Anda di halaman 1dari 11

BAB XII

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN


DAN DAFTAR PUSTAKA

Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mamp:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan membuat kutipan;
2. Menjelaskan cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung;
3. Menyebutkan beberapa prinsip mengutip;
4. Menjelaskan tujuan membuat catatan kaki;
5. Menjelaskan prinsip-prinsip membuat catatan kaki;
6. Menyebutkan jenis-jenis catatan kaki;
7. Mengemukakan unsur-unsur rujukan;
8. Menjelaskan teknik penyajian rujukan;
9. Mengemukakan fungsi dan unsur daftar pustaka;
10. Membedakan cara membuat daftar pustaka berdasarkan sumber acuannya.

Materi

1. Pendahuluan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau
ucapan seorang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku, majalah-majalah dan
surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan langsung seorang ilmuan atau
tokoh terkenal baik melalui pidato, wawancara, maupun melalui diskusi. Jadi, kutipan
selain melalui sumber tertulis, juga dapat melalui sumber lisan.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi,
maupun penulisan laporan hasil penelitian, seorang penulis kadang-kadang
menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis tersebut
dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan untuk menunjang serta untuk
memperkuat gagasan serta ide-ide yang dikemukakan dalam karya tulis tersebut.
Meskipun dalam penulisan karya ilmiah diperkenankan mengutip pendapat,
seorang penulis hendaknya jangan terlalu banyak menggunakan kutipan. Hal ini
dimaksudkan agar karya tulis yang dibuat tidak dianggap sebagai himpunan dari
berbagai macam pendapat. Sebuah karya tulis tidaklah berarti bahwa di dalamnya
harus ada kutipan. Penulis boleh saja tidak menggunakan kutipan karena kutipan
hanya digunakan untuk menegaskan isi uraian. Kutipan sebaiknya diambil seperlunya

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 100


agar tidak merusak isi uraian yang sebenarnya. Kutipan sebaiknya jangan terlalu
panjang karena kutipan yang terlalu panjang kadang-kadang dapat membuat
pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya pada halaman tersebut hanyalah kutipan.
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan terhadap teks karangan yang
ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki dapat dipakai untuk
menunjukkan sumber tempat terdapatnya kutipan dan untuk memberi keterangan-
keterangan lain terhadap teks karangan.
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya
dinyatakan dengan nomor penunjukan tanda yang sama atau tanda asterik, baik yang
terdapat dalam teks maupun catatan kaki itu sendiri. Misalnya nomor urut penunjukan
(....1), (.... 2), (.....3) atau tanda asterik (....*),(......**), (.....***). Nomor atau tanda asterik
ini ditulis agak ke kiri atas dari baris ketikan biasa. Demikian pula, rujukan dan daftar
pustaka merupakan dua hal yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, tesis dan disertasi. Rujukan digunakan untuk menunjukkan kepada pembaca
tempat atau sumber suatu kebenaran yang telah dibuktikan orang lain atau tempat
pengambilan kutipan. Daftar pustaka digunakan untuk membantu pembaca
memperoleh gambaran menyeluruh tentang keluasan pembacaan penulis yang
mendukung pengembangan gagasannya. Selain itu, dapat pula menjadi petunjuk bagi
pembaca yang berminat mendalami masalah tertentu yang dibahas oleh penulis.
Pembaca juga dapat menelusuri sumber-sumber acuan yang terdapat dalam daftar
pustaka tersebut.

2. Jenis Kutipan

Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung. Perbedaan kedua jenis kutipan ini harus diperhatikan karena akan
membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan kedalam tulisan.

2.1. Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap kata demi kata,
kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya. Kutipan langsung ini bentuknya ada
yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan ini kurang dari empat baris
ketikan termasuk kutipan pendek dan bila lebih dari empat baris ketikan termasuk
kutipan panjang. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara
pengutipan yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini.
a. Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara:
(1) Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks,

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 101


(2) Jarak antara baris dan baris berikutnya sama dengan baris dalam uraian,
(3) Kutipan itu diapit oleh tanda kutip,
(4) Sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit
dan nomor halaman, atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penunjukan
setengah spasi ke atas.
Contoh:
Salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki seseorang dalam melakukan
penelitian adalah bersikap terbuka “ Orang yang bersikap ilmiah selalu terbuka, yaitu
selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain, walaupun
berbeda pendiriannya. Orang yang bersikap terbuka tidak menutup mata terhadap
kemungkinan yang lain”. (Brotowidjoyo, 2004:33). Sikap ini merupakan sikap
operasionalisasi dari sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang penulis karangan
ilmiah. Sifat atau watak ini menggambarkan dan merupakan manifestasi jiwa.
b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara:
(1) Kutipan itu terpisah dari teks dengan jarak 2,5 spasi,
(2) Jarak antara baris dan baris kutipan satu spasi (spasi rapat),
(3) Boleh atau tidak diapait oleh tanda kutip,
(4) Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan, dan bila kutipan
tersebut dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan
lagi 5-7 ketukan.
Contoh:
Bernilai tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut
merupakan salah satu kesatuan yang tidak bisa dilalaikan oleh seorang penulis. Hal
ini dikemukakan oleh Keraf (1998:122) sebagai berikut:
Sebuah karya tulis tidak dianggap bernilai apabila pemikirannya kabur dan
ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya
mengungkapkan pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan merupakan
klise-klise umum atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan
hasil pikirannya sama sekali: tulisan ini tidak dikembangkan dengan baik untuk
menjawab persoalan-persoalan tentang topik atau bagian-bagiannya. Di
samping itu tidak bernilai kalau susunannya tidak teratur, tidak mengikuti
aturan analogis dan koherensi atau kepaduannya kurang baik. Pendeknya
sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisannya
tidak berusaha mencari informasi-informasi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia
mengetahui persoalan itu.

Bila dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau keganjilan misalnya


dalam persolan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu,
ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak
setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 102


Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan
mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalah tersebut. Perbaikan atau
catatan kaki tersebut dapat ditempatkan sebgai catatan kaki atau dapat pula
ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [....]. Catatan dalam tanda kurung segi
empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki,
diberi catatan atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian
itu, maka biasanya diberi catatan singkat: [sic].
Kata [sic] yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menunjukkan
bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip
sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh:
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu
berusaha mencari bentuk kara yang mengandung makan [sic] sentral distribusi yang
terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh”.
Catatan: Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak seharusnya
makna

2.2. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini merupaj
pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis berupa intisari atau ikhtisar
dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip
keseluruhan kata dan kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya
mengambil inti atau sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung
tidak perlu menggunakan tanda kutip. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kutipan tidak langsung:
(1) Kutipan tersebut diintegrasikan langsung dengan teks,
(2) Jarak antara baris dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks,
(3) Kutipan tidak diapit oleh tanda kutip,
(4) Sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan
nomor halaman atau di belakang tanda kutipan itu diberi nomor utur penunjukan
setengah spasi ke atas.
Contoh:
Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli Indonesia yang tertua,
kita harus kembali melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah. Pada zaman
prehistoris, penduduk asli Indonesia yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri
fisik yang berbeda dengan manusia sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada fosil-

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 103


fosil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi. Manusia pada zaman
tesebut masih hidup secara berkelompok dan hidup berpindah-pindah
(Koentjaraningrat, 1982:3).

2.3. Kutipan atas Ucapan Lisan

Selain melalui sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalui ucapan
langsung dari seorang tokoh atau ilmuan. Prinsip pengutipan yang diambil dari sumber
lisan ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan di atas (bergantung
jenis kutipan yang digunakan).
Contoh:
Dalam seminar sehari tanggal 28 Oktober 1992, Mattulada mengatakan a.l.
“Budaya Indonesia dewasa ini, khususnya budaya Bugis-Makassar telah banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing ke wilayah
Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan budaya
Indonesia”.

3. Catatan Kaki

Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud sebagai berikut:


a. Menyusun pembuktian
b. Menyatakan utang budi
c. Menyampaikan keterangan tambahan
d. Merujuk bagian lain dari teks.
3.1. Prisip Membuat Catatan Kaki

Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:


(1) Hubungan catatan kaki dengan teks
Hubungan catatan kaki dengan teks harus dinyatakan secara jelas oleh nomor
penunjuk, baik dalam teks maupun dalam catatan kaki. Nomor penunjuk pada catatan
kaki dan teks selalu ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari baris teks yang
bersangkutan dan pada catatan kaki setengah spasi di bawah garis untuk catatan kaki
tersebut.
(2) Nomor urut penunjukan
Pemberian nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pertama, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk tiap bab; dan kedua, nomor urut
penunjukan yang berlaku untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor urut penunjukan
tersebut masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 104


Bila nomor urut penunjukan berlaku hanya untuk tiap bab, konsekuensi
pertama untuk tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut pertama untuk catatan
pertama. Kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir bab.
Konsekuensi yang kedua adalah bahwa nama pengarang dan sumber untuk pertama
kali disebut dalam suatu bab harus disebut secara lengkap. Penunjukan berikutnya
atas suber yang sama dalam bab tersebut akan mempergunakan singkatan ibid, atau
nama singkat pengarang dengan singkatan op.cit, atau loc.cit.
Sebaliknya bila nomor urut penunjukan itu berlaku untuk seluruh karangan,
penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan yang
pertama kali. Penunjukan berikut atas sumber yang sama dalam seluruh karangan itu
akan mempergunakan singkatan Ibid, atau nama singkat pengarang di tambah
singkatan op.cit, atau loc.cit tanpa mempersoalkan apakah itu terdapat pada
penyebutan pertama dalam bab berikutnya.

3.2. Teknik Penyusunan Catatan Kaki

Penyusunan catatan kaki memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yaitu:


(1) Jarak antara baris terakhir dari catatan kaki dengan batas margin bawah 3 spasi,
(2) Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis
pembatas teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang 15 ketukan,
(3) Dalam jarak 2 spasi dari garis pembatas, diketik nomor urut penunjukan dengan
jarak 5-7 ketukan dari margin kiri,
(4) Sesudah nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai
diktik baris pertama catatan kaki,
(5) Jarak antara baris pada catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan jarak
antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) dua spasi.
(6) Baris kedua pada catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

3.3. Cara Membuat Catatan Kaki

Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada
halaman yang sama. Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh catatan kaki.
Referensi buku dengan seorang pengarang.

1
Gorys Keraf, Komposisi (Ende Flores, 2004), hlm. 201.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 105


Catatan:
a) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik susunannya.
b) Antara nama pengarang dan judul buku di antarai tanda koma (,). Antara judul
buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma.
c) Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu
dicantumkan.
Referensi buku dengan dua sampai tiga pengarang.

2
Rasyid Sartuni, Lamuddin Finoza, Siti Aisyah Sundari, Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi (Jakarta, 2002), hlm. 74.

Referensi buku dengan banyak pengarang.

3
Yulius Sitanggang S., et.al., Kamus Baru Bahasa Indonesia. (Surabaya, 1980).
hlm 80.

Referensi buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih.

4
Kartini Kartono. Psychology Wanita (Jilid 1, Bandung, 1997), hlm. 88-89.

5
Ibid. hlm. 86.
Catatan: Ibid adalah singkatan dari ibidem yang berarti di tempat yang sama. Ibid,
dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan belum diantarai sumber
lain. Bila halamannya sama, hanya digunakan singkatan ibid., bila
halamannya berbeda, sesudah singkatan ibid dicantumkan pula nomor
halaman.

Referensi sebuah edisi karya seorang pengarang atau lebih.

6
Lukman Ali, ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru. (Jakarta, 2004), hlm. 85-87.

7
Kartono, Op,cit. hlm. 88
Catatan: Op.cit. adalah singkatan dari Opera citato yang berarti pada sumber yang
telah disebutkan, tetapi telah diantarai oleh sumber yang lain. Sesudah
nama singkat pengarang, dicantumkan singkatan Op.cit., disertai nomor
halaman.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 106


Referensi dari sebuah artikel harian.

8
Agam Wijaya, “Berpikir untuk Masa Depan”, Kompas 19 Januari, 2008, hlm.5.

9
Hasan Ali, “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia” (Skripsi Sarjana,
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang 1982), hlm. 30.

10
Wijaya, Loc.cit.
Catatan: Loc.cit. adalah singkatan dari Loco Citato yang berarti pada sumber yang
telah disebutkan berupa artikel-artikel atau ensiklopedia pada halaman yang
sama, tetapi telah diantarai oleh sumber lain.

4. Rujukan

Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang ditempatkan di


depan atau di belakang kutipan. Unsur-unsur rujukan mencakup nama pengarang,
tahun terbit dan halaman yang dikutip dari sumbernya. Penempatan sumber rujukan
itu dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, sebelum kutipan, dengan menuliskan
unsur nama singkat pengarang, tahun dan halaman yang ditempatkan dalam tanda
kurung, misalnya Parera (1990:168). Kedua, ditempatkan sesudah kutipan dengan
menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun dan halaman semuanya dalam
tanda kurung, misalnya (Parera,1990:168).
Berikut ini disajikan secara berturut-turut cara penyajian rujukan.
(1) Nama penulis yang bukunya ditunjuk dalam uraian teks hanya disebutkan bagian
akhirnya saja (bila nama tersebut lebih dari satu kata)
Contoh : Menurut Keraf (1985:20) ....................................................................
Catatan : nama lengkapnya Gorys Keraf.
(2) Jika terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai nama akhir sama dan
menulis pada tahun yang sama pula, untuk membedakannya di belakang tahun
ditandai dengan abjad a, b, dan seterusnya.
Contoh : .................................................................. (Abdullah, 1992 a:75).
.................................................................. (Abdullah, 1992 b:85).
Catatan : nama lengkapnya Hamid Abdullah dan Bustam Abdullah.
(3) Jika penulis dua orang, kedua nama akhirnya di antarai oleh kata dan
Contoh : ......................................................... (Astrid dan Susanto, 1985:18).

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 107


(4) Jika penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama yang
dicantumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk.
Contoh : .................................................................. (Ramlan, dkk, 1997:6).
(5) Jika kutipan bersumber dari buku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah nama
penulis asli bukan nama penyuntingnya.
Contoh : .................................................................. (Soejarno, 1975:9).

5. Daftar Pustaka

Secara keseluruhan fungsi daftar pustaka ada dua, yaitu:


(1) Memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah, harian secara
keseluruhan; dan
(2) Sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, maksudnya adalah apabila seorang
pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada
catatan kaki, ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka.
Unsur-unsur penting yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka
adalah:
(1) Nama pengarang yang dibalik susunannya;
(2) Judul buku termasuk judul tambahan;
(3) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, cetakan keberapa, nomor jilid (kalau ada);
(4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama
majalah, jilid, nomor dan tahun.
Cara menyusun daftar pustaka tidak seragam bagi semua bahan referensi,
bergantung pada sifat bahan referensi itu. Cara menyusun daftar pustaka mengenai
buku berbeda dengan majalah dan harian; demikian pula terhadap manuskrip yang
belum diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan,
ada hal yang penting selalu dicantumkan, yaitu nama penulis, judul dan data publikasi.
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama pengarangnya. Untuk
maksud tersebut nama pengarang harus dibalik susunannya. Jarak baris dengan baris
adalah spasi satu, sedangkan jarak pustaka yang satu dengan pustaka yang lain
adalah spasi ganda. Tiap pustaka disusun secara sejajar vertikal, dari margin kiri. Bila
ada dua karya atau lebih ditulis oleh seorang pengarang, pengulangan namanya
dapat ditiadakan dengan menggantikannya sebuah garis panjang sepanjang 5-7
ketikan yang disusul sebuah tanda titik.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 108


Cara membuat daftar pustaka dapat diuraikan sebagai berikut ini.
(1) Dengan seorang pengarang
Ambari, Abdullah. 1999. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Djatnika : Bandung.
Catatan:
a) Nama keluarga (fam) lebih dahulu kemudian nama sebenarnya. Jika buku itu
disusun oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama itu yang
menggantikan nama pengarang.
b) Judul buku harus dicetak miring dan tanda titik pada setiap unsur data
publikasi: sesudah nama pengarang, sesudah tahun terbit dan sesudah tempat
penerbit.
c) Jika nama penerbit mendahului tempat penerbit, di antaranya disisipi tanda
koma.

(2) Buku dengan dua atau lebih pengarang


Sartuni, Rasyid, Lamuddin, Siti Aisyah Sundari. 1994. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Nina Dinamika: Jakarta.
Catatan:
Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
(3) Buku dengan banyak pengarang (lebih dari tiga)
Yulius, S. et.al. 1990. Kamus Baru Bahasa Indonesia. Usaha Nasional: Surabaya.
Catatan:
Hanya nama pengarang pertama dicantumkan dan dibalik susunannya. Nama
yang lainnya diganti dengan singkatan et. al. (dan lain-lain).

(4) Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan


Keraf, Gorys. 1995. Komposisi, cet. ke-6. Nua Indah: Ende Flores.
(5) Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih
Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku 2 Jilid. Pustaka Prima:
Bandung.
(6) Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
Ali, Lukman, ed. 1995. Bahasa dan Kesustraan Indonesia, sebagai Cerminan
Manusia Indonesia Baru. Gunung Agung: Jakarta.
(7) Sebuah buku terjemahan
Multatuli, Max Havelelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda. Terj.
H.B. Jassin. 1972. Djambatan : Jakarta.
(8) Artikel majalah, artikel harian
Samsuri. 1960. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru”,
Medan Ilmu Pengetahuan. I : 323-341. (Oktober).

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 109


(9) Tesis atau Disertasi yang belum diterbitkan
Ali, Hasan. 1982. “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia”. Skripsi Sarjana
FSUH. Ujung Pandang.
Selain cara-cara membuat daftar pustaka yang telah disebutkan di atas, masih
ada lagi cara membuat daftar pustaka yang lain dengan ketentuan sebagai berikut ini.
(a) Susunan unsur daftar pustaka : nama pengarang (yang sudah dibalik
susunannya), yahun terbit, judul dan data publikasi yang lain.
(b) Bila ada dua atau tiga buku dari seorang pengarang yang dimasukkan dalam
daftar pustaka, buku itu disusun menurut tahun terbitnya dari yang kecil kepada
yang besar, misalnya 1978, 1979, 1980, dst.
(c) Bila ada dua atau lebih buku dari seorang pengarang diterbitkan dalam tahun yang
sama, di belakang tahun terbit diberi nomor urut abjad, misalnya a, b, c dan
seterusnya.
Contoh:
Badudu, J.S. 1970. Membina Bahasa Indonesia Baku. 1 Jilid. Pustaka Prima:
Bandung.

.1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 Jilid. Pustaka Prima: Bandung.

.1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Gramedia: Jakarta.

Tarigan, H.G. 1985 a. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Angkasa: Bandung.

.1985 b. Pengajaran Semantik. Angkasa : Bandung.

PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA 110

Anda mungkin juga menyukai