Anda di halaman 1dari 13

1

GAYA SELINGKUNG
MIQOT: JURNAL ILMU-ILMU KEISLAMAN
UIN SUMATERA UTARA

A. Penggunaan Bahasa
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, mengacu kepada
bahasa Indonesia baku dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Artikel harus
menaati kaedah tata bahasa dan ketentuan penulisan ilmiah, ditulis dengan
menggunakan bahasa yang lugas, singkat dan padat.
Artikel juga dapat ditulis dalam bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan
Arab.

B. Tulisan Judul
Judul tulisan harus jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Maksimal judul berisi 14 kata.

C. Kutipan-Kutipan
Penulis perlu mengutip karya-karya terdahulu dan teori-teori terkait yang
sudah dipublikasikan pada bidang tertentu untuk mendukung argumentasinya
dan menghindari plagiat. Seorang penulis dapat mengutip karya tertentu secara
langsung atau tidak langsung.

1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah peminjaman ide dari karya tertentu tanpa
perubahan redaksi. Kutipan langsung harus dituliskan secara khusus agar
ungkapan yang dikutip dapat diidentifikasi secara jelas, namun tanpa
mengganggu kewajaran teks tulisan.

a. Kutipan Langsung dalam bentuk Prosa


Kutipan langsung dari teks prosa yang kurang dari lima baris dimasukkan
dalam paragraf teks tulisan dan dituliskan di antara dua tanda petik rangkap.
Nomor kutipan langsung disambungkan dengan akhir kutipan dan sedikit lebih
tinggi dari posisi baris normal (super script).
Contoh:
Gaya Selingkung MIQOT 1
2
The American Heritage Dictionary memberi beberapa makna etika (ethics),
salah satunya adalah, aturan-aturan atau standar-standar yang mengendalikan
tindakan anggota sebuah profesi tertentu....5
Kutipan langsung yang terdiri atas lima baris atau lebih ditulis terpisah dari
paragraf teks dengan spasi tunggal, dimulai 0,5 inci (satu indent) dari margin kiri,
tanpa dibubuhi tanda petik. Contoh:
Seandainya ayat 33 yang lalu dipahami sebagai isyarat tentang
kemampuan manusia menembus angkasa dalam arti dalam kehidupan
dunia ini dan yang telah terbukti dalam kenyataan keberhasilan sampai
ke bulan, maka di manakah letaknya ayat di atas, yang secara tegas
menyatakan bahwa manusia dan jin tidak berhasil? Sungguh memahami
ayat ini sebagai isyarat ilmiah tentang keberhasilan manusia menembus
angkasa, akan mengakibatkan siapa yang membaca ayat di atas dapat
berkata bahwa ayat ini menegaskan ketidakmampuan manusia
menembus angkasa luar.... Karena itu sekali lagi penulis menyatakan
bahwa mulai dari ayat 31 sampai dengan ayat 77 surat ini (al-Rahmn)
kesemuanya berbicara tentang kehidupan di akhirat nanti. (Dikutip dari
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbh Juz 13 [Jakarta: Lentera Hati,
2004], h. 522).

b. Kutipan dalam bentuk puisi


Kutipan langsung dalam bentuk puisi yang tidak lebih dari satu baris
dimasukkan ke dalam paragraf teks tulisan, seperti halnya kutipan prosa yang
tidak lebih dari lima baris.
Kutipan langsung dalam bentuk puisi yang terdiri atas dua baris atau lebih
ditulis terpisah dengan spasi tunggal.
Contoh:
Untuk mengillustrasikan hal tersebut, berikut dikutipkan sebuah puisi dari
kitab Syair Burung Pingai, karya Hamzah Fansuri:
Sayapnya bernama Furkan,
Tubuhnya bersurat Quran,
Kakinya Hannan dan Mannan,
Daim bertengger di tangan Rahman.

c. Kutipan dan Terjemahan dari Bahasa Asing


Kutipan dan terjemahan dari bahasa asing dihitung sebagai satu
kesatuan. Kutipan dan terjemahan yang kurang dari lima baris dimasukkan ke
dalam paragraf teks tulisan. Teks asli (bahasa asing) ditulis di antara dua tanda
petik tangkap dan terjemahannya ditulis di antara dua tanda kurung siku ([ ]).
Gaya Selingkung MIQOT 2
3
Kutipan dan terjemahan yang mencapai lima baris atau lebih ditulis terpisah dari
paragraf teks dengan spasi tunggal, dimulai dari 0.5 inci (satu indent ) dari
margin kiri tanpa dibubuhi tanda petik

d. Pemotongan Kalimat dalam Kutipan


Dalam pengutipan langsung, terkadang bagian-bagian tertentu dari teks
kutipan perlu dipotong dan dibuang sehingga tidak tercantum dalam kutipan.
Pemotongan ini biasanya ditujukan untuk menghindari teks kutipan yang terlalu
panjang dan bisa terjadi di awal, di tengah, atau di akhir kutipan. Pemotongan
mesti dilakukan secara hati-hati sehingga tidak merubah gagasan, sebab ide
dasar dari pengutipan secara langsung adalah mempresentasikan sebuah
gagasan sepersis mungkin. Dalam kutipan, bagian yang dibuang ini diwakili atau
ditandai oleh tiga titik ().

e. Anotasi dan Interpolasi


Jika dalam kutipan langsung terdapat kata atau ide yang membutuhkan
penjelasan maka dapat dilakukan anotasi, yaitu menambahkan penjelasan
sesudah kata yang membutuhkan keterangan tersebut. Anotasi ditulis di antara
dua tanda kurung besar/siku ([ ]), untuk membedakannya dari teks asli kutipan
langsung. Anotasi yang terlalu panjang, hingga mengganggu keutuhan teks
kutipan, sebaiknya dibuat dalam catatan kaki.

f. Tanda Petik dalam Kutipan Langsung


Dalam kutipan langsung, tanda petik rangkap diubah menjadi tanda petik
tunggal.

g. Cetak Miring
Untuk menegaskan ide tertentu huruf normal dalam kutipan bisa diubah
menjadi cetak miring, dengan membubuhkan kata [dimiringkan], dalam kurung
besar/siku, setelah kutipan.

Contoh:
Dilihat dari perspektif perkembangan nasional dan global maka
konsep paradigma baru bagi Perguruan Tinggi di Indonesia merupakan sebuah
keharusan. [dimiringkan].1

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah peminjaman ide dari sebuah karya lain tanpa
mengambil redaksinya. Kutipan tidak langsung tidak mempengaruhi format
Gaya Selingkung MIQOT 3
4
paragraf teks tulisan. Penulis tulisan hanya mencantumkan nomor catatan kaki
untuk menunjukkan sumber dan posisi ide yang dikutip.

3. Catatan Kaki
Setiap kutipan, baik langsung maupun tidak langsung, harus diberi
catatan kaki yang berisi informasi lengkap tentang sumber kutipan. Fungsi paling
fundamental dari catatan kaki adalah menjaga kejujuran intelektual penulis serta
untuk memungkinkan dilakukannya pemeriksaan ulang tentang akurasi
pengutipan. Informasi yang biasa terdapat dalam catatan kaki adalah nama
pengarang, judul karya, nama penerjemah, nama editor, keterangan
edisi/cetakan, tempat penerbitan, nama penerbit, tahun terbit, nomor jilid, dan
nomor halaman yang dikutip. Tentu saja tidak semua catatan kaki mengandung
informasi yang sama. Sesuai dengan jenis dan sifat dari sumber kutipan, terdapat
perbedaan-perbedaan kecil dalam teknis penulisan catatan kaki.

a. Beberapa Ketentuan Tentang Catatan Kaki


1) Catatan kaki ditulis di bagian bawah halaman tulisan dan diselingi oleh
sebuah garis solid sepanjang lima cm., sebagaimana umumnya diatur secara
otomatis dalam program-program komputer pengolah kata.
2) Catatan kaki ditulis dengan spasi tunggal. Baris pertama ditulis menjorok ke
kanan 1,25 cm./0,5 inci sedangkan baris selanjutnya mengikuti margin dasar.
3) Nomor catatan kaki sama dengan nomor rujukannya pada kutipan dan
berada pada halaman yang sama.
4) Nama pengarang dicantumkan tanpa gelar akademis atau gelar-gelar
lainnya.
5) Jika pengarang/editor terdiri atas satu atau dua orang, nama
pengarang/editor dicantumkan secara lengkap. Jika pengarang/editor lebih
dari dua orang, maka dalam catatan kaki hanya dicantumkan nama seorang
pengarang, diikuti dengan et al.
6) Jika sebuah karya mempunyai judul dan anak judul, keduanya ditulis
dengan diselingi dengan titik dua (:).
7) Pengutipan kedua dan seterusnya terhadap sebuah karya yang sama
dilakukan dengan: jika berurutan dan merujuk pada halaman yang sama,
cukup dengan kata Ibid. (miring); jika merujuk pada halaman yang berbeda,
maka Ibid. diikuti dengan nomor halaman; apabila sudah diselingi oleh
catatan kaki lain maka dicantumkan nama akhir pengarang dan penggalan
awal judul karangan, diikuti dengan nomor halaman yang dikutip.
8) Nama penerjemah dicantumkan setelah judul.
Gaya Selingkung MIQOT 4
5
9) Kecuali untuk cetakan pertama, keterangan cetakan dicantumkan setelah
judul karya, dengan angka Arab (seperti cet. 6).
10) Nomor jilid ditulis setelah tahun penerbitan dengan angka Rumawi kapital
(seperti jilid VII).
11) Identitas yang ada pada manuskrip atau teks wawancara seringkali sangat
bervariasi. Dalam hal ini, catatan kaki harus mengandung informasi yang
dapat menunjukkan sejelas mungkin identitas tersebut.
12) Jika identitas tertentu seperti kota tempat penerbitan, penerbit, atau tahun
penerbitan tidak dijelaskan dalam karya yang dikutip, hal tersebut
dinyatakan dalam catatan kaki dengan menggunakan singkatan:
t.t.p. = tanpa keterangan kota tempat penerbitan
t.p. = tanpa keterangan nama penerbit
t.t. = tanpa keterangan tahun terbit
13) Beberapa singkatan lain yang lazim dalam catatan kaki adalah:
h. = halaman
vol. = volume
ed. = editor, edisi
cet. = cetakan
no. = nomor
terj. = terjemahan

b. Contoh-contoh Catatan Kaki


Berikut adalah contoh-contoh penulisan catatan kaki yang merujuk
kepada berbagai jenis sumber.

1) Kitab suci
Jika kutipan bersumber dari sebuah Kitab Suci, catatan kaki mencantumkan
nama surat, nomor surat, dan nomor ayat. Untuk Al-Quran disingkat dengan
Q.S.:
1
Q.S. li `Imrn/3: 24.
Jika yang dikutip adalah tafsiran atau terjemahan kitab suci, nama surat dan
nomor ayat dicantumkan dalam teks tulisan, sedangkan catatan kaki sama
dengan yang bersumber dari buku:
2
Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran: Translation and Commentary (Lahore:
Islamic Propagation Centre, 1946), h. 442.

2) Buku
Buku dengan satu orang pengarang:
Gaya Selingkung MIQOT 5
6
1
George Makdisi, The Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and
the West (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981), h. 312.

Buku dengan dua orang pengarang (kedua nama dicantumkan):


2
Tobroni dan Syamsul Arifin, Islam: Pluralisme Budaya dan Politik
(Yogyakarta: Sipress, 1994), h. 45.

Buku dengan tiga atau lebih pengarang (yang dicantumkan hanya nama
pertama, ditambah et al.):
3
Slamet Effendi Yusuf, et al., Dinamika Kaum Santri: Menelusuri Jejak dan
Pergolakan Internal NU (Jakarta: Rajawali, 1983), h. 23.

Buku selain edisi/cetakan pertama:


4
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, cet. 9 (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 21.

Buku terjemahan:
5
Annemarie Schimmel, Jiwaku Adalah Wanita: Aspek Feminin dalam
Spiritualitas Islam, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1998), h. 33.

Buku dengan editor (muhaqqiq), berjilid:


6
Syams al-Din Ahmad ibn Khallikan, Wafayt al-A`yn wa-Anb Abn al-
Zamn, ed. Ihsan `Abbs (Beirut: Dr al-Shdir, 1977), jilid IV, h. 551.

Buku yang dijilid bersama dengan buku lain oleh pengarang yang sama:
7
Abu Hamid al-Ghazali, Al-Iml f Isyklt al-Ihy, pada margin al-Ghazali,
Ihy `Ulm al-Dn (Kairo: Mushthaf al-Bb al-Halab, 1939), jilid I, h. 193.

Buku yang dijilid bersama dengan buku lain oleh dua pengarang:
8
Jalal al-Din al-Suyuthi, Kitb al-Nuqyah, pada margin Abu Ya`qub al-
Sakkaki, Mifth al-`Ulm (Mesir: Al-Mathba`ah al-Adabiyah, t.t.), h. 260.

3) Artikel
Artikel dalam buku:
1
L.E. Goodman, The Translation of Greek Materials into Arabic, dalam
M.J.L. Young, et al. (ed.), Religion, Learning and Science in the `Abbasid
Period (Cambridge: Cambridge University Press, 1990), h. 477.

Gaya Selingkung MIQOT 6


7

Artikel (entri) ensiklopedi, dengan nama kontributor:


2
Barbara D. Metcalf, Deobandis, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford
Encyclopedia of the Modern Islamic World (New York: Oxford University Press,
1995), jilid I, h. 362.

Artikel (entri) ensiklopedi, tanpa nama kontributor:


3
Paul Edwards (ed.), The Encyclopedia of Philosophy (New York: Macmillan
Publishing Co., 1967), jilid III, h. 81.

Artikel pengantar dengan judul khusus:


4
Azyumardi Azra, Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah
Pengantar), dalam Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam:
Sejarah dan Peranannya dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj. Affandi dan
Hasan Asari (Jakarta: Logos Publishing House, 1994), h. vi.

Artikel pengantar tanpa judul khusus:


5
Taufik Abdullah, Pengantar, dalam Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia
Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan (Bandung: Remaja Rosadakarya,
1999), h. iv.

Artikel dalam jurnal ilmiah:


8
Syukur Kholil, Pengembangan Multimedia di Asia Tenggara dan
Kontribusinya Bagi Pengembangan Umat, dalam Analytica Islamica, vol. IV, h.
156.

Artikel dalam majalah:


7
Anne B. Fisher, Ford is Back on the Track, dalam Fortune (23 Desember
1985), h. 18.

Artikel dalam surat kabar:


8
Achyar Zein, Melihat Visi dan Misi Hijrah Rasul, dalam Harian Waspada
(23 Maret 2001), h. 13.

4) Disertasi
1
Mehdi Aminrazavi, Suhrawardis Theory of Knowledge (Disertasi, Temple
University, 1989), h. 47.

Gaya Selingkung MIQOT 7


8

5) Tulisan
1
Agus Salim Lubis, Paham Teologi dan Motivasi Peningkatan Taraf Hidup
Umat Islam di Padangsidempuan (Tulisan, Program Pascasarjana IAIN
Sumatera Utara, 2002), h. 44.

6) Skripsi
1
Amir Badun, Pengaruh Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di Daerah
Teratakbuluh dan Sekitarnya (Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Pekanbaru,
1985), h. 27.

7) Karya yang tidak diterbitkan


1
Hasan Asari, Pembaharuan Pendidikan Islam: Melacak Akar Tradisional
Pendidikan Islam Kontemporer (buku, tidak diterbitkan), h. 22.
2
Andi Faisal Bakti, The Characteristic of National Solidarity in the Initial
Indonesian Muslim Movement, (makalah, tidak diterbitkan), h. 13.

8) Manuskrip
1
Ibn Syakir al-Kutubi, `Uyn al-Tawrikh, Kairo, Dr al-Kutub, Manuskrip
bagian Sejarah, no. 1497, h. 2.

9) Wawancara
1
Jumadi Achmad, Staff Tata Usaha Program Pascasarjana IAIN-SU,
wawancara di Medan, tanggal 12 Maret 2003.

c. Pengutipan kedua dan seterusnya terhadap sebuah karya


Apabila sebuah sumber dikutip lebih dari satu kali, catatan kaki kedua
dan seterusnya dituliskan dengan cara khusus. Catatan kaki kedua dan
seterusnya yang tidak diselingi oleh catatan kaki lain menggunakan kata Ibid.,
diikuti oleh nomor halaman. Jika kutipan merujuk pada sumber dan halaman
yang sama, nomor halaman tidak dicantumkan. Catatan kaki kedua dan
seterusnya yang telah diselingi sumber lain ditulis dengan mencantumkan nama
akhir penulis, penggalan awal judul karya, dan nomor halaman. Contoh:
Karya Azyumardi Azra dikutip pada catatan kaki nomor satu, dua, tiga, dan
enam, maka catatan-catatan kaki tersebut akan terlihat sebagai berikut:

Catatan kaki nomor 1:


Gaya Selingkung MIQOT 8
9
1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 34.

Catatan kaki nomor 2 dan 3:


2
Ibid.
(artinya yang dikutip adalah buku dan halaman yang sama, 34).
3
Ibid., h. 45.

Catatan kaki nomor 6:


6
Azra, Pendidikan Islam, h. 71.

G. Daftar Pustaka
Penyebutan daftar pustaka yang dipergunakan dalam penulisan tulisan
merupakan suatu keharusan. Biasanya daftar pustaka diletakkan setelah bab
terakhir. Pengetikan daftar pustaka mengikuti format tertentu sebagai berikut:

1. Setiap sumber yang tercantum dalam Daftar Pustaka harus mengandung


unsur-unsur yang memungkinkan penelusuran sumber, seperti unsur
pengarang, judul karya, tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit. Urutan
dalam teknis penulisan berbeda sesuai dengan perbedaan jenis dan sifat
sumber (lihat contoh)
2. Penulisan nama pengarang dimulai dengan nama akhir, dan di dalam
daftar pustaka diurutkan mengikuti urutan abjad.
3. Jika ada dua karangan atau lebih yang berasal dari seorang penulis, maka
nama pengarang cukup dicantumkan sekali saja. Penulisan berikutnya
diganti dengan garis sepanjang 2,5 cm dari garis margin.
4. Gelar akademik dan yang lainnya tidak dicantumkan pada daftar pustaka.
5. Daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal. Jarak antara dua sumber
pustaka adalah 1,5 spasi.
6. Daftar Pustaka tidak menggunakan nomor urut. Contoh Daftar Pustaka
adalah sebagai berikut:

Abdullah, Taufik. Pengantar, dalam Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia


Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Remaja
Rosadakarya, 1999.
Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Quran: Translation and Commentary. Lahore:
Islamic Propagation Centre, 1946.
Edwards, Paul (ed.). The Encyclopedia of Philosophy. New York: Macmillan
Publishing Co., 1967.
Gaya Selingkung MIQOT 9
10

H. Transliterasi
Transliterasi adalah usaha penyalinan huruf abjad suatu bahasa ke dalam
bahasa lain. Dalam hal ini tentu yang dimaksud adalah penyalinan huruf abjad
bahasa Arab ke dalam huruf abjad bahasa Indonesia. Transliterasi ini penting
dalam rangka memelihara keaslian pengucapan bahasa Arab, sebab kesalahan
pengucapan dapat membawa konsekuensi kesalahan dalam pengertian kata-kata
tertentu.
Dalam buku ini sistem transliterasi yang digunakan adalah sebagai
berikut:

= a =kh =sy =gh =n

=b =d =sh =f =w

=t =dz =dh =q =h

=ts =r =th =k =

=j =z =zh =l =ya

=h =s `= =m

Untuk kata yang memiliki madd (panjang), digunakan sistem sebagai berikut:
= a anjang, seperti, al-islmiyah
= i panjang, seperti, al-`aqdah wa al-syar`ah
= u panjang, seperti al-dustr
Kata-kata yang diawali dengan alif lam (( baik alif lam qamariyah
mauupun alif lam syamsiyah, ditulis dengan cara terpisah tanpa meleburkan
huruf alif lamnya, seperti al-Rsyidn, al-syr, al-dawlah.
Kata majemuk (idhfiyah) ditulis dengan cara terpisah pula kata perkata,
seperti Al-Islm wa Ushl al-Hukm, al-`Adlah al-Ijtim`iyah.
Kata Al-Quran diseragamkan penulisannya, yaitu al-Qur an (dengan
huruf a kecil dan tanda koma [apostrof] setelah huruf r), sedangkan kalau
Gaya Selingkung MIQOT 10
11
terdapat dalam ayat atau dalam nama kitab, maka penulisannya mengikuti
pedoman transliterasi. Sementara untuk nama-nama penulis Arab ditulis
mengikuti pedoman transliterasi, seperti al-Mward , Muhammad Iqbl, Abu al-
A`l al-Mauddi, Thh Husein, Mushthaf Kaml.

Contoh Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq. Pengantar, dalam Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia


Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Remaja
Rosadakarya, 1999.
Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Quran: Translation and Commentary. Lahore:
Islamic Propagation Centre, 1946.
Edwards, Paul (ed.). The Encyclopedia of Philosophy. New York: Macmillan
Publishing Co., 1967.
Goodman, L.E.. The Translation of Greek Materials into Arabic, dalam M.J.L.
Young, et al. (ed.). Religion, Learning and Science in the `Abbasid
Period. Cambridge: Cambridge University Press, 1990.
Makdisi, George. The Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and the
West. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, cet. 9. Jakarta: Bulan
Bintang, 1995.
Schimmel, Annemarie. Jiwaku Adalah Wanita: Aspek Feminin dalam
Spiritualitas Islam, terj. Rahmani Astuti. Bandung: Mizan, 1998.
Tobroni dan Syamsul Arifin. Islam: Pluralisme Budaya dan Politik. Yogyakarta:
Sipress, 1994.
Yusuf, Slamet Effendi et al. Dinamika Kaum Santri: Menelusuri Jejak dan
Pergolakan Internal NU. Jakarta: Rajawali, 1983.

Gaya Selingkung MIQOT 11


12

Beberapa Contoh penulisan yang berasal dari kata bahasa Arab:


1. Surat dalam Al-Quran, ditulis seperti: al-Baqarah, al-Thr, al-Zumar, al-
Ghsyiyah (sesuai dengan pedoman transliterasi tanpa cetak miring)
2. Terjemahan ayat Al-Quran:
a. Italic (cetak miring);
b. Tidak menggunakan tanda petik, kecuali aslinya memang bentuk
tanya jawab;
c. Titik di akhir kalimat bila berdiri sendiri;
d. Titik di akhir tanda kurung bila dalam teks. Contoh:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. li `Imrn/3: 191)

3. Terjemahan Hadis
a. Italic;
b. Menggunakan tanda petik;
c. Titik diakhir kalimat;
d. Penulisan hadis riwayat: (HR. Bukhari dan Muslim).
Contoh:
Dari Jabi ibn Abdullah r.a., sesungguhnya ia pernah mendengar
Rasulullah SAW. bersabda pada tahun penalukan kota Makkah,
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual beli
khamr, bangkai, babi dan berhala. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Kata-kata Arab:
akidah (atau `aqdah)
alhamdulillah atau (alhamdulillh)
amar ma`ruf nahi mungkar (atau amar ma`rf nahi munkar)
azan (bukan adzan)
baligh (bukan balig)
bid`ah (bukan bidah atau bid`a)
dhaif (atau dhai`f)
fiqih (atau fiqh, bukan fikih atau fikh)
dhuafa (dhu`af)
Gaya Selingkung MIQOT 12
13
Fir`aun
hadis (bukan hadits)
iddah (bukan idah)
insya Allah (atau insy Allh)
iktibar (atau i`tibr)
jamaah (bukan jemaah)
khutbah (bukan khotbah)
Madinah (bukan Medinah)
Makkah (bukan Mekah atau Mekkah)
Muslim
Sahih (bukan shahih atau shaheh)
Sunnah (dalam arti Sunnah Nabi)
sunnah (untuk al-ahkm al-khamsah)
SAW. (bukan Saw. atau saw.)
SWT. (bukan Swt. atau swt.)
syaikh (bukan syeikh atau syekh)
ustadz (bukan ustad atau ustaz)
zalim (bukan zhalim atau lalim)
zhulm

Gaya Selingkung MIQOT 13

Anda mungkin juga menyukai