Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang mempunyai struktur yang baik, hal
tersebut dapat terlihat dari unsur-unsur yang sangat terkait satu sama lain. Unsur-unsur yang
terkait tersebut memegang peran penting dalam menjaga keutuhan bahasa indonesia itu
sendiri. Dalam makalah ini tema yang akan dibahas adalah tentang kutipan dan catatan kaki.
Pembahasan ini dilatar belakangi karena untuk menulis sebuah karya dan karangan ilmiah
harus memiliki kedua unsur ini. Oleh sebab itu, kami rasa penting untuk mengingatkan
kembali kepada penulis dan pembaca agar memperhatikan sebuah aturan dan kaidah
penulisan yang benar.
Penyusunan suatu karangan ilmiah, seorang penulis harus mencari beberapa sumber
untuk melengkapi karangan ilmiah tersebut. Sumber-sumber tersebut perlu dicantumkan ke
dalam sebuah kutipan maupun catatan kaki. Penulisan kutipan dan catatan kaki yang baik dan
benar sesuai dengan kaidah bahasa indonesia harus diketahui terlebih dahulu sebelum
melakukan penulisan karangan ilmiah. Sebagian besar orang belum memahami dan
mempelajari tentang kutipan dan catatan kaki bahkan mengabaikan tata cara penulisannya
karena dianggap tidak begitu penting. Dalam kesempatan ini sangat penting bagi kita semua
dalam penulisan suatu karangan ilmiah agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian, fungsi, jenis, cara penggunaan dan contoh
kutipan serta cara penulisannya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan pengertian, fungsi, jenis, cara penggunaan dan contoh
catatan kaki serta cara penulisannya?
C. Tujuan
1. Memberikan dasar pengetahuan mengenai cara penulisan kutipan dan catatan kaki yang
baik dan benar.
2. Mempelajari beberapa contoh penulisan kutipan dan catatan kaki dari sumber yang
berbeda.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tata cara penulisan kutipan, catatan
kaki dengan baik dan benar, serta penerapannya sebagai penunjang pembelajaran dan
penulisan skripsi dan artikel yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KUTIPAN DAN CATATAN KAKI

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah.Walaupun
kutipanatas pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan
seluruhnyadapat berdiri dari kutipan-kutipan itu, garis besar kerangka karangan, serta
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sebaliknya kutipan-
kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatnya.

Catatan kaki (Footnote) adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang


ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki bukan semata-
mata dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat
juga dipakai untuk memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks. Oleh karena itu,
catatan kaki dan bagian dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan
yang sangat erat.

B. JENIS KUTIPAN DAN CATATAN KAKI


Ada 2 jenis kutipan, yaitu :
1. Kutipan langsung : pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat
demi kalimat dari sebuah teks asli.
2. Kutipan tak langsung ( kutipan isi ) : pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh
terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Ada 2 jenis catatan kaki, yaitu :
1. Catatan Kaki Lengkap : ditulis lengkap dengan mencantumkan nama pengarang, judul
buku, nama, atau nomor seri (jika ada), jumlah jilid (jika ada), nomor cetakan, nama
penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman.
2. Catatan Kaki Singkat : ditulis singkat dan terdiri dari 3 macam yaitu:
a) Ibid. (Singkatan dari Ibidum, artinya sama dengan di atas), untuk catatan kaki yang
sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf
besar, digaris bawahi, diikuti titik (.) dan koma (,) lalu nomor halaman.
b) Op.cit (Singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip),
dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi
catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang op.cit, nomor
halaman.
c) Loc.cit. (Singkatan dari. loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas
tetapi dari halaman yang sama : nama pengarang loc.cit (tanpa nomor halaman ).
C. PRINSIP MENGUTIP DAN PRINSIP MEMBUAT CATATAN KAKI
1. Prinsip-Prinsip Mengutip
a. Jangan mengadakan perubahan
pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-
kata atau teknik dari teks aslinya. Apabila pengarang menganggap perlu mengadakan
perubahan tekniknya maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas
bahwa telah dilakukan perubahan tertentu. Misalnya, dalam naskah aslinya tidak ada
kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris
bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu
diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah
teknik itu dapat bermacam-macam, yaitu memberi aksentuasi (tekanan), contoh,
pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal demikian, penulis harus memberi
keterangan dalam tanda kurung segi empat [ . . . ]. Hal itu akan bermakna bahwa
perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya.
Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya akan berbunyi sebagai
berikut, huruf miring dari saya penulis.
b. Bila ada kesalahan
Kegiatan penulisan yang melibatkan proses mengutip, apabila terdapat kesalahan atau
keganjilan, entah dalam masalah ketatabahasaan atau persoalan lainnya dalam naskah
yang akan dikutip, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Penulis
hanya mengutip sebagaimana adanya.Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju
dengan suatu bagian dari kutipan itu. Dalam hal ini penulis tidak boleh melakukan
perubahan terhadap naskah atau kalimat yang dikutip harus Kegiatan penulisan yang
melibatkan proses mengutip, apabila terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam
masalah ketatabahasaan atau persoalan lainnya dalam naskah yang akan dikutip,
penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Penulis hanya mengutip
sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu
bagian dari kutipan itu. Dalam hal ini penulis tidak boleh melakukan perubahan
terhadap naskah atau kalimat yang dikutip.
Perbaikan dapat dilakukan terhadap kutipan dengan ketentuan, hanya penulis
diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut.
Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki, atau dapat pula
ditempatkan dalam tanda kurung segi empat, contoh [ . . . ], seperti halnya dengan
perubahan teknik yang telah dikemukakan. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu
langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan,
atau yang disetujui. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan bagian itu maka biasanya
diberi catatan singkat, contoh [sic]. Kata Sic ! Yang ditempatkan dalam tanda kurung segi
empat menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, penulis
sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya (Keraf, 1989:
185).
Contoh :
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini selalu berusaha
mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic] sentral distribusi yang terbanyak
sebagai bahan dari daftar Swadesh”.
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak, seharusnya makna. Namun,
dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu.Ia harus memberi
catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya ilmiah,
penggunaan sic dalam tanda kurung segi empat yang ditempatkan langsung di belakang
kata atau bagian yang bersangkutan, dianggap lebih tepat.
c. Menghilangkan Bagian Kutipan
Dalam kutipan diperkenankan juga menghilangkan bagian tertentu dengan syarat
bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya
atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu, apakah di awal atau di tengah
kutipan biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi atau dalam
kaidah bahasa Indonesia disebut tanda elipsis, contoh ( . . . ), jika unsur yang
dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, ketiga titik berspasi itu ditambah
sesudah titik untuk mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri
atas satu alinea atau lebih, biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu
baris halaman.Bila ada tanda kutip, titik-titik itu – baik pada awal maupun pada akhir
kutipan- Dalam kutipan diperkenankan juga menghilangkan bagian tertentu dengan
syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna
aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu, apakah di awal atau di
tengah kutipan biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi atau
dalam kaidah bahasa Indonesia disebut tanda elipsis, contoh ( . . . ), jika unsur yang
dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, ketiga titik berspasi itu ditambah
sesudah titik untuk mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri
atas satu alinea atau lebih, biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu
baris halaman. Bila ada tanda kutip, titik-titik itu – baik pada awal maupun pada akhir
kutipan.
2. Prinsip catatan kaki
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan kaki:
1. Catatan kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah
skripsi oleh sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program
Microsoft Word dengan cara mengklik insert, kemudian reference, kemudian
footnote.
2. Nomor cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor satu. Artinya,
cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu, begitu seterusnya.
3. Catatan kaki ditulis dengan satu spasi.
4. Pilihan huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam naskah
skripsi, hanya ukurannya lebih kecil, yaitu: Times New Roman (size 10), Arial (size
9), Tahoma (size 9)
5. Baris pertama catatan kaki menjorok ke dalam sebanyak tujuh karakter
6. Judul buku dalam catatan kaki ditulis miring (italic).
7. Nama pengarang dalam catatan kaki ditulis lengkap dan tidak dibalik.
8. Catatan kaki bisa berisi keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan
keterangan tambahan adalah: jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah
(menyatu dengan naskah) akan merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak ada
batasan seberapa panjang keterangan tambahan, asalkan proporsional.
D. SYARAT-SYARAT KUTIPAN DAN CATATAN KAKI
Syarat-syarat Kutipan :
1. Kutipan Langsung Terdiri dari 4 Baris atau Kurang.
a. Kutipan dimasukkan ke dalam teks.
b. Kutipan diletakkan dalam tanda petik.
c. Kutipan diawali dengan huruf kapital.
d. Kutipan ditulis 2 spasi sama dengan jarak teks lainnya.
e. Identitas pengarang, tahun terbit, dan halaman buku dapat diletakan di awal atau di
akhir kutipan.
2. Kutipan Langsung Terdiri dari 5 Baris atau Lebih.
a. Kutipan dipisahkan dari teks.
b. Kutipan di ketik 1 spasi.
c. Kutipan tidak diletakan dalam tanda kutip.
d. Kutipan masuk/menjorok ke dalam 5-7 ketukan.
e. Jarak kutipan denagn teks (sebelum dan sesudah kutipan) 2 spasi.
f. Identitas pengarang, tahun terbit, dan halaman buku dapat diletakan di awal atau di
akhir kutipan.
Catatan : “kutipan langsung baik yang terdiri dari 4 baris atau kurang maupun yang
terdiri dari 5 baris atau lebih tidak dilakukan perubahan baik dari segi beentuk maupun
isinya”.
3. Kutipan tidak Langsung.
a. Kutipan tidak langsung diketik 2 spasi.
b. Kutipan tidak langsung tidak diletakan dalam tanda petik.
c. Identitas pengarang, tahun terbit, dan halaman buku dapat diletakan di awal atau di
akhir kutipan.
d. Kutipan tidak langsung sudah bukan yang aslinya atau sudah merupakan kaliamat
Anda sendiri, tetapi berdasarkan kutipan.
Syarat-syarat Catatan Kaki :
1. Urutannya: Nama pengarang, judul buku, nama penerbit, kota terbit, tahun terbit, dan
nomor halaman.
2. Nama pengarang ditulis lengkap, tidak boleh dibalik, dan tanpa gelar akademik.
3. Judul buku, masing-masing kata ditulis dengan huruf kapital, dicetak miring, digaris
bawah, atau dicetak tebal.
4. Tanda baca yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam catatan kaki adalah
koma (,).
5. Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga
margin di bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir dai
catatan kaki.
6. Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari
margin kiri sepanjang 15 ketikkan dengan huruf pika atau 18 ketikkan dengan huruf dite
(–).
7. Dalam jarak dua spasi dari jenis tadi, dalam jarak 5-7 ketikkan dari margin kiri nomor
penunjukkan.
8. Langsung sesudah nomor penunjukkan, setengah spasi ke bawah mulai diketik baris
pertama dari catatan kaki.
9. Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki
pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi.
10. Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.
E. CARA-CARA MENGUTIP DAN CARA MEMBUAT CATATAN KAKI
1. Cara-cara mengutip
a) Kutipan Langsung
Cara mengambil kutipan yang pertama adalah secara langsung, yakni mengambil
inspirasi dari kutipan orang lain dan disampaikan dengan kalimat sendiri. Namun
kuncinya adalah tetap mempertahankan makna kutipan tersebut, sehingga tidak
mengubah arti atau definisinya.
Mengutip secara langsung memiliki sejumlah syarat yang tentunya penting untuk
diperhatikan, agar tidak keliru. Adapun syarat tersebut adalah:
 Kutipan ditulis apa adanya.
 Kutipan dikaitkan dengan pemaparan dari penulis.
 Penulisan kutipan diatur dengan jarak dua spasi.
 Memberikan tanda kutip (petik dua) pada kalimat kutipan tersebut.
 Sumber kutipan kemudian ditulis secara lengkap meliputi nama, tahun, dan
halaman.
 Jika di dalam kutipan ada bagian yang ingin dihilangkan, maka bisa
menambahkan titik tiga di awal maupun di akhir sesuai posisi bagian yang
dihilangkan tadi.
 Apabila penulis mencoba memberikan tambahan, pendapat, dan sebagainya maka
ditulis di dalam tanda kurung.
Adapun contoh dari kutipan secara langsung ini adalah:
Menurut Rustandi (2010) memaparkan bahwa: “Nilai-nilai budaya yang luhur harus
dijaga…”.
b) Kutipan Tidak Langsung
Jenis atau cara mengutip dari jurnal yang kedua adalah kutipan tidak langsung, dan
bisa dikatakan sebagai kebalikan dari kutipan langsung. Kutipan tidak langsung akan
mengambil kutipan apa adanya tanpa mengubah struktur kalimat di dalam tulisan
peneliti atau penulis sebelumnya.
Sama halnya dengan mengutip secara langsung, cara mengutip dari jurnal satu ini
juga terdapat beberapa syarat atau ketentuan. Yaitu:
 Penulis sebaiknya menggunakan kalimat yang dipakai oleh penulis sebelumnya
tanpa memberikan perubahan apapun.
 Penulis wajib mencantumkan secara lengkap mengenai keterangan dari sumber
kutipan tersebut. Yakni dimulai dari nama, halaman, dan juga tahun publikasi
jurnal yang menjadi referensi atau sumber.
Menurut Agung Hermanto (2009: 15-16) menyatakan bahwa: Dalam membuat sebuah
karya ilmiah jenis penelitian, eksplorasi pustaka merupakan sesuatu yang harus
dilakukan untuk mendapatkan kebenaran data yang ingin diteliti.

Melalui kutipan tidak langsung ini maka hal penting yang perlu diperhatikan adalah
penulisan kutipan yang utuh. Kemudian diikuti dengan mencantumkan sumber secara
lengkap dan jelas.
c) Memasukan Nama Penulis ke Pembahasan
Cara mengutip dari jurnal yang sudah terpublikasi berikutnya adalah dengan
memasukan nama penulis ke pembahasan. Jadi, kutipan yang diambil bisa diubah
sedikit namun tetap mempertahankan maknanya.
Setelah kalimat kutipan ditulis maka diikuti dengan tanda kurung yang berisi
informasi nama penulis dan tahun publikasi jurnalnya.
Contohnya adalah sebagai berikut :
Dalam sebuah karya ilmiah jenis penelitian, eksplorasi pustaka merupakan sesuatu
yang harus dilakukan (Agung Hermanto, 2009).
d) Mengutip Dua Sumber Berbeda
Ada kalanya kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis ilmiah akan mengambil dari
dua sumber yang berbeda, namun saling melengkapi atau mungkin datanya sama.
Maka cara mengutip dari jurnal semacam ini adalah dengan menuliskan dua nama
penulis tersebut yang dipisahkan dengan tanda ampersand (&).
Contohnya adalah :
Budaya politik suatu bangsa secara signifikan telah mempengaruhi jalannya
pemerintahan. (Rustandi & Rustam, 2010).
Selain dengan tanda ampersand, penulisan dua sumber jurnal ilmiah juga bisa dengan
kata “dan”. Sehingga menjadi :
Budaya politik suatu bangsa secara signifikan telah mempengaruhi jalannya
pemerintahan. (Rustandi dan Rustam, 2010).
e) Mengutip Tanpa Nama Penulis
Cara mengutip dari jurnal yang terpublikasi juga bisa tanpa mencantumkan nama
penulis. Sehingga murni berisi kutipan kalimat secara utuh dan kemudian
ditambahkan keterangan di dalam tanda kurung berupa judul jurnal dan tahun
publikasi jurnal tersebut. Contohnya:
Budaya politik suatu bangsa secara signifikan telah mempengaruhi jalannya
pemerintahan. (Globalisasi dan Dampaknya, 2010).
Melalui penjelasan di atas maka akan memudahkan siapa saja untuk melakukan
kutipan dengan baik dan benar. Oleh sebab itu pahami detail penjelasan mengenai
cara mengutip dari jurnal tersebut agar bisa bebas dari plagiat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membuat sebuah karya dan karangan ilmiah, akan lebih baik jika dilengkapi dengan
unsur-unsur ini yaitu kutipan, catatan kaki. Kedua unsur ini memiliki peran dan fungsinya
masing-masing seperti yang telah dibahas pada bab diatas. Salah satu fungsi dari kedua unsur
ini adalah sebagai penghargaan atas pendapat dan karya orang lain.
Dalam sebuah karya dan karangan ilmiah, kutipan biasanya ditemukan di dalam teks bacaan,
tetapi kutipan juga bisa ditemukan pada catatan kaki, begitupun sebaliknya, catatan kaki
terbagi menjadi dua jenis yaitu footnote dan bodynote, footnote diletakkan pada bagian
bawah halaman dengan ukuran teks yang lebih kecil sedangkan bodynote biasanya dapat
ditemukan setelah adanya kutipan, seperti yang telah kita lihat pada contoh-contoh kutipan
dan catatan kaki diatas.

Anda mungkin juga menyukai