Anda di halaman 1dari 15

Makalah Bahasa Indonesia

“Kutipan,catatan kaki, dan bibliografi”

Oleh :
Kelompok 10

1. Sary Rahma Dewiana 2011012015


2. Dhia Fadhilah 2011012053
3. Siti Aisyah Rizki 2011013007
4. Fidela Lathifah 2110111099

Dosen Pengampu:

Dra. Sriwahyuni, M. Ed.

Universitas Andalas

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang mempunyai struktur yang baik, hal tersebut
dapat terlihat dari unsur-unsur yang sangat terkait satu sama lain. Unsur-unsur yang terkait
tersebut memegang peran penting dalam menjaga keutuhan bahasa indonesia itu sendiri.
Dalam penulisan-penulisan karya ilmiah baik penulisan artikel- artikel ilmiah, karya-karya tulis,
maupun penulisan skripsi dan disertasi seringkali dipergunakan kutipan-kutipan dan catatan kaki
untuk menjelaskan isi dari uraian-uraian atau untuk membuktikan apa yang ditulis. Oleh karena
itu, pada bab pembahasan nanti akan kami tuliskan apa itu kutipan dan catatan kaki, apa tujuannya,
prinsip mengutip dan membuat catatan kaki, jenis kutipan dan catatan kaki, unsur-unsur referensi
dan cara membuat catatan kaki sampai kepada singkatan-singkatannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari kutipan?
2. Apa pembagian dari kutipan?
3. Apa pengertian dari rujukan?
4. Apa jenis-jenis dari rujukan?
5. Apa pengertian dari catatan kaki?
6. Bagaimana cara membuat catatan kaki?
7. Apa itu bibliografi dan jenisnya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kutipan
2. Untuk mengetahui pembagian dari kutipan
3. Untuk mengetahui pengertian rujukan
4. Untuk mengetahui jenis-jenis rujukan
5. Untuk mengetahui pengertian catatan kaki
6. Untuk mengetahui cara membuat catatan kaki
7. Untuk mengetahui tentang bibliografi
BAB II
ISI

2.1 Kutipan

Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam penulisan karya ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik itu makalah, skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian yang
dilakukan oleh seorang penulis sudah tentu mengutip dari buku atau karya orang lain. Dalam
penulisan kutipan, terdapat aturan main yang harus diikuti oleh setiap penulis karya ilmiah tanpa
kecuali.

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah (Keraf,
2001:179). Ketika menulis pasti membutuhkan sumber dari berbagai referensi maka dari itu perlu
diketahui bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan oranng lain.

1. Apabila dalam mengutip sebuah karya orang lain ada tulisan yang salah ejaan dari sumber
kutipan, maka sebaiknya biarkan saja apa adanya seperti sumber yang diambil tersebut.
Pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber
kutipan.
2. Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa
penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang terkandung
dalam sumber kutipan. Caranya yaitu:
a. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan
diganti dengan tiga titik berspasi.
b. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan
diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan).

Pada umumnya, kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-katanya,
ejaannya, maupun mengenai tanda bacanya. Kutipan secara umum ada dua macam, yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung.

1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata atau kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli (Keraf, 2001:179–180). Kutipan langsung ada
yang merupakan kutipan langsung pendek dan ada pula yang merupakan kutipan langsung
panjang.

a. Kutipan langsung pendek Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang terdiri dari lima
baris atau kurang. Penulisan diintegrasikan langsung dengan teks yang mendahuluinya
dengan menggunakan spasi ganda dan dibatasi dua tanda petik.

Contoh:
Dalam hal morfem, Lyons (1968:180) mengatakan, “morphemes are described as minimal
units of grammatical analysis” artinya, morfem adalah unit analisis gramatikal yang
terkecil; misalnya kata unacceptable adalah terdiri dari tiga morfem, yaitu un, accept, dan
able.
Dalam paragraf di atas kutipan yang disadur dari pendapat Davies dan Lyons yang terdiri
dari tiga baris dan dua baris diintegrasikan langsung ke dalam teks dan kutipan diapit tanda
petik ganda.
b. Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang panjangnya lebih dari lima baris. Metode
penulisannya dipisah dari teks yang mendahuluinya atau dari kalimat yang dibuat penulis
sehingga membentuk paragraf baru dengan jarak antarbaris satu spasi atau satu setengah
spasi dengan indens dari marjin kiri tujuh ketuk.

Contoh:
Bahasa Arab di Indonesia dimasukkan sebagai pelajaran inti di lembaga-lembaga
pendidikan di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia. Dalam hal ini, mata
pelajaran bahasa Arab dicantumkan dalam GBPP kurikulum bahasa Arab Madrasah Aliyah
(1994:1) yang berbunyi:
Program pengajaran bahasa Arab di Aliyah pada dasarnya merupakan kelanjutan dan
pengembangan pengajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah, bahasa Arab fusha
terutama dari bahasa-bahasa lain di dunia dengan mempunyai manfaat ganda karena ia
adalah sarana yang dapat digunakan dalam kepentingan-kepentingan bidang sosial,
ekonomi, budaya, politik, di samping kepentingan agama dan ibadah.

Dalam praktik di lapangan, tidak ada keseragaman mengenai batas panjang pendeknya
kutipan langsung. Bahkan, Arifin dan Tasai (2003:33) memberikan limit lima baris atau kurang
untuk kutipan langsung pendek dan enam baris ke atas untuk kutipan langsung panjang. Jadi,
menurut hemat penulis dalam hal penulisan kutipan ini.

2. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang diambil dari salah satu sumber dengan
menggunakan gaya bahasa dan pola penyajian ala penulis (Widodo, 2004:11). Metode kutipan ini
adalah untuk menyerap inti sari atau maksud dari suatu tulisan yang panjang dengan tidak
mengurangi atau mengubah makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Oleh karena itu,
kutipan tidak langsung harus dilakukan secara hati-hati, cermat, dan akurat serta dilengkapi dengan
identitas sumber kutipan yang jelas.

Kutipan tidak langsung terdiri atas kutipan tidak langsung pendek dan kutipan tidak
langsung panjang. Metode penulisan dalam kutipan tidak langsung sama dengan kutipan langsung,
yaitu apabila kutipan terdiri dari tiga baris atau kurang, kutipan diintegrasikan langsung ke dalam
teks dengan menggunakan spasi ganda, tetapi tidak diapit tanda petik ganda. Sebaliknya, apabila
kutipan lebih dari tiga baris (empat baris ke atas), penulisannya dipisahkan dari teks sehingga
membentuk paragraf tersendiri dengan jarak antarbaris satu spasi atau satu setengah spasi.

2.2 Rujukan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rujukan adalah keterangan lanjutan
mengenai suatu hal atau bahan sumber yang dipakai untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut;
acuan; referensi. Bisa kita pahami bahwa kata rujukan merupakan jenis kata yang dipakai sebagai
rujukan atau acuan kata utama yang telah disebutkan sebelumnya. Tak sekadar menggantikan kata
utama, rujukan kata juga sekaligus menjadi acuan, referensi, dan penjelasan lebih rinci dan
mendalam dari kata utama.

Jenis-jenis rujukan

1. Kata Rujukan Benda


Kata rujukan benda adalah kata rujukan yang digunakan untuk mengacu pada benda yang
sudah disebutkan sebelumnya. Misalnya, kata "ini", "itu", dan "tersebut".

2. Kata Rujukan Tempat

Jika pada kalimat sebelumnya kalian menyebutkan kata yang merujuk suatu tempat maka
kalian bisa menggunakan kata rujukan pada kalimat selanjutnya. Contoh kata rujukan tempat,
yakni "di sini", "di sana", "di situ".

3. Kata Rujukan Orang

Kata inilah yang membuat kata rujukan sering dianggap sama dengan kata ganti. Pasalnya,
kata rujukan orang memang digunakan untuk menyebut orang atau sesuatu yang dianggap seperti
orang. Contoh kata rujukan orang, yakni, "ia", "dia", "beliau", dan "mereka".

Contoh rujukan
1. Contoh Penggunaan Kata Rujukan Benda
Kemarin, Prily membeli rumah baru. Rumah itu dibeli dari hasil keringatnya sendiri dengan
bermain film dan sinetron beberapa tahun terakhir. (Kata "itu" mengacu pada "rumah baru"
yang dibeli Prily)
2. Contoh Penggunaan Kata Rujukan Tempat
Sudah dua tahun Johan tinggal di Yogyakarta. Dia tinggal di sana bersama orangtuannya.
(Kata "di sana" pada kalimat ke dua merujuk pada "Yogyakarta" di kalimat sebelumnya.
3. Contoh Pengggunaan Kata Rujukan Orang
Aku sangat mengagumi sosok Bung Karno. Kepribadian beliau yang tercermin dalam pidato-
pidatonya sungguh agung dan pantas diteladani. (Kata "beliau" pada kalimat kedua merujuk
pada "Bung Karno" pada kalimat sebelumnya.

2.3 Catatan kaki (footnote)

Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu kutipan,
pendapat, buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga berisi komentar mengenai
suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan wawancara, pidato di televisi, dan
yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama
pengarang/penulis tidak dibalik.

a. Nomor Footnote Footnote atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan
dengan menggunakan angka Arab kecil (1, 2, 3, dst.) yang diketik naik setengah spasi.
Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan
dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
b. Bentuk Footnote dalam footnote, urutan penulisannya ada beberapa macam cara. Namun,
di sini hanya disebutkan dua macam cara sebagaimana yang sering digunakan di mayoritas
perguruan tinggi. Cara pertama urutannya adalah nama pengarang koma (,), nama buku
koma (,), nomor jilid buku (jika ada) koma (,), nama kota tempat terbit buku titik dua (:),
nama penerbit koma (,), tahun penerbitan koma (,), halaman-halaman yang dikutip atau
yang berkenaan dengan teks titik (.).

Contoh:
1
David Hopkins, A Teacher’s Guide Classroom Research, (Buckingham Philadelphia:
Open University Press, 1993), h.36.
2
Ana Roggles Care, Writing and Learning, (New York: Macmilan Publishing Company,
1985), h.4.
c. Footnote yang berkaitan dengan jumlah dan nama pengarang
1) Pengarang satu orang (lihat contoh di atas).
2) Pengarang dua atau tiga orang: nama pengarang dicantumkan semua.
Contoh:
3
Charles W. Bridges dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning
(California: Wadsworth, 1984), hl.7.
3) Jika pengarang lebih dari tiga orang yang dicantumkan hanya nama pengarang pertama
dan di belakangnya ditulis et al. atau dkk. et al. asalnya dari et alii ‘dengan orang lain’.
Contoh:
6
Sabarti Akhadiah, dkk, Menulis (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah bagan Proyek Penataran Guru SLTP Setara
D3, 1997/1998), h. 8-9.
d. ibid., op. cit., dan loc. cit.
1) ibid. Ibid. kependekan dari ibidem ‘pada tempat yang sama’ dipakai apabila suatu
kutipan diambil dari sumber yang sama, halaman sama atau berbeda dengan yang
langsung mendahuluinya dengan tidak disela oleh sumber lain.
Contoh:
4
Dewa Gde Satrya, Creative Writing (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), h. 36
5
Ibid., h. 45 (berarti dari buku yang tersebut di atas).
2) op. cit.
Op. cit., kependekan dari opere citato ‘dalam karangan yang telah disebut atau dikutip’
dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama, tetapi halaman berbeda
dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain.
Contoh:
6
Dewa Gde Satrya, Creative Writing (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), h. 36
7
Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2009), h, 44—61
8
Dewa Gde Satrya, op. cit. h. 109 (buku yang telah disebut di atas).
3) loc. cit. Loc. cit., kependekan dari loco citato ‘pada tempat yang telah disebut atau
dikutip’ digunakan apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama, halaman
sama dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain.
Contoh:
9
Dewa Gde Satrya, Creative Writing (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), h. 36
10
Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2009), h, 44—61
11
Dewa Gde Satrya, loc. cit. (menunjuk kepada halaman yang sama dengan yang
disebut terakhir, yakni h. 36).

2.4 Bibliografi

A. PENGERTIAN BIBLIOGRAFI
Istilah bibliografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu biblion artinya buku, dan graphein
artinya menulis. Jadi bibliografi berarti penulisan buku secara etimologi. Banyak difinisi yang
dikemukakaan para ahli tentang bibliografi, diantaranya adalah :
• Menurut Sulistyo Basuki, bibliografi adalah teknik sistematik membuat daftar deskriptif
cantuman tertulis atau yang diterbitkan.
• Menurut Thomas Landau dalam Encyclopedia of Librarianship, bibliografi adalah daftar
deskriptif yang sistematik dan sejarah buku, kepengarangan, penerbit, edisi dan
sebagainya.
• Menurut American Library Association (ALA) Glossary of Library Term, bibliografi
adalah suatu survei menggambarkan buku-buku secara baik dengan memperhatikan
kepengarangan, edisi, bentuk fisik buku dan lain-lain.

B. FUNGSI BIBLIOGRAFI
Seperti juga sarana lain bibliografi merupakan sumber informasi yang mempunyai fungsi
yang tidak sedikit dalam menunjang penelitian. Fungsi tersebut antara lain:
1. Sebagai sumber informasi perpustakaan bagi mereka yang akan mengadakan penelitian
atau untuk memenuhi kebutuhan koleksi perpustakaan/pribadi
2. Untuk mengetahui apa saja yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain tantang
suatu bidang disiplin ilmu tertentu
3. Sebagai alat penelusuran dalam mencari informasi untuk menemukan kembali suatu
dokumen
4. Sebagai alat seleksi bagi peneliti atau pustakawan dalam melengkapi koleksinya
5. Untuk mengetahui sumber yang dipakai sebagai reference dalam karya orang lain. Melihat
fungsi tersebut di atas maka jelas bahwa bibliografi sangat dibutuhkan dalam sebuah
perpustakaan terutama bagi petugas pelayanan informasi dan referensi perpustakaan.

C. JENIS-JENIS BIBLIOGRAFI
a. Berdasarrkan bentuknya
1) Bibliografi Analitik/ Kritis
Yaitu studi tentang bentuk fisik bahan pustaka dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
proses terjadinya buku tersebut serta mempelajari faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi bentuk fisik bahan pustaka dalam proses pembuatnnya.

2) Bibliografi Historis
Bibliografi historis merupakan kajian terhadap buku sebagai sebuah obyek seni (seni tulis,
cetak, ilunisasi, penjilidan) untuk memahami buku-buku terbitan lama, misalnya “Drama Abad
16” maka terlebih dahulu memahami situasi percetakan pada masa itu, kedudukan pengarang
dan penerbit, distribusi buku, serta sosial budaya pada masa itu.

3) Bibliografi Sistematis/Enumeratif
Bibliografi Sistematik/Enumeratif; yaitu merupakan hasil kajian terhadap buku dengan
hasil entri buku yang didisain secara logis, atau merupakan pendaftaran buku-buku dengan
rincian minimum. Yaitu penyusunan daftar bahan Pustaka menurut sistem tertentu, yaitu
alpabetis, kronologis, sistematis. Bibliografi Sistematis/Enumeratif masih dapat dibagi lagi
menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
- Bibliografi Umum
- Bibliografi dari Bibliografi
- Bibliografi nasional
- Bibliografi regional
- Bibliografi[erdagangan
- Katalog perpustakaan
- Bibliografi selektif
- Bibliografi buku langka
- Bibliografi anonym
- Bibliografi subyektif
- Bibliografi pengarang
- Senarai majalah
- Daftar tesis, disertasi, karya ilmiah, makalah dll
- Bibliografi kelompok bahasa

b. Berdasarkan waktu

1) Bibliografi Mutahir (Current Bibliography)


Merupakan daftar bahan pustaka yang memuat keterangan bahan pustaka yang mutahir
(terkini). Yang termasuk bibliografi ini adalah yang terbit secara kontinyu baik tahunan,
tengah tahun, catur wulan, tri wulan, bulanan, maupun mingguan.

2) Bibliografi Masa Lalu ( Retrospective Bibliography)


Memuat keterangan tentang buku-buku atau terbitan yang merupakan kumpulan karya dari
suatu periode yang telah lalu.

D. CARA MENCATAT DATA BIBLIOGRAFI


Dalam buku International Stadard Bibliographic Descreption for Monographic Publication
(ISBDM) menyebutkan data informasi yang harus dicatat yaitu :

1. Pengarang/Kepengarangan
Pengarang adalah penanggung jawab suatu karya tulis. Ia dapat berupa nama orang atau
diri, nama lembaga atau badan koorporasi. Lebih luasnya tentang bentuk dan nama pengarang
dapat dilihat dalam buku “Peraturan Penentuan Tajuk Entri Utama” yang diterbitkan oleh LIPI.
Dalam peraturan tersebut antara lain menyebutkan
a. Nama orang/diri
b. Badan koorporasi

2. Judul
Judul suatu bahan pustaka kadang kala mempunyai dua bagian yang keduanya merupakan
kesatuan yaitu
a. Judul utama; yaitu judul inti yang diberikan oleh pengarang, judul ini tertera dengan jelas
pada cover buku atau halaman judul
b. Judul tambahan (anak judul/judul paralel); yaitu keterangan lebih lanjut yang dibuat
pengarang untuk memperjelas judul utama, judul tambahan ini dicantumkan.

3. Impresum (bidang terbitan)


Pada pernyataan ini harus dicantumkan data tentang tempat terbit, nama penerbit dan tahun
terbit. Perhatikan tanda bacanya, contoh
- Jakarta : Gramedia, 2005
- New York: McGraw-Hill, 2004
- Yogyakarta: Liberty, 1999
Apapbila terdapat beberapa nama tempat terbit maka pilihan dijatuhkan yang menjadi
pusatnya, contoh
- OXFORD UNIVERSITY PTESS
(New York, Kualalumpur, Singapura, Hongkong)
menjadi New York: Oxford University Press,1998
- GUNUNG AGUNG
(Jakarta, Yogyakarta, Surabaya)
menjadi Jakarta: Gunung Agung, 2004
4. Kolasi (deskripsi fisik)
Data informasi yang perlu dinyatakan pada bagian ini adalah catatan tentang jumlah jilid,
halaman, keterangan adalnya ilustrasi, indek, dan sebagainya. Pernyatqaan ini sering ditinggalkan
dalam penyusunan entrui bibliografi, sedangkan untuk katalog harus dicantumkan, contoh
- vii, 347 hal.; ilus.; ind.: 23 cm
- xi, 1040 hal.; 24 cm
- 3 jilid, : 21 cm
5. Entri
Setiap entri dicatat sebagaimana dilakukan dalam kartu katalog. Cara mencatat enti untuk
bibliografi tidaklah begitu mengikat sebagaimana halnya untuk katalog. Dalam bibliografi ada
bermacam-macam cara mencatat entri. Hal ini biasanya hanya berdasarkan selera penyusun saja,
yang penting dalam pencatatan entri ini penyusun bibliografi tidak boleh melupakan data informasi
yang harus diketengahkan yaitu nama pengarang, judul, impresum dan kolasi.
Contoh bentuk penyusunsn data bibliografi
MULYANA, AKHMAD. Buku pedoman pengklasifikasian koleksi bahan pustaka buku dan
nonbuku. Jakarta : Balai Pustaka, 1964.
xi, 142 hal.
MULYANA, AKHMAD.1964
Buku pedoman pengklasifikasian koleksi bahan pustaka buku dan nonbuku Jakarta : Balai Pustaka.
xi, 142 hal.
BAB III

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Membuat sebuah karya dan karangan ilmiah, akan lebih baik jika dilengkapi dengan ketiga unsur
ini yaitu kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Ketiga unsur ini memiliki peran dan fungsinya
masing-masing seperti yang telah dibahas pada bab diatas. Salah satu fungsi dari ketiga unsur ini
adalah sebagai penghargaan atas pendapat dan karya orang lain.
Dalam sebuah karya dan karangan ilmiah, kutipan biasanya ditemukan di dalam teks bacaan, tetapi
kutipan juga bisa ditemukan pada catatan kaki, begitupun sebaliknya, catatan kaki terbagi menjadi
dua jenis yaitu footnote dan bodynote, footnote diletakkan pada bagian bawah halaman dengan
ukuran teks yang lebih kecil sedangkan bodynote biasanya dapat ditemukan setelah adanya
kutipan, seperti yang telah kita lihat pada contoh-contoh kutipan dan catatan kaki diatas. Terakhir
adalah daftar pustaka, untuk membuat sebuah karya ataupun karangan ilmiah, daftar pustaka ini
harus ada tercantum agar pembaca dapat mengetahui sumber-sumber bacaan lainnya yang
ditemukan pada karya dan karangan ilmiah. Daftar pustaka diletakkan pada halaman akhir sebuah
karya atau karangan ilmiah.
7.2 Saran

Demikian makalah ini disusun. Semoga untuk kedepannya kita semua bisa memahami cara
menulis kutipan,rujukan, catatn kaki, dan bibliograf sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
penulisan. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang telah mecoba memahami isi makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya referensi. Kami berharap pembaca memberikan saran dan kritik kepada kami demi
sempurnanya makalah ini di kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Daryono. (2017). Pedoman Menyusun Bibliografi. Bengkulu: Universitas Bengkulu.


Suyatno, dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor: In Media
Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Remaja
Rosdakarya, Bandung. 1996
Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai