Teknik penggunaan dan implementasi acuan teoretik yang dijadikan sumber rujukan disebut
teknik notasi ilmiah. Penerapan dalam merujuk referensi dapat dilakukan dengan berbagai
teknik atau cara yang sudah dianggap standar/baku. Seorang penulis diharapkan
menguasai aspek-aspek yang bersifat esensial dan mampu mengomunikasikan gagasannya
secara ilmiah, atau paling tidak mampu memahami sebuah karya ilmiah.
Aspek-aspek Teknik Notasi Ilmiah :
Dalam praktiknya teknik notasi ilmiah mempunyai beberapa aspek yang dilakukan sebagai
berikut :
Mengutip tulisan dari halaman-halaman yang berhubungan dengan pokok bahasan
tulisan/penelitian yang sedang disusun.
b) Kutipan langsung maksimal 30 persen dari seluruh kutipan dalam tubuh tulisan dengan
menggunakan pernyatan yang telah disimpulkan dan ditulis sendiri (parafase).
c) Meringkas tulisan yang diambil dari teks dalam bahasa yang berbeda tanpa mengurangi
substansinya kandungan isinya.
d) Mengambil sari dan kesimpulan dari tulisan orang lain, yaitu membuat abstrak tulisan
yang sudah ada dengan gaya cara tertentu sehingga lebih singkat, padat, dan mudah
dimengerti.
e) Menerjemahkan teks yang dikutip dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan
mencantumkan penulis aslinya dan tanda kurung di belakang kalimat tersebut.
f) Membuat catatan kaki, yaitu tulisan yang berisi nomor urut pencatatan, pengarang, judul,
tempat terbit, penerbit, tahun terbit, dan halaman buku tersebut.
g) Membuat catatan pada akhir tiap bab adalah pemindahan catatan kaki padahal aman
tersendiri dengan keterangan lebih rinci. Hal ini biasanya dilakukan untuk buku teks ilmiah,
bukan merupakan laporan hasil penelitian.
h) Membuat daftar pustaka untuk semua bahan rujukan yang telah dimanfaatkan dalam
menulis karya tersebut.
Teknik notasi ilmiah menyangkut masalah tata cara mengutip, membuat catatan kaki, dan
menyusun daftar pustaka (bibliografi).
I) Kutipan
Kutipan adalah kegiatan meminjam pendapat seseorang yang disampaikan baik secara
lisan maupun tulisan. Sumber kutipan tersebut dapat berupa cetakan atau rekaman
wawancara. Ada dua macam kutipan, yaitu :
1. Kutipan langsung
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan kalimat aslinya tanpa
mengalami perubahan sedikit pun. Bahan yang dkutip harus direproduksi tepat seperti apa
adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda baca, dll. Kutipan langsung terdiri dari kutipan
pendek dan kutipan panjang.
a. Kutipan pendek yaitu kutipan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Tidak lebih dari empat baris.
• Isi kutipan ditempatkan menyatu dengan teks.
• Spasi sama dengan teks.
• Bagian yang dikutip diapit dengan tanda petik (“…”).
• Setelah kutipan selesai, diberi nomer urut (angka arab) sebagai catatan kaki (footnote)
guna menyebutkan sumber kutipan dan ditulis setengah spasi ke atas (huruf superscript).
• Nomor kutipan berurutan dalam satu bab. Pergantian bab diikuti pula dengan penggantian
nomor kutipan.
• Jika bahan yang dikutip disajikan dengan perbandingan, harus dibuat kesimpulan
perbandingannya.
b. Kutipan panjang yaitu kutipan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Kutipan yang terdiri lebih dari empat baris.
• Isi kutipan ditempatkan pada paragraph baru dan tersendiri (indensi 5-7 karakter).
• Spasi rapat (satu spasi).
• Kutipan tidak diapit tanda petik.
2. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung / menyadur adalah pinjaman atau penggunaan ide/pokok pemikiran
orang lain yang ditulis kembali dengan bahasa pengutip sendiri.
Cara menyadur ada dua macam, masing-masing berbeda cara, tujuan, dan manfaatnya.
a. Meringkas, yaitu penyajian suatu karangan atau bagian karangan panjang dalam bentuk
yang singkat. Tujuannya adalah mengembangkan ekspresi penulisan, menghemat kata,
memudahkan pemahaman naskah asli, dan memperkuat pembuktian. Proses meringkas
karangan berdasarkan urutan sebagai berikut :
• Membaca naskah asli.
• Kalau perlu diulang beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tantang karangan itu
secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang
pengarang.
• Mencatat gagasan utama.
• Pencatatan itu dilakukan dengan tujuan. Pertama, untuk tujuan pengamanan agar
memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu
penting atau tidak; kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya.
Tujuan terpenting dari pencatatan ini adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai
menulis kembali untuk menyusun kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dengan
mempergunakan pokok-pokok yang telah dicatat.
• Mengadakan reproduksi.
• Hal yang harus diperhatikan bahwa dengan catatan tadi, ia harus menyusun suatu wacana
yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari
karangan aslinya.
• Ketentuan tambahan.
• Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan
yang baik, yaitu :
o Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal dari pada kalimat
majemuk. Kalimat majemuk menunjukan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat
paralel. Bila kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat
tunggal.
o Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu pula rangkaian
gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja.
o Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan
dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dan
sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
o Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang. Kadang-kadang sebuah kata sifat
atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat
dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
(Sumber : https://www.academia.edu/9571108/Teknik_Notasi_Ilmiah)