Anda di halaman 1dari 11

BAB 6

KARYA TULIS ILMIAH 2

Penulisan ilmiah adalah kegiatan menulis yang bertujuan menyampaikan ide atau pemikiran
yang didasari oleh penalaran logis dan dapat diverifikasi kebenaran isinya. Dalam penulisan
ilmiah, penulis perlu melalukan tahapan-tahapan tertentu yang sesuai dengan prosedur ilmiah
penulisan karya ilmiah. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) memilih topik penulisan, (2)
menyusun dan mengembangkan kerangka penulisan, dan (3) menyusun sistematika karya
ilmiah.

A. Pemilihan Topik
Topik merupakan komponen karya ilmiah yang menjadi dasar pengembangan gagasan. Hal
yang menjadi pokok pembahasan permasalahan dalam karya tulis ilmiah dinamakan topik.
Kebingungan yang sering dialami oleh penulis saat memilih topik dapat diatasi dengan
menggali informasi dari beberapa sumber sebelum penulis memutuskan pemilihan topik.
Beberapa sumber yang bisa dijadikan dasar pemilihan topik, diantaranya: (1) buku atau
bacaan referensi, (2) laporan suatu penelitian,, (3) isu-isu yang yang dibicarakan di
masyarakat, atau (4) pengalaman pribadi penulis. Hal yang perlu dicermati saat memilih topik
penulisan adalah mencermati keempat sumber tersebut dengan saksama, mencatat perbedaan
teori satu dengan teori yang lain, kemudian menemukan masalah yang terdapat dalam
keempat sumber tersebut. Masalah pokok yang dapat ditemukan dari keempat sumber
tersebut dapat menjadi alternatif topik karya ilmiah yang akan ditulis.

B. Penyusunan Kerangka
Suatu karangan ilmiah yang baik, tidak perduli panjang atau pendek, pada prinsipnya selalu
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu bagian pembuka, bagian tubuh atau isi, dan bagian
penutup. Ketiga bagian ini mempunyai fungsi yang berbeda, namun berkaitan dan
berkesinambungan.
Begian pembuka merupakan langkah pertama penulis dalam membimbing pembaca
untuk mengetahui hal yang akan dibahas. Bagian tubuh atau isi merupakan penjelasan secara
rinci terhadap yang telah dikemukakan dalam bagian pembuka. Bagian penutup merupakan
langkah terakhir penulis membimbing pembaca keluar dari yang telah dibahas penulis. Dalam
bagian penutup ini umumnya berisi kesimpulan dari yang telah kita kemukakan dalam bagian
tubuh.
Bagian pembuka meliputi:
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar gambar/tabel/lampiran (jika ada)

Bagian tubuh atau isi meliputi:


1. Bab Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.6 Metode Penyajian
2. Bab Kajian Pustaka
3. Bab Analisis/Pembahasan
4. Bab Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Kelengkapan Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran (jika diperlukan)

C. Konvensi Naskah
Konvensi naskah karya ilmiah ialah aturan yang telah disepakati bersama oleh suatu
lembaga atau beberapa lembaga tertentu yang menyangkut seperangkat cara dan bahan
yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Pada umumnya setiap lembaga atau
instansi memiliki konvensi karya ilmiah sendiri yang pada bagian-bagiannya memiliki
perbedaan dan kesamaan.
1. Teknik Pengetikan
Pengetikan makalah mengikuti aturan-aturan berikut ini.
a. Ditik dengan huruf times new roman atau arial dengan ukuran 12 pt.
b. Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya pada isi bab adalah 1,5 spasi.
c. Batas tepi kiri, tepi atas, tepi kanan, dan tepi bawah masing-masing adalah 4cm, 4cm, 3cm,
dan 3cm
d. Pengetikan paragraf baru dimulai dengan kalimat yang menjorok ke dalam menggunakan
1x tab bila dengan komputer.
e. Penulisan judul bab menggunakan huruf kapital semua tanpa garis bawah, dan tanpa titik.
f. Penomoran bab dapat menggunakan angka romawi dan angka biasa secara konsisten,
sedangkang pemberian nomor pada subbab disesuaikan dengan jenis penomoran bab yang
digunakannya.
g. Setiap awal kata dari judul subbab harus ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata sambung,
kata depan, atau kata tugas.
h. Penulisan subbab selanjutnya di tulis langsung di bawah subbab sebelumnya jika masih
terdapat space yang cukup.
1) Penomoran pada isi dapat menggunakan salah satu dari kedua cara berikut ini.
Cara pertama : I., A., 1., a., 1), a), (1), (a)
Cara kedua : 1., 1.1., 1.1.1., dst.
2) Pemberian nomor antara yang satu dengan yang lainnya tidak harus menjorok, tetapi
dapat ditik lurus/simetris agar tidak mengambil terlalu banyak tempat dan demi
keindahan format.
3) Penggunaan nomor urut sebagaimana disebutkan pada butir (6) di atas sebaiknya
dibatasi dan jangan berlebihan karena pada prinsipnya karya tulis ilmiah lebih banyak
menggunakan model esai, bukan perincian.
4) Judul tabel ditulis di bagian atas tabel, sedangkan judul untuk bagan, diagram, atau
gambar, ditulis di bagian bawah.

2. Penulisan Sumber Kutipan


Kutipan merupakan pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk
tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri. Berdasarkan pengertian
tersebut, kutipan dapat berfungsi sebagai teori landasan, ilustrasi/penjelasan, dan penguat
pendapat yang disampaikan penulis.
Sedangkan sumber kutipan adalah keterangan yang menjelaskan informasi terkait
kutipan diambil, seperti nama penulis, tahun, halaman.
Tata cara penulisan sumber kutipan dalam teks meliputi:
a) sumber kutipan wajib mencantumkan identitas penulis berupa nama belakang penulis
atau nama lembaga/instansi;
b) sumber kutipan wajib mencantumkan tahun tulisan;
c) sumber kutipan dilengkapi nomor halaman jauh lebih utama;
d) sumber kutipan harus faktual, dapat ditelusuri, dan dapat dibuktikan;
e) penulisan sumber yang faktual merupakan bentuk tanggung jawab ilmiah seorang
penulis.

*Tiap lembaga memiliki gaya selingkung masing-masing dalam memakai gaya


penulisan kutipan dan biasanya sinkron dengan gaya penulisan pada daftar pustaka.

f) Sumber kutipan dapat ditulis mendahului kutipan, dapat juga ditulis mengakhiri
kutipan, sebagai berikut.
1) Sumber kutipan ditulis mendahului kutipan
Nama belakang (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
2) Sumber kutipan ditulis mengakhiri kutipan
“ … isi kutipan …” (Nama belakang, tahun:hlm).
Catatan:
tahun adalah tahun tulisan selesai/terbit
hlm. adalah singkatan untuk halaman (hlm. bisa diganti dengan titik dua)

g) Apabila penulis terdiri atas dua orang atau lebih, maka tuliskan nama belakang
keduanya, jika lebih dari dua orang tuliskan et.al (dkk.) sebagai berikut.
1) Sumber kutipan ditulis mendahului kutipan dengan dua penulis atau lebih
Nama belakang penulis 1 dan 2 (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
Nama belakang penulis 1 et.al. (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
Nama belakang penulis 1 dkk. (tahun:hlm) menyatakan “ … isi kutipan … “.
2) Sumber kutipan ditulis mengakhiri kutipan
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 dan 2 , tahun:hlm).
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 et.al. tahun:hlm).
“ … isi kutipan …” (Nama belakang penulis 1 dkk. tahun:hlm).
Contoh Penulisan Sumber Kutipan dalam Teks
Lebih lanjut, Harjasujana (1995, hlm.71) mengemukakan “Standar kecepatan membaca
mahasiswa Indonesia boleh dianggap sebagai pembaca yang cepat jika ia mampu
membaca 10.000 halaman bahan bacaan yang berhubungan dengan ilmu yang dituntutnya
dalam waktu satu semester”.
Lebih lanjut, Harjasujana (1995:71) mengemukakan “Standar kecepatan membaca
mahasiswa Indonesia boleh dianggap sebagai pembaca yang cepat jika ia mampu
membaca 10.000 halaman bahan bacaan yang berhubungan dengan ilmu yang dituntutnya
dalam waktu satu semester”.

3. Penulisan Isi Kutipan


Baik dalam menuliskan sumber kutipan maupun isi kutipan, tiap lembaga memiliki gaya
selingkung masing-masing dalam memakai gaya penulisan dan biasanya sinkron dengan
gaya penulisan pada daftar pustaka.

Jenis kutipan terbagi menjadi dua, yaitu


a) Kutipan langsung, yaitu bentuk pengutipan yang dilakukan dengan cara mengutip
sepenuhnya, sesuai dengan sumber yang ada.
b) Kutipan tidak langsung, yaitu bentuk pengutipan yang dilakukan dengan cara
mengutip gagasan, ringkasan, atau simpulan dari suatu karya tulis lain untuk
dinyatakan kembali oleh penulis dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Tata cara pengutipan langsung meliputi:


1) Kutipan ditulis dengan menggunakan dua tanda petik “...” jika pengutip pertama atau
dikutip dari penulisnya.
Contoh:
“Melalui membaca, kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan
pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pikiran dan pengalaman kita sendiri”
(Schopenhauer, 1851: 67).

2) Jika kutipan diambil dari kutipan lain (tidak langsung dikutip dari penulisnya) maka
kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik ‘...’.
Contoh:
Schopenhauer (Hernowo, 2005: 35) mengemukakan bahwa ‘Melalui membaca, kita
mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman
orang lain ke dalam pikiran dan pengalaman kita sendiri’.
3) Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis
penulis dengan jarak spasi sama.

Contoh:
Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional adalah kemampuan memberi dan
menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberi
perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “...a relationship that
nourishes us as we give, and enriches us as we spend, and permits ego and alter ego to
grow in mutual harmony” (Cole, 1993: 32).

4) Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa
tanda petik dan ditik dengan jarak satu spasi, diawali dengan kalimat yang menjorok ke
dalam.
Contoh:
Lebih lanjut, Harjasujana (1995, hal. 7.1) juga mengemukakan standar kecepatan
membaca mahasiswa Indonesia seperti berikut ini.

Untuk sementara, seorang mahasiswa Indonesia boleh dianggap sebagai


pembaca yang cepat jika ia mampu membaca 10.000 halaman bahan bacaan yang
berhubungan dengan ilmu yang dituntutnya dalam waktu satu semester, dengan
pemahaman 90%.

5) Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu
diganti dengan tiga buah titik (...).
Contoh:
“… kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta
pengalaman orang lain ke dalam pikiran dan pengalaman kita sendiri”
(Schopenhauer, 1851: 67).

Tata Cara Pengutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung (mengutip gagasan dengan memakai kalimat sendiri) ditulis
tanpa menggunakan tanda kutip, cukup dengan menyebut sumbernya saja.
Contoh:
Dalam membaca cepat bukan hanya kecepatan membaca saja yang menjadi prioritas
utama, namun juga kecepatan dalam memahami informasi yang terdapat dalam teks
yang kita baca (Soedarso; Suryana, 2002 : 18).

4. Penulisan Daftar Pustaka Berdasarkan Sumber Media Cetak


Penulisan daftar pustaka berdasarkan jenis sumber yang digunakan meliputi:
a. Sumber dari Jurnal
Penulisan jurnal dalam daftar pustaka, secara urut harus mencantumkan:
1) nama belakang penulis,diikuti nama depan penulis,
2) tahun penerbitan,
3) judul artikel (ditulis di antara tanda petik),
4) judul jurnal dicetak miring dan ditulis penuh,
5) nomor volume dengan angka arab tanpa didahului dengan singkatan “vol”,
6) nomor penerbitan (jika ada) dengan angka arab dan ditulis di antara tanda kurung,
7) nomor halaman dari nomor halaman pertama sampai dengan nomor halaman terakhir.

*Tiap Lembaga memiliki gaya selingkung masing-masing dalam memakai gaya


penulisan daftar pustaka, namun secara umum memuat tujuh poin tersebut.

Contoh:
Barrett. (1983). “The Emphaty Cycle: Refinement of A Nuclear Concept”. Journal of
Counselling Psychology. 28 (2), 91 – 100.

b. Jika sumber dari buku


Jika sumber tertulis berupa buku, maka urutan penulisan dalam daftar pustaka
sebagai berikut:
1) nama belakang penulis, diikuti nama depan,
2) tahun penerbitan,
3) judul buku dimiringkan,
4) edisi,
5) kota penerbitan,
6) penerbit.
Sumber pustaka berupa buku dalam daftar pustaka, ditulis dengan memperhatikan
keragaman berikut ini.
1) Jika buku ditulis oleh satu orang penulis:
Alisyahbana, Sutan Takdir. (1957). Sejarah Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.

2) Jika buku ditulis oleh dua orang, maka semua nama ditulis, nama pengarang kedua
tidak perlu dibalik susunanya.
Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. (1995). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Dahara Prize.

3) Jika buku ditulis oleh lebih dari dua orang digunakan singkatan (et.al.) atau (dkk.)
Ramlan, M. (dkk.). (1993). Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduan dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

4) Jika penulis sebagai penyunting digunakan singkatan (ed.)


Rubin, Joan dan Bjorn H. Jernudd (ed.). (1971). Can Language Be Planned.
Honolulu: The University Press of Hawaii.

5) Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan
banyak orang:
Pujianto. (1984). “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam Dialog
Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.

6) Jika buku itu berupa edisi:


Gabriell. (1970). Children Growing Up: Development of Children’s
Personality. (3rd ed.). London: University of London Press.

c. Jika Sumber di Luar Jurnal dan Buku


1) Berupa skripsi, tesis, atau disertasi
Soelaeman, M.I. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis terhadap Situasi
Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi Doktor
pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
2) Berupa publikasi departemen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa
dan Dana Bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.

3) Berupa makalah:
Kartadinata, S. 1989. “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia: Kajian
Psikologis”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.

4) Berupa surat kabar


Sanusi, A. (1986). “Menyimak Mutu Pendidikan dengan Konsep Takwa dan
Kecerdasan, Meluruskan Konsep Belajar dalam Arti Kualitatif”. Pikiran
Rakyat (8 September 1986).

5. Penulisan Daftar Pustaka Berdasarkan Sumber Media Daring


a. Bila karya perorangan
Cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul. (edisi). [jenis media]. Tersedia: alamat di
Internet [tanggal diakses].
Contoh:
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. [Online]. Tersedia:
http://www.ed.uiuc.ed/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson.html [2000,
Maret 30].

b. Bila bagian dari karya kolektif


Cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. (Tahun). Dalam sumber (edisi), [jenis media]. Penerbit
(jika ada). Tersedia: alamat di Internet [tanggal diakses].

Contoh:
Daniel, R.T. (1995). “The History of Western Music”. In Britanica Online:
Macropedia[Online].Tersedia:
http://www.eb.com:180/cgibin/g:docF=Macro/5004/45/0.html [2000,
Maret 28].
c. Bila artikel dalam jurnal
Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun). Judul. Nama Jurnal [Jenis Media], Volume (terbitan),
halaman. Tersedia: alamat di Internet [tanggal diakses].

Contoh:
Supriadi, D. (1999). “Restructuring The Schoolbook Provision System in
Indonesia: Some Recent Initiatives”. Dalam Educational Policy Analysis
Archives [Online]. 7 (7), 6-10. Tersedia:
http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [2000, Maret 17].

d. Bila Artikel dalam Majalah


Cara penulisannya:
Pengarang. (tahun, bulan tanggal). Judul. Nama Majalah [Jenis Media],
Volume, halaman. Tersedia: alamat di Internet [tanggal diakses].

Contoh:
Goodstein, C. (1991, September). “Healers from the Deep”. American Health [CD
ROOM/online], 5, 60-64. Tersedia: 1994 SIRS/SIRS 1992 Life
Science/Article 08A [1995, Juni 13].

e. Bila Artikel di Surat Kabar


Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun, bulan tanggal). Judul. Nama Surat Kabar [Jenis Media],
halaman. Tersedia: alamat di Internet. [tanggal diakses].

Contoh:
Cipto, B. (2000, April 27). “Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi
Reformasi Bisa Runtuh”. Pikiran Rakyat [Online], halaman 8. Tersedia:
http:// www.pikiran-rakyat.com . [2000 , Mei 12].
f. Bila pesan dari posel (e-mail)
Cara penulisannya:
Pengirim (alamat e-mail pengirim). (tahun, bulan,tanggal). Judul Pesan. E-mail
kepada penerima [alamat e-mail penerima].

Contoh:
Musthafa, Bachrudin (musthafa@indo.net.id). (2000, April 25). Bab V
Laporan Penelitian. E-mail kepada Dedi Supriadi [supriadi@indo.net.id].

DAFTAR PUSTAKA

Djuroto, T. & Bambang S.2007.Menulis Artikel dan Karya Ilmiah.Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Puspandari, Dyas. 2009. Modul Bahasa Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai