Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK NIKAH BATIN

DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN


Yusri Amir, M.Ag dan Taufik Hidayat, MA, MH.
UIN Imam Bonjol Padang
Email: yusriamir86@yahoo.co.id

Abstrak
Dalam sebuah tugas pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “Pelatihan Hukum Bagi BP4
Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman”, peneliti (pada saat itu dosen pengabdian)
menemukan permasalahan yang dikemukakan oleh beberapa orang peserta pelatihan yaitu permasalahan
nikah batin.Tentunya konsep nikah batin ini di luar dari konsep nikah yang telah digariskan oleh fiqih.
Nikah batin adalah nikah yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita pada malam pertama
sebelum melakukan hubungan suami istri, setelah mereka melaksanakan nikah secara syariat Islam.
Nikah batin ini mencontoh kepada nikahnya Nabi Adam dan Siti Hawa di mana Allah SWT sebagai
walinya dan malaikat sebagai saksinya dengan mahar dua kalimat syahadat yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amalan nikah batin merupakan ajaran yang terdapat dalam
tarekat Syatariyyah Padang Pariaman Sumatera Barat. Urgennya nikah batin tersebut dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kesempurnaan amalan seorang hamba, yakni secara syariat
dan hakikat. Nikah batin dipahami masyarakat Kabupaten Padang Pariaman sebagai penyempurna
pernikahan yang telah dilaksanakan secara syariat, agar diperoleh penyatuan batin antara suami dengan
istri dalam rangka membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Bagi Lembaga
Keagamaan (Kantor Urusan Agama), tidak ada pemisahan antara nikah lahir dan nikah batin, karena
pernikahan yang diselenggarakan di KUA sudah terjalin hubungan suami istri secara lahir dan batin.
Kata Kunci: Nikah batin, pernikahan syariat, hubungan lahir dan batin

secara sah di Kantor Urusan Agama


PENDAHULUAN
(KUA).
Dalam sebuah tugas pengabdian
Berangkat dari latar fenomena di
kepada masyarakat yang berjudul
atas, maka penelitian ini
Pelatihan Hukum Bagi BP4 Kecamatan
mempertanyakan bagaimana bentuk
Lubuk Alung Kabupaten Padang
Pariaman, peneliti menemukan praktek nikah batin di Kabupaten
Padang Pariaman. Untuk membatasi
fenomena nikah batin di tengah
pertanyaan tersebut peneliti membatasi
masyarakat setempat. Tentunya konsep
pertanyaan pada empat pertanyaan
nikah batin ini di luar dari konsep nikah
penelitian: 1) Apa makna nikah batin
yang telah digariskan oleh fiqih. Pada
pada masyarakat Kabupaten Padang
penelitian awal, didaptkan data bahwa
Pariaman; 2) bagaimana proses
batin dilakukan setelah mereka nikah
pelaksanaan nikah batin di Kabupaten
secara sah. Hal tersebut diperkuat oleh
Padang Pariaman; 3) apa urgensi nikah
pengakuan dari Wali Korong Sintuk
batin bagi masyarakat Kabupaten
Timur Kec.Sintuk Toboh Gadang Kab.
Padang Pariaman; dan 4), bagaimana
Padang Pariaman (Raziom, SH) bahwa
respon lembaga keagamaan Islam di
beliau juga melakukan nikah batin
Kabupaten Padang Pariaman terhadap
dengan istrinya setelah mereka menikah
praktik nikah batin. tersedia, seperti undang-undang, buku-
buku, artikel dari media masa dan bahan
Adapun tujuan penelitian ini
informasi lainnya yang berkaitan dengan
adalah untuk mengetahui beberapa hal
masalah penelitian. Sumber data
sebagai berikut: Pertama, makna nikah
sekunder merupakan sumber data awal
batin di kabupaten Padang Pariaman;
yang penulis gunakan yang kemudian
Kedua, proses pelaksanaan nikah batin
dilanjutkan dengan data primer atau
di Kabupaten Padang Pariaman; Ketiga,
lapangan. Dengan demikian, penelitian
urgensi nikah batin bagi masyarakat
hukum yang normatif tetap bertumpu
kabupaten Padang Pariaman; Keempat,
pada premis normatif, berbeda dengan
respon lembaga keagamaan Islam di
penelitian ilmu-ilmu sosial yang hendak
Kabupaten Padang Pariaman terhadap
mengkaji hukum, di mana hukum
praktik nikah batin.
ditempatkan sebagai dependent variable
(Amiruddin dan Zainal, 2010).
METODE PENELITIAN Dalam hal menguraikan setiap data
Sesuai dengan judul penelitian ini tentang nikah batin yang terjadi di
yaitu “Praktik Nikah Batin di Kabupaten Kabupaten Padang Pariaman diperoleh
Padang Pariaman”, maka jenis penelitian melalui wawancara untuk menjelaskan
ini adalah penelitian hukum yang makna, praktek dan urgensi nikah batin
sosiologis berbentuk identifikasi hukum serta respon terhadap nikah batin.
tidak tertulis dengan metode penelitian Selanjutnya data ini dideskripsikan
deskriptif kualitatif. Penelitian hukum dengan menggunakan teknik analisis
yang sosiologis terdiri dari dua bentuk : yang dikemukakan oleh Miles dan
1) penelitian berlakunya hukum, yang Hubermen (1992) yaitu reduksi data,
meliputi penelitian efektivitas hukum penyajian data verifikasi (menarik
dan Penelitian dampak hukum. 2) kesimpulan). Reduksi data di sini adalah
Penelitian identifikasi hukum tidak proses pemilihan pemusatan perhatian
tertulis. pada penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang
Sumber data dalam penelitian ini
muncul dari catatan-catatan tertulis
diklasifikasikan menjadi dua sumber
dalam mengolah hasil wawancara
data, yaitu: 1) Sumber data primer
tentang praktek nikah batin. Penyajian
adalah data yang diperoleh atau
data di sini adalah sekumpulan
dikumpulkan langsung di lapangan.
informasi dari hasil wawancara yang
Sumber data primer di sini adalah hasil
tersusun dan memberi kemungkinan
wawancara dengan pasangan suami
adanya penarikan kesimpulan dan
isteri yang melakukan nikah batin dan
pengambilan tindakan seperti
tokoh masyarakat selaku orang yang
menyajikan data secara naratif. Langkah
menganjurkan nikah batin kepada
terakhir adalah melakukan verifikasi
masyarakat. 2) Sumber data sekunder
atau menarik kesimpulan.
adalah data yang diperoleh dan
dikumpulkan dari sumber-sumber yang
telah ada. Menurut Hasan (2002: 82) data
sekunder disebut juga data yang

126 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018
HASIL PENELITIAN DAN bisa terjalin hubungan antara murid
PEMBAHASAN dengan guru. Menurut Buya Jamaris
1. Makna Nikah Batin di Kabupaten dalam pelaksanaan bai’at para murid
Padang Pariaman akan mempersiapkan tiga buah benda
yaitu:
Nikah batin adalah pernikahan
yang dilakukan oleh seorang mempelai Pertama, cermin cermin adalah
pria dengan seorang mempelai wanita pelambangan dari intropeksi diri. Dalam
pada malam pertama sebelum kehidupan, seseorang harus terus
melakukan hubungan suami istri, setelah bercermin melihat dirinya agar mereka
mereka melaksanakan nikah yang sah mengetahui salah dan janggal yang ada
secara syariat Islam. Nikah batin ini dalam dirinya. Seperti halnya muka
mencontoh kepada nikahnya Nabi yang bernoda hanya bisa dilihat dengan
Adam, AS dan Siti Hawa di mana Allah cermin. Oleh karenanya seorang murid
sebagai walinya dan malaikat sebagai harus terus beristighfar dan berzikir
saksinya dengan mahar dua kalimat kepada Allah SWT. Kedua, Pisau
syahadat yang bertujuan untuk melambangkan ketajaman ilmu. Untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT bisa kepada maqam fana orang tersebut
(Buya Jamaris Tk. Sinaro, Ketua MUI harus berakal agar ia tidak tersesat
Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten dalam maqam fana. Adapun tingkatan
Padang Pariaman, wawancara, Rabu 6 maqam adalah: Maqam kasab (syari’at),
September 2017) Maqam billah (hakikat), Maqam Fana
(ma’rifat), dan Membawa Kain Putih
Menurut pemahaman masyarakat
(Buya Buya Jamaris Tk. Sinaro,
Kabupaten Padang Pariaman yang telah
wawancara, Rabu 6 September 2017).
melakukan nikah batin, bahwa nikah
secara sah yang telah mereka laksanakan Kain putih melambangkan
berdasarkan rukun dan syarat kesucian diri. Kesucian diri antara murid
sebagaimana yang telah diatur dalam dengan guru. Ketika berbai’at murid
fiqih Islam adalah nikah zahir. Oleh akan memegang kain putih tersebut
sebab itu pernikahan secara zahir bersama dengan guru. Kemudian guru
belumlah lengkap jika tidak diteruskan membaca kalimat yang akan diikuti oleh
dengan nikah batin, agar diperoleh muridnya: “Radhitubillahi Rabba wabil
penyatuan batin antara suami dengan Islami Diina wabi Muhammadin
istri dalam rangka membentuk rumah Nabiyyawwarasula, wali ustazi syaikhan wa
tangga yang sakinah, mawaddah, wa dalilan wa murabbiyan, Innallazina
rahmah. yubayi’unaka innama yubayi’unallaha
yadullah fauqa aidihim”.

2. Tata Cara Pelaksanaan Nikah Batin


Syarat Nikah Batin Rukun Nikah Batin
Adapun yang menjadi syarat untuk Rukun Nikah batin adalah: 1)
dapat melaksanakan Nikah Batin adalah Suami, suami adalah pengantin pria
orang yang telah berbai’at kepada guru. yang telah menikah secara sah menurut
Bai’at adalah janji setia kepada guru agar rukun dan syarat yang telah ditentukan

Praktik Nikah Batin di Kabupaten Padang Pariaman 127


dalam fiqh; 2) Istri, istri adalah Tata Cara Nikah Batin
pengantin wanita yang telah menikah Tata cara nikah batin berbeda
secara sah menurut rukun dan syarat dengan nikah menurut fiqih, di mana
yang telah ditentukan dalam fiqh; 3) nikah batin dilakukan setelah
Wali, wali dalam nikah batin adalah pernikahan yang sah menurut aturan
Allah SWT sebagaimana nikahnya Nabi
fiqih. Adapun ketentuannya adalah
Adam AS dengan Siti Hawa menurut sebagai berikut: 1) Dilakukan pada
kepercayaan masyarkat yang malam pertama sebelum melakukan
melaksanakan nikah batin di Kabupaten hubungan suami istri; 2) Hanya
Padang Pariaman; 4) Saksi, saksi nikah dilakukan oleh kedua pasangan dengan
batin tidak dipersaksikan oleh manusia wali Allah dan saksi Malaikat; 3) Dengan
akan tetapi masyarakat Kabupaten menjabat tangan istri, kemudian suami
Padang Pariaman yang melaksanakan
mengucapkan “Assalamu’alaikum ya babul
Nikah Batin memiliki keyakinan bahwa Hawa” dan dijawab oleh istri “wa’alaikum
pernikahannya itu telah disaksikan oleh salam ya babul Adam” dilanjutkan dengan
Malaikat sebagaimana pernikahan Nabi lafal ijab oleh suami “Aku nikahi engkau
Adam, AS dengan Siti Hawa; 5) Akad, dengan maharnya asyhadu alla Ilaha
akad yang diucapkan oleh suami illallah wa asyhadu anna
kepada istri dalam nikah batin adalah Muhammadarrasulullah, kemudian istri
sebagai berikut:
menjawab qabul “Aku terima menikahi
Suami : Assalamu’alaikum ya babul engkau dengan ”asyhadu anna
Hawa Muhammadarasullah”. 4) Dilakukan
dengan penuh kekhusyukan hingga
Istri : Wa’alaikum salam ya babul
sampai pada kurah (menghantarkan jiwa
Adam
kepada Allah SWT) dengan durasi
Ijab Suami :Aku nikahi engkau dengan waktu 3-5 menit (Buya Jamaris Tk.
maharnya “asyhadu alla Ilaha Sinaro murid Tk. Kuning Zubir,
illallah wa asyhadu anna Wawancara, Lubuk Alung, Rabu 6
Muhammadarrasulullah” September 2017)
Qabul Istri: Aku terima menikahi engkau
dengan ”asyhadu anna
3. Urgensi Nikah Batin bagi
Muhammadarasullah”
Masyarakat
6) Mahar, mahar adalah kalimat
Untuk melihat bagaimana
syahadat (wawancara dengan beberapa
urgennya nikah batin bagi masyarakat
pasangan pelaku nikah batin: Pasangan
Kabupaten Padang Pariaman dapat
Raziom dengan Martini, Sintuk, Sabtu 7
diperoleh informasi dari beberapa
Oktober 2017; pasangan Syamsir dengan
kelompok masyarakat. Pertama,
Hendra Yesi, Lubuk Alung, Minggu 10
pasangan yang telah melaksanakan
September 2017; pasangan Syafrudin
nikah batin. Kedua, para niniak mamak
dengan Fitri, Lubuk Alung, Sabtu 16
yang memberikan pituah adat dan nikah
September 2017).
batin bagi kemenakannya yang akan
melangsungkan akad nikah. Ketiga, para
Tuangku (ulama) tarekat Syatariyah

128 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018
selaku pemimpin jama’ahnya. menyatukan hati dan memperkuat
jalinan kasih antara seorang pria dan
Pasangan yang telah Melaksanakan
wanita yang telah melakukan
Nikah Batin
pernikahan secara syara’.
Untuk mendapatkan informasi ini
Pasangan Syamsir dan Hendra Yesi
peneliti telah mewawancari 15 (lima
menilai bahwa nikah batin bukan
belas) pasang suami istri yang telah
sekedar bertujuan mempertahankan
melaksanakan nikah batin di daerah
keutuhan kehidupan berumah tangga.
Kabupaten Padang Pariaman. Menurut
Nikah batin, menurut mereka,
pasangan Muzahiril Azmi dengan
mengandung nilai-nilai sufi. Kalau
Murni, nikah batin merupakan bukti
pernikahan di KUA merupakan
kepatuhan dan kekonsistenan antara
pernikahan secara syara’ maka nikah
murid dan guru. Nikah batin adalah
batin adalah melengkapi pernikahan
pertanda keizinan dan pemberian restu
yang telah dilakukan secara syara’,
oleh guru kepada muridnya untuk
karena dalam pengamalan ajaran agama
melangsungkan pernikahan yang
disyariatkan agama. itu mencakup persoalan syara’ dan
hakekat. Di samping itu, nikah batin juga
Di samping itu, menurut mereka, mengandung makna hubungan
nikah batin bertujuan untuk menyatukan pasangan suami isteri dengan Allah
batin mereka. Secara kongkritnya, sebagai Tuhan alam semesta dalam ilmu
penyatuan batin itu dalam rangka tarekat. Selanjutnya, Syamsir
mencapai kelanggengan hubungan menambahkan bahwa nikah batin itu
pernikahan yang telah mereka lakukan juga berisikan tuntunan tentang cara
di KUA dan mendapatkan kehidupan hubungan intim bagi pasangan suami
rumah tangga yang harmonis. Menurut isteri yang telah melaksanakan
mereka, ada perbedaan yang dirasakan pernikahan secara syara’. Melalui nikah
setelah batin disatukan oleh guru. batin, pasangan suami isteri diajarkan
Kedekatan batin antara mereka jauh cara berhubungan intim agar tidak
lebih baik dari pada sebelum disatukan memperturutkan nafsu hewani dalam
oleh guru.Tegas mereka, hal ini berjima’ dan menjauhkan diri dari
diperkuat dengan kenyataan yang syetan, dengan tujuan untuk
mereka dapati pada pasangan yang tidak memperoleh keturunan yang shaleh.
melakukan nikah batin, sering terjadi
Untuk tanggapan pasangan suami
pertengkaran bahkan berujung kepada
isteri yang lain tentang nikah batin di
perceraian.
Kabupaten Padang Pariaman tidak
Pasangan Syamsudin dan Fitri peneliti deskripsikan lebih lanjut, karena
memahami bahwa nikah batin adalah penyataan mereka tentang nikah batin
ajaran agama yang wajib ditaati dan jika mempunyai pandangan dan
tidak melaksanakan nikah batin berarti pemahaman yang sama dengan persepsi
tidak menjalankan ajaran agama, bahkan pasangan suami isteri yang telah
dapat berakibat kepada kehidupan dikemukakan di atas.
rumah tangga, yaitu keluarga yang
Berdasarkan informasi yang
berantakan. Menurut mereka nikah
diperoleh bahwa keberadaan nikah batin
batin adalah alat yang dapat
Praktik Nikah Batin di Kabupaten Padang Pariaman 129
bagi masyarakat Kabupaten Padang melaksanakan nikah batin berarti
Pariaman maka dapat disimpulkan melaksanakan adat.
bahwa urgensi nikah batin adalah: Menurut Apriyaldi Datuak Talanai,
Pertama, Merupakan wadah untuk nikah batin bukan hanya sebatas
mendapatkan keharmonisan kehidupan masalah agama tapi juga masalah
dalam berumahtangga, karena melalui
adat. Nikah batin, dalam
nikah batin terjadi penyatuan penjelasannya, bagian dari
pandangan antara suami dan isteri pelaksanaan adat. Hal ini dapat
tentang kehidupan berumahtangga. Jika dibuktikan pada waktu acara “maanta
hal ini sudah diperoleh maka marapulai” oleh pihak keluarga laki-
kelanggengan rumah tangga akan laki. Sewaktu “marapulai dikatangahan”
mereka dapati dan terhindar dari dan hendak memasuki kamar “anak
perceraian, karena dalam pemahaman
daro” maka dilaksanakanlah nikah
mereka banyaknya angka perceraian di batin, yaitu dengan mengucapkan
pengadilan agama terjadi disebabkan akad nikah batin. Apriyaldi Datuak
pasangan tersebut tidak melaksanakan Talanai menambahkan bahwa
nikah batin; Kedua, Nikah batin adalah pelaksanaan nikah batin seperti inilah
penyempurna dalam menjalankan ajaran yang diajarkan mamak kepada
agama, karena ajaran agama itu kemenakannya yang hendak
mempunyai pengamalan secara syara’
melangsungkan pernikahan.
dan hakikat. Pernikahan di KUA adalah
menjalankan syara’ dan nikah batin Penuturan Apriyaldi Datuak
merupakan pengamalan secara hakikat. Talanai di atas memberikan pemahaman
Dengan nikah batin pasangan suami bahwa nikah batin akan terlaksana
isteri itu telah menyempurnakan dengan sendirinya jika terjadi acara
pengamalan ajaran agamanya dan begitu “maanta marapulai”, karena nikah batin
juga sebaliknya bagi orang tidak merupakan bagian terakhir dari acara
melaksanakan nikah batin. Karena itu, “maanta marapulai” tersebut. Tradisi
nikah batin dalam persepsi mereka “maanta marapulai” itu adalah tradisi
merupakan suatu keharusan untuk yang selalu diturunkan oleh mamak
melengkapi ajaran agama. kepada kemenakannya yang akan
melangsungkan pernikahan melalui
pituah mamak kepada kemenakan
Ninik Mamak selaku Pemimpin Adat sebelum pernikahan tersebut, mulai dari
adab memasuki rumah mertua pertama
Dalam pandangan Niniak Mamak
kali dan untuk menjalani kehidupan
selaku pemimpin adat, nikah batin
baru di sana (Apriyaldi Datuak Talanai,
merupakan tradisi yang sudah
Wawancara, Sintuk, Minggu 15 Oktober
berlangsung sejak dahulunya. Nikah
2017).
batin adalah perbauran ajaran agama
dengan ketentuan adat.“adat basandi Berbeda dengan pendapat
syara’ syara’ basandi kitabullah”. Karena pemuka adat terdahulu, Drs. Asril
itu, nikah batin adalah ketentuan syara’ Datuak Rangkayo Basa, SH selaku ketua
yang sudah menjadi tradisi atau adat. Kerapatan Adat Nagari (KAN) Lubuk
Lebih lanjut dikemukakannya Alung menjelaskan bahwa pernikahan

130 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018
yang dilakukan pasangan suami isteri di mendekatkan hamba dengan sang
KUA sudah mencakup nikah secara lahir Pencipta. Nilai sufisme sangat tinggi
dan batin. Menurutnya, nikah secara pada nikah batin ini sehingga
lahir dinyatakan dengan pengucapan seseorang yang melaksanakan nikah
ijab dan qabul sedangkan nikah secara batin mempunyai pemahaman yang
batin melalui niat untuk menikah yang mendalam tentang sebuah pernikahan
sudah ada dalam hati pasangan tersebut. dibanding dengan seseorang yang
Nikah itu, dalam pemahamannya, hanya tidak melaksanakan nikah batin.
dilakukan satu kali, yaitu yang Selain bertujuan mendekatkan diri
diselenggarakan di KUA. Jika nikah kepada Allah, nikah batin dalam
harus dilakukan dua kali maka pandangan Buya Jamaris Tuangku
dibutuhkan dalil sebagai alasan untuk Sinaro juga berfungsi sebagai
mengerjakannya (Asril DT. Rangkayo
pencapaian hakikat sebuah perbuatan
Basa, Wawancara, Lubuk Alung, Jum’at dalam ajaran Tarekat Syatariyah, karena
22 September 2017). ajaran Tarekat Syatariyah menjelaskan
bahwa agama itu mencakup syariat dan
hakikat. Jika seseorang telah
Tuangku (ulama) Tarekat Syatariyah
melaksanakan nikah batin maka ia telah
selaku pemimpin jama’ahnya
mencapai hakikat pernikahan
Praktek nikah batin di Kabupaten (Wawancara: Buya Jamaris Tk. Sinaro
Padang Pariaman merupakan ajaran murid Tk. Kuning Zubir, Lubuk Alung,
yang terdapat pada Tarekat Syatariyah. Rabu 6 September 2017).
Dalam pemahaman pengikut Tarekat
Senada dengan ungkapan di atas, Dr.
Syatariyah, nikah batin adalah ajaran
Zainal Tuangku Mudo, M.Ag selaku
yang mesti diperbuat, karena dengan
pimpinan Pondok Pesantren Bustanul
melaksanakan nikah batin maka
Yaqin memberi penegasan bahwa
kesempurnaan mengamalkan nikah
tercapai. Kesempurnaan nikah itu harus nikah batin itu pada intinya mengacu
kepada pencapaian hakikat bagi
mencakup syariat dan hakikat.
seseorang. Ia menegemukakan alasan
Menurut Buya Jamaris Tuangku bahwa nikah batin itu pelengkap
Sinaro sebagai Ketua MUI Kecamatan nikah secara syara’ yang telah
Lubuk Alung dan Imam Besar Masjid dilakukan di KUA (Zainal Tk. Mudo,
Raya Nurul Illahi Pasar Lubuk Alung, Wawancara, Lubuk Alung, Jum’at 15
nikah batin menjalin hubungan September 2017).
hamba dengan Allah SWT dan untuk
Di samping ketiga tuangku
mencapai kesempurnaan dalam
terdahulu, Nofriandi, MA Tuangku
beragama karena agama itu
Imam selaku guru Ponpes Nurul Yaqin
mencakup syariat dan hakikat. Buya
menegaskan bahwa pelaksanakan nikah
Jamaris Tuangku Sinaro memahami
batin di Kabupaten Padang Pariaman
bahwa nikah batin ini tidak sekedar
merupakan pengamalan ajaran Tarikat
mengandung ajaran fiqh semata tetapi
juga ada unsur sufismenya. Nikah Syatariyah. Bagi pengikut ajaran Tarikat
Syatariyah, nikah batin adalah ajaran
batin di samping sebagai ajaran
yang harus dilaksanakan karena nikah
agama tetapi juga bertujuan untuk
Praktik Nikah Batin di Kabupaten Padang Pariaman 131
batin jalan untuk mencapai (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
kesempurnaan amalan seseorang dalam berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
masalah nikah, sebagaimana diutarakan Lebih lanjut dikemukakan oleh
tokoh Tarekat Syatariyah terdahulu. Syafral Abdi, Kepala KUA Kecamatan
Berdasarkan beberapa penjelasan Lubuk Alung (2017) bahwa pasangan
dari para informan dan tokoh Tarekat suami isteri yang telah melangsungkan
Syatariyah di atas dapat disimpulkan pernikahan di Kantor Urusan Agama
bahwa pelaksanakan nikah batin di (KUA) tidak perlu lagi melaksanakan
Kabupaten Padang Pariaman nikah batin,karena tidak terdapat istilah
merupakan pengamalan ajaran Tarikat nikah batin dalam kajian fiqh (hukum
Syatariyah. Pelaksanaan nikah batin Islam).
tersebut dalam rangka mendekatkan diri Senada dengan Kepala KUA
kepada Allah sebagai Sang Pencipta dan Kecamatan Lubuk Alung, Kepala KUA
mencapai kesempurnaan amalan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang
seorang hamba, yakni secara syariat dan menjelaskan bahwa pelaksanaan
hakikat. Nikah batin merupakan amalan pernikahan di KUA mengacu kepada
secara hakikat dalam masalah nikah. Undang Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam. KUA tidak mengenal
4. Respon Lembaga Keagamaan Islam
istilah nikah batin bahkan Kepala KUA
terhadap Praktek Nikah Batin
Sintuk Toboh Gadang menyatakan
Respon lembaga keagamaan yang bahwa dengan hanya melakukan nikah
dimaksud di sini adalah tanggapan batin seorang pria dan wanita itu belum
tentang nikah batin yang diberikan oleh terikat dalam pernikahan. Nikah batin
kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yang dipraktikan diakui masyarakat
Kecamatan Lubuk Alung, Kecamatan sebagai bentuk nikahnya nabi Adam dan
Sintuk Toboh Gadang dan Kecamatan Siti Hawa. Dalam hal ini, secara tegas
Enam Lingkung. Menurut Kepala Kepala KUA Kecamatan Sintuk Toboh
Kantor Urusan Agama (KUA) Gadang membantah bahwa kita berada
Kecamatan Lubuk Alung bahwa tidak pada syariat Nabi Muhammad dan
ada pemisahan antara nikah lahir dan bukan pada syariat Nabi Adam. Syariat
nikah batin,karena pada saat melakukan Nabi Adam telah terhapus dengan
akad nikah yang diselenggarakan oleh datangnya syariat Nabi Muhammad
pihak KUA sudah terjalin hubungan (Syafri Yendi, Kepala KUA Kecamatan
antara suami istribaik secara lahir Sintuk Toboh Gadang, Wawancara,
maupun batin. Menurutnya, Kantor KUA Kecamatan Sintuk Toboh
pemahaman seperti ini didasarkan Gadang, Senin 9 Oktober 2017).
kepada pengertian pernikahan yang
Tidak berbeda dengan dua Kepala
terdapat dal am Undang Undang No. 1
KUA sebelumnya, Kepala KUA
Tahun 1974 tentang perkawinan
Kecamatan Enam Linkung menjelaskan
menegaskan bahwa perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria bahwa nikah yang sah adalah nikah
yang telah dilakukan sesuai dengan
dengan seorang wanita sebagai suami
peratuan perundang-undangan yang
istri dengan tujuan membentuk keluarga

132 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018
berlaku di Indonesia dan hal itu sudah merupakan amalan secara hakikat dalam
mengikat seorang pria dengan seorang masalah nikah.
wanita secara lahir dan batin. Di KUA Komentar Lembaga Keagamaan
hanya menyelenggarakan pernikahan yang dalam hal ini adalah Kantor
menurut peraturan pemerintah. Ketika Urusan Agama (KUA). Tidak ada
pernikahan sudah dilaksanakan sesuai
pemisahan antara nikah lahir dan nikah
aturan yang berlaku maka perkara nikah batin, karena pada saat melakukan akad
batin itu termasuk urusan murid dengan nikah yang diselenggarakan oleh pihak
gurunya pada pondok-pondok KUA sudah terjalin hubungan antara
pesantren salafiyyah di Padang suami istri baik secara lahir maupun
Pariaman atau antara kemenakan batin. Pemahaman seperti ini didasarkan
dengan mamaknya yang akan kepada pengertian pernikahan yang
menyampaikan persoalan adaik
terdapat dal am Undang Undang No. 1
mauduik sebelum pernikahan dilakukan Tahun 1974 tentang perkawinan
(Kasmir, Kepala KUA Kecamatan Enam menegaskan bahwa perkawinan adalah
Lingkung, Wawancara, Kantor KUA ikatan lahir batin antara seorang pria
Kecamatan Enam Lingkung, Senin 2 dengan seorang wanita sebagai suami
Oktober 2017). istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
PENUTUP
Karena itu, pasangan suami isteri yang
Nikah batin adalah nikah yang telah melangsungkan pernikahan di
dilakukan oleh seorang pria dengan Kantor Urusan Agama (KUA) tidak
seorang wanita pada malam pertama perlu lagi melaksanakan nikah batin,
sebelum melakukan hubungan suami karena tidak terdapat istilah nikah batin
istri, setelah mereka melaksanakan nikah dalam kajian fiqh (hukum Islam).
secara syariat Islam. Nikah batin ini
mencontoh kepada nikahnya Nabi
Adam dan Siti Hawadi mana Allah DAFTAR PUSTAKA
sebagai walinya dan malaikat sebagai Amran, Rusli. (1980). Sumatera Barat Hingga
saksinya dengan mahar dua kalimat Plakat Panjang. Jakarta: Sinar
syahadat yang bertujuan untuk Harapan.
mendekatkan diri kepada Allah SWT
Asnan, Gusti, dkk. (2007). Memikir
Informasi dari Pelaku nikah batin, Ulang Regionalisme Sumatera Barat
ninik mamak dan tokoh Tarekat Tahun 1950-an. Jakarta: Yayasan Obor
Syatariyah dapat disimpulkan bahwa Indonesia.
pelaksanakan nikah batin di Kabupaten -------. (2013). Adabiah: Perintis
Padang Pariaman merupakan
Pendidikan Moderen Di Sumatera Barat.
pengamalan ajaran Tarikat Syatariyah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Pelaksanaan nikah batin tersebut dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah Azra, Azyumardi. (2000). Islam Substantif
Agar Islam Tidak Jadi Buih. Bandung:
SWT dan mencapai kesempurnaan
Rosda Karya.
amalan seorang hamba, yakni secara
syariat dan hakikat. Nikah batin
Praktik Nikah Batin di Kabupaten Padang Pariaman 133
Badan Pusat Statistik. (2003). Bukittinggi Kahin, Audrey. (2008). Dari
dalam Angka 2000. Bukittinggi: Badan Pusat Pemberontakan Ke Integrasi: Sumatera
Statistik. Barat dan Politik Indonesia 1926-1998.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Baikoeni, Efri Yoni. (2014). Patriot
Negara Kepulauan, Jakarta: Pandu Aksara Karsya, Lindo. (2005). Dari Gubernur M.
Publishing. Nasroen Sampai Zainal Bakar 1947-2005.
Padang: PT. Genta Singgalang Press.
Berkhofer, Robert F. (1971). A
Behavioral Approach to Historical Kayo, Khatib Pahlawan & Marjohan.
Analysis. New York: fte Free Press. (2010). Muhammadiyah Minangkabau
(Sumatera Barat) dalam Perspektif Sejarah.
Boland, B.J. (1985). Pergumulan Islam di
Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.
Indonesia 1945-1970. Jakarta: Grafiti
Press. Leirissa, R.Z. (1991). PRRI/Permesta: Strategi
Membangun Indonesia Tanpa Komunis.
Chaniago, Danil Mahmud, dkk. (2014). Biografi
Jakarta: Grafit Press.
Rektor IAIN Imam Bonjol Padang
1966- 2015. Padang: Imam Bonjol Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Sosial Budaya
Press. Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Chaniago, Hasril. (2010). 101 Orang Minang
Di Pentas Sejarah. Padang: Yayasan Citra Murodi. (1999). Melacak Asal-usul Gerakan Paderi
Budaya Indonesia. di Sumatera Barat. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
(2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Musri, Muhapril. (2015). Zainuddin Labay el-
Jakarta: Balai pustaka. Yunusy, Akar-akar Pembaharuan
Pendidikan Islam Di Minangkabau
Dobbin, Christine. (2008). Islamic Revivalism
Awal Abad XX. Padang: Imam
in a Changing Peasant Economy,
Bonjol Press.
(Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam
dan Gerakan Paderi). Depok: Na’im, Muchtar. (1984). Merantau Pola
Komunitas Bambu. Migrasi Suku Minangkabau. Jakarta:
Rajawali Press.
Drakard, Jane. (1999). A Kingdom of
Words: Language and Power In Sumatra Nain, Sjafnir Aboe. (2008). 200 th
(South-East Asian Historical Monographs). Tuanku Imam Bonjol: Sejarah
USA: Oxford University Press. Intelektual Islam di Minangkabau 1784-
1832. Padang: Suara
Esmara, Hendra. (1996). Untuk Kejayaan
Muhammadiyah.
Bangsa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarrana
Indonesia. Nata, Abuddin. (2001). Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga-lembaga
Hadler, Jeffry. (2010). Sengketa Tiada Putus:
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT
Matriarkat, Reformisme Islam, dan
Grasindo.
Kolonialisme di Minangkabau. Jakarta:
Freedom Institute. -------. (2002). Dari Ciputat, Cairo,
Hamka. (1996). Dari Perbendaharaan Lama. Hingga Colombia. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
Jakarta: Pustaka Panjimas. --------. (2010). Manajemen Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

134 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018
Noer, Deliar. (1988). Gerakan Moderen Islam di Shiddiqi, Nourouzzaman. (1984). Menguak
Indonesia. Jakarta: LP3ES. Sejarah Muslim. Yogyakarta:
PLP2M.
Panitia Penyusun buku 10 tahun IAIN
Imam Bonjol. (1976). Buku Peringatan Steenbrink, Karel A. (1988). Beberapa Aspek
Dies Natalis Ke-10 IAIN Imam Bonjol. Tentang Islam di Indonesia Pada Abad Ke
Padang: Sumatera Offset. 19. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Peacock, James L. (1983). Pembaharu Sumarjan, Selo. (1991). Perubahan Sosial di
dan Pembaharuan Agama. (terjemah oleh Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada
Muhadjir Darwin). Yogyakarta: PT. University Press.
Hanindita. Tim Penyusun. (2015). EMIS IAIN Imam
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Bonjol Padang Tahun 2015, Padang: IAIN
Nasional RI. (2001). Kamus Besar IB Press.
Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Yunus, A. Riva’i. dkk. (1976). Buku Pringatan
Balai Pustaka. Dies Natalis ke 10 IAIN Imam Bonjol
Rajab, Muhammad. (1970). Perang Paderi di 1966-1976. Padang: Ikhlas.
Sumatera Barat 1803-1838. Jakarta: Yunus, Mahmud. (1979). Sejarah Pendidikan
Perpustakaan Perguruan Kementerian Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yunus, Yulizal. dkk. (1996). IAIN Imam
Ramayulis. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Bonjol 50 Tahun. Padang: IAIN IB
Jakarta: Kalam Mulia. Press.
Ramli, Rusydi. (2008). Memory Kilas Balik Zed, Mestika. dkk. (2001). Riwayat Hidup
Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Ulama Sumatera Barat dan
IAIN Imam Bonjol Padang. Padang: Perjuangannya. Padang: Angkasa
Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Raya.
IAIN Imam Bonjol Padang. -------. (1998). Sumatera Barat di Panggung
Safwan, Mardanas & Kutoyo, Sutrisno. Sejarah 1945-1995. Jakarta: Pustaka
(1980). Sejarah Pendidikan Daerah Sinar Harapan.
Sumatera Barat. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan:
Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Praktik Nikah Batin di Kabupaten Padang Pariaman 135


136 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai