Anda di halaman 1dari 14

BAB XIV

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan membuat kutipan;
2. Menjelaskan cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung;
3. Menyebutkan beberapa prinsip mengutip;
4. Menjelaskan tujuan membuat catatan kaki;
5. Menjelaskan prinsip-prinsip membuat catatan kaki;
6. Menyebutkan jenis-jenis catatan kaki;
7. Mengemukakan unsur-unsur rujukan;
8. Menjelaskan teknik penyajian rujukan;
9. Mengemukakan fungsi dan unsur daftar pustaka;
10. Membedakan cara membuat daftar pustaka berdasarkan sember acuannya.

Materi

A. Pendahuluan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang
atau ucapan seorang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku, majalah-
majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan langsung dari
seorang ilmuan atau tokoh terkenal baik melalui pidato, wawancara, maupun
melalui diskusi. Jadi, kutipan selain melalui sumber tertulis, juga dapat melaui
sumber lisan.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi, tesis,
disertasi, maupun penulisan laporan hasil penelitian, seorang penulis kadang-
kadang menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis
tersebut dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan untuk menunjang serta
untuk memperkuat gagasan serta ide-ide yang dikemukakan dalam karya tulis
tersebut.
Meskipun dalam penulisan karya ilmiah diperkenankan mengutip pendapat
seorang penulis hendaknya jangan terlalu banyak menggunakan kutipan. Hal ini
dimaksudkan agar karya tulis tidaklah berarti bahwa di dalamnya harus ada
kutipan. Penulis boleh saja tidak menggunakan kutipan karena kutipan hanyalah
dipakai untuk menegaskan isi uraian. Kutipan sebaiknya diambil seperlunya agar
tidak merusak isi uraian yang sebenarnya. Kutipan sebaiknya juga jangan terlalu
panjang kadang-kadang dapat membuat pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya
pada halaman tersebut hanyalah kutipan.
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan terhadap teks karangan yang
ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki dapat dipakai untuk
menunjukkan sumber tempat terdapatnya kutipan dan untuk member keterangan-
keterangan lain terhadap teks karangan.
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya
dinyatakan dengan nomor penunjukan yang sama atau tanda asterisk, baik yang
terdapat dalam teks maupun dalam catatan kaki itu sendiri. Misalnya, nomor urut
penunjukan (........1), (........2), (........3) atau tanda asterisk
(........*),(........**),(........***). Nomor atau tanda asterisk ini ditulis agak ke atas dari
baris ketikan biasa. Demikian pula, rujukan dan daftar pustaka merupakan dua hal
yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis,
dan disertasi. Rujukan digunakan untuk menunjukan kepada pembaca tempat atau
sumber suatu kebenaran yang telah dibuktikan orang lain atau tempat
pengambilan kutipan. Daftar pustaka digunakan untuk membantu pembaca
memperoleh gambaran menyeluruh tentang keluasan pembacaan penulis yang
mendukung pengembangan gagasannya. Selain itu, dapat pula menjadi petunjuk
bagi pembaca yang berminat mendalami masalah tertentu yang dibahas oleh
penulis. Pembaca juga dapat menelusuri sumber-sumber acuan yang terdapat
dalam daftar pustaka tersebut.

B. Jenis Kutipan
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Perbedaan kedua jenis kutipan ini harus diperhatikan
karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan ke dalam
tulisan.

1. Kutipan Langsung
Yang dimaksud kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap
kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya. Kutipan ini
bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang
dari empat baris kutipan termasuk kutipan pendek dan bila lebih dari empat bari
kutipan tersebut kutipan panjang, kedua bentuk kutipan ini masing-masing
mengikuti tata cara pengutipan yang berbeda. Perbedannya dapat dilihat berikut
ini.
(a) Kutipan langsung yang kurang dari empat baris, kutipan dilakukan dengan
cara:
1) Kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks,
2) Jarak antara bari dan baris berikutnya sama dengan jarak garis dalam
uraian,
3) Kutipan itu diapit oleh tanda kutip,
4) Sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman, atau di belakang kutipan diberi nomor urut
penunjukan setengah spasi ke atas.
Contoh:
Salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
melakukan penelitian adalah bersikap terbuka “Orang yang bersikap ilmiah selalu
terbuka, yaitu selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang
lain, walaupun berbeda pendiriannya. Orang yang bersikap terbuka tidak menutup
mata terhadap kemungkinan yang lain”. (Brotowidjoyo, 2004:33). Sikap ini
merupakan sikap operasionalisasi dari sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh
seorang penulis karangan ilmiah. Sifat atau watak ini menggambarkan dan
merupakan manifestasi jiwa.
(b) Kutipan langsung yang lebih dariempat baris ketikan dilakukan dengan cara:
1) Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi,
2) Jarak antara baris dan baris kutipan satu spasi (spasi rapat),
3) Boleh atau tidak diapit oleh tanda kutip,
4) Seleuruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan dan bila kutipan
itu dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan
lagi 5-7 ketukan,

Contoh:
Bernilai tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor
tersebut merupakan salah satu kesatuan yang tidak bisa dilalaikan oleh seorang
penulis. Hal ini dikemukakan oleh keraf (1998:122) sebagai berikut.
Sebuah karya tulis tidak dianggap bernilai apabila pemikirannya
kabur dan ditulis tergesa-gesa tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya
mengungkapkan pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan
merupakan klise-klise umum atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa
mengemukakan hasil pikirannya sama sekali: tuulisan itu ridak
dikembangkan dengan baik untuk menjawab persoalan-persoalan tentang
topik atau bagian-bagiannya. Disamping itu tidak bernilai kalau
susunannya tidak teratur, tidak mengikuti aturan yang logis dan koherensi
atau kepaduannya kurang baik. Pendeknya sebuah karangan atau tulisan
tidak bernilai sama sekali kalau penulisannya tidak berusaha mencari
informasi-informasi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mengetahui
persoalan itu.

Bila dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau kejanggalan misalnya


dalam persoalan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-
kesalahan itu, ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya
kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis
diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut.
Perbaikan atau catatan kaki itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki atau dapat
pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [.......]. Catatan dalam tanda
kurung segi empat itu langsung ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang
hendak diperbaiki, diberi catatan atau yang disetujui itu. Misalnya, kalau kita
tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat: [sic].
Kata sic! yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menunjukan
bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip
sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh:
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis kami
selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic] sentral
distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh”.
Catatan: Kata makan dalam kutipan di atas sebentarnya salah cetak, seharusnya
makna.

2. Kutipan Tidak langsung


Kutipan tidak langsung juga dapat disebut kutipan isi. Kutipan ini
merupakan pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis berupa inti
sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsung penulis
tidak mengutip secara keseluruhan kata dan kalimat yang terdapat dalam teks
aslinya. Penulis hanya mengambil inti dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan
tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda kutip. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kutipan tidak langsung:
1) Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks,
2) Jarak antara baris dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks,
3) Kutipan tidak diapit oleh tanda kutip,
4) Sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman, atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut
penunjukan setengah spasi ke atas.
Contoh:
Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli Indonesia yang tertua,
kita harus kembali melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah. Pada zaman
prehistoris, penduduk asli Indonesia yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri
fisik yang berbeda dengan manusia sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada fosil-
fosil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi. Manuia pada zaman
tersebut masih hidup secara berkelompok dan hidup berpindah-pindah
(Koentjaraningrat, 1982: 3).

3. Kutipan atas Ucapan Lisan


Selain melalui sember tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalui
ucapan langsung dari seorang tokoh atau ilmuah. Prinsip pengutipan yang diambil
dari sumber lisan ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan di
atas (bergantung jenis kutipan yang digunakan).
Contoh:
Dalam seminar sehari tanggal 28 Oktober1992, Mattulada mengatan a.l. “Budaya
Indonesia dewasa ini, khususnya budaya Bugis-Makassar telah banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing ke wilayah
Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan
budaya Indonesia”.

C. Catatan Kaki
Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud sebagai berikut
ini.
a. Menyusun pembuktian,
b. Manyatakan utang budi,
c. Menyampaikan keterangan tambahan,
d. Merujuk bagian dari teks.

1. Prinsip Membuat Catatan Kaki


Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
(a) Hubungan catatan kaki dengan teks
Hubungan catatan kaki dengan teks harus dinyatakan secara jelas oleh
nomor penunjuk, baik dalam teks maupun dalam catatan kaki. Nomor penunjuk
pada catatan kaki dan teks selalu ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari
baris teks yang bersangkutan dan pada catatan kaki setengah spasi di bawah garis
untuk catatan kaki tersebut.
(b) Nomor urut penunjukan
Pemberian nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pertama, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk setiap bab dan kedua,nomor
urut penunjukan yang berlaku untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor urut
penunjukan tersebut masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri.
Bila nomor urut penunjukan berlaku hanya untuk setiap bab, konsekuensi
pertama adalah bahwa untuk tiap bab selaly dimulai dengan nomor urut pertama
untuk catatan pertama. Kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya
sampai pada akhir bab. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa nama pengarang
dan sumber untuk pertama kali disebut dalam suatu bab harus disebut secara
lengkap. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut akan
mempergunakan singkatan ibid, atau nama singkat pengarang dengan singkatan
op.cit, atau loc.cit.
Sebaliknya bila nomor urut penunjukan itu berlaku untuk seluruh
karangan, penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk
penyebutan yang pertama kali. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama
dalam seluruh karangan itu akan mempergunakan singkatan Ibid, atau nama
singkat pengarang ditambah singkatan op.cit, dan loc.cit tanpa mempersoalkan
apakah itu terdapat pada penyebutan pertama dalam bab berikutnya.

2. Teknik Penyusunan Catatan Kaki


Penyusunan catatan kaki memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu,
yaitu:
a) Jarak antara baris terakhir dari catatan kaki dengan batas margin bawah 3
spasi,
b) Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak tiga spasi harus dibuat sebuah
garis pembatasan teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang
15 ketukan,
c) Dalam jarak 2 spasi dari garis pembatas, diketik nomor urut menunjukan
dengan jarak 5-7 ketukan dari margin kiri,
d) Sesudah nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai
diketik baris pertama catatan kaki,
e) Jarak antara baris padaa catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan
jarak antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) dua spasi,
f) Baris kedua pada catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

3. Cara Membuat Catatan Kaki


Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada
halaman yang sama. Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh catatan kaki.

Referensi buku dengan seorang pengarang.

1
Gorys Keraf, Komposisi (Ende Flores, 2004), hlm. 201.
Catatan:
a) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik susunannya.
b) Antara nama pengarang dan judul buku di antarai tanda koma (,). Antara judul
buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma.
c) Tempat dan tahun terbit ditetapkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu
dicantumkan.

Referensi buku dengan dua sampai tiga pengarang

2
Rasyid Sartuni, Lamuddin Finoza, Siti Aisyah Sundari, Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi (Jakarta, 2002), hml. 74.

Referensi buku dengan banyak pengarang

3
Yulius S, et.al., Kamus Baru Bahasa Indonesia (Surabaya, 1980), hml. 80.
Referensi buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih

4
Kartini Kartono, Psykology Wanita (Jilid 1, Bandung, 1997), hml. 88-89.

5
Ibid. Hlm. 86.
Catatan: Ibid merupakan singkatan dari ibidem yang berarti di tempat yang sama.
Ibid. dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan belum diantarai suber lain.
Bila halamannya sama, hanya digunakan singkatan Ibid., bila halamannya
berbeda, sesudah singkatan ibid. dicantumkan pula nomor halaman.

Referensi sebuah edisi karya seorang pengarang atau lebih

6
Lukman Ali, ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru. (Jakarta, 2004), hml. 85-87.

7
Kartono Op,cit. Hlm. 88.
Catatan: Op.cit. adalah singkatan dari Opera Citato yang berarti pada sumber
yang telah disebutkan, tetapi telah diantarai oleh sumber lain. Sesudah nama
singkat pengarang, dicantumkan singkatan Op.cit., disertai nomor halaman.

Referensi dari sebuah artikel harian

8
Agam Wijaya, “Berpikir untuk Masa Depan”, Kompas, 19 Januari, 2008,
hlm.5.
9
Hasan Ali, “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia” (Skripsi
Sarjana, Fakultas Sastra Universitas hasanuddin, Ujung Pandang 1982), hlm. 30.

10
Wijaya, Loc. cit.
Catatan: Loc. Cit. adalah singkatan dari Loco Citato yang berarti pada sumber
yang telah disebutkan berupa artikel-artikel atau ensiklopedia pada halaman yang
sama, tetapi tetapi telah diantarai oleh sumber lain.

D. Rujukan
Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang ditempatkan di
depan atau dibelakang kutipan. Unsur-unsur rujukan mencakup nama pengarang,
tahun terbit, dan halaman yang dikutip dari sumbernya. Penempatan sumber
rujukan itu dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, sebelum kutipan, dengan
menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun dan halaman yang ditempatkan
dalam tanda kurung misalnya Pateda (1990: 168). Kedua, ditempatkan sesudah
kutipan dengan menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun, dan halaman
semuanya dalam tanda kurung, misalnya (Pateda, 1990: 168). Berikut ini
disajikan secara berturut-turut cara penyajian rujukan.
1) Nama penulis yang bukunya ditunjuk dalam uraian teks hanya disebutkan
bagian akhirnya saja (bila nama tersebut lebih dari satu kata)
Contoh: Menurut Keraf (1985: 20).................................................................
Catatan: nama lengkapnya Gorys Keraf.
2) Jika terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai nama akhir sama dan
menulis pada tahun yang sama pula, untuk membedakannya di belakang tahun
ditandai dengan abjad a, b, dan seterusnya.
Contoh: ....................................................................(Abdullah, 1992 a: 75).
....................................................................(Abdullah, 1992 b: 75).
Catatan: nama lengkap Hamid Abdullah dan Bustam Abdullah
3) Jika penukis dua orang, kedua nama akhirnya diawali oleh kata dan
Contoh: ..................................................................(Astrid dan Susanto, 1985:
18).
4) Jika penulisannya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama
yang dicantumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk.
Contoh: ....................................................................(Ramlan,dkk, 1997:6).
5) Jika kutipan bersumber dari buku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah
penulisasli bukan nama penyuntingnya.
Contoh: ....................................................................(Soejarno, 1975: 9).

E. Daftar Pustaka
Secara keseluruhan fungsi daftar pustaka ada dua, yaitu:
1) Memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah harian secara
keseluruhan; dan
2) Sebuah pelengkap dari sebuah catatan kaki, maksudnya adalah apabila
seseorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang
terdapat pada catatan kaki, ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka.
Unsur-unsur penting yang harus dimasukkan dalam daftar pustaka adalah:
a) Nama pengarang yang dibalik susunannya;
b) Judul buku termasuk judul tambahannya;
c) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor
jilid (kalau ada);
d) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama
majalah, jilid, nomor, dan tahun.
Cara menyusun daftar pustaka tidak seragam bagi semua referensi,
bergantung pada sifat bahan referensi itu. cara menyusun daftar pustaka mengenai
buku berbeda dengan majalahharian: demikian pula terhadap manuskrip yang
belum diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Walaupun terdapat
perbedaan, ada hal yang penting selalu dicantumkan, yaitu nama penulis, judu,
dan data publikasi.
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama pengarangnya.
Untuk maksud tersebut nama pengarang harus dibalik susunannya. Jarak baris
dengan baris adalah spasi satu, sedangkan jarak pustaka yang satu dengan pustaka
yang lain adalah spasi ganda. Tiap pustaka disusun secara sejajar vertikal, dari
margin kiri. Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh seorang pengarang,
pengulangan namanya dapar ditiadakan dengan menggantikannya sebuah garis
panjang sepanjang 5-7 ketukan yang disusul sebuah tanda titik.
Cara membuat daftar pustaka dapat diuraiakan sebagai berikut.
a) Dengan seorang pengarang
Ambary, Abdullah. 1999. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Djtnika: Bandung.
Catatan:
 Nama kelurga (fam) lebih dahulu kemudian nama sebenarnya. Jika
buku itu disusun oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama
itu yang menggantikan nama pengarang
 Judul buku harus dicetak miring dan tanda titik pada setiap unsur data
publikasi: sesudah nama pengarang, sesudah tahun terbit, dan sesudah
tempat penerbit.
 Jika nama penerbit mendahului tempat penerbit, di antaranya disisi
tanda koma.
b) Buku dengan dua atau lebih pengarang
Sartuni, Rasyid, Lamuddin Finoza, Siti Aisyah Sundari. 1994. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Nina Dinamika: Jakarta.
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan
terbalik.
c) Buku dengan banyak pengarang (lebih dari tiga)
Yulius S, et.al.1990. Kamus Baru Bahasa Indonesia. Usaha Nasional:
Surabaya.
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dan dibalik
susunannya. Nama yang lainnya diganti dengan singkatan et.al. (dan lain-lain).
d) Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
Keraf, Gorys. 1995. Komposisi.cet. ke-6. Nusa Indah: Ende Plores.
e) Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih
Badudu, J. S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 Jilid. Pustaka Prima:
Bandung.
f) Sebuah edisi dari karya seorang pengerang atau lebih
Ali, Lukman, ed. 1995. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru. Gunung Agung: Jakarta
g) Sebuah buku terjemahan
Multatuli, Max Mavelelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda.
Terj. H. B. Jassin. 1972. Djambatan: Jakarta.
h) Artikel majalah, artikel harian
Samsuri. 1960. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru”,
Medan Ilmu Pengetahuan. I: 323-341. (Oktober).
i) Tesis atau Disertasi yang belum diterbitkan
Ali, Hasan. 1982. “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia”. Skripsi
Sarjana FSUH. Ujung Pandang.
Selain cara-cara membuat daftar pustaka yang telah disebutkan di atas,
masih ada lagi cara ,embuat daftar pustaka yang lain dengan ketentuan sebagai
berikut ini.
a) Susunan unsur daftar pustaka: nama pengarang (yang sudah dibalik
susunannya), tahun terbit, judul, dan data publikasi ayng lain.
b) Bila ada dua atau tiga bukudari seorang pengarang yang dimasukan dalam
daftar pustaka, buku itu disusun menurut tahun terbitnya dari yang kecil ke
yang besar, misalnya 1978, 1979, 1980, dst.
c) Bila ada dua atau lebih buku dari seorang pengarang diterbitkan dalam tahun
yang sama, di belakang tahun terbit diberi nomor urut abjad, misalnya a, b, c,
dan seterusnya.
Contoh:
Badudu, J.S. 1970. Membaca Bahasa indonesi Baku.1 jld Pustaka Prima:
Bandung.

. 1980. Membaca Bahasa indonesi Baku.2 jld Pustaka Prima:


Bandung.
. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Gramedia: Jakarta.

Tarigan, H. G. 1985 a. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Angkasa: Bandung.

. 1985 b. Pengajaran Semantik. Angkasa: Bandung

Anda mungkin juga menyukai