Penulisan ilmiah adalah kegiatan menulis yang bertujuan menyampaikan ide atau pemikiran
yang didasari oleh penalaran logis dan dapat diverifikasi kebenaran isinya. Dalam penulisan
ilmiah, penulis perlu melalukan tahapan-tahapan tertentu yang sesuai dengan prosedur ilmiah
penulisan karya ilmiah. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) memilih topik penulisan, (2)
menyusun dan mengembangkan kerangka penulisan, dan (3) menyusun sistematika karya
ilmiah.
A. Pemilihan Topik
Topik merupakan komponen karya ilmiah yang menjadi dasar pengembangan gagasan. Hal
yang menjadi pokok pembahasan permasalahan dalam karya tulis ilmiah dinamakan topik.
Kebingungan yang sering dialami oleh penulis saat memilih topik dapat diatasi dengan
menggali informasi dari beberapa sumber sebelum penulis memutuskan pemilihan topik.
Beberapa sumber yang bisa dijadikan dasar pemilihan topik, diantaranya: (1) buku atau
bacaan referensi, (2) laporan suatu penelitian,, (3) isu-isu yang yang dibicarakan di
masyarakat, atau (4) pengalaman pribadi penulis. Hal yang perlu dicermati saat memilih topik
penulisan adalah mencermati keempat sumber tersebut dengan saksama, mencatat perbedaan
teori satu dengan teori yang lain, kemudian menemukan masalah yang terdapat dalam
keempat sumber tersebut. Masalah pokok yang dapat ditemukan dari keempat sumber
tersebut dapat menjadi alternatif topik karya ilmiah yang akan ditulis.
B. Penyusunan Kerangka
Suatu karangan ilmiah yang baik, tidak perduli panjang atau pendek, pada prinsipnya selalu
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu bagian pembuka, bagian tubuh atau isi, dan bagian
penutup. Ketiga bagian ini mempunyai fungsi yang berbeda, namun berkaitan dan
berkesinambungan.
Begian pembuka merupakan langkah pertama penulis dalam membimbing pembaca
untuk mengetahui hal yang akan dibahas. Bagian tubuh atau isi merupakan penjelasan secara
rinci terhadap yang telah dikemukakan dalam bagian pembuka. Bagian penutup merupakan
langkah terakhir penulis membimbing pembaca keluar dari yang telah dibahas penulis. Dalam
bagian penutup ini umumnya berisi kesimpulan dari yang telah kita kemukakan dalam bagian
tubuh.
Bagian pembuka meliputi:
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar gambar/tabel/lampiran (jika ada)
C. Konvensi Naskah
Konvensi naskah karya ilmiah ialah aturan yang telah disepakati bersama oleh suatu
lembaga atau beberapa lembaga tertentu yang menyangkut seperangkat cara dan bahan
yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Pada umumnya setiap lembaga atau
instansi memiliki konvensi karya ilmiah sendiri yang pada bagian-bagiannya memiliki
perbedaan dan kesamaan.
1. Teknik Pengetikan
Pengetikan makalah mengikuti aturan-aturan berikut ini.
a. Ditik dengan huruf times new roman atau arial dengan ukuran 12 pt.
b. Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya pada isi bab adalah 1,5 spasi.
c. Batas tepi kiri, tepi atas, tepi kanan, dan tepi bawah masing-masing adalah 4cm, 4cm, 3cm,
dan 3cm
d. Pengetikan paragraf baru dimulai dengan kalimat yang menjorok ke dalam menggunakan
1x tab bila dengan komputer.
e. Penulisan judul bab menggunakan huruf kapital semua tanpa garis bawah, dan tanpa titik.
f. Penomoran bab dapat menggunakan angka romawi dan angka biasa secara konsisten,
sedangkang pemberian nomor pada subbab disesuaikan dengan jenis penomoran bab yang
digunakannya.
g. Setiap awal kata dari judul subbab harus ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata sambung,
kata depan, atau kata tugas.
h. Penulisan subbab selanjutnya di tulis langsung di bawah subbab sebelumnya jika masih
terdapat space yang cukup.
1) Penomoran pada isi dapat menggunakan salah satu dari kedua cara berikut ini.
Cara pertama : I., A., 1., a., 1), a), (1), (a)
Cara kedua : 1., 1.1., 1.1.1., dst.
2) Pemberian nomor antara yang satu dengan yang lainnya tidak harus menjorok, tetapi
dapat ditik lurus/simetris agar tidak mengambil terlalu banyak tempat dan demi
keindahan format.
3) Penggunaan nomor urut sebagaimana disebutkan pada butir (6) di atas sebaiknya
dibatasi dan jangan berlebihan karena pada prinsipnya karya tulis ilmiah lebih banyak
menggunakan model esai, bukan perincian.
4) Judul tabel ditulis di bagian atas tabel, sedangkan judul untuk bagan, diagram, atau
gambar, ditulis di bagian bawah.
f) Sumber kutipan dapat ditulis mendahului kutipan, dapat juga ditulis mengakhiri
kutipan, sebagai berikut.
1) Sumber kutipan ditulis mendahului kutipan
Nama belakang (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
2) Sumber kutipan ditulis mengakhiri kutipan
“ … isi kutipan …” (Nama belakang, tahun:hlm).
Catatan:
tahun adalah tahun tulisan selesai/terbit
hlm. adalah singkatan untuk halaman (hlm. bisa diganti dengan titik dua)
g) Apabila penulis terdiri atas dua orang atau lebih, maka tuliskan nama belakang
keduanya, jika lebih dari dua orang tuliskan et.al (dkk.) sebagai berikut.
1) Sumber kutipan ditulis mendahului kutipan dengan dua penulis atau lebih
Nama belakang penulis 1 dan 2 (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
Nama belakang penulis 1 et.al. (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
Nama belakang penulis 1 dkk. (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
2) Sumber kutipan ditulis mengakhiri kutipan
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 dan 2 , tahun:hlm).
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 et.al. tahun:hlm).
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 dkk. tahun:hlm).
Contoh Penulisan Sumber Kutipan dalam Teks
Lebih lanjut, Harjasujana (1995, hlm.71) mengemukakan “Standar kecepatan membaca
mahasiswa Indonesia boleh dianggap sebagai pembaca yang cepat jika ia mampu
membaca 10.000 halaman bahan bacaan yang berhubungan dengan ilmu yang dituntutnya
dalam waktu satu semester”.
Lebih lanjut, Harjasujana (1995:71) mengemukakan “Standar kecepatan membaca
mahasiswa Indonesia boleh dianggap sebagai pembaca yang cepat jika ia mampu
membaca 10.000 halaman bahan bacaan yang berhubungan dengan ilmu yang dituntutnya
dalam waktu satu semester”.
2) Jika kutipan diambil dari kutipan lain (tidak langsung dikutip dari penulisnya) maka
kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik ‘...’.
Contoh:
Schopenhauer (Hernowo, 2005: 35) mengemukakan bahwa ‘Melalui membaca, kita
mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman
orang lain ke dalam pikiran dan pengalaman kita sendiri’.
3) Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis
penulis dengan jarak spasi sama.
Contoh:
Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional adalah kemampuan memberi dan
menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberi
perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “...a relationship that
nourishes us as we give, and enriches us as we spend, and permits ego and alter ego to
grow in mutual harmony” (Cole, 1993: 32).
4) Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa
tanda petik dan ditik dengan jarak satu spasi, diawali dengan kalimat yang menjorok ke
dalam.
Contoh:
Lebih lanjut, Harjasujana (1995, hal. 7.1) juga mengemukakan standar kecepatan
membaca mahasiswa Indonesia seperti berikut ini.
5) Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu
diganti dengan tiga buah titik (...).
Contoh:
“… kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta
pengalaman orang lain ke dalam pikiran dan pengalaman kita sendiri”
(Schopenhauer, 1851: 67).
Contoh:
Barrett. (1983). “The Emphaty Cycle: Refinement of A Nuclear Concept”. Journal of
Counselling Psychology. 28 (2), 91 – 100.
2) Jika buku ditulis oleh dua orang, maka semua nama ditulis, nama pengarang kedua
tidak perlu dibalik susunanya.
Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. (1995). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Dahara Prize.
3) Jika buku ditulis oleh lebih dari dua orang digunakan singkatan (et.al.) atau (dkk.)
Ramlan, M. (dkk.). (1993). Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduan dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
5) Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan
banyak orang:
Pujianto. (1984). “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam Dialog
Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.
3) Berupa makalah:
Kartadinata, S. 1989. “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia: Kajian
Psikologis”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.
Contoh:
Daniel, R.T. (1995). “The History of Western Music”. In Britanica Online:
Macropedia[Online].Tersedia:
http://www.eb.com:180/cgibin/g:docF=Macro/5004/45/0.html [2000,
Maret 28].
c. Bila artikel dalam jurnal
Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun). Judul. Nama Jurnal [Jenis Media], Volume (terbitan),
halaman. Tersedia: alamat di Internet [tanggal diakses].
Contoh:
Supriadi, D. (1999). “Restructuring The Schoolbook Provision System in
Indonesia: Some Recent Initiatives”. Dalam Educational Policy Analysis
Archives [Online]. 7 (7), 6-10. Tersedia:
http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [2000, Maret 17].
Contoh:
Goodstein, C. (1991, September). “Healers from the Deep”. American Health [CD
ROOM/online], 5, 60-64. Tersedia: 1994 SIRS/SIRS 1992 Life
Science/Article 08A [1995, Juni 13].
Contoh:
Cipto, B. (2000, April 27). “Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi
Reformasi Bisa Runtuh”. Pikiran Rakyat [Online], halaman 8. Tersedia:
http:// www.pikiran-rakyat.com . [2000 , Mei 12].
f. Bila pesan dari posel (e-mail)
Cara penulisannya:
Pengirim (alamat e-mail pengirim). (tahun, bulan,tanggal). Judul Pesan. E-mail
kepada penerima [alamat e-mail penerima].
Contoh:
Musthafa, Bachrudin (musthafa@indo.net.id). (2000, April 25). Bab V
Laporan Penelitian. E-mail kepada Dedi Supriadi [supriadi@indo.net.id].
DAFTAR PUSTAKA