Anda di halaman 1dari 16

REVIEW DISERTASI

Dengan judul

INTERAKSI ANTAR HUKUM ISLAM DAN ADAT KEBIASAN DALAM PROSES


PENGABAIAN PROSEDUR PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PADA
MASYARAKAT KABUPATEN PADANG LAWAS

Karya Ramadhan Syahmedi Siregar


Alumni 2015 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Diajukan untuk tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Faisar Ananda Arfa, MA

Disusun oleh
Arminsyah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


Prodi Hukum Islam S3
Medan 2017
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi masalah
C. Pembatasan masalah
D. Rumusan masalah
E. Batasan istilah
F. Tujuan penelitian
G. Kegunaan penelitian
H. Fokus penelitian
I. Landasan teori
J. Kajian terdahulu
K. Metodologi penelitian
L. Sistematika pembahasan
BAB II. PADANG LAWAS DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jumlah Penduduk
C. Tingkat Pendidikan
D. Kondisi Masyarakat
E. Kesadaran Hukum Masyarakat

BAB III. TINJAUAN TEORITIS TENTANG INTERAKSI ANTAR HUKUM ISLAM DAN
ADAT
A. Interaksi antar hukum Islam dan Hukum Adat
B. Pengertian perceraian
C. Dasar hukum perceraian
D. Bentuk-bentuk perceraian
E. Alasan-alasan perceraian
F. Tata cara dan prosedur perceraian
G. Akibat hukum perceraian
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Tradisi hukum di masyarakat Kabupaten Padang Lawas tentang perceraian
B. Bentuk interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasaan di masyarakat kabupaten
Padang Lawas tentang pengabaian prosedur perceraian
C. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pengabaian prosedur perceraian
D. Respon masyarakat Kabupaten Padang Lawas tentang pengabaian prosedur perceraian
di Pengadilan Agama.
BAB V. ANALISISIS HUKUM TERHADAP PENGABAIAN PERCERAIAN DI
PENGADILAN AGAMA DI MASYARAKAT PADANG LAWAS.
A. Status perceraian dengan pengabaian prosedur perceraian UU No. 1 tahun 1974 dalam
pandangan masyarakat Padang Lawas.
B. Dampak perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur perundang-undangan.
BAB VI. Kesimpulan dan Saran-saran
A. Kesimpulan.
B. Rekomendasi

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
RESUME DISERTASI
BAB I
PADANG LAWAS DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Latar belakang Masalah
Dalam disertasi ini, peneliti memulai pembahasan dengan memberikan keterangan
meskipun perceraian adalah perbuatan yang halal, akan tetapi sangat dibenci oleh Allah
SWT.1 Namun, jika ternyata perceraian adalah sesuatu yang harus ditempuh di Indonesia
Undang-undang No. 1 tahun 1974 sudah mengaturnya, setidaknya ada 3 faktor perkawinan
itu dapat putus. pertama, kematian; kedua, perceraian, dan ketiga, atas keputusan pengadilan.
Kemudian, pasal 39 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 menegaskan bahwa perceraian hanya dapat
dilakukan di depan sidang Pengadilan yang berwenang, setelah pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. pasal 39 ayat 2
memperjelas bahwa perceraian hanya bisa terjadi jika memiliki alasan yang cukup.
Di Pengadilan Agama Padang Lawas, Sejak tahun 2012 sampai tahun 2014 ada 104
kasus perceraian, dan yang telah diputus ada 79 kasus, yang terdiri dari 77 cerai thalak dan 2
kasus cerai gugat.2 70 persen perceraian terjadi tidak melalui proses persidangan atau sering
disebut cerai di bawah tangan, peneliti melihat bahwa hukum Islam dan Adat saling
berinteraksi terhadap kasus perceraian seperti ini. karena cerai dibawah tangan sudah
dianggap sah dimata adat dan hukum Islam.3 pengabaian ini mencapai 90% untuk semua
Kabupaten Padang Lawas.4 namun pada akhirnya akan bertentangan dengan UU No. 1
tahun 1974 ayat 1 dan PP. No. 9 tahun 1975. Kalaupun ada ditemukan yang bercerai melalui
prosedur, itu hanya dari kalangan PNS pegawai BUMN atau masyarakat yang berstatus
sosial. Sehingga akan berakibat tidak diakuinya perceraian dimata Undang-undang, dan
sewaktu-waktu suami bisa saja mengakui istri yang diceraikannya masih sebagai istrinya
yang sah.
Adanya interaksi antara hukum Islam dan adat kebiasaan ini menjadi fenomena sosial
di masyarakat Padang Lawas, dan menjadi penyumbang terhadap pengabaian prosedur yang
sudah diatur oleh UU, oleh sebab itu peneliti merasa perlu untuk membahas permasalahan ini
dalam sebuah disertasi.

1
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Saudi Arabia: al-Arabiyah as-Saudiyah), h. 1404.
2
Sumber: BPS Padang Lawas.
3
Wawancara dengan Kasi. Urais Kandepag Padang Lawas, tanggal 5 juni 2013.
4
Wawancara dengan H. Bulungan, 24 Desember 2014.
B. Identifikasi masalah
Setidaknya ada empat poin permasalahan yang ingin dikaji dalam Disertasi ini
pertama, maraknya perceraian tanpa prosedur perceraian UU. Kedua, adanya interaksi antara
hukum Islam dan adat dalam pengabaian prosedur. Ketiga, terkesan masyarakat setempat
lebih memilih hukum Islam dan adat karena lebih praktis. Keempat, adanya budaya malu
bagi istri yang menyandang status janda sehingga istri tidak mau menggugat cerai suaminya.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, hanya mengkaji bagaimana interaksi antar hukum Islam dan adat
kebiasaan dalam proses pengabaian prosedur perceraian. Bagaimana pengamalan masyarakat
tentang adanya interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasan. Apa faktor-faktor terjadinya
pengabaian perosedur perceraian dan bagaimana dampak pengabaian perceraian yang tidak
sesuai prosedur UU.

D. Rumusan Masalah
Pertama, bagaimana interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasana dalam proses
pengabaian prosedur perceraian di Pengadilan Agama pada masyarakat Kabupaten Padang
Lawas. Kedua, Bagaimana pengamalan masyarakat kabupaten Padang Lawas tentang adanya
interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasaan berkaitan proses pengabaian prosedur
perceraian di Pengadilan Agama. Ketiga, apa faktor-faktor terjadinya pengabaian prosedur
perceraian pada masyarakat Kabupaten Padang Lawas. Keempat, bagaimana dampak
pengabaian perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur perceraian.

E. Batasan Istilah
Peneliti membatasi istilah-istilah dalam disertasi ini, agat tidak melebar.
Interaksi dalam KBBI Berarti hal yang saling melakukan aksi, hubungan,
mempengaruhi, antar hubungan. Secara teoritis interaksi itu adalah adanya pluralisme hukum,
dengan kata lain adanya beberapa hukum yang secara bersama-sama berada dalam lapangan
sosial yang sama. Dalam arena pluralisme hukum itu terdapat hukum negara di satu sisi dan
disisi lain adanya adat kebiasaan.
Adapun hukum Islam yang dimaksud adalah, yaitu fikih klasik atau sering disebut
fikih mazhab tertentu. Sementara adat kebiasaan adalah kebiasaan masyarakat setempat atau
kebiasaan yang berlaku di daerah tertentu. Sementara hukum yang dimaksud di dalam
disertasi ini adalah peraturan yang resmi dan mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah.

F. Tujuan Penelitian
Pertama, untuk mengetahui bagaimana interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasaan
dalam proses pengabaian prosedur perceraian di Pengadilan Agama pada masyarakat
Kabupaten Padang Lawas. Kedua, untuk mengetahui bagaimana pengamalan masyarakat
Kabupaten Padang Lawas tentang adanya interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasaan
berkaitan proses pengabaian prosedur perceraian di Pengadilan Agama. Ketiga,untuk
mengetahui apa faktor-faktor terjadinya pengabaian prosedur perceraian pada masyarakat
Kabupaten Padang Lawas. Keempat, untuk mengetahui bagaimana dampak pengabaian
perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur perceraian.

G. Kegunaan Penelitian
Pertama, secara teoritis adalah untuk dijadikan informasi yang berharga bagi para
pengkaji hukum Islam, khususnya di masayarakat Kabupaten Padang Lawas. Kedua, secara
praktis untuk mnyelesaikan jenjang Doktoral peneliti.

H. Fokus penelitian
Disertasi ini hanya fokus pada interaksi antar hukum Islam dan adat kebiasaan dalam
proses pengabaian prosedur perceraian di Pengadilan Agama pada masyarakat Kabupaten
Padang Lawas serta bagaimana pengamalan masyarakat setempat tentang pengabaian
prosedur perceraian dan respon masyarakat mengenai hal pengabaian prosedur perceraian itu
sendiri.

I. Landasan Teori
Teori yang digunakan peneliti adalah Alternatif Despute Resolution yaitu
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara negosiasi, mediasi, arbitrase. 5 Dengan landasan
teori interaksi adalah teori interaksionalisme, teori ini pertamakali digunakan oleh Herbert
Blumer, yaitu dengan mengemati secara dekat dan menganalisis tentang interaksi masyarakat
dalam pergaulan masyarakat sehari-hari. Sementara teori hukum Islam dan adat saling

5
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional (Surabaya: Air
Langga University Press, 1996), h. 273-275.
mempengaruhi dengan menggunakan teori legal pluralism atau teori pluralisme hukum,
dengan kata lain adanya beberapa hukum yang secara bersama-sama berada dalam lapangan
sosial yang sama sementara teori yang digunakan untuk adat kebiasaan adalah teori uruf
yang diambil dari metode yang digunakan oleh Mazhab Hanafi dan Maliki yang berada di
ruang lingkup nash.

J. Kajian Terdahulu
Ada 4 karya-karya terdahulu dalam disertasi ini diantaranya tesis yang di tulis oleh
Mukhtar yang berjudul Pandangan Masyarakat Barumun Tapanuli Selatan Terhadap
Keharusan Bercerai di Pengadilan Agama. Dalam hal ini dikatakan bahwa penyelesaian
konflik dalam rumah tangga melibatkan dalihan natolu sebagai media penyelesaian sengketa.
Ahmad Mujahidin dalam tesisnya berjudul Pengabaian Hak Cerai Gugat di Pedesaan
(Analisa terhadap budaya mempertahankan rumah tangga di Petala Bumi). Didalam tesis ini
menjelaskan tentang pelanggaran yang dilakukan suami namun namun si istri tidak mau
menggugat cerai, hal ini juga di dukung oleh faktor doktrin agama dan adat setempat.
Muchtar Alamsyah, dalam disertasinya yang berjudul Analisisis Hukum Terhadap
Perceraian di Mahkamah Syariah Aceh Pasca Konflik Aceh. Disertasi ini menjelaskan
dampak konflik yang terjadi pasca konflik di Aceh, peneliti menemukan bahwa pasca konflik
di Aceh kasus perceraian, lebih banyak di dominasi oleh kasus cerai gugat.

K. Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, juga sering disebut dengan penelitian
naturalistic, etnografik, studi kasus atau fenomenologi, data kualitatif adalah data yang
berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.6 Sedangkan metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian empiris (sosiologis).7 Dengan menggunakan pendekatan
antropologis dan sosiologis (socio Legal Approach), yaitu pendekatan kenyataan hukum
masyarakat dengan mempelajari fenomena sosial dalam masyarakat dari aspek hukumnya.8
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Padang Lawas.
2. Sumber Data
Sumber Primer dari penelitian ini :

6
Depdiknas, Pengolahan dan Analisis Data Penelitian (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 34.
7
Faisar Ananda Arfa, Metodologi Penelitian HUkum Islam (Bandung: Cipta Pustaka, 1996), h. 69.
Lihat juga Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian HUkum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 43.
8
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar GRafika, 2008), h. 13-15.
a) Orang-orang yang bercerai tanpa proses Dipengadilan Agama;
b) Tokoh adat di masyarakat setempat;
c) Tokoh Agama masyarakat setempat.
d) Staf KUA Kementrian Agama setempat.
e) Pengadilan Agama.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumen, wawancara dan
observasi.
Studi dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini dengan mengumpulkan data dari
instansi Pengadilan Agama, kemudian dengan wawancara yang dilakukan terhadap
orang yang bercerai tanpa prosedur di pengadilan agama dengan teknik snowball
sampling. kemudian para tokoh adat, agama dan termasuk KUA. Dan dalam observasi
peneliti melakukan pengamatan dan melihat langsung dimasyarakat.
4. Teknik Analisis Data.
a. Reduksi data (data reduction) dalam hal ini peneliti melakukan analisis data
melalui reduksi data dengan cara merangkum dan memilih hal-hal yang pokok
serta memfokuskan pada unit of analysis sebagai kajian utama dalam
penelitian.
b. Pemaparan Data (data display)
Kemudian dipaparkan melalui data-data yang telah ditemukan dalam
pengumpulan data.
c. Penyimpulan (conclution drawing/verification)
Penyimpulan data ditemukan adanya pengabaian prosedur perceraian di
Pengadilan Agama dikarenakan adanya interaksi hukum islam dan adat.
BAB II
PADANG LAWAS DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam bab II ini peneliti mengulas tentang gambaran umum lokasi penelitian, yang
terdiri atas, lokasi penelitian, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kondisi sosial masyarakat
dan kesadaran hukum masyarakat.
Lokasi umum Kabupaten Padang Lawas yang terletak antara 122-211 lintang
Utara, 9101-9553 Bujur Timur. Adapun luas wilayahnya 3.892,74 Km ketinggian
berkisar antara 0-1.915 m di atas permukaan laut. Kemiringan tanah yang datar 26.863 Ha (6,
35%), landau 48, 739 Ha (11,52%), berbukit-bukit 67,664 Ha (16%), bergunung 279, 733 Ha
(66,13%).
Batas-batas wilayahnya di bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas
Utara sementara sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan HUku (Provinsi Riau),
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan kecamatan Siabu, sementara
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Malintang Kecamatan Sayur Matinggi
dan Kecamatan Batang Angkola.
Kondisi daerah sangat subur, dan penduduknya sangat religius dan sangat menjaga
nilai-nilai tradisi hukum agama yang bermazhab syafii dan hukum adat, mayoritas
masyarakatnya Batak Muslim dan hanya 0,2% masyarakatnya beragama non-Muslim, mata
pencaharian umumnya bertani dan berpendidikan sangat rendah, Dan kurang kesadaran
hukum. 9

9
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS TENTANG INTERAKSI ANTAR HUKUM ISLAM
DAN ADAT
Di dalam bab III ini, peneliti Membahas tentang tinjauan teoritis perceraian dalam
hukum islam, undang-undang perkawinan dan hukum adat yang terdiri atas pengertian
perceraian, tata cara dan prosedur perceraian dan akibat hukum perceraian.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini Pembahasan dan hasil penelitian, yang terdiri atas: hukum masyarakat
Kabupaten Padang Lawas tentang perceraian, bentuk interaksi antar hukum Islam dan adat
kebiasaan di masyarakat Kabupaten Padang Lawas tentang pengabaian prosedur perceraian di
masyarakat Kabupaten Padang Lawas, faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya interaksi
antar hukum Islam dan adat kebiasaan dalam proses pengabaian prosedur perceraian,respon
masyarakat Kabupaten Padang Lawas tentang pengabaian prosedur perceraian di Pengadilan
Agama.
Antara hukum Islam dan hukum Adat telah menjadi satu kesatuan sejak lama seperti
kata pepatah adat bersendi hukum, HUkum bersendi Kitabulla. Kuat Adat tak Godoh
HUkum, Kuat Hukum tak gadoh adatdi Padang Lawas sendiri banyak tradisi adat yang
secara serentak dan seirama dengan hukum Islam.
Adapun faktor-faktor terjadinya pengabaian perceraian di depan Hakim Pertama,
faktor tradisi hukum Islam dan Hukum Adat. Kedua, Faktor Ekonomi. Ketiga, Faktor
Pendidikan. Keempat, Faktor jarak antara Kabupaten Padang Lawas. Namun, peneliti melihat
faktor yang lebih dominan adalah pengaruh tradisi hukum Islam dan tradisi HUkum Adat
Setempat.
Respon masyarakat, terhadap perceraian yang tidak di depan hakim dikarenakan
tradisi ini sudah berlaku bertahun-tahun dan turun temurun dan hal ini juga sejalan dengan
hukum Islam yang tidak mengharuskan untuk diselesaikan di Pengadilan, dan tidak
ditemukan juga di dalam Alquran dan hadis.
Namun, penulis mengatakan bahwa tradisi hukum islam dan tradisi hukum adat di
Padang Lawas hanya sebatas kesadaran masing-masing masyarakatnya, dengan kata lain
bahwa pelaksanaan tradisi hukum adat dan tradisi hukum Islam tersebut tidak lewat
perangkat adat secara ketat dan tidak melalui perangkat tokoh agama secara ketat pula,
namun pelaksanaanya hanya sebatas pada kesadaran anggota masyarakat tersebut.

Bab V
Dalam bab ini peneliti menganalisis hukum Islam dan Adat terhadap pengabaian
perceraian di Pengadilan Agama. Indonesia mengenal Undang-undang No. 1 tahun 1974
yang sudah mengatur mekanisme perceraian, dan juga Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
1975 dan Kompilasi Hukum Islam. kemudian pada pasal 28 UU No.1 tahun 1974 dijelaskan
macam-macam putusnya perkawinan disebabkan Kematian, Perceraian dan Keputusan
Pengadilan. Pasal 39 (1) dikatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang
pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha untuk mendamaikan kedua belah
pihak. (2) untuk bercerai diperlukan cukup alasan, (3) sedangkan tatacara perceraian di depan
sidang pengadilan diatur di dalam peraturan tersendiri.
Penulis menuliskan bahwa dalam perceraian tidak hanya memadakan secara Hukum
Islam dan Hukum Adat saja, tanpa mengikuti prosedur Undang-undang. Jika terjadi
perceraian tidak melalui prosedur UU maka perceraian hanya sah secara hukum agama saja,
tetapi belum sah secara hukum negara karena belum dilakukan di depan sidang pengadilan
agama. Maka berakibat ikatan perkawinan antara suami-istri tersebut belum putus secara
hukum, atau dengan kata lain, baik suami atau istri tersebut masih sah tercatat sebagai suami-
istri.
BAB VI
Dalam BAB ini Terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi
Ada dua kesimpulan Pertama, masyarakat Padang Lawas lebih memilih tradisi hukum Islam
yaitu fiqh klasik, dan hukum Adat karena tidak mensyaratkan sah nya perceraian harus di
Pengadilan Agama, sehingga dianggap lebih praktis.
Kedua, jauhnya jarak antara instansi Pengadilan Agama dengan Kabupaten Padang
Lawas, menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk tidak bercerai di Pengadilan, karena
akan memakan biaya, dan pasti meninggalkan pekerjaan di sawah.
Ketiga, adanya interaksi antara hukum Islam dan hukum adat, menurut peneliti bentuk
interaksinya adalah tradisi hukum islam dan hukum adat tidak ada mengharuskan perceraian
di Pengadilan Agama. Tradisi hukum Islam dan Hukum adat berinteraksi dan saling
melegalkan perceraian tidak harus di Pengadilan.
Temuan peneliti dalam disertasi ini adalah, tradisi masyarakat masih mampu untuk
memberikan rasa nyaman meskipun masyarakat juga mengetaui ada aturan Undang-undang
yang tujuannya juga untuk melindungi hak-hak masyarakat.
Saran-saran dari peneliti Pertama, agar pemerintah agar pemerintah berkoordinasi
dengan pihak Kementrian Hukum dan HAM serta Mahkamah Agung, mendirikan Pengadilan
Agama di Kabupaten Padang Lawas. Kedua, agar masyarakat Padang Lawas harus
menyadari bahwa tradisi hukum Islam dan Adat bukanlah tradisi yang harus di pertahankan,
jika ingin dilindungi hak-hak diantara kedua belah pihak.
CRITICAL REVIEW

a. Judul
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan judul adalah nama yang dipakai
untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku
atau bab itu.10 Judul haruslah menjadi gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan
ruang lingkup penelitian tersebut. Namun harus tetap dalam kerangka singkat, spesifik, dan
jelas.11 Judul hanya terdiri dari beberapa kata saja, namun sependek apapun suatu judul
keberadaannya tetaplah mutlak bagi suatu karya tulis.
Mengingat pentingnya suatu judul bagi keberadaan suatu karya tulis, maka tidak
mengherankan bila penulisan judul ini harus diperhatikan dengan lebih mendetail. Judul dari
disertasi ini adalah Interaksi Antar Hukum Islam dan Adat Kebiasaan dalam Proses
pengabaian Prosedur Perceraian di Pengadilan Agama pada Masyarakat Kabupaten
Padang Lawas, jika dilihat dari judulnya, secara garis besar peneliti sudah berupaya untuk
membuat judul yang mewakili gambaran global, arah dan tujuan dari disertasi ini.
Namun, revieuwer menilai masih timbul beberapa pertanyaan ketika melihat judul
dari disertasi ini Pertama, judul terlalu panjang, sehingga beberapa kata-kata yang tidak

10
https://kbbi.web.id/judul
11
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Epistimologi dan Logika (Bandung: Remadja Karya, 1985), 1 .
diperlukan dan terkesan mubazir. Sehingga judul ini perlu dipersingkat lagi, dapat dikatakan
bila perlu, judul penelitian ini diberikan anak judul.
Kedua, Antara judul dan pembahasan tidak sejalan. Jika dilihat dari judul, secara garis
besar peneliti ingin mencoba memfokuskan interaksi hukum Islam dan Adat Kebiasan
kemudian Pengabaian Undang-undang. Namun, dalam setiap bab-bab dalam penelitian ini,
tidak ada yang secara spesifik tentang Hukum Islam dan Adat di Padang Lawas. Menurut
revieuwer perlu kajian yang lebih spesifik dan mendalam lagi tentang hukum Islam dan Adat
untuk sebuah standard Disertasi.

b. Latar Belakang Masalah

Idealnya latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan
dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi saat
harapan idea terhadap sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi.
Dalam disertasi ini, peneliti sudah berusaha memaparkan secara jelas data sejak tahun
2012 sampai tahun 2014 ada 104 kasus perceraian, dan yang telah diputus ada 79 kasus, yang
terdiri dari 77 cerai thalak dan 2 kasus cerai gugat se-Kabupaten Padang Lawas.12 70 persen
perceraian terjadi tidak melalui proses persidangan atau sering disebut cerai di bawah terjadi
di Padang Lawas, meskipun cerai yang seperti ini sudah dianggap sah dimata adat dan hukum
Islam.13 dan tokoh adat Kecamatan Barumun pengabaian ini mencapai 90% untuk semua
Kabupaten Padang Lawas.14 namun pada akhirnya akan bertentangan dengan UU No. 1
tahun 1974 ayat 1 dan PP. No. 9 tahun 1975. Jika ada ditemukan yang bercerai melalui
prosedur, itupun hanya dari kalangan PNS pegawai BUMN atau masyarakat yang berstatus
sosial. Karena bentuk perceraian yang seperti ini marak terjadi, akan berakibat tidak
diakuinya dimata Undang-undang, dan suami bisa saja masih mengakui istri yang
diceraikannya masih berstatus sebagai istrinya secara UU.
Dari latar belakang masalah, peneliti sudah cukup lugas dan tegas dalam menyajikan
dan meramu masalah-masalah yang terjadi di Padang Lawas sesuai data-data yang
12
Sumber: BPS Padang Lawas.
13
Wawancara dengan Kasi. Urais Kandepag Padang Lawas, tanggal 5 juni 2013.
14
Wawancara dengan H. Bulungan, 24 Desember 2014.
didapatkan dari lapangan, tapi tetap saja pada bagian awal latar belakang masalah kajian
tentang undang-undang lebih dominan dibanding dengan kajian hukum Islam dan Adatnya,
sehingga membuat penelitian ini tidak seperti pola piramid terbalik.

c. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi
masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara
proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian.
Dalam penelitian disertasi ini peneliti sudah tepat dalam mengidentifikasi masalah
yang terkandung Setidaknya ada empat poin permasalahan seperti yang dijelaskan di atas,
jika diikuti dengan pembahasan yang konsisten sudah mewakili tuntasnya penelitian ini.

d. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah disertasi ini secara garis besar sudah terlihat bagus, dan
dapat mewakili masalah dalam penelitian, dan pada umumnya disusun dalam bentuk kalimat
Tanya sehinga pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya
penelitian akan dibawa. Walaupun pada akhirnya nanti penelitian ini belum bisa menjawab
secara mendalam terhadap masalah-masalah yang dipertanyakan di rumusan masalah.

e. Batasan Istilah
Untuk tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian, perlu ada penjelasan batasan
istilah yang digunakan dalam setiap penelitian, secara umum disertasi ini sudah menjawab
pembatasan istilah-istilah yang terkandung, dibuktikan dengan usaha peneliti membuat
batasan istilah seperti yang dituliskan di resume di atas. Hanya saja konsekwensi dari
panjangnya judul disertasi ini maka akan berakibat pada banyaknya istilah yang harus
dibatasi.

f. Tujuan Penelitian
tentunya dalam sebuah penelitian harus memiliki tujuan, dalam penelitian ini sudah
memiliki tujuan yang jelas walaupun masih saja di dalam isi disertasi ini masih belum terlalu
berhasil dalam membahas tentang interaksi Hukum Islam dan Adat secara mendalam.

Isi Disertasi
Disertasi ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah Pertama, peneliti secara
langsung menginterview para ketua adat dan masyarakat yang melakukan perceraian,
sehingga data yang diterima lebih akurat.
Kedua,
Ketiga,

Namun, meskipun demikian penelitian ini juga tidak lepas dari beberapa kritik reviewer
Pertama, agaknya ketika membahas tentang HUkum Islam dan ADat Kebiasaan, harus
diberikan komunitas masyarakt yang masih menggunakan hukum adat dengan prosesi adat
dalam pernikahan. Dan dibandingkan dengan komunitas yang menggunakan hukum Islam
dalam proses pernikahannya, agar tidak muncul dugaan bahwa di komunitas masyarakat
Padang Lawas sendiripun sudah tidak ada lagi hukum adat pernikahan itu.
Kedua, dari segi koherensi bab I sampai dengan bab vi penelitian ini lebih tepat berjudul
Respon masyarakat Padang Lawas terhadap UU NO. 1 tahun 1974.

Anda mungkin juga menyukai