kini kok ado gawa jo gewai, khilaf
wassalamu ‘ala asyrafil anbiya I wal jo kurafaik, lasuih jo leseh, kok nan punyo
mursalin wa ‘ala alihi washahbihi datang manjapuik nan mananam datang
ajma’in” ma uleh, kito suruik badunsanak, tando
kito pulangan timba baliak, kok ado gawa
“Ba a ruponyo dek kini lah
jo gewai, sia malompek sia patah, sia
bakukuak ayam sibarugo undang-
marungkuak sia bungkuak, kok dima
undang bajalan malam disuntiang
ibaraik polisi balalu lintas, kok tajadi
bukanlah bungo. didulang bukanlah
palanggaran tantu jalan kito ukua, kito
ameh. Ayam nan ta angkek digalanggang
cari angin nan sanang ombak nan sajuak
anak dialeh rabun jelo, anak di rajo siti,
kito duduak baropok bantuak ko baliak,
titiak ko datang dari ateh, busek ko kalua
kalau adonyo di antaro baliak batimba
dalam bumi kalualah dengan
baiak nan calon padusi maupun nan
sifaiktullah,urang karamaik iduik-iduk,
calon laki-laki, untuang-unuang samo
iduik tampek urang bagaua kok mati
manjago kito, karajo baiak untuang-
tampek urang baraga iyolah junjuangan
untuang tatimpo di mulia, sahinggo
rasulullah. Makonyo Allah banamo
Allah, Allah syaiun banamo Allah, sampai di hari H nantik indak ado cacek
sahalai banang, cando pucuak dilantak,
sablaun ado bumi jo langik, arasy dan
ba a nyo lai kok ado lasuih leseh namo e,
kursi, disinanlah amal mangko baradu,
jan kito picayo bana kito caliak ka bangka
mangko bafirman lah Allah, a lah firman
e, kok ado tapuang jo sadah ambiak
dari Allah nan artinyo, tiok-tiok nagari
sakabek siriah ciek bilang, kok ado asuang
badiri dari adaiknyo masiang-masiang,
jo fitanah ambiaklah parakek kasiah
nan partamo sakali adaik dari
sayang. Wabilahi taufiq wal hidayah
Rasulullah, adaik dari Rasulullah
wassalamu a’alaikum warahmatullahi
manantukan hala dengan haram sah
wa barakatuh.
dengan bata sarato sunaik dan faradu.
Sadangkan adaik datuak parpatiah, kok
pulai bapangkek naiak, manusia
TUJUAN TRADISI “PERNIKAHAN
bapangkek turun. Pulai bapangkek naiak
ANTARA MAMAK DENGAN MA-
maninggakan rueh dannyo buku,
MAK” DI KABUPATEN PADANG
rantiang dannyo dahan, kalau manusia
PARIAMAN
bapangkek turun tantu kamaninggakan
adaik jo pusako. Ba a rupo e tentang adaik Nikah mamak dengan mamak di
jo pusako malam ko, dihadapan kito nan Kabupaten Padang Pariaman telah
basamo di hari sanayan jam sangah 12 menjadi tradisi dan wajib dilakukan
alah nikah mamak samo mamak, dilahia
sebelum melaksanakan pernikahan
mamak nan manikah, dibatin e sanak
kamanakan alah batunangan, dek antara kemenakan dengan kemenakan.
karnolah batunangan sanak kamanakan Adapun tujuan pelaksanakaan
tantu pucuaklah mancacapai, urek kito pernikahan antara mamak dengan
jampuan di hari H nantik. Arti e bana lah mamak ini sebagai berikut:
tajadi hubuangan ipa bisan, andan a. Pertunangan Secara Adat
pasumandan antaro baliak batimba Pernikahan mamak dengan mamak itu
paguah duku jo batang tajongkek. Kok
pada hakikatnya adalah pertunangan
sakik tantu liek maliek, kok mati tantu
jangauak manjanguak, kaba baiak kito antara kemenakan dengan kemenakan

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|9


yang dilaksanakan oleh mamak. Hal ini kamanakan dibimbiang”. Maksudnya,
disebutkan dalam khutbah nikah mamak tugas mamak itu adalah membimbing
dengan mamak yang berbunyi “Alah kemenakannya dalam menempuh
nikah mamak samo mamak, dilahia mamak kehidupan dari kecil bahkan walaupun
nan manikah, dibatin e sanak kamanakan ia telah berkeluarga. Ketika terjadi
alah batunangan” (jika telah selesai keretakan dalam rumah tangga mamak
prosesi adat pernikahan mamak dengan yang akan berperan untuk
mamak maka berarti kemenakan telah mewujudkan “islah” (perdamaian).
bertunagan).
Pertunangan di Kabupaten Padang b. Penggabungan Dua Keluarga, Suku
Pariaman dengan prosesi pernikahan dan Nagari antara Kedua Calon
mamak adalah sebuah bentuk kewajiban Mempelai
adat. Sebagaimana diktum adat Pernikahan itu pada dasarnya bukan
Pariaman “Nikah mamak dengan mamak hanya ikatan lahir batin antara suami
baru bisa nikah kamanakan dengan dan istri akan tetapi pernikahan itu juga
kamanakan”. Diktum adat ini juga akan menggabungkan dua keluarga
berarti sebelum kemenakan mengikat besar, dua suku dan juga dua nagari
hubungan pernikahan, mamak terlebih yang berbeda. Dengan adanya
dahulu harus saling mengikat pernikahan mamak dengan mamak maka
hubungan adat. Sebagaimana yang ini menjadi legitimasi penggabugan dua
dijelaskan oleh Buya Syamsuar keluarga besar, dua suku yang berbeda
“Nikahlah mamak dengan mamak dalam nagari yang tidak sama.
dahulu baru bisa dinikahkan Hal ini dijelaskan oleh Ajo Wayoik
kemenakan dengan kemenakan”. selaku pemerhati budaya Pariaman
Setelah nikah mamak dengan mamak bahwa “Dengan adanya nikah mamak
tersebut maka masing-masing keluarga dengan mamak itu adalah sebuah
sudah bisa memenuhi aturan adat, legitimasi dari hubungan dua keluarga
seperti yang dijelaskan oleh Palo Mudo besar, dua suku dan dua nagari yang
Harmoni “Sasudah pernikahan mamak berbeda. Legitimasi hubungan
dengan mamak maka badiri adaik, alek kekerabatan tadi akan menjadi tameng
bayiak alah caliak mancaliak alek buruak bagi kedua pasangan dari keretakan
alah janguak manjanguak”. rumah tangga bahkan perceraian,
Pernikahan mamak dengan mamak karena kedua keluarga, kedua suku dan
dalam pertunangan kemenakannya nagari akan menjadi pemelihara
juga sebagai bukti dari peran mamak hubungan mereka bukan sebaliknya
dalam pertunangan kemenakannya. menjadi orang ketiga penyebab
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Buya perceraian. Lihatlah betapa banyak
Syamsuar, BA yang mengacu kepada keluarga yang bercerai karena
ketentuan adat, yaitu “Sasuai samo pengaruh pihak ketiga. Pihak ketiga itu
falsafah alam Minangkabau: anak dipangku tidak lain adalah keluarganya sendiri
dan orang kampung tempat tinggalnya

10|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


sendiri” (Muhammad Fadhli, 2019). kok mati janguak manjanguak, kaba baiak
c. Penetapan Jumlah “Uang Urak Selo”, baimbauan kaba buruak ba ambauan itu nan
“Uang Hilang” dan “Uang Jemputan” sapanjang adaik”. (Harmoni, 2019)
d. Persiapan Walimah Pada masa pertunangan hingga waktu
Walimah atau pesta pernikahan pada pernikahan, masing-masing mamak
dasarnya adalah kerja bersama (gotong yang telah menikah wajib untuk
royong). sebagaimana yang dijelaskan menjaga kemenakannya dari hal-hal
oleh bapak Syamsuar bahwa “Nan yang dapat merusak hubungan
mamparalekan kamanakan tu adalah urang pertunangan yang telah terjalin.
Apabila hubungan ini rusak maka
sakampuang”, artinya: Pesta itu
masing-masing mamak harus menerima
diadakan secara gotong royong. Oleh sanksi adat. Akibat hukum ini telah
sebab itu harus ada musyawarah teknis disebutkan dalam Khutbah Nikah
pelaksanaan dari walimah tersebut, mamak dengan mamak yang dijadikan
maka tujuan yang keempat dari sebagai hukum perikatan antara kedua
pernikahan mamak dengan mamak juga belah pihak “Sia malompek sia patah, sia
marungkuak sia bungkuak”.
sebagai musyawarah persiapan
pernikahan. Adapun persiapan yang Adapun bentuk-bentuk putusnya
akan dimusyawarahkan adalah hubungan pertunangan adalah sebagai
berikut:
pertama menetapkan jadwal walimah
kedua mempelai, baik untuk mempelai a. Perpisahan karena kematian dan
sakit
pria ataupun wanita. Kedua,
“Kok tajadi perpisahan karana Allah”
menetapkan tata cara penjemputan
artinya berpisah dalam pertunangan
calon pengantin pria untuk dibawa ke
dan tidak bisa menikah karena
rumah calon penganten wanita dalam
mendapatkan takdir dari Allah seperti
prosesi ijab kabul.
kematian dan sakit yang tidak
AKIBAT HUKUM DARI TRADISI memungkinkan untuk menikah maka
“PERNIKAHAN ANTARA MAMAK masing-masing keluarga merelakan dan
DENGAN MAMAK” DI KABUPA-
masing-masing “tando” pertunangan
TEN PADANG PARIAMAN
seperti cincin yang telah saling
Akibat hukum dari pernikahan mamak
dipertukarkan, akan dikembalikan
dengan mamak adalah terjalinnya
hubungan kekeluargaan secara adat kepada pihak pemilik cincin masing-
oleh kedua belah pihak yang telah masing. Hal ini sesuai dengan isi
bertunangan. Hal ini sesuai dengan khutbah nikah mamak dengan mamak:
keterangan dari Kapalo Mudo Harmoni “Kok nan punyo datang manjapuik nan
“Sungguah pun mamak nan manikah mananam datang ma uleh, kito suruik
dibatin e sanak kamanakan batunagan, badunsanak, tando kito pulangan timba
kalau lah batunagan sanak kamanakan
baliak”.
tantu badiri sapanjang adaik. Apo nan
dikatokan lah badiri sapanjang adaik, lah b. Perpisahan karena kehendak sendiri
tajadi hubuangan ipa bisan, pandan “Kok tajadi perpisahan karano ulah”
basumandan baliak batimba dikampuang si artinya pernikahan tidak terlaksana
A di kampuang si B, kok sakik liek maliek,

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|11


karena perbuatan salah satu pihak, Prosesi pernikahan mamak dengan
maka yang bersangkutan akan mamak diawali dengan pembacaan
menerima sanksi adat berupa: Pertama, khutbah nikah dan diakhiri dengan
tukar menukar tanda pertunangan.
Jika kesalahan terjadi pada pihak catin
laki-laki maka sanksi adatnya adalah
Adapun tujuan pernikahan atara
“Tando balipek, badan manuruik”. Tando mamak dengan mamak adalah sebagai
balipek artinya tando yang berupa cincin wujud pertunangan secara adat,
pertunangan tadi harus dikembalikan penggabungan dua keluarga, suku dan
oleh pihak keluarga catin laki-laki akan nagari antara kedua calon mempelai,
tetapi tando dari pihak catin laki-laki penetapan jumlah “Uang Urak Selo”,
“Uang Hilang” dan “Uang Jemputan” dan
yang ada pada catin perempuan tidak
persiapan walimah.
dapat diambil kembali. Sedangkan
badan manuruik artinya adalah catin laki- Akibat hukum dari pernikahan mamak
laki harus mencarikan jodoh bagi catin dengan mamak adalah terjalinnya
perempuan sebagai tebusan atas hubungan kekeluargaan secara adat
dirinya. oleh kedua belah pihak yang telah
Kedua, Jika terjadi kesalahan pada pihak bertunangan. Sehingga masing-masing
pihak harus berhubungan kekeluargaan
catin perempuan maka sanksi adatnya
secara adat dan tetap menjaga
adalah “Babunyi sakalian sabuik”.
pertunangan jangan sampai putus. Jika
Babunyi sakalian sabuik artinya segala pertunangan putus maka akan
ketentuan keuangan yang telah diberikan sanksi adat berupa: jika
disepakati seperti kesepakan jumlah disebabkan oleh pihak laki-laki maka
uang hilang dan uang jemput wajib sanksinya berupa “tando balipek badan
dibayar oleh pihak keluarga manuruik”. Jika pertunangan putus
karena ulah pihak wanita maka sanksi
perempuan.
adatnya berupa “babaco sakalian sabuik”.

SIMPULAN DAFTAR RUJUKAN


Makna tradisi “Pernikahan antara
mamak dengan mamak” di Kabupaten Al-Asyqar, Muhammad Sulaiman bin
Padang Pariaman ialah “Ikatan (akad) Abdullah, 1395 H, al-Wadih fi Ushul
yang dilakukan antara dua orang al-Fiqh, Kuwait: Dar al-Nafa-is.
mamak suku secara zahirnya dan
pertunangan antara kemenakan mereka Al-Hanbali, Abi Ishaq Burhanuddin
pada hakikatnya (batin) sebagai syarat Ibrahim ibnu Muhammad
pernikahan antara kemenakan mereka Abdullah ibnu Muhammad
dalam rangka legetimasi hubungan
muflih al Muarikh, 1981, al-Mubni
antara dua keluarga, suku dan
fi Syarh al-Muhgni, T.tp: Maktabah
kampung (masyarakat) melalui mamak
sebagai wakil dari masing-masing al Islami.
pihak.

12|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022


Al-Hanbali, Mansyur ibnu Yunus al- Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-Pokok
Bahuli, 1997, Kasyfu al-Ghina’, Materi Metodologi Penelitiandan
Beirut: Dar al-Kutub. Aplikasinya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Al-Jarjawi, Ahmad, 1961, Hikamatu at-
Tasyri’ wa Falsafatuhu, Kairo: Dar Idris Ramulyo, Muhammad, 1996,
al-Fikr. Hukum Perkawinan, Jakarta: Bumi
Aksara.
Al-Jaziry, Abdurrahman, 1969, Kitab al-
Fiqh Ala Mazahib al-Arba’ah, Mesir: Khatib, Asy-syarbaini, t.th., Mugnil
Almakatabah al-Tijaroyah al- Muktaj. Mesir :Mustafa Al-bab.
Kurba.
Qudamah, Ibnu, 1984, al-Mughny,
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Beirut: dar al-Fikr.
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rinaurti, Mahmudallah, 1991, al-
Jakarta: RinekaCipta.
Mu’tamad fi Fiqh al-Imam Ahmad,
Ash-Saukany, Muhammad, t.th., Nailul Beirut : Dar al-khair.
Auathar, Mesir: Musthafa al-
Sabiq, Sayiq, 1990, Fiqih Sunnah,
Halabi.
Bandung; al-Ma’arif.
Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail
Soerdjono Soekanto dan Sri Masuji,
al-Amir, al-Yamuni, 1991,
2006, Penelitian Hukum Normatif ;
Subulussalam, Beirut: Dar al-Fikr.
Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
Az-Zuhaily, Wahbah, 1989, Fiqh wa Raja Grafindo Persada.
Adillatuh, Birut : Dar al-Fikr.
Syarifuddin, Amir, 2006, Hukum
Dahlan, A’isyah, t.th., Membina Rumah Perkawinan Islam di Indonesia,
Tangga Bahagia dan Peranan Agama Jakarta : Prenada Media.
dalam Rumah Tangga, Jakarta: tp.
_________, 1999, Ushul Fiqh, Jakarta:
Dahlan, Abd. Rahman, 2010, Ushul Fiqh, Logos Wacana Ilmu.
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Yunus, Mahmud, 1956, Hukum
Daud, Makmar, 1983, Terjemahan Hadist Perkawinan Dalam Islam, Jakarta :
Sahih Bukhary, Jakarta: Wijaya. Al-hidayah.

Departemen Agama RI, 1971, Al-Qur’an Zahrah, Abu, 1987, Ahwalu al-
dan Terjemehannya, Jakarta: Syakhsyiyah, Beirut: Dar al-Fikr.
Yayasan Penyelenggara
__________, t.th., Aqduzziwaj Watsruhu,
Penterjemah/ Pentafsir Al qur an.
Beirut: Dar al-Fikr.
Haroen, Nasrun, 1997, Ushul Fiqh 1,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Keunikan Tradisi Pertunangan Masyarakat Padang Pariaman|13


https://ngpariaman.wordpress.com/2017/06
/01/tradisi-uang-japuik-dalam-adat-
pernikahan-di-pariaman/, diakses
tanggal 1 September 2019 jam
20.22 WIB.

14|Turast: JurnalPenelitian&Pengabdian Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai