Anda di halaman 1dari 64

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR … TAHUN …
TENTANG
DESAIN BESAR PENATAAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (6)


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Desain Besar Penataan Daerah;

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
-2-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DESAIN BESAR
PENATAAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Desain Besar Penataan Daerah, yang selanjutnya
disebut Desartada adalah rancang bangun Penataan
Daerah tingkat nasional yang meliputi Strategi
Penataan Daerah dan perkiraan jumlah Pemekaran
Daerah yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu
tertentu.
2. Penataan Daerah adalah upaya mewujudkan efektifitas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah melalui
Pembentukan dan Penyesuaian Daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan
pelayanan publik, memperkuat daya saing Daerah, dan
menjaga integritas Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Strategi Penataan Daerah adalah langkah dan rencana
strategis yang harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat
serta sasaran yang harus dicapai dalam kurun waktu
tertentu dalam rangka Penataan Daerah.
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
-3-

5. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah


adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pembentukan Daerah adalah kegiatan penetapan
status Daerah pada wilayah tertentu sebagai Daerah
provinsi atau Daerah kabupaten/kota.
7. Pemekaran Daerah adalah pemecahan Daerah provinsi
atau Daerah kabupaten/kota untuk menjadi 2 (dua)
atau lebih Daerah baru serta penggabungan bagian
Daerah dari Daerah yang bersanding dalam 1 (satu)
Daerah provinsi menjadi 1 (satu) Daerah baru.
8. Penggabungan Daerah adalah penyatuan Daerah yang
dihapus ke dalam Daerah lain yang bersandingan.
9. Daerah Persiapan adalah bagian dari 1 (satu) atau
lebih Daerah yang bersanding yang dipersiapkan
untuk dibentuk menjadi Daerah baru.
10. Penyesuaian Daerah adalah kegiatan perubahan batas
wilayah Daerah, perubahan nama Daerah, pemberian
nama dan perubahan nama bagian rupa bumi,
pemindahan ibu kota, dan perubahan nama ibu kota.
11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri.
13. Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
-4-

Pasal 2
Penyusunan Desartada bertujuan untuk:
a. memastikan Penataan Daerah dilaksanakan secara
terencana berdasarkan pada arah kebijakan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
yang mengatur mengenai Penataan Daerah;
b. meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
c. menetapkan perkiraan jumlah Daerah provinsi,
Daerah kabupaten, dan Daerah kota dalam kurun
waktu tertentu; dan
d. memberikan dasar kebijakan bagi Pemekaran Daerah
provinsi, kabupaten, dan kota.

BAB II
LANGKAH DAN RENCANA STRATEGIS

Pasal 3
(1) Langkah strategis dalam rangka Pembentukan Daerah,
mencakup:
a. pengembangan parameter Pembentukan Daerah,
meliputi:
1. persyaratan dasar kewilayahan, terdiri atas
parameter luas wilayah minimal, jumlah
penduduk minimal, batas wilayah, cakupan
wilayah, batas usia minimal Daerah provinsi,
kabupaten/kota, dan kecamatan; dan
2. persyaratan dasar kapasitas Daerah, terdiri
atas parameter geografi, demografi,
keamanan, sosial, politik, adat, dan tradisi,
potensi ekonomi, keuangan Daerah, dan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan;
b. penetapan Daerah Persiapan dengan Peraturan
Pemerintah;
-5-

c. penyediaan fasilitasi dan pendampingan


profesional dalam penyelenggaraan pemerintahan
selama masa Daerah Persiapan; dan
d. pengembangan sistem evaluasi Daerah Persiapan
sebagai dasar penetapan perubahan status
menjadi Daerah.
(2) Langkah strategis dalam rangka Pembentukan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Penataan Daerah.

Pasal 4
(1) Pemerintah Pusat mengidentifikasi wilayah yang
berpotensi dimekarkan.
(2) Pemerintahan Daerah provinsi dapat mengidentifikasi
wilayah yang berpotensi dimekarkan dan tahapan
waktu pemekarannya.
(3) Identifikasi wilayah yang berpotensi dimekarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan persyaratan dasar kewilayahan dan
persyaratan dasar kapasitas Daerah serta berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Penataan Daerah.
(4) Identifikasi wilayah dan tahapan waktu pemekaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memperhatikan persyaratan dasar kewilayahan dan
persyaratan dasar kapasitas Daerah sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah yang mengatur mengenai Penataan Daerah
dan dituangkan ke dalam rencana Penataan Daerah
tingkat provinsi.
(5) Rencana Penataan Daerah tingkat provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dalam
Peraturan Daerah setelah mendapat persetujuan dari
Menteri.
-6-

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sampai dengan ayat (4) merupakan rencana strategis
Penataan Daerah.
(7) Penyusunan rencana strategis Penataan Daerah harus
mengutamakan:
a. kepentingan nasional;
b. Penataan Daerah yang berwawasan global;
c. integrasi seluruh aspek perubahan lingkungan
strategis;
d. keterpaduan pembangunan pusat dan Daerah;
dan
e. responsibilitas terhadap dinamika politik dalam
negeri.
(8) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) huruf a sampai dengan huruf e tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
(9) Hasil identifikasi wilayah yang berpotensi dimekarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB III
PERKIRAAN PEMEKARAN DAERAH

Pasal 5
Penetapan perkiraan jumlah maksimal Daerah dilakukan
berdasarkan pemenuhan persyaratan dasar kewilayahan
dan persyaratan dasar kapasitas Daerah serta berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional.
-7-

Pasal 6
(1) Perkiraan jumlah Daerah berdasarkan pemenuhan
persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan dasar
kapasitas Daerah dihitung berdasarkan pendekatan
kesatuan kawasan pulau atau kepulauan, yaitu
kelompok I Sumatera, kelompok II Jawa dan Bali,
kelompok III Kalimantan, kelompok IV Sulawesi,
kelompok V Nusa Tenggara, kelompok VI Maluku, dan
kelompok VII Papua.
(2) Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur
mengenai Penataan Daerah.
(3) Perkiraan jumlah Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan berdasarkan potensi daya dukung
geografis dan demografis.
(4) Perkiraan jumlah Daerah kota selain
memperhitungkan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), juga mendasarkan pada faktor lain,
meliputi:
a. wilayah yang akan dibentuk sebagai Daerah kota
harus memiliki ciri perkotaan; dan
b. setiap ibu kota provinsi merupakan Daerah kota.

Pasal 7
(1) Pembentukan Daerah berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional berlaku untuk:
a. Daerah perbatasan;
b. pulau-pulau terluar; dan
c. Daerah tertentu;
untuk menjaga kepentingan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Perkiraan Pemekaran Daerah berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional harus
mempertimbangkan parameter pertahanan dan
keamanan, potensi ekonomi, serta paramater lain yang
memperkuat kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
-8-

(3) Parameter pertahanan dan keamanan, potensi


ekonomi, serta paramater lain yang memperkuat
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah yang mengatur mengenai Penataan
Daerah.
(4) Perkiraan Pemekaran Daerah berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 8
(1) Dalam hal situasi dan kondisi khusus, Pemerintah
Pusat dapat mengusulkan Pembentukan Daerah
berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis
nasional selain yang telah diperkirakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4).
(2) Situasi dan kondisi khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Daerah.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
Perkiraan jumlah maksimal Daerah di Indonesia dan
penambahannya dengan Pembentukan Daerah baru
diperhitungkan dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini
untuk kurun waktu yang menyesuaikan dengan periode
pembangunan jangka panjang nasional yaitu sampai
dengan tahun 2025 dan dinyatakan masih tetap berlaku
seterusnya sepanjang Peraturan Pemerintah ini belum
diganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Pemerintahan
Daerah.
-9-

Pasal 10
(1) Pemerintah Pusat melaksanakan evaluasi pelaksanaan
Desartada setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Pemerintah Pusat mengonsultasikan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.

Pasal 11
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …


- 10 -

RANCANGAN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
DESAIN BESAR PENATAAN DAERAH TAHUN

I. UMUM
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
Daerah provinsi dan Daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota yang
masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah untuk menjalankan
otonomi Daerah seluas-luasnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dalam pelaksanaan desentralisasi dilakukan
Penataan Daerah yang ditujukan untuk mewujudkan efektivitas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan
publik, meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah, dan
menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, aspirasi Pemekaran Daerah sedemikian
besar hingga pada akhirnya Presiden menyatakan di depan Sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 3 September 2009
mengenai pemberlakuan kebijakan moratorium atau penghentian sementara
Pemekaran Daerah sampai dilakukannya evaluasi secara menyeluruh,
konsisten, dan sungguh-sungguh terhadap hasil-hasil Pemekaran Daerah
selama ini.
Derasnya Pemekaran Daerah dapat ditunjukkan dengan telah
terbentuknya sebanyak 205 Daerah baru hanya dalam masa sepuluh tahun,
1999-2009, yang meliputi 7 (tujuh) provinsi, 164 (seratus enam puluh
empat) kabupaten, dan 34 (tiga puluh empat) kota. Apabila fenomena ini
berjalan terus tanpa acuan pengendalian yang jelas, bisa dibayangkan
berapa jumlah Daerah baru di Indonesia hingga 20-30 tahun ke depan.
Belum lagi, kemungkinan dampak negatifnya terhadap kualitas pelayanan
- 11 -

publik dan efektifitas upaya kita menjaga keutuhan Negara Kesatuan


Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat memandang perlu
adanya sebuah Desartada jangka panjang, sebagai acuan dalam Pemekaran
Daerah agar lebih terkendali dan terarah. Secara garis besarnya, Desartada
mencakup Strategi Penataan Daerah dan perkiraan jumlah maksimal
Daerah. Desartada diharapkan mampu mengendalikan dan mengarahkan
Pembentukan, Penggabungan, dan Penyesuaian Daerah sesuai dengan
tujuan yang sesungguhnya.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “ditentukan berdasarkan daya dukung
geografis dan demografis” adalah dijelaskan berikut ini.
1. Perkiraan jumlah Daerah dalam satu satuan wilayah
menunjukkan daya dukung maksimal bagi Pembentukan
Daerah.
2. Perkiraan jumlah Daerah dihitung dengan menentukan luas
wilayah mininal (LWM) dan jumlah penduduk minimal (JPM),
sebagai berikut:
a. LWM dan JPM provinsi, kabupaten, dan kota dihitung
dengan menjumlahkan luas wilayah rata-rata
(LWR)/jumlah penduduk rata-rata (JPR) dengan luas
- 12 -

wilayah terkecil (LWT)/jumlah penduduk terkecil (JPT)


dibagi 2 (dua) berdasarkan pada kelompok pulau atau
kepulauan;
b. LWM = LWR + LWT : 2;
c. JPM = JPR + JPT : 2.
3. Luas wilayah rata-rata (LWR) adalah total jumlah luas
wilayah dibagi jumlah satuan Daerah pada kelompok pulau
atau kepulauan, dengan cara penghitungan sebagai berikut:
a. LWR provinsi dihitung dengan membagi total luas
wilayah provinsi dalam satu kelompok pulau dan
kepulauan dengan jumlah satuan provinsi yang ada di
dalamnya;
b. LWR kabupaten dihitung dengan membagi total luas
wilayah kabupaten dalam satu kelompok pulau dan
kepulauan dengan jumlah satuan kabupaten yang ada
di dalamnya;
c. LWR kota dihitung dengan membagi total luas wilayah
kota dalam satu kelompok pulau dan kepulauan dengan
jumlah satuan kota yang ada di dalamnya.
4. Luas wilayah terkecil (LWT) adalah luas wilayah terkecil
dalam kelompok pulau atau kepulauan, yang ditentukan
dengan cara sebagai berikut:
a. LWT provinsi adalah luas wilayah provinsi terkecil pada
sebuah kelompok pulau dan kepulauan diantara jumlah
satuan provinsi yang ada di dalamnya;
b. LWT kabupaten adalah luas wilayah kabupaten terkecil
pada sebuah kelompok pulau dan kepulauan diantara
jumlah satuan kabupaten yang ada di dalamnya;
c. LWT kota adalah luas wilayah kota terkecil pada sebuah
kelompok pulau dan kepulauan diantara jumlah satuan
kota yang ada di dalamnya.
5. Jumlah penduduk rata-rata (JPR) adalah total jumlah
penduduk dibagi jumlah satuan Daerah pada kelompok
pulau atau kepulauan, yang dihitung dengan cara sebagai
berikut:
a. JPR provinsi dihitung dengan membagi total jumlah
penduduk provinsi dalam satu kelompok pulau atau
kepulauan dengan jumlah satuan provinsi yang ada
dalam kelompok wilayah tersebut;
- 13 -

b. JPR kabupaten dihitung dengan membagi total jumlah


penduduk kabupaten dalam satu kelompok pulau atau
kepulauan dengan jumlah satuan kabupaten yang ada
dalam kelompok wilayah tersebut;
c. JPR kota dihitung dengan membagi total jumlah
penduduk kota dalam satu kelompok pulau atau
kepulauan dengan jumlah satuan kota yang ada dalam
kelompok wilayah tersebut.
6. Jumlah penduduk terkecil (JPT) adalah jumlah penduduk
terkecil dalam kelompok pulau atau kepulauan, yang
ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. JPT provinsi adalah jumlah penduduk provinsi terkecil
pada sebuah kelompok pulau dan kepulauan diantara
jumlah satuan provinsi yang ada di dalamnya;
b. JPT kabupaten adalah jumlah penduduk kabupaten
terkecil pada sebuah kelompok pulau dan kepulauan
diantara jumlah satuan kabupaten yang ada di
dalamnya;
c. JPT kota adalah jumlah penduduk kota terkecil pada
sebuah kelompok pulau dan kepulauan diantara jumlah
satuan kota yang ada di dalamnya.
7. Maksimal menurut wilayah (MW) dihitung dengan membagi
luas wilayah (LW) dengan luas wilayah minimal (LWM) atau
dengan rumus MW = LW : LWM.
8. Maksimal menurut penduduk (MP) dihitung dengan membagi
jumlah penduduk (JP) dengan jumlah penduduk minimal
(JPM) atau dengan rumus MP = JP : JPM.
9. Tambah mutlak (TM) dihitung dengan ketentuan yaitu:
TM = @IF(MW>MP, MP-1,MW-1).
10. Penentuan perkiraan jumlah Daerah berdasarkan daya
dukung geografis dan demografis dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. apabila rasio luas wilayah sebuah
provinsi/kabupaten/kota dibagi dengan luas wilayah
minimal hasilnya lebih dari 2 (dua) maka
provinsi/kabupaten/kota tersebut memiliki daya
dukung geografis untuk membentuk Daerah;
- 14 -

b. apabila hasilnya kurang dari 2 (dua) maka


provinsi/kabupaten/kota tersebut tidak memiliki daya
dukung geografis untuk membentuk Daerah baru;
c. apabila jumlah penduduk sebuah
provinsi/kabupaten/kota dibagi dengan jumlah
penduduk minimal hasilnya lebih dari 2 (dua) maka
provinsi/kabupaten/kota tersebut memiliki daya
dukung demografis untuk membentuk Daerah baru;
d. apabila hasilnya kurang dari 2 (dua) maka
provinsi/kabupaten/kota tersebut tidak memiliki daya
dukung demografis untuk membentuk Daerah baru;
e. rasio kurang dari 2 (dua) menandakan bahwa luas
wilayah atau jumlah penduduk Daerah induk di bawah
luas wilayah minimal dan jumlah penduduk minimal
provinsi/kabupaten/kota;
f. berdasarkan pada prinsip pemenuhan persyaratan
secara mutlak atau absolut, hasil dari hitungan MW dan
MP kemudian di diambil yang paling kecil nilainya;
g. hasil hitungan tersebut selanjutnya dikurangi dengan 1
(satu), yaitu provinsi/kabupaten/kota induk;
h. kelebihan dari 1 (satu) adalah jumlah Daerah baru yang
dapat dibentuk berdasarkan pada daya dukung minimal
geogafis dan demografis yang dimiliki oleh Daerah.
11. Hasil akhir dari maksimal Daerah yang dapat dibentuk
berdasarkan daya dukung geografis dan demografis adalah
hasil dari penghitungan berupa jumlah maksimal Daerah
yang dapat dibentuk berdasarkan pemenuhan syarat secara
mutlak (TM) dari daya dukung geografis dan demografis,
ditambah dengan perkiraan Daerah yang akan dibentuk
berdasarkan pada kepentingan strategis nasional (KSN).
12. Untuk menghitung rasio pembentukan Daerah kota selain

menggunakan formula berdasarkan daya dukung geografis


dan demografis, penghitungan perkiraan juga

memperhatikan ciri perkotaan. Ciri perkotaan yang

diterapkan dalam penghitungan perkiraan jumlah Daerah


- 15 -

kota di Indonesia adalah presentase penduduk, yakni 50%

(lima puluh persen) atau lebih dari penduduk bekerja di luar

sektor primer atau di luar sektor pertanian, kehutanan,


perkebunan, dan pertambangan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)

Kepentingan strategis nasional dimaknai sebagai hal yang secara

nasional dipandang penting dari aspek geostrategi yang


diwujudkan dalam ketahanan nasional, aspek geopolitik yang

diwujudkan dalam wawasan nusantara, maupun aspek politik

luar negeri yang bebas aktif, dan aspek geoekonomi yang

diwujudkan melalui pembentukan kawasan-kawasan ekonomi


khusus yang memiliki daya saing global dengan kombinasi

keunggulan sektor ekonomi dan letak geografis dalam pandangan

internasional.

Yang dimaksud dengan “Daerah tertentu” adalah suatu kesatuan

kewilayahan atau kawasan yang oleh Pemerintah Pusat


ditentukan peruntukan kekhususannya untuk mendukung

penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang bersifat strategis.

Ayat (2)

Cukup jelas.
Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)

Pemerintah dapat mengusulkan Pembentukan Daerah

berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis nasional dalam

situasi dan kondisi khusus, yaitu kondisi luar biasa yang tidak
- 16 -

dapat diperhitungkan atau diramalkan sebelumnya. Situasi dan

kondisi khusus dapat mencakup, antara lain:

a. konflik horisontal, masal, berkepanjangan, dan lintas


kawasan;
b. kebutuhan untuk menata ulang sebuah kawasan dalam
rangka memperkuat keamanan nasional atau persaingan
global;
c. penataan kawasan dalam rangka konservasi sumber daya
alam dan lingkungan hidup;
d. penataan kawasan dalam rangka penanganan permasalahan
dan percepatan pembangunan nasional di Daerah yang
memiliki karakteristik khusus, antara lain Daerah pasca
konflik, rawan bencana, Daerah yang memiliki kekhususan
budaya untuk dilestarikan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR …


- 17 -

LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
DESAIN BESAR PENATAAN DAERAH

STRATEGI PENATAAN DAERAH


DAN
PERKIRAAN JUMLAH PEMEKARAN PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA
BERDASARKAN POTENSI DAYA DUKUNG DASAR

I. STRATEGI PENATAAN DAERAH

A. Langkah Strategis Pembentukan Daerah

Sejumlah langkah yang sangat mendasar untuk dilakukan dalam


pelaksanaan pembentukan Daerah dikemukakan berikut ini.

1. Pengembangan Parameter Pembentukan Daerah


Penataan Daerah mencakup aspek Pembentukan Daerah dan
Penyesuaian Daerah dalam rangka lebih meningkatkan kesejahteraan
rakyat, pelayanan publik, daya saing Daerah, dan menjaga integritas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, untuk Pembentukan Daerah
diperlukan adanya parameter yang terukur.
Parameter yang terukur tersebut meliputi parameter yang menjadi
persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan dasar kapasitas Daerah.
Persyaratan dasar kewilayahan tersebut terdiri atas parameter luas wilayah
minimal, jumlah penduduk minimal, batas wilayah, cakupan wilayah, batas
usia minimal Daerah provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
Persyaratan dasar kapasitas Daerah, terdiri atas parameter geografi,
demografi, keamanan, sosial, politik, adat, dan tradisi, potensi ekonomi,
keuangan Daerah, dan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan. Kriteria
masing-masing parameter tersebut adalah sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur
mengenai Penataan Daerah.
Parameter tersebut merupakan faktor yang diperhitungkan dan
dipertimbangkan dalam Penataan Daerah dan dalam penyusunan
- 18 -

Desartada, baik pada tingkat nasional maupun lokal. Namun demikian,


terdapat pemikiran yang mengemuka selama proses penyusunan Desartada,
antara lain:
a. Desartada harus memastikan agar Pembentukan Daerah mengatasi
kesenjangan pemerintahan, pembangunan, dan kesejahteraan antar
daerah;
b. pembagian daya dukung untuk Pembentukan Daerah baru harus
dipastikan memadai untuk menjamin kelayakannya dalam jangka
panjang dan tidak mematikan Daerah induk;
c. paradigma desentralisasi yang berkeseimbangan menghendaki agar
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dapat memastikan adanya
optimalisasi efisiensi struktural tanpa mengorbankan demokrasi lokal.
Berdasarkan parameter dan pemikiran tersebut maka Penataan
Daerah yang dilaksanakan berdasarkan pada Desartada harus makin
mampu mengatasi kesenjangan antar Daerah. Dan selanjutnya dengan
berdasarkan pada Desartada yang ditetapkan pada tingkat nasional,
Pemerintahan Daerah provinsi menyusun rencana Penataan Daerah tingkat
provinsi (Renpeda) yang merupakan penjabaran secara teknis dari
Desartada. Dalam Renpeda, Pemerintahan Daerah provinsi dapat
mengidentifikasi wilayah-wilayah mana saja yang dapat dimekarkan beserta
tahapan waktu pemekarannya dengan berdasarkan pada perkiraan jumlah
Daerah yang telah ditetapkan dalam Desartada. Penyusunan Renpeda harus
mengacu pada Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai Desain
Besar Penataan Daerah dan Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Penataan Daerah. Dalam hal Pemerintahan Daerah provinsi mengalami
masalah dalam penyusunan Renpeda, maka Pemerintah Pusat dapat
memfasilitasi penyusunannya. Renpeda yang disusun oleh Pemerintahan
Daerah provinsi selanjutnya disampaikan sebagai usulan kepada
Pemerintah Pusat untuk diverifikasi dan difinalisasi.
Khusus untuk Daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, dan Daerah
tertentu maka Penataan Daerahnya dilakukan berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional. Parameter yang digunakan dalam Penataan
Daerah berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis nasional ini yaitu
harus mempertimbangkan parameter pertahanan dan keamanan, potensi
ekonomi, serta paramater lain yang memperkuat kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kriteria masing-masing parameter tersebut
adalah sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah yang mengatur mengenai Penataan Daerah
- 19 -

2. Penetapan Daerah Persiapan Dengan Peraturan Pemerintah


Melalui strategi dasar penerapan pola pentahapan ini, Daerah baru
dibentuk secara bertahap melalui pembentukan Daerah Persiapan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Daerah Persiapan yang dibentuk memiliki jangka waktu 3 tahun.
Khusus untuk Daerah Persiapan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional memiliki jangka waktu paling lama 5 tahun.
Tata cara pembentukan dan pengelolaannya diatur dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam kurun waktu tersebut, sebuah calon Daerah
diharapkan sudah siap untuk ditetapkan menjadi Daerah yang maju dan
mandiri.
Evaluasi kapasitas sebagai Daerah akan dilakukan pada tahun ke-3.
Jika dalam waktu 3 (tiga) tahun sebuah Daerah Persiapan belum siap untuk
menjadi Daerah baru maka Daerah Persiapan tersebut akan dikembalikan
untuk bergabung dengan Daerah induknya.

3. Penyediaan Fasilitasi dan Pendampingan Profesional dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Selama Masa Daerah Persiapan
Fasilitasi dan pendampingan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah induk, baik melalui pola pembinaan umum
penyelenggaraan pemerintahan yang dikoordinasikan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri maupun dengan pola
pembinaan khusus melalui penyediaan pendampingan secara profesional
(akademisi atau konsultan) sesuai dengan prioritas permasalahan dan
kebutuhan keahlian.
Upaya fasilitasi dan pendampingan profesional ini dimaksudkan
untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan masing-masing
Daerah Persiapan. Proses fasilitasi dan pendampingan juga dimaksudkan
agar Daerah Persiapan dapat benar-benar memenuhi seluruh persyaratan
Pembentukan Daerah serta mampu melakukan proses transisi dengan baik.
Pemaknaan terhadap Pembentukan Daerah melalui tahapan Daerah
Persiapan adalah upaya untuk menata Daerah secara lebih sistematis
melalui penerapan model Pembentukan Daerah secara bertahap. Proses
pengasuhan (nurturing) terhadap Daerah Persiapan yang baru dibentuk
sebelum menjadi Daerah mengandung makna bahwa suatu Daerah
Persiapan harus dibina oleh Daerah induknya untuk pada akhirnya menjadi
suatu Daerah.
- 20 -

Pemberlakuan Daerah Persiapan ini dimaksudkan untuk memberikan


kesempatan bagi sebuah Daerah Persiapan untuk mempersiapkan diri
dengan lebih baik. Persiapan tersebut meliputi pemenuhan semua aspek
yang telah ditentukan dalam perundang-undangan untuk dapat
menjalankan fungsi-fungsi Pemerintahan Daerah, antara lain pemenuhan
sarana dan prasarana pemerintahan, pengalihan personel, perlengkapan,
pembiayaan, dan dokumen (P3D), pembentukan kelembagaan dan pengisian
jabatan yang dapat dilakukan secara bertahap.
Pembentukan Daerah melalui masa Daerah Persiapan akan lebih
memastikan kesiapan calon Daerah baru dalam menyelenggarakan fungsi-
fungsi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan tingkat kesiapan yang
lebih baik dan memadai, terutama dalam fungsi regulasi dan fungsi
pelayanan publik, dan sekaligus memberikan ruang akselerasi yang lebih
luas dengan tanggung jawab yang lebih terukur bagi Pemerintah Daerah
dalam proses pengasuhan (nurturing) terhadap Daerah Persiapan. Dalam
proses pengasuhan Daerah baru, peran kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dan gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat menjadi sangat strategis. Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dan kementerian
teknis terkait melakukan pengasuhan kepada Daerah Persiapan sesuai
dengan kendala teknis yang dihadapi Daerah Persiapan dalam mengelola
urusan pemerintahannya. Selanjutnya gubernur selaku wakil Pemerintah
Pusat dapat menjalankan fungsi pengasuhan terhadap kabupaten dan kota
agar dapat menjalankan fungsinya sebagai Daerah Persiapan secara efektif.
Setelah dinilai melalui tahapan evaluasi yang ketat dan bertahap selama 3
(tiga) tahun dan memiliki kesiapan menjadi Daerah, baru kemudian Daerah
Persiapan diusulkan menjadi Daerah.
Hal yang sama juga dilakukan pada Daerah Persiapan yang dibentuk
Pemerintah Pusat berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis
nasional. Pembentukan Daerah Persiapan berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional mensyaratkan kesiapan Pemerintah Pusat
untuk merencanakan, mengawal, memfasilitasi, dan mendampinginya
secara intensif. Sebab, pada dasarnya Daerah Persiapan berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional ini harus berhasil dalam
kurun waktu paling lama 5 (lima) tahun.
- 21 -

4. Pengembangan Sistem Evaluasi Daerah Persiapan Sebagai Dasar


Penetapan Perubahan Status Menjadi Daerah
Evaluasi dilaksanakan setiap tahun hingga masa terakhir tahun
Daerah Persiapan melalui evaluasi akhir. Hasil dari evaluasi ini nantinya
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan penetapan status Daerah
Persiapan, apakah menjadi Daerah atau bergabung kembali sebagai bagian
dari wilayah Daerah induk.
Evaluasi perkembangan Daerah Persiapan dilakukan secara berkala
tahunan dan pada saat mencapai usia 3 (tiga) tiga tahun, dievaluasi secara
menyeluruh berdasarkan kriteria tertentu. Apabila dinyatakan layak maka
Daerah Persiapan ditetapkan secara definitif menjadi Daerah melalui
penyiapan rancangan Undang-Undang yang mengatur mengenai
Pembentukan Daerah dan untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Bila dinilai tidak layak maka akan
dikembalikan ke Daerah induk.
Apabila persyaratan teknis dan administratif dapat dipenuhi dan
secara intensif dilakukan pendampingan secara berkelanjutan,
kemungkinan besar Daerah Persiapan akan mampu memenuhi syarat
kelayakan untuk menjadi Daerah. Dengan demikian diharapkan langkah ini
akan dapat mencegah terjadinya pemborosan, dalam arti proses yang
sedang dijalankan tidak sampai tereliminasi atau dikembalikan ke Daerah
induk hanya karena tidak memenuhi persyaratan.
Perumusan rancangan Undang-Undang yang mengatur mengenai
Pembentukan Daerah hanya dilakukan apabila Daerah Persiapan tersebut
telah memenuhi seluruh persyaratan bagi perubahan status dari Daerah
Persiapan menjadi Daerah. Rancangan Undang-Undang dirancang atas usul
inisiatif Pemerintah dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan
strategis nasional maupun kepentingan daerah.

B. Rencana Strategis Penataan Daerah

Sejumlah faktor atau kriteria mendasar yang harus diutamakan


dalam penyusunan rencana strategis Penataan Daerah dikemukakan
berikut ini.

1. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional meliputi aspek geostrategi, geopolitik, dan
- 22 -

geoekonomi. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi Indonesia merupakan


strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis Indonesia dalam peta global
yang menjadi dasar dalam menentukan kebijakan untuk mencapai tujuan
nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Geostrategi Indonesia diwujudkan dalam konsep ketahanan nasional.
Aspek geostrategi Indonesia antara lain terkait dengan posisi geografis
Indonesia di persilangan internasional yang kemudian ditetapkan oleh
hukum internasional menjadi alur laut kepulauan indonesia. Geopolitik
Indonesia diwujudkan dalam konsep wawasan nusantara dan politik luar
negeri bebas aktif. Sementara strategi geoekonomi Indonesia diwujudkan
melalui pembentukan kawasan-kawasan ekonomi khusus yang memiliki
daya saing global dengan kombinasi keunggulan faktor ekonomi dan letak
geografis dalam perdagangan internasional.

Gambar 1
Zonase dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia

2. Penataan Daerah yang Berwawasan Global


Selain mengoptimalkan potensi sebagai konsekuensi dari letak
geografis Indonesia, Penataan Daerah juga harus sensitif terhadap
perkembangan global. Sensitivitas tersebut penting sehingga Penataan
Daerah yang dilakukan merupakan langkah strategis untuk memenangkan
persaingan global seraya mengantisipasi efek negatif globalisasi. Isu-isu
seperti perdagangan bebas, perubahan iklim, penyelundupan (trafficking),
hingga terorisme, merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintahan Daerah. Keberhasilan dalam
mengelola isu-isu tersebut sangat terkait dengan Strategi Penataan Daerah.
- 23 -

Strategi Penataan Daerah harus menempatkan dinamika perkembangan


global sebagai pertimbangan dalam pembentukan daerah dan penghapusan
daerah, sehingga kedepan daerah mampu mengelola dinamika
perkembangan global terse but secara maksimal untuk keuntungan daerah.

3. Integrasi Seluruh Aspek Perubahan Lingkungan Strategis


Penataan Daerah dilakukan secara komprehensif lintas sektoral.
Seluruh aspek lingkungan strategis menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan pilihan-pilihan Penataan Daerah. Aspek-aspek perubahan
lingkungan strategis tersebut, antara lain meliputi peningkatan jumlah
penduduk, segregasi etnis, kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan
infrastruktur, mobilitas penduduk, dan bencana alam.
Terkait dengan peningkatan jumlah penduduk, misalnya, proyeksi
jumlah penduduk tahun 2025 adalah sekitar 270 juta jiwa. Desartada harus
mampu mengantisipasi berbagai dampak dan kebutuhan yang timbul dari
pertambahan jumlah penduduk tersebut. Melalui penataan wilayah dan
perencanaan tata ruang yang komprehensif dan lintas sektoral, diharapkan
tantangan-tantangan yang terjadi akibat perubahan lingkungan strategis
dapat lebih diantisipasi.

4. Keterpaduan Pembangunan Pusat dan Daerah


Keterpaduan pembangunan kabupaten dan kota dalam skala ekonomi
Daerah, sistem alokasi dana perimbangan, dan kesatuan sosial-ekonomi
Daerah yang memerlukan jawaban dari Penataan Daerah jangka panjang,
termasuk kriteria yang dipersyaratkan dan bagaimana prosesnya Penataan
Daerah agar lebih terarah dan terkendali.
Tantangan dan permasalahan lain di sektor keuangan, antara lain
tarik menarik kepentingan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, rendahnya kapasitas fiskal Daerah, kurangnya alternatif sumber
pembiayaan pembangunan Daerah, ketergantungan fiskal Daerah terhadap
Pemerintah Pusat, disparitas antar Daerah, inefisiensi dan efektifitas
pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, rendahnya
kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan keuangan, dan perilaku
korupsi.

5. Responsibiltas Terhadap Dinamika Politik Dalam Negeri


Isu-isu lain seperti politik dan pemerintahan dalam negeri yang masih
- 24 -

menonjol terkait dengan kebutuhan Penataan Daerah antara lain integrasi


politik, konflik sosial dan politik, kelembagaan sosial-politik, kesetaraan
politik, responsivitas Pemerintah Daerah, akuntabilitas lokal, konsolidasi
otonomi Daerah, kohesi sosial, dan akulturasi budaya. Selain itu, terjadi
pula kurangnya sinkronisasi manajemen pemerintahan karena egoisme
sektoral dan fanatisme kedaerahan yang berlebihan. Maka Penataan Daerah
ke depan membutuhkan kewibawaan Pemerintah Pusat dengan cara selalu
konsisten melaksanakan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan.

II. PERKIRAAN JUMLAH PEMEKARAN PROVINSI, KABUPATEN, DAN


KOTA BERDASARKAN POTENSI DAYA DUKUNG DASAR

A. GAMBARAN UMUM
Desartada sebagai dasar kebijakan Penataan Daerah memiliki
sejumlah dampak positif dan konstruktif terhadap optimalisasi kinerja
pemerintahan dan pembangunan. Pertama, dengan adanya batasan dan
kepastian tentang maksimal jumlah Daerah yang dapat dibentuk maka
sumber daya politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan
keamanan yang diadakan untuk Daerah dapat didayagunakan secara
terencana dan optimal. Para pemangku kepentingan di Daerah dapat
menata Daerah berdasarkan pada parameter yang lebih terukur dan kurang
bersifat politis. Pemerintah Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Perwakilan Daerah pun dapat mengatur Pembentukan Daerah dengan
kesiapan administratif dan politik yang mapan. Dengan adanya Desartada,
Penataan Daerah melalui Pembentukan Daerah atau pun Penyesuaian
Daerah dapat dilakukan secara lebih transparan dan akuntabel.
Kedua, dengan Desartada, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dapat bersinergi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan di Daerah
yang lebih efektif, sehingga memberikan kontribusi terhadap optimalisasi
kinerja dan perbaikan pelayanan publik untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Desartada memberikan dasar dan jalan bagi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan para pemangkun kepentingan lainnya untuk keluar
dari jebakan-jebakan politisasi, etnisitas, ekstraksi sumber daya, dan
praktek transaksional yang secara berlebihan digunakan sebagai alasan
pembenar dalam Pemekaran Daerah. Dengan Desartada, Pemerintah dapat
memperhitungkan skema-skema pengelolaan resiko dan konflik secara lebih
terencana dan terkendali.
- 25 -

Ketiga, Desartada memungkinkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah merencanakan pendanaan dan kapasitas fiskal yang lebih memadai
untuk mendukung keberhasilan pemerintahan dan pembangunan di
Daerah. Desartada memungkinkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah secara rasional memperhitungkan besarnya anggaran baik dari sisi
penerimaan maupun dari sisi pembelanjaan yang perlu dipersiapkan
berdasarkan pada rancang bangun Penataan Daerah. Pemerintah Daerah
dan para pemangku kepentingan di Daerah pun akan dimungkinkan untuk
memperhitungkan konsekuensi fiskal baik yang bersifat insentif maupun
disinsentif.
Keempat, Desartada memungkinkan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam memastikan percepatan pembangunan di Daerah
perbatasan, pulau-pulau terluar, dan Daerah tertentu lainnya. Desartada
memungkinkan dirumuskannya rencana Penataan Daerah dengan
pendekatan prioritisasi tersebut. Secara lebih khusus, prioritisasi dan
penjadwalan Penataan Daerah pada kawasan-kawasan tersebut dapat
dijabarkan secara rinci dalam rencana Penataan Daerah.
Kelima, Desartada memungkinkan afirmasi percepatan dan stabilisasi
integrasi dan ketahanan nasional yang lebih mapan dan terjamin. Beberapa
hal yang dapat dijadikan sebagai indikator integrasi dan ketahanan nasional
terkait dengan pencapaian tujuan Penataan Daerah, antara lain dilihat dari
kondisi akomodasi terhadap kepentingan stretegis nasional, terbangunnya
sinergitas pembangunan dan pelayanan publik dalam skala Daerah dan
nasional, terantisipasinya dampak bonus demografi terhadap perekenomian
Daerah dan nasional, antisipasi terhadap dampak globalisasi, serta
terbangunnya integritas Pemerintah Pusat sebagai regulator
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Indikator-indikator tersebut dapat
dijabarkan berikut ini.

1. Kepentingan Strategis Nasional


Kebijakan Penataan Daerah memiliki hubungan saling pengaruh
dengan kepentingan strategis nasional. Beberapa aspek yang menjadi
perhatian dalam penyusunan rencana strategis Penataan Daerah yaitu yang
mengutamakan kepentingan nasional sebagaimana telah dikemukakan di
atas juga menjadi perhatian kebijakan Penataan Daerah berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional, meliputi aspek geostrategi,
geopolitik, dan geoekonomi. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi
- 26 -

Indonesia merupakan pertimbangan utama dalam mendayagunakan dan


mengoptimalkan manfaat kondisi geografis Indonesia dalam peta global.
Melalui Penataan Daerah yang diatur secara komprehensif, aspek-aspek
tersebut diarahkan pada beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Daerah baru yang dibentuk berdasarkan pertimbangan kepentingan
strategis nasional dapat dibiayai dengan proporsi yang lebih besar atau
bahkan sepenuhnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara
sehingga Daerah tersebut tidak lagi dibebani dengan keharusan untuk
memenuhi kapasitas fiskal dan penguatan kelembagaan Daerah
setidaknya dalam jangka waktu tertentu, dengan mengeksploitasi
potensi lokal secara berlebihan;
b. Penataan Daerah berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis
nasional dapat menjadi instrumen bagi Pemerintah Pusat untuk
menumbuhkan Daerah baru dengan potensi yang kuat serta
memberikan dampak positif terhadap kepentingan nasional yang lebih
luas;
c. kawasan-kawasan kepulauan terluar, terutama yang berbatasan
dengan negara-negara lain atau kawasan-kawasan internasional dalam
jangka menengah atau panjang dapat dikembangkan menjadi Daerah
provinsi atau kabupaten.

2. Sinergi Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah


Penataan Daerah berdasarkan pada Desartada mampu mendorong
terwujudnya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
terutama dalam pelaksanaan tugas yang didesentralisasikan dan tugas
umum pemerintahan. Sinergi dapat dioptimalkan dalam bidang
pembangunan antara provinsi dan kabupaten/kota dalam hal ekonomi
Daerah, sistem alokasi dana perimbangan, dan kesatuan sosial-ekonomi
Daerah yang memerlukan jawaban dari Penataan Daerah jangka panjang,
termasuk kriteria dan proses yang ditentukan untuk menjamin Penataan
Daerah yang lebih terarah dan terkendali.
Desartada dapat menjadi acuan pendukung dalam merencanakan
penyelesaian permasalahan di sektor keuangan, antara lain berkenaan
dengan tarik menarik kepentingan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, rendahnya kapasitas fiskal Daerah, kurangnya
alternatif sumber pembiayaan pembangunan Daerah, ketergantungan fiskal
Daerah terhadap Pemerintah Pusat, disparitas antar Daerah, inefisiensi dan
- 27 -

efektifitas pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,


rendahnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan keuangan,
dan perilaku korupsi.
Sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dapat
diwujudkan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
a. sinkronisasi dalam pengembangan jalur transportasi baru di darat, laut
dan udara sehingga dengan mengetahui Daerah baru di tingkat provinsi
dan kabupaten, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
merencanakan secara bersama pengembangan pelabuhan dan terminal;
b. pengembangan pusat logistik berbasis satuan kawasan yang dapat
menekan biaya dan harga distribusi dan pemasaran secara nasional
dan kawasan sehingga terwujud pemerataan pusat logistik;
c. pengembangan infrastruktur listrik, air, dan telepon dapat segera
menyertai pembangunan di Daerah baru sehingga investasi dalam
sektor infrastruktur dapat direncanakan secara bersama dengan lebih
baik berdasarkan Desartada;
d. pembangunan basis produksi sektor unggulan nasional, seperti dalam
bidang perikanan dan kelautan, pertanian dan peternakan yang dapat
dipadukan dengan rencana Penataan Daerah sebagaimana diarahkan
dalam Desartada;
e. penyebaran penduduk dan urbanisasi pun dapat lebih efektif
disinergikan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
karena masing-masing Daerah yang dipersiapkan dapat mengusulkan
program migrasi atau pun pengembangan Daerah perkotaan atau kota
baru.

3. Antisipasi Dampak Bonus Demografi


Penyusunan Desartada juga dilakukan dengan mengantisipasi
pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pada tahun 2025 diproyeksikan
sekitar 270 juta jiwa. Desartada harus mengantisipasi berbagai dampak dan
kebutuhan yang timbul dari pertambahan jumlah penduduk tersebut.
Melalui penataan wilayah dan perencanaan tata ruang yang komprehensif
dan lintas sektoral, diharapkan tantangan yang terjadi akibat perubahan
lingkungan strategis di bidang demografi dapat lebih diantisipasi.
Seperti telah diketahui, kawasan tertentu di Indonesia telah
mengalami gejala kelebihan kapasitas (over-carrying capacity) baik dalam hal
jumlah penduduk maupun angkatan kerja, sementara kawasan lain yang
- 28 -

baru dikembangkan mengalami kekurangan. Dengan adanya Desartada


yang akan diikuti dengan rencana Penataan Daerah tingkat provinsi,
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dapat mengantisipasi
munculnya kawasan pusat pertumbuhan baru. Pertambahan jumlah
penduduk yang sering dikatakan sebagai bonus demografi dapat diratakan
mengikuti Pembentukan Daerah baru.

4. Mengambil Manfaat Dampak Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi


Asean
Globalisasi dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
membuka peluang-peluang baru, terutama untuk kawasan yang berbatasan
dengan negara lain atau kawasan internasional. Kawasan seperti ini
potensial untuk dibangun sebagai pelabuhan internasional baru, atau pun
sebagai pusat produksi untuk produk ekspor. Penyusunan Desartada telah
mengantisipasi perkembangan tersebut dan mempertimbangkannya dalam
Penataan Daerah berdasarkan pada kepentingan strategis nasional.
Pengembangan kawasan baru tersebut juga dapat mendukung
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dalam mengantisipasi resiko
dan isu keamanan nasional. Isu seperti perdagangan bebas, perubahan
iklim, penyelundupan (trafficking), hingga terorisme merupakan tantangan
baru yang dihadapi oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintahan Daerah.
Keberhasilan dalam mengelola isu tersebut terkait dengan Strategi Penataan
Daerah dan dapat dipermudah dengan mengacu pada Desartada. Oleh
karena itu Strategi Penataan Daerah harus menempatkan dinamika
perkembangan global sebagai salah satu pertimbangan utama seraya
mengoptimalkan pemanfaatan atau pendayagunaannya.

B. PERKIRAAN PEMEKARAN PROVINSI DENGAN PERTIMBANGAN


KEPENTINGAN STRATEGIS NASIONAL
Dalam menentukan perkiraan potensi Pembentukan Daerah
berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis nasional, Pemerintah
Pusat telah dibantu oleh berbagai kementerian dan lembaga terkait. Untuk
menentukan apakah di Daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, atau
Daerah tertentu memiliki ciri sebagai kawasan strategis nasional, maka
langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah dikemukakan berikut ini.

1. Mengkaji Daerah atau Kawasan Berdasarkan Pada Ciri dan Potensi


- 29 -

Sebagai Kawasan Strategis Nasional


Langkah pertama yang telah dilakukan adalah membentuk gugus
tugas yang bertugas untuk melakukan pengkajian terhadap seluruh Daerah
perbatasan, pulau-pulau terluar, dan Daerah tertentu. Gugus tugas tersebut
melibatkan berbagai kementerian dan lembaga yang mempunyai fungsi dan
tugas terkait dengan pertimbangan tersebut di atas.

2. Melakukan Penyelidikan dan Analisis Kondisi


Gugus tugas yang dibentuk melakukan kajian, observasi,
penyelidikan ke seluruh Daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, dan
Daerah tertentu untuk mengumpulkan data dan fakta yang menjadi
pertimbangan Pembentukan Daerah berdasarkan kepentingan strategis
nasional. Kajian dan observasi tersebut juga menilai cakupan wilayah yang
terkena dampak dari adanya kriteria yang telah diuraikan di atas, termasuk
dalam hal pertahanan dan keamanan. Cakupan wilayah yang memenuhi
kriteria sebagai kawasan strategis nasional tersebut menjadi dasar bagi
Pemerintah Pusat dalam memutuskan Pembentukan Daerah baru.

3. Penilaian Terhadap Cakupan Wilayah dan Jumlah Penduduk dan


Potensi Pendapatan
Meskipun dalam Undang-Undang tidak disebutkan cakupan wilayah
dan jumlah penduduk minimal untuk membentuk Daerah berdasarkan
pada kepentingan strategis nasional, namun Pembentukan Daerah dengan
pertimbangan ini tetaplah harus memperhatikan efisiensi manajemen
pemerintahan. Sebab, setelah Daerah tersebut dibentuk sebagai Daerah
baru, maka Daerah tersebut tetap akan diperlakukan seperti Daerah lainnya
seperti pembagian dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan dana alokasi
khusus ataupun pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, jumlah penduduk
dan luas wilayah cakupan serta prediksi pendapatan Daerah yang akan
dibentuk berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis nasional minimal
tetap diperhitungkan.
Sebagai Daerah yang dibentuk berdasarkan pertimbangan
kepentingan strategis nasional, maka jumlah penduduk dan luas wilayah
serta faktor lain agak dikesampingkan dalam penghitungan kapasitas fiskal,
seperti misalnya dalam perhitungan dana alokasi umum. Perkiraan
penambahan jumlah provinsi atas pertimbangan kepentingan strategis
- 30 -

nasional dapat dilihat dalam Tabel berikut.


.
Tabel 1
Pembentukan Provinsi dengan Pertimbangan Kepentingan Strategis Nasional

JML
DAERAH PULAU DAERAH
KODE NAMA WILAYAH PROV
PERBAT. TERLUAR TERTENTU
KSN
11 ACEH 1 1
12 SUMATERA UTARA 1 1
52 NUSA TENGGARA BARAT 1* 1
53 NUSA TENGGARA TIMUR 1 1
61 KALIMANTAN BARAT 1 1
62 KALIMANTAN TENGAH 1 1
64 KALIMANTAN TIMUR 1 1
71 SULAWESI UTARA 1 1
74 SULAWESI TENGGARA 1* 1
81 MALUKU 1 1
82 MALUKU UTARA 1 1
91 PAPUA 1 1 2
92 PAPUA BARAT 1 1
JUMLAH DAERAH DENGAN KSN 3 5 4 14

Gambar 2
Peta wilayah dengan pertimbangan Kepentingan Strategis Nasional

11
12
71 81
64 91
61
62
92
74
82

52 53

Keterangan : angka (kode wilayah) yang tertera dalam peta merupakan


Daerah potensial untuk pengembangan/Pembentukan
Daerah berdasarkan kepentingan strategis nasional.
- 31 -

Pembentukan provinsi berdasarkan pertimbangan kawasan strategis


nasional dapat dikelaskan berikut ini.
Untuk Provinsi Aceh, pembentukan provinsi baru dapat dilakukan
dengan pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan kawasan
ekonomi khusus serta percepatan pemerataan pembangunan dan perbaikan
layanan publik.
Untuk Provinsi Sumatera Utara, pembentukan provinsi baru dapat
dilakukan dengan pertimbangan adanya kawasan terluar yang
membutuhkan intervensi khusus dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
kawasan dalam rangka percepatan pembangunan dan layanan publik.
Untuk Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur,
pembentukan provinsi baru dilakukan dengan pertimbangan kepentingan
strategis nasional di bidang pertahanan dan keamanan di Daerah
perbatasan. Untuk Provinsi Kalimantan Tengah pembentukan provinsi baru
dengan pertimbangan kepentingan strategis nasional dapat dilakukan
dengan pertimbangan kawasan ekonomi khusus.
Demikian pula untuk Provinsi Sulawesi Utara, keberadaan pulau-
pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara Filipina menjadi
pertimbangan dalam Pembentukan Daerah karena sangat rawan terhadap
ancaman keamanan maritim negara lain dan rawan kejahatan lintas negara
(transnational crime) serta berbagai aktifitas ilegal (illegal fishing, illegal
logging dan illegal mining). Dalam konteks ini, peningkatan pertumbuhan
ekonomi kawasan dalam rangka percepatan pembangunan dan layanan
publik menjadi pilihan penting dalam Pembentukan Daerah. Untuk provinsi
Sulawesi Tenggara, pembentukan 1 (satu) provinsi baru dapat dilakukan
dengan pertimbangan kepentingan strategis nasional terutama yang terkait
dengan pengembangan dan konservasi sumber daya alam di sektor
kemaritiman.
Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, pembentukan provinsi baru
dapat dilakukan dengan pertimbangan kepentingan strategis nasional di
bidang pertahanan dan keamanan di Daerah perbatasan. Letak geografis
yang berhadapan langsung dengan negara tetangga Timor Leste, menjadi
pertimbangan dalam Pembentukan Daerah karena sangat rawan kejahatan
lintas negara (transnational crime). Sementara itu, di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dapat dikembangkan dengan satu provinsi baru dengan pertimbangan
optimalisasi pengembangan sumber daya alam di Sumbawa.
Untuk kawasan Maluku, pembentukan provinsi di Maluku Utara di
- 32 -

bagian Utara dan Maluku Tenggara di bagian Selatan maka pembentukan


provinsi baru dapat dilakukan dengan pertimbangan kepentingan strategis
nasional. Pertimbangan kepentingan strategis nasional pembentukan
provinsi di Maluku adalah berdasarkan pada upaya percepatan
pertumbuhan ekonomi kawasan dalam bentangan kepulauan yang juga
berbatasan langsung dengan negara lain yaitu sebelah utara dengan negara
Palau dan sebelah selatan dengan negara Australia, dengan rentang kendali
penyelenggaraan pemerintahan sangat luas. Kondisi ini jelas sangat rawan
terhadap berbagai kejahatanlintas negara (transnational crime) serta
berbagai aktifitas ilegal (illegal fishing, illegal logging dan illegal mining).
Sementara itu, 3 (tiga) provinsi dapat dibentuk di Papua dengan
pertimbangan kepentingan strategis nasional karena sebagai kawasan
perbatasan dan kawasan khusus dalam rangka peningkatan pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan. Untuk Provinsi Papua Barat pembentukan
provinsi dengan pertimbangan kepentingan strategis nasional,
dimungkinkan sebagai Daerah perbatasan negara dan untuk kepentingan
tertentu (khusus) dalam rangka memperkuat keamanan nasional dan
persaingan global di kawasan Papua dan dalam rangka menata ulang
sebuah kawasan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

C. PERKIRAAN JUMLAH MAKSIMAL PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA


BERDASARKAN POTENSI DAYA DUKUNG DASAR PER KESATUAN
KAWASAN
Penghitungan perkiraan jumlah provinsi, kabupaten, dan kota sebagai
bagian dari penyusunan Desartada dilakukan berdasarkan potensi daya
dukung dasar, yaitu daya dukung geografis dan demografis. Penerapan 2
(dua) daya dukung dasar ini mendasarkan pada kaidah-kaidah yang
termuat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan seluruh hasil
penghitungan merupakan konsekuensi logis dari penerapan Undang-
Undang tersebut. Sekalipun baru 2 (dua) daya dukung dasar tersebut yang
diterapkan dalam perkiraan jumlah Daerah, namun hasil perhitungan dapat
dikatakan memenuhi syarat dasar dalam penentuan jumlah Daerah secara
rasional, karena beberapa pertimbangan.
Pertama, dari daya dukung geografis, penghitungan dilakukan dengan
menentukan rata-rata luas wilayah provinsi, termasuk dengan
mempertimbangkan kemungkinan luas wilayah provinsi terkecil dalam satu
kawasan. Dengan perhitungan rata-rata luas wilayah tersebut, maka satuan
- 33 -

wilayah provinsi tidak menjadi terlalu kecil atau terlalu besar dalam sebuah
kawasan, kecuali jika terdapat faktor kekhususan atau kepentingan
nasional tertentu. Penentuan rata-rata luas wilayah tersebut juga dapat
mengantisipasi kemungkinan munculnya usulan Pembentukan Daerah baru
yang terlalu kecil karena mendasarkan pada ikatan etnisitas tertentu.
Berkaitan dengan optimalisasi pelayanan publik, luas wilayah juga
mengindikasikan daya jangkau, baik dari sisi aksesbilitas dan biaya oleh
warga masyarakat maupun dari sisi penyediaan dan pengadaan fasilitas
layanan oleh para pelayan publik.
Kedua, dari daya dukung demografis, penghitungan dilakukan dengan
menetukan rata-rata jumlah penduduk dalam kawasan, termasuk dengan
mempertimbangkan kemungkinan jumlah penduduk terkecil yang ada
dalam kawasan tersebut. Cara perhitungan seperti ini penting untuk
memastikan bahwa Pembentukan Daerah memiliki tujuan dasar terpenting,
yang salah satunya adalah optimalisasi pelayanan publik untuk rakyat.
Dengan penghitungan rata-rata jumlah penduduk dalam suatu kawasan,
maka upaya untuk penyetaraan mutu layanan publik antar Daerah menjadi
lebih mungkin.
Ketiga, penerapan rata-rata luas wilayah dan jumlah penduduk pada
dasarnya dapat menjadi rujukan utama dalam memprediksikan daya
dukung lain. Sebagai contoh, luas wilayah dan jumlah penduduk
merupakan faktor yang menentukan dalam memperhitungkan potensi
ekonomi riil suatu Daerah, terutama yang terkait dengan pendayagunaan
fiskal dan optimalisasi pajak Daerah. Kedua daya dukung tersebut juga
memudahkan Penataan Daerah ketika harus memperhitungkan faktor
ketahanan sosial serta pertahanan dan keamanan (misalnya ketika harus
menentukan pembentukan kepolisian di Daerah) atau pun dalam
merancang peningkatan kapasitas pelayanan publik dan manajemen
pemerintahan.
Keempat, seluruh perkiraan jumlah Daerah dalam Desartada ini
bersifat maksimum, sejauh ditentukan oleh rata-rata luas wilayah dan
jumlah penduduk dalam suatu kawasan atau provinsi. Proses dan
keputusan politik nasional dan Daerah merupakan faktor pertimbangan
penting lain yang dapat mempengaruhi penentuan Desartada. Keberhasilan
pengawalan dan pelaksanaan Desartada dan rencana Penataan Daerah
provinsi sangat tergantung pada disiplin dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah provinsi, serta pengawalan dari Dewan Perwakilan
- 34 -

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


provinsi dan kabupaten.
Kelima, prinsip dan metode penghitungan perkiraan jumlah provinsi
dalam Desartada juga diterapkan dalam penghitungan perkiraan jumlah
kabupaten dan kota dalam 1 (satu) provinsi. Jika penghitungan rata-rata
luas wilayah dan jumlah penduduk minimal tingkat provinsi mendasarkan
pada lingkup sebuah kawasan, maka penghitungan rata-rata luas wilayah
dan jumlah penduduk minimal tingkat kabupaten mendasarkan pada
lingkup provinsi. Angka rata-rata tersebut digunakan sebagai angka
pembagi sesuai dengan tingkatannya.
Penghitungan luas wilayah rata-rata minimal tingkat provinsi
dilakukan dengan membagi luas kawasan dengan jumlah provinsi yang ada
sekarang. Sementara itu penghitungan luas wilayah rata-rata minimal
tingkat kabupaten dilakukan dengan membagi luas provinsi dengan jumlah
kabupaten yang ada sekarang. Penghitungan luas wilayah rata-rata tingkat
kota dilakukan dengan membagi rata-rata luas wilayah kota dalam satu
provinsi. Penghitungan jumlah provinsi maksimal dilakukan dengan
membagi luas keseluruhan kawasan dengan luas rata-rata minimal provinsi,
sementara penghitungan jumlah kabupaten maksimal dilakukan dengan
membagi luas keseluruhan provinsi dengan luas rata-rata minimal
kabupaten dalam provinsi tersebut.
Jumlah penduduk rata-rata minimal di tingkat provinsi dilakukan
dengan memperhitungkan rata-rata jumlah penduduk provinsi dalam 1
(satu) kawasan, ditambahkan dengan jumlah penduduk provinsi terkecil
dalam 1 (satu) kawasan, dan kemudian diambil rata-rata di antara
keduanya. Jumlah penduduk rata-rata minimal di tingkat kabupaten
dilakukan dengan memperhitungkan rata-rata jumlah penduduk kabupaten
dalam 1 (satu) provinsi, ditambahkan dengan jumlah penduduk kabupaten
terkecil dalam satu provinsi, dan kemudian diambil rata-rata di antara
keduanya. Jumlah penduduk minimal tingkat kota dilakukan dengan
memperhitungkan rata-rata jumlah penduduk kota di Indonesia.
Penghitungan jumlah maksimal provinsi, kabupaten dan kota dilakukan
dengan membagi jumlah penduduk total yang telah diproyeksikan
berdasarkan pada rata-rata pertumbuhan penduduk di kawasan tertentu,
dengan jumlah penduduk minimal sesuai dengan tingkatannya.
Dari penghitungan jumlah provinsi, kabupaten, dan kota yang
mungkin, baik berdasarkan pada parameter luas wilayah maupun jumlah
- 35 -

penduduk minimal, penghitungan selanjutnya dilakukan dengan penentuan


jumlah Daerah mendasarkan pada prinsip pemenuhan kedua parameter
secara mutlak atau absolut, yaitu bahwa kedua persyaratan jumlah minimal
harus dipenuhi. Dengan kata lain, provinsi, kabupatan dan kota dapat
dibentuk jika syarat luas wilayah dan jumlah penduduk minimal terpenuhi
keseluruhannya.
Penghitungan perkiraan jumlah Daerah ini dikatakan sebagai
perkiraan dasar dalam pengertian bahwa penghitungan baru menggunakan
2 (dua) daya dukung dasar tersebut. Namun demikian, karena perkiraan
jumlah Daerah tersebut dihasilkan dari proses yang menyeluruh dan
sistematik, maka hasil perhitungan perkiraan tersebut bersifat tetap.
Penyesuaian hanya dapat dilakukan dalam rangka pendetilan rencana
Penataan Daerah pada tingkat provinsi atau dalam hal Pemerintah Pusat
menentukan desain atau rencana yang berbeda karena faktor kepentingan
strategis nasional.

1. Perkiraan Jumlah Provinsi


a. Kelompok I Sumatera
Di kawasan Sumatera pada saat ini terdapat 10 provinsi. Total luas
wilayah darat adalah 480.793 km2. Rata-rata luas wilayah adalah 48.079
km2. Luas wilayah darat terkecil adalah 8.202 km2, yaitu di Provinsi
Kepulauan Riau. Dari penghitungan rata-rata diketahui bahwa luas wilayah
minimal per provinsi yang dinilai paling rasional adalah 28.141 km2. Dengan
penghitungan luas wilayah minimal tersebut, maka kawasan Sumatera
memiliki potensi atau daya dukung geografis maksimal untuk adanya 17
provinsi.
Jumlah penduduk di kawasan Sumatera pada tahun 2015 adalah
lebih dari 57 juta jiwa atau rata-rata 5,7 juta jiwa per provinsi. Jumlah
penduduk terkecil adalah sekitar 1,28 juta jiwa, yaitu di Provinsi Bangka
Belitung. Berdasarkan pada data demografis tersebut, maka rata-rata
jumlah penduduk minimal provinsi adalah sekitar 3,49 juta jiwa. Maka, dari
daya dukung demografis, di kawasan Sumatera potensi Pembentukan
Daerah paling tinggi adalah 16 provinsi.
- 36 -

Tabel 2
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok I Sumatera
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

11 ACEH 57.956,00 5.090.415 luas wilayah rata2 48.079,33


12 SUMATERA UTARA 72.981,23 14.591.468 luas wilayah terkecil 8.201,72
13 SUMATERA BARAT 42.012,89 5.393.534 luas wilayah minimal provinsi 28.140,52
14 RIAU 87.023,66 5.877.887 Jml max prov yang dapat dibentuk 17
15 JAMBI 50.058,16 3.415.563
16 SUMATERA SELATAN 91.592,43 8.075.028 jumlah penduduk rata2 tahun 2015 5.702.786
17 BENGKULU 19.919,33 1.935.636 jumlah penduduk terkecil tahun 2015 1.285.190
18 LAMPUNG 34.623,80 9.545.687 jumlah penduduk minimal provinsi 3.493.988
19 KEP. BANGKA BELITUNG 16.424,06 1.285.190 Jml max prov yang dapat dibentuk 16
21 KEPULAUAN RIAU 8.201,72 1.817.452
JUMLAH SUMATERA 480.793,28 57.027.860

Jika prasyarat luas wilayah dan jumlah penduduk minimal tersebut


diterapkan untuk masing-masing provinsi, maka di kawasan Sumatera
hanya 4 provinsi yang memiliki daya dukung geografis dan demografis
untuk dimekarkan, yaitu Aceh berpeluang untuk dimekarkan dengan
penambahan 1 provinsi baru, Sumatera Utara dengan penambahan 3
provinsi baru dan Sumatera Selatan dengan potensi penambahan 1 provinsi
baru. Dengan perkiraan ini, maka kawasan Sumatera memiliki daya dukung
geografis dan demografis untuk membentuk paling tinggi 4 provinsi baru,
atau secara keseluruhan menjadi 15 provinsi.

Tabel 3
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok I
Sumatera Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
11 ACEH 2 1 0 1 1 2
12 SUMATERA UTARA 3 4 2 1 3 4
13 SUMATERA BARAT 1 2 0 0 0 1
14 RIAU 3 2 0 0 0 1
15 JAMBI 2 1 0 0 0 1
16 SUMATERA SELATAN 3 2 1 0 1 2
17 BENGKULU 1 1 0 0 0 1
18 LAMPUNG 1 3 0 0 0 1
19 KEP. BANGKA BELITUNG 1 0 0 0 0 1
21 KEPULAUAN RIAU 0 1 0 0 0 1
JUMLAH SUMATERA 17 16 3 2 5 15
- 37 -

b. Kelompok II Jawa dan Bali


Untuk kawasan Jawa dan Bali terdapat Provinsi Daerah Khusus Ibu
kota Jakarta (DKI Jakarta), yang merupakan Ibu kota Negara. Karena status
ini, maka Provinsi DKI Jakarta hampir tidak mungkin dimekarkan. Oleh
karena itu, agar tidak menimbulkan bias dalam penghitungan, maka luas
wilayah dan jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta tidak dimasukkan
dalam penghitungan rata-rata dalam memperkirakan jumlah Daerah di
kawasan Jawa dan Bali.
Luas daratan kawasan Jawa dan Bali adalah 134.554 km2, dengan
rata-rata 22.426 km2. Provinsi dengan luas wilayah terkecil, di luar DKI
Jakarta adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DI Yogyakarta), yaitu
3.133 km2. Berdasarkan pada data tersebut, maka luas wilayah terkecil
untuk membentuk provinsi di kawasan Jawa dan Bali adalah 12.779 km2.
Berdasarkan pada luas wilayah minimal ini, maka di kawasan Jawa
terdapat daya dukung kewilayahan untuk adanya 11 provinsi.
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di kawasan Jawa dan Bali sekitar
134 juta jiwa, dengan rata-rata non DKI Jakarta mencapai 22,39 juta jiwa.
Provinsi dengan penduduk terkecil adalah DI Yogyakarta dengan jumlah 3,5
juta jiwa. Dengan rata-rata prasyarat jumlah penduduk per provinsi 12,9
juta jiwa, kawasan Jawa dan Bali memiliki daya dukung demografis untuk
membentuk paling tinggi 10 provinsi.

Tabel 4
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok II Jawa dan
Bali Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

31 DKI JAKARTA 664,01 9.992.842 luas wilayah rata2 22.425,72


32 JAWA BARAT 35.377,76 42.468.887 luas wilayah terkecil 3.133,15
33 JAWA TENGAH 32.800,69 34.964.320 luas wilayah minimal provinsi 12.779,44
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.133,15 3.553.293 Jml max prov yang dapat dibentuk 11
35 JAWA TIMUR 47.799,75 39.182.656
36 BANTEN 9.662,92 10.022.566 jumlah penduduk rata2 tahun 2015 22.393.620
51 BALI 5.780,06 4.169.998 jumlah penduduk terkecil tahun 2015 3.553.293
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 134.554 134.361.720 jumlah penduduk minimal provinsi 12.973.457
Jml max prov yang dapat dibentuk 10

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal untuk sebuah


provinsi di kawasan Jawa dan Bali diperlakukan untuk masing-masing
provinsi, maka terdapat 3 provinsi yang memiliki daya dukung demografis
dan geografis untuk mekar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur masing-
masing dengan 2 provinsi baru dan Jawa Tengah 1 provinsi baru. Dengan
- 38 -

kata lain, secara keseluruhan, kawasan Jawa dan Bali memiliki daya
dukung geografis dan demografis untuk membentuk 5 provinsi baru atau
keseluruhannya menjadi 12 provinsi.
Tabel 5
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok II
Jawa dan Bali Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
31 DKI JAKARTA 0 1 0 0 0 1
32 JAWA BARAT 3 3 2 0 2 3
33 JAWA TENGAH 3 3 1 0 1 2
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 1
35 JAWA TIMUR 4 3 2 0 2 3
36 BANTEN 1 1 0 0 0 1
51 BALI 0 0 0 0 0 1
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 11 10 5 0 5 11

c. Kelompok III Kalimantan


Kalimantan memiliki luas wilayah darat 554.150 km2 atau rata-rata
108.830 km2. Provinsi dengan luas wilayah darat terkecil adalah Kalimantan
Selatan, yaitu 38.744 km2. Berdasarkan pada model penghitungan dalam
Desartada, maka luas wilayah minimal provinsi di kelompok Kalimantan
adalah 73.787 km2 dan dengan demikian kawasan ini memiliki daya dukung
geografis untuk 7 provinsi.
Jumlah penduduk di kelompok Kalimantan adalah 15,585 juta jiwa
atau rata-rata 3,1 juta jiwa per provinsi. Provinsi dengan penduduk terkecil
adalah Kalimantan Utara, yakni sekitar 594 ribu jiwa. Penghitungan
berdasarkan potensi daya dukung demografi menunjukkan bahwa prasyarat
jumlah penduduk minimal provinsi di kawasan Kalimantan adalah 1,86 juta
jiwa. Maka, daya dukung demografi di kawasan Kalimantan memungkinkan
adanya 8 provinsi.

Tabel 6
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok III Kalimantan
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

61 KALIMANTAN BARAT 147.307,00 5.318.289 luas wilayah rata2 108.830,01


62 KALIMANTAN TENGAH 153.564,50 2.451.711 luas wilayah terkecil 38.744,23
63 KALIMANTAN SELATAN 38.744,23 3.851.242 luas wilayah minimal provinsi 73.787,12
64 KALIMANTAN TIMUR 129.066,64 3.369.666 Jml max prov yang dapat dibentuk 7
65 KALIMANTAN UTARA 75.467,70 594.107
jumlah penduduk rata2 tahun 2015 3.117.003
jumlah penduduk terkecil tahun 2015 594.107
JUMLAH KALIMANTAN 544.150,07 15.585.015 jumlah penduduk minimal provinsi 1.855.555
Jml max prov yang dapat dibentuk 8
- 39 -

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal provinsi


diperlakukan terhadap masing-masing provinsi, maka menurut pemenuhan
prasyarat mutlak, ada 3 provinsi yang memiliki daya dukung penuh untuk
dimekarkan, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Timur, masing-masing dengan 1 provinsi baru. Berdasarkan
pada perhitungan tersebut, dan dengan mempertimbangkan Kepentingan
Strategis Nasional, kawasan Kalimantan memiliki daya dukung untuk
adanya 8 provinsi.

Tabel 7
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok III
Kalimantan Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
61 KALIMANTAN BARAT 2 3 0 1 1 2
62 KALIMANTAN TENGAH 2 1 0 1 1 2
63 KALIMANTAN SELATAN 1 2 0 0 0 1
64 KALIMANTAN TIMUR 2 2 0 1 1 2
65 KALIMANTAN UTARA 1 0 0 0 0 1

JUMLAH KALIMANTAN 7 8 0 3 3 8

d. Kelompok IV Sulawesi
Kawasan Sulawesi merupakan kawasan potensial baik secara
geografis maupun pembangunan ekonomi. Kawasan yang sekarang terdiri
dari 6 provinsi ini memiliki luas wilayah darat 188.522 km2 atau rata-rata
31.420 km2. Provinsi yang paling kecil adalah Gorontalo dengan luas
wilayah darat 11.257 km2. Berdasarkan pada model penghitungan yang
diterapkan, luas wilayah minimal provinsi adalah 21.338 km2. Maka,
kawasan Sulawesi secara geografis memiliki daya dukung untuk 9 provinsi.
Kawasan Sulawesi pada tahun 2015 memiliki penduduk sekitar 20
juta jiwa atau rata-rata 3,34 juta jiwa per provinsi. Provinsi Gorontalo
memiliki jumlah penduduk terkecil, yaitu 1,14 juta jiwa. Berdasarkan pada
data demografis tersebut, untuk kawasan Sulawesi, prasyarat jumlah
- 40 -

penduduk provinsi minimal adalah 2,24 juta jiwa. Maka, jumlah penduduk
di kawasan Sulawesi memberi daya dukung untuk adanya 9 provinsi.

Tabel 8
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok IV Sulawesi
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

71 SULAWESI UTARA 13.851,64 2.587.045 luas wilayah rata2 31.420,39


72 SULAWESI TENGAH 61.841,29 2.828.043 luas wilayah terkecil 11.257,07
73 SULAWESI SELATAN 46.717,48 9.463.531 luas wilayah minimal provinsi 21.338,73
74 SULAWESI TENGGARA 38.067,70 2.525.392 Jml max prov yang dapat dibentuk 9
75 GORONTALO 11.257,07 1.139.729
76 SULAWESI BARAT 16.787,18 1.520.508 jumlah penduduk rata2 tahun 2015 3.344.041,33
JUMLAH SULAWESI 188.522,36 20.064.248 jumlah penduduk terkecil tahun 2015 1.139.729,00
jumlah penduduk minimal provinsi 2.241.885
Jml max prov yang dapat dibentuk 9

Ketika luas wilayah darat dan jumlah penduduk minimal provinsi


diperlakukan pada masing-masing provinsi, hanya ada satu provinsi yang
memiliki daya dukung penuh secara geografis dan demografis untuk
memekarkan 1 provinsi baru, yaitu Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara memiliki daya dukung geografis yang
memadai, tetapi tidak terdukung dari daya dukung demografi. Dari faktor
kepentingan strategis nasional, Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tenggara dinilai memiliki kemungkinan untuk dimekarkan masing-masing
dengan 1 provinsi baru dalam rangka memperkuat kawasan perbatasan dan
kawasan terluar. Dengan demikian, berdasarkan pada daya dukung
geografis dan demografis secara absolut serta mempertimbangkan
Kepentingan Strategis Nasional, kawasan Sulawesi memiliki daya dukung
untuk adanya 9 provinsi.

Tabel 9
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok IV
Sulawesi Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
71 SULAWESI UTARA 1 1 0 1 1 2
72 SULAWESI TENGAH 3 1 0 0 0 1
73 SULAWESI SELATAN 2 4 1 0 1 2
74 SULAWESI TENGGARA 2 1 0 1 1 2
75 GORONTALO 1 1 0 0 0 1
76 SULAWESI BARAT 1 1 0 0 0 1
JUMLAH SULAWESI 9 9 1 2 3 9
- 41 -

e. Kelompok V Nusa Tenggara


Kawasan Nusa Tenggara berciri sebagai pulau atau kepulauan kecil.
Kawasan yang terdiri dari 2 provinsi ini memiliki wilayah darat 67.290 km2
atau rata-rata 33.645 km2. Provinsi yang paling kecil adalah Nusa Tenggara
Barat, dengan luas wilayah darat 18,57 km2. Luas wilayah sebagai prasyarat
minimal provinsi yang diperhitungkan untuk kawasan kepulauan ini adalah
sekitar 26.108 km2. Dengan perhitungan tersebut, kawasan Nusa Tenggara
memiliki daya dukung geografis untuk adanya 3 provinsi.
Provinsi dengan penduduk terkecil adalah Nusa Tenggara Barat, yaitu
dengan 5,16 juta jiwa. Prasyarat jumlah penduduk minimal provinsi dengan
karakteristik kepulauan ini adalah 5,19 juta jiwa. Maka kawasan ini
mempunyai daya dukung demografis untuk adanya 2 provinsi.

Tabel 10
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok V Nusa
Tenggara Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

52 NUSA TENGGARA BARAT 18.572,32 5.164.618 luas wilayah rata2 33.645,21


53 NUSA TENGGARA TIMUR 48.718,10 5.278.512 luas wilayah terkecil 18.572,32
luas wilayah minimal provinsi 26.108,77
Jml max prov yang dapat dibentuk 3
JUMLAH NUSA TENGGARA 67.290,42 10.443.130
jumlah penduduk rata2 tahun 2015 5.221.565
jumlah penduduk terkecil tahun 2015 5.164.618
jumlah penduduk minimal provinsi 5.193.092
Jml max prov yang dapat dibentuk 2

Namun demikian, ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal


kawasan diperlakukan pada semua provinsi, kedua provinsi yang ada tidak
memenuhi kedua persyaratan secara absolut. Untuk Provinsi Nusa Tenggara
Timur, pembentukan provinsi baru dapat dilakukan dengan pertimbangan
kepentingan strategis nasional di bidang pertahanan dan keamanan di
Daerah perbatasan. Letak geografis yang berhadapan langsung dengan
negara tetangga Timor Leste, menjadi pertimbangan dalam Pembentukan
- 42 -

Daerah karena sangat rawan kejahatan lintas negara (transnational crime).

Tabel 11
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok V
Nusa Tenggara Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
52 NUSA TENGGARA BARAT 1 1 0 1 1 2
53 NUSA TENGGARA TIMUR 2 1 0 1 1 2
JUMLAH NUSA TENGGARA 3 2 0 2 2 4

f. Kelompok VI Maluku
Kawasan Maluku memiliki karakteristik yang sangat khas, yaitu
kepulauan yang tersebar di samudera dan lautan yang sangat luas. Secara
wilayah darat, kawasan Maluku terkesan agak kecil, karena hanya memiliki
wilayah darat seluas 78,89 km2 atau rata-rata 39,45 km2. Luas daratan
minimal adalah Maluku Utara, yaitu 31,98 km2. Dengan demikian, luas
wilayah darat di kawasan ini mendukung adanya 2 provinsi.
Jumlah penduduk kawasan Maluku pada 2015 diperkirakan
mencapai 3,06 juta jiwa, dengan jumlah penduduk terkecil di Maluku Utara,
yaitu 1.25 juta jiwa. Jumlah penduduk kawasan ini sebagai prasyarat
minimal pembentukan provinsi adalah 1,39 juta jiwa. Berdasarkan pada
data ini maka daya dukung geografis di kawasan Maluku mendukung
adanya 2 provinsi.

Tabel 12
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VI Maluku
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

81 MALUKU 46.914,03 1.812.901 luas wilayah rata2 39.448,27


82 MALUKU UTARA 31.982,50 1.253.401 luas wilayah terkecil 31.982,50
JUMLAH MALUKU 78.896,53 3.066.302 luas wilayah minimal provinsi 35.715,38
Jml max prov yang dapat dibentuk 2
jumlah penduduk rata2 tahun 2015 1.533.151
jumlah penduduk terkecil tahun 2015 1.253.401
jumlah penduduk minimal provinsi 1.393.276
Jml max prov yang dapat dibentuk 2

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal provinsi

diperlakukan pada semua provinsi, tidak ada provinsi di Maluku yang


- 43 -

memenuhi syarat untuk daya dukung geografis dan demografis untuk

pembentukan provinsi baru. Namun, mempertimbangkan faktor

kepentingan strategis nasional, kawasan ini dinilai layak untuk membentuk


provinsi baru di kawasan terluar, yaitu di utara dan selatan. Dengan

perkiraan tersebut, maka kawasan ini mendapatkan perhatian dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan pada perkiraan

tersebut dan mempertimbangkan kepentingan strategis nasional, memiliki


pertimbangan khusus secara geografis untuk adanya 4 provinsi.

Tabel 13
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VI
Maluku Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional
Jml
MAX MAX TAMBAH (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH MUTLAK
KSN
WIL PDDK Prov s/d
2025
81 MALUKU 1 1 0 1 1 2
82 MALUKU UTARA 1 1 0 1 1 2
JUMLAH MALUKU 2 2 0 2 2 4

g. Kelompok VII Papua


Kawasan Papua merupakan kawasan yang sangat khusus, karena

selain merupakan kawasan perbatasan dengan sejumlah negara, kawasan

ini juga membutuhkan perhatian khusus dalam hal percepatan

pembangunan dan di dalamnya terdapat sejumlah kawasan konservasi.


Kawasan Papua memiliki luas wilayah daratan sekitar 418.707 km2.

Provinsi Papua Barat memiliki luas daratan lebih kecil yaitu 99.672 km2.

Berdasarkan pada keluasan wilayah daratan tersebut, luas wilayah minimal

provinsi di Papua adalah sekitar 104.677 km2. Dengan ukuran luas wilayah
minimal tersebut kawasan Papua dapat memberikan daya dukung geografis

untuk 4 provinsi.

Kawasan Papua secara umum diketahui memiliki jumlah penduduk

yang relatif sangat kecil, dengan rata-rata 2,5 juta jiwa per provinsi. Provinsi

Papua Barat memiliki jumlah penduduk yang lebih kecil, yaitu sekitar 1 juta
jiwa. Berdasarkan pada metode penghitungan yang ditentukan, jumlah
- 44 -

penduduk minimal provinsi di kawasan Papua adalah 1,8 juta jiwa. Dengan

jumlah penduduk minimal tersebut, jumlah penduduk di kawasan Papua

dapat mendukung adanya 3 provinsi.


Tabel 14
Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VII Papua
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

LUAS WILAYAH JUMLAH PEND RATA-RATA


KODE NAMA WILAYAH PARAMETER
DARATAN (KM2) 2015 PEMBAGI

91 PAPUA 319.036,05 3.993.325 luas wilayah rata2 209.353,84


92 PAPUA BARAT 99.671,63 1.068.911 luas wilayah terkecil 99.671,63
JUMLAH PAPUA 418.707,68 5.062.236 luas wilayah minimal provinsi 104.677,26
Jml max prov yang dapat dibentuk 4

jumlah penduduk rata2 tahun 2015 2.531.118


jumlah penduduk terkecil tahun 2015 1.068.911
jumlah penduduk minimal provinsi 1.800.015
Jml max prov yang dapat dibentuk 3

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal provinsi


diperlakukan untuk kawasan Papua, maka daya dukung luas wilayah dan
jumlah penduduk minimal absolut hanya memungkinkan adanya
Pemekaran Daerah di Papua, yakni dengan pembentukan 1 provinsi baru.
Namun, faktor kepentingan strategis nasional memberikan daya dukung
tersendiri bagi Provinsi Papua maupun Papua Barat. Dengan
memperhatikan dan memperhitungkan posisi strategis Provinsi Papua yang
berbatasan langsung dengan Papua Nugini dan Australia, maka provinsi ini
memiliki daya dukung untuk adanya 3 provinsi. Sementara itu, Provinsi
Papua Barat yang berbatasan dengan Palau dipandang memiliki
pertimbangan kepentingan strategis nasional untuk dimekarkan dengan
pembentukan 1 provinsi baru. Dengan demikian, kawasan Papua memiliki
daya dukung untuk adanya 5 provinsi.

Tabel 15
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VII
Papua Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional

TAMBAH (+) Jml Jml Prov


KODE NAMA WILAYAH MAX WIL MAX PDDK KSN
MUTLAK Prov s/d 2025

91 PAPUA 3 2 1 2 2 3
92 PAPUA BARAT 1 1 0 1 1 2
JUMLAH PAPUA 4 3 1 3 3 5

2. Perkiraan Jumlah Kabupaten


- 45 -

Dalam memperkirakan jumlah kabupaten, prinsip dan metode

penghitungannya sama dengan dalam memperkirakan jumlah provinsi.

Potensi daya dukung dasar yang digunakan dalam perhitungan yaitu


parameter luas wilayah dan jumlah penduduk. Penghitungan rata-rata luas

wilayah dan jumlah penduduk serta prasyarat minimal dilakukan dalam

satuan provinsi.

a. Kelompok I Sumatera

Pada kawasan Sumatera, prasyarat luas wilayah minimal kabupaten

menurut metoda penghitungan adalah 2.273 km2. Dengan luas daratan


yang ada, kawasan ini memiliki daya dukung geografis untuk 207

kabupaten. Sementara itu, prasyarat jumlah penduduk minimal kabupaten

adalah 204.592 jiwa. Dengan jumlah penduduk pada 2015, kawasan ini
memiliki daya dukung untuk 215 kabupaten.

Tabel 16
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok I Sumatera
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

JML PDDK TOTAL LUAS WIL


KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB

44.081.365 470.481,84
KAWASAN SUMATERA:
LUAS WILAYAH RATA-RATA 3.921
LUAS WILAYAH TERKECIL 625
LUAS WILAYAH MINIMAL 2.273

DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 207

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 367.345


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 41.839
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 204.592

DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 215

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimum kabupaten

diperlakukan untuk masing-masing provinsi, terlihat bahwa tidak semua

provinsi memiliki daya dukung yang memadai untuk membentuk kabupaten


baru. Secara normatif, sejumlah provinsi bahkan harus melakukan

penggabungan kabupaten, karena daya dukung absolut yang tidak

memadai, yaitu Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau.


- 46 -

Maka, dengan penambahan 51 kabupaten, kawasan Sumatera secara

maksimal dapat memiliki total 171 kabupaten.

Tabel 17
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok I
Sumatera Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

11 ACEH 4.368.011 55.907,17 18 3 21


12 SUMATERA UTARA 10.780.891 72.025,80 25 7 32
13 SUMATERA BARAT 4.017.070 40.816,42 12 6 18
14 RIAU 4.757.216 84.768,01 10 13 23
15 JAMBI 2.711.449 49.563,12 9 3 12
16 SUMATERA SELATAN 5.990.865 89.936,11 13 16 29
17 BENGKULU 1.574.708 19.767,63 9 0 9
18 LAMPUNG 8.216.077 34.266,01 13 2 15
19 KEP. BANGKA BELITUNG 1.082.002 16.334,66 6 1 7
21 KEPULAUAN RIAU 583.076 7.096,91 5 0 5
TOTAL SUMATERA 44.081.365 470.481,84 120 51 171

b. Kelompok II Jawa dan Bali


Prasyarat minimal luas wilayah darat kawasan Jawa dan Bali adalah
925 km2, dengan luas wilayah daratan terkecil 425 km2. Maka kawasan ini
memiliki daya dukung geografis untuk 142 kabupaten. Sementara itu,
dengan prasyarat jumlah penduduk minimal kabupaten 715.285 jiwa, maka
kawasan ini memiliki daya dukung untuk 157 kabupaten.

Tabel 18
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok II Jawa
dan Bali Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
TOTAL LUAS
JML PDDK
KODE NAMA WILAYAH WIL DARAT
KAB 2015
KAB
112.096.485 131.099
KAWASAN JAWA - BALI:
LUAS WILAYAH RATA-RATA 1.425
LUAS WILAYAH TERKECIL 425
LUAS WILAYAH MINIMAL 925
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 142

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 1.218.440


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 212.129
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 715.285
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 157

Ketika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal diperlakukan ke


semua provinsi, maka secara normatif Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Bali tidak dapat membentuk kabupaten baru. Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten memiliki daya dukung absolut
- 47 -

untuk dapat membentuk kabupaten baru, masing-masing 19, 6, 19, dan 5


kabupaten. Maka, dengan penambahan paling tinggi 49 kabupaten,
kawasan Jawa dan Bali secara total dapat memiliki 141 kabupaten.

Tabel 19
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
II Jawa dan Bali Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan
Demografis serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

31 DKI JAKARTA 25.385 10,18 1 0 1


32 JAWA BARAT 33.100.410 34.274,71 18 19 37
33 JAWA TENGAH 31.904.954 32.222,55 29 6 35
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.145.272 3.100,65 4 0 4
35 JAWA TIMUR 34.176.249 46.928,87 29 19 48
36 BANTEN 6.232.397 8.919,59 4 5 9
51 BALI 3.537.203 5.652,28 8 0 8
TOTAL JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 112.096.485 131.098,65 92 49 141

c. Kelompok III Kalimantan


Untuk kawasan Kalimantan, prasyarat luas wilayah minimal
kabupaten yang dihasilkan dari penghitungan adalah 6.178 km2. Dengan
prasyarat luas wilayah minimal tersebut, luas wilayah darat Kalimantan
dapat mendukung adanya 87 kabupaten.
Berdasarkan pada data penduduk tahun 2015, prasyarat jumlah
penduduk minimal kabupaten sebagai hasil penghitungan berbasis kawasan
adalah 136.869 jiwa. Dengan jumlah penduduk kawasan yang ada pada
2015, maka Kalimantan dapat terdukung untuk adanya 87 kabupaten.

Tabel 20
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok III
Kalimantan Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB

11.883.653 538.728
KAWASAN KALIMANTAN
LUAS WILAYAH RATA-RATA 11.462
LUAS WILAYAH TERKECIL 893
LUAS WILAYAH MINIMAL 6.178
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 87

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 252.844


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 20.894
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 136.869
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 87

Berdasarkan pada pemenuhan syarat absolut potensi daya dukung


geografis dan demografis tersebut, maka hanya Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur yang dapat membentuk
- 48 -

kabupaten baru, yaitu secara berturut-turut 12, 3, dan 7 kabupaten.


Dengan potensi pengembangan ini, maka kawasan Kalimantan dapat
memiliki paling tinggi 69 kabupaten.
Tabel 21
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
III Kalimantan Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional
JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025
61 KALIMANTAN BARAT 4.435.871 146.695,20 12 12 24
62 KALIMANTAN TENGAH 2.202.106 151.165,00 13 3 16
63 KALIMANTAN SELATAN 2.998.129 38.301,23 11 0 11
64 KALIMANTAN TIMUR 1.855.175 127.349,94 7 7 14
65 KALIMANTAN UTARA 392.372 75.216,90 4 0 4
TOTAL KALIMANTAN 11.883.653 538.728,27 47 22 69

d. Kelompok IV Sulawesi
Luas wilayah darat kawasan Sulawesi dapat memberikan daya
dukung geografis bagi 122 kabupaten, sebab luas wilayah minimal
kabupaten adalah 1.529 km2. Rata-rata luas wilayah daratan di Sulawesi
adalah 2.662 km2 dengan luas wilayah kabupaten terkecil 396 km2.
Sulawesi terdukung untuk dapat membentuk 123 kabupaten.
Prasyarat jumlah penduduk rata-rata di kawasan Sulawesi adalah 131.594
jiwa, dengan jumlah penduduk terkecil 32.879 jiwa.

Tabel 22
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok IV Sulawesi
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

JML PDDK TOTAL LUAS WIL


KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB

16.121.651 186.332
KAWASAN SULAWESI
LUAS WILAYAH RATA-RATA 2.662
LUAS WILAYAH TERKECIL 396
LUAS WILAYAH MINIMAL 1.529
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 122

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 230.309


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 32.879
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 131.594
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 123

Dengan daya dukung absolut dari faktor geografis dan demografis


tersebut, maka hanya Sulawesi Tengah yang dapat membentuk 7 kabupaten
baru, Sulawesi Selatan dapat membentuk 9 kabupaten, Sulawesi Tenggara
dapat membentuk 1 kabupaten dan Sulawesi Barat dapat membentuk 5
- 49 -

kabupaten. Dengan demikian, di kawasan Sulawesi terdapat daya dukung


untuk pembentukan paling tinggi 22 kabupaten atau total maksimal
terdapat 92 kabupaten.

Tabel 23
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
IV Sulawesi Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

71 SULAWESI UTARA 1.688.585 13.209,22 11 0 11


72 SULAWESI TENGAH 2.468.265 61.446,23 12 7 19
73 SULAWESI SELATAN 7.455.005 46.165,90 21 9 30
74 SULAWESI TENGGARA 2.041.704 37.545,81 15 1 16
75 GORONTALO 947.584 11.177,48 5 0 5
76 SULAWESI BARAT 1.520.508 16.787,18 6 5 11
TOTAL SULAWESI 16.121.651 186.331,82 70 22 92

e. Kelompok V Nusa Tenggara


Kawasan Nusa Tenggara memiliki karakteristik pulau dan kepulauan
relatif kecil, tapi relatif berdekatan dengan kepadatan penduduk relatif
jarang. Luas wilayah rata-rata di kawasan ini adalah 2.310 km2 dan luas
wilayah yang paling kecil adalah 1.285 km2. Prasyarat luas wilayah
kabupaten minimal adalah 1.797 km2. Dengan luas wilayah darat yang ada,
kawasan ini memiliki daya dukung untuk 37 kabupaten.
Jumlah penduduk rata-rata di kawasan ini adalah 326.186 jiwa dan
jumlah penduduk terkecil adalah 82.992 jiwa. Prasyarat jumlah penduduk
minimal untuk kawasan ini 204.589 jiwa. Maka, dengan jumlah penduduk
yang ada, kawasan ini memiliki daya dukung untuk adanya 46 kabupaten.

Tabel 24
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok V Nusa
Tenggara Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

JML PDDK TOTAL LUAS WIL


KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB

9.459.383 66.981
KAWASAN NUSA TENGGARA,
LUAS WILAYAH RATA-RATA 2.310
LUAS WILAYAH TERKECIL 1.285
LUAS WILAYAH MINIMAL 1.797
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 37

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 326.186


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 82.992
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 204.589
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 46
- 50 -

Jika syarat geografis dan demografis mutlak diperlakukan untuk


masing-masing provinsi, maka didapatkan bahwa penambahan kabupaten
baru dimungkinkan untuk Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
adalah 2 dan 6 kabupaten. Dengan potensi pembentukan tersebut, maka
kawasan Nusa Tenggara dapat memiliki sampai 37 kabupaten.

Tabel 25
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
V Nusa Tenggara Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan
Demografis serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

52 NUSA TENGGARA BARAT 4.615.380 18.288,77 8 2 10


53 NUSA TENGGARA TIMUR 4.844.003 48.691,92 21 6 27
TOTAL NUSA TENGGARA 9.459.383 66.980,69 29 8 37

f. Kelompok VI Maluku
Kawasan Maluku memiliki karakteristik pulau dan kepulauan yang
tersebar dalam lautan luas dengan kepadatan penduduk relatif jarang. Luas
wilayah rata-rata di kawasan ini adalah 4.505 km2 dan luas wilayah yang
paling kecil adalah 1.704 km2. Prasyarat luas wilayah kabupaten minimal
adalah 3.105 km2. Dengan luas wilayah darat yang ada, kawasan ini
memiliki daya dukung untuk 25 kabupaten.
Jumlah penduduk rata-rata di kawasan ini adalah 134.549 jiwa dan
jumlah penduduk terkecil adalah 49.033 jiwa. Prasyarat jumlah penduduk
minimal untuk kawasan ini 91.791 jiwa. Maka, dengan jumlah penduduk
yang ada, kawasan ini memiliki daya dukung untuk adanya 25 kabupaten.

Tabel 26
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VI Maluku
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

JML PDDK TOTAL LUAS WIL


KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB

2.287.341 76.586
KAWASAN MALUKU Kabupaten
LUAS WILAYAH RATA-RATA 4.505
LUAS WILAYAH TERKECIL 1.704
LUAS WILAYAH MINIMAL 3.105
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 25

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 134.549


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 49.033
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 91.791
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 25
- 51 -

Jika prasyarat geografis dan demografis mutlak diperlakukan untuk


masing-masing provinsi, maka didapatkan bahwa penambahan kabupaten
baru dimungkinkan untuk Maluku dan Maluku Utara masing-masing
adalah 6 dan 2 kabupaten. Dengan potensi pembentukan 2 kota baru, maka
kawasan Maluku dapat memiliki paling tinggi 25 kabupaten.

Tabel 27
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
VI Maluku Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

81 MALUKU 1.357.178 46.361,03 9 6 15


82 MALUKU UTARA 930.163 30.225,38 8 2 10
TOTAL MALUKU 2.287.341 76.586,41 17 8 25

g. Kelompok VII Papua


Kawasan Papua secara umum telah diketahui memiliki luas wilayah
yang sangat besar. Luas wilayah kabupaten rata-rata di kawasan ini
mencapai 10.428 km2, dengan luas wilayah kabupaten terkecil 537 km2.
Untuk pembentukan kabupaten baru di masa depan, luas wilayah minimal
kabupaten yang diperhitungkan adalah 5.483 km2. Dengan luas wilayah
minimal ini, kawasan Papua dapat mendukung adanya 76 kabupaten.
Dengan wilayah yang luas, kawasan ini juga secara umum diketahui
memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil. Rata-rata jumlah penduduk di
kawasan ini adalah 109.395 jiwa, sementara jumlah penduduk kabupaten
yang paling kecil adalah 20.188 jiwa. Rentang jumlah penduduk tersebut
mengarahkan penghitungan jumlah penduduk minimal kabupaten menjadi
64.791 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang ada sekarang, maka daya
dukung demografis dapat menopang adanya 68 kabupaten di kawasan ini.

Tabel 28
Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VII Papua
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis

JML PDDK TOTAL LUAS


KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 WIL DARAT KAB

4.375.795 417.115
KAWASAN PAPUA Kabupaten
LUAS WILAYAH RATA-RATA 10.428
LUAS WILAYAH TERKECIL 537
LUAS WILAYAH MINIMAL 5.483
DAYA DUKUNG GEO. UTK JML KAB MAX 2025 76

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 109.395


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 20.188
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 64.791
DAYA DUKUNG DEM. UTK JML KAB MAX 2025 68
- 52 -

Jika luas wilayah dan jumlah penduduk minimal kabupaten


diperlakukan sebagai syarat mutlak dalam penghitungan potensi
pembentukan kabupaten baru, maka secara normatif di Provinsi Papua
masih dimungkinkan terbentuknya 30 kabupaten baru, sementara di Papua
Barat dapat membentuk 2 kabupaten baru. Dengan potensi pembentukan
32 kabupaten baru, maka pada kawasan ini dapat membentuk 72
kabupaten.

Tabel 29
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Kelompok
VII Papua Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Kepentingan Strategis Nasional

JML PDDK TOTAL LUAS WIL Jml Kab (+) Jml Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB Thn 2015 Kab s/d 2025

91 PAPUA 3.579.569 318.100,13 28 30 58


92 PAPUA BARAT 796.226 99.014,99 12 2 14
TOTAL PAPUA 4.375.795 417.115,12 40 32 72

3. Perkiraan Jumlah Kota


Dalam pembentukan kota, dengan secara konsisten mendasarkan
pemenuhan prasyarat absolut berkenaan dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk minimal pada tingkatan masing-masing, Pemerintah Pusat
menetapkan arah kebijakan yang dikemukakan berikut ini.
Pertama, pembentukan kota harus memenuhi prasyarat kelayakan
secara ketat untuk menjamin bahwa ia lebih cepat mandiri setidaknya
secara ekonomi dan keuangan. Dalam konteks ini, prasyarat geografis dan
demografis harus mengindikasikan bahwa daya dukung minimal kelayakan
terpenuhi untuk mendukung kemandirian ekonomi dan keuangan. Menurut
kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum, klasifikasi kota
dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu kota kecil dengan penduduk 50-
100 ribu jiwa, kota menengah dengan penduduk 100-500 ribu jiwa, kota
besar dengan penduduk 500 ribu – 1 juta jiwa dan kota metropolitan dengan
penduduk di atas 1 juta jiwa. Berdasarkan pada kategori tersebut, maka
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri
menetapkan bahwa pembentukan kota di suatu kawasan harus memiliki
- 53 -

jumlah penduduk minimal setara dengan jumlah penduduk kota menengah,


yaitu di atas 100 ribu jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini maka kota
akan memiliki basis yang lebih mapan baik dalam mobilisasi pendapatan
asli Daerah dari sumber pajak dan non pajak, maupun dalam membangun
perekonomian dalam skala yang relatif besar.
Kedua, pembentukan kota diarahkan untuk membentuk pusat
pendorong dan penghubung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
kawasannya. Kota diharapkan dapat menjadi pusat bisnis pedagangan dan
jasa yang akan melayani kabupaten-kabupaten di sekitarnya. Oleh karena
itu, dalam 1 (satu) provinsi selayaknya terdapat minimal 1 (satu) kota, yaitu
yang terletak di ibu kota provinsi. Oleh karenanya, persyaratan minimal
untuk pembentukan kota perlu ditambahkan, yaitu dengan mengharuskan
bahwa prosentasi jumlah penduduk yang bekerja di sektor nonprimer harus
lebih dari 50 %. Sektor primer mencakup sektor pertanian, kehutanan,
perkebunan, dan pertambangan. Sebagaimana telah disampaikan,
pembentukan kota diarahkan untuk membangun pusat pendorong dan
penghubung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah
kawasan maka pembentukan kota perlu mempertimbangkan kestrategisan
lokasi serta sarana dan prasarana yang menghubungkannya dengan
kabupaten di sekitarnya.
Ketiga, pembentukan kota baru perlu dipastikan tidak akan
mematikan kabupaten induk. Oleh karenanya, luas wilayah dan jumlah
penduduk total minimal harus sama atau melebihi luas wilayah kabupaten
dan luas kota serta jumlah penduduk kabupaten dan jumlah penduduk
kota yang dipersyaratkan dalam 1 (satu) kawasan. Syarat tersebut pun
harus terpenuhi dalam Desartada ini. Perkecualian diberikan pada ibu kota
provinsi atau kawasan khusus yang batas toleransinya akan ditentukan
secara khusus oleh Pemerintah Pusat.

a. Kelompok I Sumatera
Pada kawasan Sumatera, secara demografis, terdapat 37 kabupaten
yang jumlah penduduknya dapat memberikan daya dukung untuk
membentuk kota. Sementara itu, secara geografis, terdapat 72 kabupaten
yang luas wilayahnya memberikan daya dukung untuk terbentuknya 72
kota. Di kawasan Sumatera jumlah penduduk minimal untuk kota dan
kabupaten, masing-masing adalah 209,478 dan 204,592 jiwa, sementara
untuk luas wilayah minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 314
- 54 -

dan 2,273 km2.

Tabel 30
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok I Sumatera
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
12.946.495 10.311
KAWASAN SUMATERA:
LUAS WILAYAH RATA-RATA 303,28
LUAS WILAYAH TERKECIL 23,00
LUAS WILAYAH MINIMAL 314,78

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 380.779,26


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 38.177,00
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 209.478,13

Ketika persyaratan mutlak minimal luas wilayah, jumlah penduduk,


dan pekerjaan penduduk diterapkan, hanya 6 kabupaten yang memiliki
daya dukung untuk membentuk kota, dengan perincian seperti dijabarkan
dalam tabel berikut.

Tabel 31
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok I
Sumatera Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR
DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN MUTLAK
JML PDDK TOTAL LUAS BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 WILAYAH KAB JML LUAS PER INDUS-
DEM + GEO +
RASIO RASIO INDUSTRI
PDDK WIL TANIAN TRI

11 ACEH 4,368,011 55,907 4 11 3 7 0


12 SUMATERA UTARA 10,780,891 72,026 7 10 4 2
12.05 LANGKAT 1,025,374 6,262.00 1 1 1 40.25 59.75 1 1
12.09 ASAHAN 770,908 3,702.21 1 1 1 38.79 61.21 1 1
13 SUMATERA BARAT 4,017,070 40,816 4 9 2 1
13.01 PESISIR SELATAN 513,952 5,749.89 1 1 1 49.15 50.85 1 1
14 RIAU 4,757,216 84,768 6 10 6 2
14.01 KAMPAR 723,169 10,983.47 1 1 1 48.45 51.55 1 1
14.03 BENGKALIS 524,182 6,975.41 1 1 1 44.37 55.63 1 1
15 JAMBI 2,711,449 49,563 0 9 0 0
16 SUMATERA SELATAN 5,990,865 89,936 7 11 7 0
17 BENGKULU 1,574,708 19,768 0 2 0 0
18 LAMPUNG 8,216,077 34,266 9 7 6 1
18.02 LAMPUNG TENGAH 1,459,415 3,802.68 1 1 1 45.41 54.59 1 1
19 KEP. BANGKA BELITUNG 1,082,002 16,335 0 3 0 0
21 KEPULAUAN RIAU 583,076 7,097 0 0 0 0
44,081,365 470,482 37 72 28 7 6

b. Kelompok II Jawa dan Bali


Untuk kawasan Jawa dan Bali, jumlah penduduk kota dan kabupaten
minimal masing-masing adalah 433,582 dan 715,285 jiwa, sementara luas
minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 65 dan 925 km2.
Dengan persyaratan minimal luas wilayah, jumlah penduduk dan pekerjaan
- 55 -

penduduk tersebut, maka secara absolut, Kawasan ini dapat membentuk


paling tinggi 34 Daerah kota baru.

Tabel 32
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok II Jawa dan Bali
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
22.265.235 3.456
KAWASAN JAWA:
LUAS WILAYAH RATA-RATA 115,19
LUAS WILAYAH TERKECIL 16,06
LUAS WILAYAH MINIMAL 65,62

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 742.174,50


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 124.991,00
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 433.582,75

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel


berikut.

Tabel 33
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok II Jawa
dan Bali Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
TOTAL LUAS FILTER SEKTOR DEMOGRAFI FILTER SEKTOR MUTLAK
JML PDDK GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH WILAYAH
KAB 2015 PER DEM + GEO +
KAB JML PDDK LUAS WIL RASIO
TANIAN
INDUSTRI RASIO INDUSTRI
32 JAWA BARAT 33,100,410 34,275 14 16 13 18 13
32.01 BOGOR 3,834,217 2,710.62 1 1 1 10.54 89.46 1 1
32.02 SUKABUMI 2,438,599 4,145.70 1 1 1 35.97 64.03 1 1
32.03 CIANJUR 2,217,040 3,840.16 1 1 1 46.23 53.77 1 1
32.04 BANDUNG 3,494,063 1,767.96 1 1 1 13.75 86.25 1 1
32.05 GARUT 2,186,502 3,074.07 1 1 1 28.16 71.84 1 1
32.06 TASIKMALAYA 1,642,743 2,551.19 1 1 1 30.28 69.72 1 1
32.07 CIAMIS 1,210,196 1,414.71 1 1 1 29.12 70.88 1 1
32.10 MAJALENGKA 1,240,423 1,204.24 1 1 1 30.17 69.83 1 1
32.12 INDRAMAYU 1,824,704 2,040.11 1 1 1 34.86 65.14 1 1
32.13 SUBANG 1,539,907 1,893.95 1 1 1 34.82 65.18 1 1
32.15 KARAWANG 1,905,103 1,652.20 1 1 1 16.59 83.41 1 1
32.16 BEKASI 2,485,857 1,224.88 1 1 1 4.80 95.20 1 1
32.17 BANDUNG BARAT 1,551,477 1,305.77 1 1 1 22.71 77.29 1 1
33 JAWA TENGAH 31,904,954 32,223 10 15 8 26 8
33.01 CILACAP 1,801,572 2,124.47 1 1 1 29.50 70.50 1 1
33.02 BANYUMAS 1,708,531 1,335.30 1 1 1 18.61 81.39 1 1
33.05 KEBUMEN 1,345,907 1,211.74 1 1 1 37.93 62.07 1 1
33.08 MAGELANG 1,263,983 1,102.93 1 1 1 36.08 63.92 1 1
33.15 GROBOGAN 1,413,108 2,013.86 1 1 1 45.50 54.50 1 1
33.18 PATI 1,261,531 1,489.19 1 1 1 33.09 66.91 1 1
33.27 PEMALANG 1,458,806 1,118.03 1 1 1 31.75 68.25 1 1
33.29 BREBES 1,837,547 1,902.37 1 1 1 42.12 57.88 1 1
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3,145,272 3,101 0 1 0 3 0
35 JAWA TIMUR 34,176,249 46,929 12 25 11 19 11
35.05 BLITAR 1,189,309 1,336.48 1 1 1 48.30 51.70 1 1
35.06 KEDIRI 1,498,633 1,386.05 1 1 1 38.05 61.95 1 1
35.07 MALANG 2,430,341 3,530.65 1 1 1 33.15 66.85 1 1
35.09 JEMBER 2,593,748 3,092.34 1 1 1 46.77 53.23 1 1
35.10 BANYUWANGI 1,657,207 5,782.40 1 1 1 43.94 56.06 1 1
35.14 PASURUAN 1,555,611 1,474.02 1 1 1 23.80 76.20 1 1
35.17 JOMBANG 1,323,479 1,115.09 1 1 1 28.45 71.55 1 1
35.22 BOJONEGORO 1,297,878 2,198.79 1 1 1 47.04 52.96 1 1
35.23 TUBAN 1,164,393 1,834.15 1 1 1 48.21 51.79 1 1
35.24 LAMONGAN 1,340,318 1,782.05 1 1 1 47.58 52.42 1 1
35.25 GRESIK 1,232,862 1,191.25 1 1 1 15.27 84.73 1 1
36 BANTEN 6,232,397 8,920 3 4 3 1 2
36.03 TANGERANG 2,521,807 1,011.86 1 1 1 5 95 1 1
36.04 SERANG 1,402,609 1,734.28 1 1 1 19 81 1 1
51 BALI 3,537,203 5,652 0 2 0 0
112,096,485 131,099 39 63 35 67 34
- 56 -

c. Kelompok III Kalimantan


Untuk kawasan Kalimantan, jumlah penduduk kota dan kabupaten
minimal masing-masing adalah 286,376 dan 136,869 jiwa, sementara luas
minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 337 dan 6,178 km2.
Dengan persyaratan minimal luar wilayah, jumlah penduduk dan pekerjaan
penduduk tersebut, maka secara absolut, kawasan ini dapat membentuk
paling tinggi 2 kota baru.

Tabel 34
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok III Kalimantan
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
3.701.362 5.422

KAWASAN KALIMANTAN
LUAS WILAYAH RATA-RATA 602
LUAS WILAYAH TERKECIL 72
LUAS WILAYAH MINIMAL 337

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 411.262


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 161.489
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 286.376

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel


berikut. Kabupaten yang memiliki daya dukung untuk membentuk Daerah
kota adalah Kubu Raya dan Kutai Kartanegara.

Tabel 35
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok III
Kalimantan Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis
serta Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR MUTLAK
JML PDDK TOTAL LUAS WIL DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB PER-
DEM + GEO +
JML PDDK LUAS WIL RASIO INDUSTRI RASIO INDUSTRI
TANIAN
61 KALIMANTAN BARAT 4.435.871 146.695 4 8 4 2 1
61.12 KUBU RAYA 597.098 6.958,22 1 1 1 47,29 52,71 1 1
62 KALIMANTAN TENGAH 2.202.106 151.165 0 10 0 2 0
63 KALIMANTAN SELATAN 2.998.129 38.301 1 1 0 4 0
64 KALIMANTAN TIMUR 1.855.175 127.350 1 6 1 2 1
64.02 KUTAI KARTANEGARA 654.761 23.601,91 1 1 1 49,20 50,80 1 1
65 KALIMANTAN UTARA 392.372 75.217 0 3 0 3 0

11.883.653 538.728 6 28 5 13 2
- 57 -

d. Kelompok IV Sulawesi
Untuk kawasan Sulawesi, jumlah penduduk kota dan kabupaten
minimal masing-masing adalah 227,543 dan 131,594 jiwa, sementara luas
minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 133 dan 1,529 km2.
Dengan persyaratan minimal luas wilayah, jumlah penduduk dan pekerjaan
penduduk, Kawasan ini dapat membentuk paling tinggi 4 kota baru.

Tabel 36
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok IV Sulawesi
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
3.942.597 2.191
KAWASAN SULAWESI
LUAS WILAYAH RATA-RATA 199,14
LUAS WILAYAH TERKECIL 68,06
LUAS WILAYAH MINIMAL 133,60

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 358.418


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 96.669
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 227.543

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel


berikut. Daerah yang memiliki daya dukung untuk membentuk Daerah kota
adalah Gowa, Wajo, Gorontalo, dan Polewali Mandar.

Tabel 37
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok IV
Sulawesi Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR MUTLAK
JML PDDK TOTAL LUAS WIL DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB PER
DEM + GEO +
JML PDDK LUAS WIL RASIO INDUS-TRI RASIO INDUSTRI
TANIAN

71 SULAWESI UTARA 1.688.585 13.209 0 2 0 7 0


72 SULAWESI TENGAH 2.468.265 61.446 1 11 1 1 0
73 SULAWESI SELATAN 7.455.005 46.166 9 10 6 10 2
73.06 GOWA 747.761 1.883,32 1 1 1 30,70 69,30 1 1
73.13 WAJO 476.132 2.504,06 1 1 1 47,25 52,75 1 1
74 SULAWESI TENGGARA 2.041.704 37.546 0 9 0 7 0
75 GORONTALO 947.584 11.177 1 4 1 3 1
75.01 GORONTALO 387.576 1.750,83 1 1 1 40,17 59,83 1 1
76 SULAWESI BARAT 1.520.508 16.787 1 5 1 2 1
76.04 POLEWALI MANDAR 513.656 1.775,65 1 1 1 49,80 50,20 1 1
16.121.651 186.332 12 41 9 30 4

e. Kelompok V Nusa Tenggara


- 58 -

Untuk kawasan Nusa Tenggara, jumlah penduduk kota dan


kabupaten minimal masing-masing adalah 232,600 dan 204,589 jiwa,
sementara luas minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 65 dan
1,797 km2. Dengan persyaratan minimal tersebut, maka secara absolut,
kawasan ini belum dapat membentuk kota baru.

Tabel 38
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok V Nusa Tenggara
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
983.747 310
KAWASAN NUSA TENGGARA,
LUAS WILAYAH RATA-RATA 103,24
LUAS WILAYAH TERKECIL 26,18
LUAS WILAYAH MINIMAL 64,71

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 327.916


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 137.284
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 232.600 = 100.000

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel


berikut. Parameter penentu kurangnya daya dukung dalam pembentukan
kota di Nusa Tenggara adalah prosentasi penduduk yang bekerja di sektor
sekunder yang masih di bawah 50%. Dengan kata lain, kota belum dapat
dikembangkan karena mayoritas penduduknya masih bekerja di sektor
pertanian.

Tabel 39
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok V Nusa
Tenggara Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer

FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR MUTLAK


JML PDDK TOTAL LUAS WIL DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAANBENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB PER INDUS-
DEM + GEO +
JML PDDK LUAS WIL RASIO RASIO INDUSTRI
TANIAN TRI

52 NUSA TENGGARA BARAT 4.615.380 18.289 5 3 2 5 0


53 NUSA TENGGARA TIMUR 4.844.003 48.692 4 11 3 0 0
9.459.383 66.981 9 14 5 5 0

f. Kelompok VI Maluku
Untuk kawasan Maluku, jumlah penduduk kota dan kabupaten
minimal masing-masing adalah 138,981 dan 91,791 jiwa, sementara luas
minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 344 dan 3,105 km2.
Dengan persyaratan minimal tersebut, maka secara absolut, kawasan ini
- 59 -

dapat membentuk paling tinggi 1 (satu) kota baru, yaitu pengembangan dari
Kabupaten Maluku Tengah.

Tabel 40
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok VI Maluku
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
778.961 2.310
KAWASAN MALUKU
LUAS WILAYAH RATA-RATA 577,53
LUAS WILAYAH TERKECIL 111,39
LUAS WILAYAH MINIMAL 344,46

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 194.740,25


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 83.223,00
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 138.981,63 = 100.000

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 41
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VI
Maluku Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR MUTLAK
JML PDDK TOTAL LUAS WIL DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB PER INDUS- DEM + GEO +
JML PDDK LUAS WIL RASIO RASIO INDUSTRI
TANIAN TRI
81 MALUKU 1.357.178 46.361 2 8 2 2 1
81.01 MALUKU TENGAH 419.015 7.953,81 1 1 1 48,26 51,74 1 1
82 MALUKU UTARA 930.163 30.225 1 3 1 0 0
2.287.341 76.586 3 11 3 2 1

g. Kelompok VII Papua

Untuk kawasan Papua, jumlah penduduk kota dan kabupaten


minimal masing-masing adalah 307,953 dan 64,791 jiwa, sementara luas

minimal kota dan kabupaten masing-masing adalah 726 dan 5,482 km2.

Dengan persyaratan minimal tersebut, maka secara absolut, kawasan ini

hanya dapat membentuk 2 kota baru di Provinsi Papua. Di luar potensi


tersebut, dapat dibentuk 1 (satu) kota baru di Papua Barat dengan

pertimbangan sebagai ibu kota provinsi.


- 60 -

Tabel 42
Persyaratan Minimal Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis Dalam
Pembentukan Kota di Kelompok VII Papua
JML PDDK TOTAL LUAS WIL
KODE NAMA WILAYAH
KOTA 2015 DARAT (KM2)
686.441 1.593
KAWASAN PAPUA
LUAS WILAYAH RATA-RATA 796,28
LUAS WILAYAH TERKECIL 656,64
LUAS WILAYAH MINIMAL 726,46

JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA 343.221


JUMLAH PENDUDUK TERKECIL 272.685
JUMLAH PENDUDUK MINIMAL 307.953 = 100.000

Rincian potensi pembentukan kota baru dapat dilihat dalam tabel


berikut.

Tabel 43
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Kelompok VII
Papua Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Jenis Pekerjaan Penduduk di Luar Sektor Primer
FILTER SEKTOR FILTER SEKTOR MUTLAK
JML PDDK TOTAL LUAS WIL DEMOGRAFI GEOGRAFI JENIS PEKERJAAN BENTUK KOTA -
KODE NAMA WILAYAH
KAB 2015 DARAT KAB PER
DEM + GEO +
JML PDDK LUAS WIL RASIO INDUSTRI RASIO INDUSTRI
TANIAN

91 PAPUA 3.579.569 318.100 9 16 7 4 2


91.04 NABIRE 164.206 11.112,61 1 1 1 36,87 63,13 1 1
91.09 MIMIKA 303.632 21.633,00 1 1 1 36,15 63,85 1 1
92 PAPUA BARAT 796.226 99.015 1 7 0 6 0
4.375.795 417.115 10 23 7 10 2

D. PERKIRAAN JUMLAH MAKSIMAL PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA


BERDASARKAN POTENSI DAYA DUKUNG DASAR SECARA NASIONAL
Perkiraan jumlah maksimal provinsi berdasarkan perhitungan potensi
daya dukung dasar dengan parameter luas wilayah minimal dan jumlah
penduduk minimal serta kepentingan strategis nasional maka jumlah
provinsi sebagai Daerah di Indonesia paling tinggi 56 Provinsi. DKI Jakarta
tidak dimasukkan dalam perhitungan Daerah tersebut. Dengan demikian,
Indonesia diperkirakan dapat membentuk 23 Daerah provinsi baru, di mana
di antara 56 provinsi tersebut, 12 provinsi akan dibentuk dengan
mempertimbangkan kepentingan strategis nasional. Meskipun penentuan
potensi pembentukan 12 provinsi dengan pertimbangan kepentingan
- 61 -

strategis nasional tersebut telah melalui berbagai studi dan konsultasi lintas
pemangku kepentingan, kajian yang lebih menyeluruh harus dilakukan oleh
kementerian atau lembaga pengusul, sebelum disampaikan menjadi usulan
pembentukan Daerah Persiapan. Pembentukan Daerah berdasarkan pada
kepentingan strategis nasional selayaknya diprioritaskan untuk Daerah
dengan kerawanan konflik, kawasan perbatasan dan kawasan ekonomi
khusus.

Tabel 44
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi Yang Dapat Dibentuk di Indonesia
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional
Jml Jml
LUAS WILAYAH JUMLAH PEND Prov (+) Jml Prov
KODE NAMA WILAYAH
DARATAN (KM2) 2015 Thn Prov s/d
2015 2025
11 ACEH 57,956.00 5,090,415 1 1 2
12 SUMATERA UTARA 72,981.23 14,591,468 1 3 4
13 SUMATERA BARAT 42,012.89 5,393,534 1 0 1
14 RIAU 87,023.66 5,877,887 1 0 1
15 JAMBI 50,058.16 3,415,563 1 0 1
16 SUMATERA SELATAN 91,592.43 8,075,028 1 1 2
17 BENGKULU 19,919.33 1,935,636 1 0 1
18 LAMPUNG 34,623.80 9,545,687 1 0 1
19 KEP. BANGKA BELITUNG 16,424.06 1,285,190 1 0 1
21 KEPULAUAN RIAU 8,201.72 1,817,452 1 0 1
JUMLAH SUMATERA 480,793.28 57,027,860 10 5 15
31 DKI JAKARTA 664.01 9,992,842 1 0 1
32 JAWA BARAT 35,377.76 42,468,887 1 2 3
33 JAWA TENGAH 32,800.69 34,964,320 1 1 2
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3,133.15 3,553,293 1 0 1
35 JAWA TIMUR 47,799.75 39,182,656 1 2 3
36 BANTEN 9,662.92 10,022,566 1 0 1
51 BALI 5,780.06 4,169,998 1 0 1
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 134,554 134,361,720 6 5 11

52 NUSA TENGGARA BARAT 18,572.32 5,164,618 1 1 2


53 NUSA TENGGARA TIMUR 48,718.10 5,278,512 1 1 2
JUMLAH NUSA TENGGARA 67,290.42 10,443,130 2 2 4
61 KALIMANTAN BARAT 147,307.00 5,318,289 1 1 2
62 KALIMANTAN TENGAH 153,564.50 2,451,711 1 1 2
63 KALIMANTAN SELATAN 38,744.23 3,851,242 1 0 1
64 KALIMANTAN TIMUR 129,066.64 3,369,666 1 1 2
65 KALIMANTAN UTARA 75,467.70 594,107 1 0 1
JUMLAH KALIMANTAN 544,150.07 15,585,015 5 3 8

71 SULAWESI UTARA 13,851.64 2,587,045 1 1 2


72 SULAWESI TENGAH 61,841.29 2,828,043 1 0 1
73 SULAWESI SELATAN 46,717.48 9,463,531 1 1 2
74 SULAWESI TENGGARA 38,067.70 2,525,392 1 1 2
75 GORONTALO 11,257.07 1,139,729 1 0 1
76 SULAWESI BARAT 16,787.18 1,520,508 1 0 1
JUMLAH SULAWESI 188,522.36 20,064,248 6 3 9
81 MALUKU 46,914.03 1,812,901 1 1 2
82 MALUKU UTARA 31,982.50 1,253,401 1 1 2
JUMLAH MALUKU 78,896.53 3,066,302 2 2 4

91 PAPUA 319,036.05 3,993,325 1 2 3


92 PAPUA BARAT 99,671.63 1,068,911 1 1 2
JUMLAH PAPUA 418,707.68 5,062,236 2 3 5
JUMLAH DO 2016-2025 1,912,915 245,610,511 34 23 57

Perkiraan jumlah maksimal kabupaten berdasarkan perhitungan


potensi daya dukung dasar dengan parameter luas wilayah minimal dan
jumlah penduduk minimal serta kepentingan strategis nasional maka
memungkinkan untuk pembentukan 192 kabupaten baru. Pembentukan
kabupaten baru tersebut tidak memasukkan adanya kebutuhan untuk
menggabungkan kabupaten yang ada sekarang, yang luas wilayah dan
- 62 -

jumlah penduduknya tidak memenuhi persyaratan minimal yang ditentukan


dalam Desartada ini.
Tabel 45
Perkiraan Jumlah Maksimal Kabupaten Yang Dapat Dibentuk di Indonesia
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional
Jml Jml
LUAS WILAYAH JUMLAH PEND Kab (+) Jml Kab
KODE NAMA WILAYAH
DARATAN (KM2) 2015 Thn Kab s/d
2015 2025
11 ACEH 57.956,00 5.090.415 18 3 21
12 SUMATERA UTARA 72.981,23 14.591.468 25 7 32
13 SUMATERA BARAT 42.012,89 5.393.534 12 6 18
14 RIAU 87.023,66 5.877.887 10 13 23
15 JAMBI 50.058,16 3.415.563 9 3 12
16 SUMATERA SELATAN 91.592,43 8.075.028 13 16 29
17 BENGKULU 19.919,33 1.935.636 9 0 9
18 LAMPUNG 34.623,80 9.545.687 13 2 15
19 KEP. BANGKA BELITUNG 16.424,06 1.285.190 6 1 7
21 KEPULAUAN RIAU 8.201,72 1.817.452 5 0 5
JUMLAH SUMATERA 480.793,28 57.027.860 120 51 171
31 DKI JAKARTA 664,01 9.992.842 1 0 1
32 JAWA BARAT 35.377,76 42.468.887 18 19 37
33 JAWA TENGAH 32.800,69 34.964.320 29 6 35
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.133,15 3.553.293 4 0 4
35 JAWA TIMUR 47.799,75 39.182.656 29 19 48
36 BANTEN 9.662,92 10.022.566 4 5 9
51 BALI 5.780,06 4.169.998 8 0 8
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 134.554 134.361.720 92 49 141
52 NUSA TENGGARA BARAT 18.572,32 5.164.618 8 2 10
53 NUSA TENGGARA TIMUR 48.718,10 5.278.512 21 6 27
JUMLAH NUSA TENGGARA 67.290,42 10.443.130 29 8 37
61 KALIMANTAN BARAT 147.307,00 5.318.289 12 12 24
62 KALIMANTAN TENGAH 153.564,50 2.451.711 13 3 16
63 KALIMANTAN SELATAN 38.744,23 3.851.242 11 0 11
64 KALIMANTAN TIMUR 129.066,64 3.369.666 7 7 14
65 KALIMANTAN UTARA 75.467,70 594.107 4 0 4
JUMLAH KALIMANTAN 544.150,07 15.585.015 47 22 69
71 SULAWESI UTARA 13.851,64 2.587.045 11 0 11
72 SULAWESI TENGAH 61.841,29 2.828.043 12 7 19
73 SULAWESI SELATAN 46.717,48 9.463.531 21 9 30
74 SULAWESI TENGGARA 38.067,70 2.525.392 15 1 16
75 GORONTALO 11.257,07 1.139.729 5 0 5
76 SULAWESI BARAT 16.787,18 1.520.508 6 5 11
JUMLAH SULAWESI 188.522,36 20.064.248 70 22 92
81 MALUKU 46.914,03 1.812.901 9 6 15
82 MALUKU UTARA 31.982,50 1.253.401 8 2 10
JUMLAH MALUKU 78.896,53 3.066.302 17 8 25
91 PAPUA 319.036,05 3.993.325 28 30 58
92 PAPUA BARAT 99.671,63 1.068.911 12 2 14
JUMLAH PAPUA 418.707,68 5.062.236 40 32 72
JUMLAH DO 2016-2025 1.912.915 245.610.511 415 192 607
* = Data Luas Wilayah = Permendagri No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
* = Data Jumlah Penduduk = Ditjen Dukcapil Kemendagri 2015
* = DKI JAKARTA tidak dihitung dalam rekapitulasi Jumlah DO
* = Pembulatan

Perkiraan jumlah maksimal kota berdasarkan perhitungan potensi


daya dukung dasar dengan parameter luas wilayah minimal, jumlah
penduduk minimal, dan kepentingan strategis nasional serta tidak boleh
mematikan Daerah induknya dan juga diharuskan memenuhi persyaratan
minimal lain, yaitu memiliki ciri perkotaan (lebih dari 50% jumlah penduduk
bekerja di luar sektor primer atau di luar sektor pertanian, kehutanan,
perkebunan, dan pertambangan) maka memungkinkan untuk pembentukan
- 63 -

49 kota baru. Sehingga Indonesia berpotensi untuk memiliki 142 kota


sebagai Daerah.

Tabel 46
Perkiraan Jumlah Maksimal Kota Yang Dapat Dibentuk di Indonesia
Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan Demografis serta
Kepentingan Strategis Nasional
Jml Jml
LUAS WILAYAH JUMLAH PEND Kota (+) Jml Kota
KODE NAMA WILAYAH
DARATAN (KM2) 2015 Thn Kota s/d
2015 2025
11 ACEH 57.956,00 5.090.415 5 0 5
12 SUMATERA UTARA 72.981,23 14.591.468 8 2 10
13 SUMATERA BARAT 42.012,89 5.393.534 7 1 8
14 RIAU 87.023,66 5.877.887 2 2 4
15 JAMBI 50.058,16 3.415.563 2 0 2
16 SUMATERA SELATAN 91.592,43 8.075.028 4 0 4
17 BENGKULU 19.919,33 1.935.636 1 0 1
18 LAMPUNG 34.623,80 9.545.687 2 1 3
19 KEP. BANGKA BELITUNG 16.424,06 1.285.190 1 0 1
21 KEPULAUAN RIAU 8.201,72 1.817.452 2 0 2
JUMLAH SUMATERA 480.793,28 57.027.860 34 6 40
31 DKI JAKARTA 664,01 9.992.842 5 0 5
32 JAWA BARAT 35.377,76 42.468.887 9 13 22
33 JAWA TENGAH 32.800,69 34.964.320 6 8 14
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.133,15 3.553.293 1 0 1
35 JAWA TIMUR 47.799,75 39.182.656 9 11 20
36 BANTEN 9.662,92 10.022.566 4 2 6
51 BALI 5.780,06 4.169.998 1 0 1
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 134.554 134.361.720 30 34 64
52 NUSA TENGGARA BARAT 18.572,32 5.164.618 2 0 2
53 NUSA TENGGARA TIMUR 48.718,10 5.278.512 1 0 1
JUMLAH NUSA TENGGARA 67.290,42 10.443.130 3 0 3
61 KALIMANTAN BARAT 147.307,00 5.318.289 2 1 3
62 KALIMANTAN TENGAH 153.564,50 2.451.711 1 0 1
63 KALIMANTAN SELATAN 38.744,23 3.851.242 2 0 2
64 KALIMANTAN TIMUR 129.066,64 3.369.666 3 1 4
65 KALIMANTAN UTARA 75.467,70 594.107 1 0 1
JUMLAH KALIMANTAN 544.150,07 15.585.015 9 2 11
71 SULAWESI UTARA 13.851,64 2.587.045 4 0 4
72 SULAWESI TENGAH 61.841,29 2.828.043 1 0 1
73 SULAWESI SELATAN 46.717,48 9.463.531 3 2 5
74 SULAWESI TENGGARA 38.067,70 2.525.392 2 0 2
75 GORONTALO 11.257,07 1.139.729 1 1 2
76 SULAWESI BARAT 16.787,18 1.520.508 0 1 1
JUMLAH SULAWESI 188.522,36 20.064.248 11 4 15
81 MALUKU 46.914,03 1.812.901 2 1 3
82 MALUKU UTARA 31.982,50 1.253.401 2 0 2
JUMLAH MALUKU 78.896,53 3.066.302 4 1 5
91 PAPUA 319.036,05 3.993.325 1 2 3
92 PAPUA BARAT 99.671,63 1.068.911 1 0 1
JUMLAH PAPUA 418.707,68 5.062.236 2 2 4
JUMLAH DO 2016-2025 1.912.915 245.610.511 93 49 142
* = Data Luas Wilayah = Permendagri No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
* = Data Jumlah Penduduk = Ditjen Dukcapil Kemendagri 2015
* = DKI JAKARTA tidak dihitung dalam rekapitulasi Jumlah DO
* = Pembulatan

Berdasarkan pada perkiraan sebagaimana telah dikemukakan di atas


maka secara keseluruhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia berpotensi
memiliki paling tinggi 57 provinsi, 607 kabupaten, dan 142 kota sebagai
- 64 -

Daerah.

Tabel 47
Perkiraan Jumlah Maksimal Provinsi, Kabupaten, dan Kota Yang Dapat
Dibentuk di Indonesia Berdasarkan Potensi Daya Dukung Geografis dan
Demografis serta Kepentingan Strategis Nasional
Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Jml Jml Prov/
LUAS WILAYAH JUMLAH PEND Prov (+) Jml Prov Kab (+) Jml Kab Kota (+) Jml Kota
KODE NAMA WILAYAH Kab/Kota Kab/Kota
DARATAN (KM2) 2015 Thn Prov s/d Thn Kab s/d Thn Kota s/d
s/d 2025 s/d 2025
2015 2025 2015 2025 2015 2025
11 ACEH 57,956.00 5,090,415 1 1 2 18 3 21 5 0 5 26 28
12 SUMATERA UTARA 72,981.23 14,591,468 1 3 4 25 7 32 8 2 10 42 46
13 SUMATERA BARAT 42,012.89 5,393,534 1 0 1 12 6 18 7 1 8 26 27
14 RIAU 87,023.66 5,877,887 1 0 1 10 13 23 2 2 4 27 28
15 JAMBI 50,058.16 3,415,563 1 0 1 9 3 12 2 0 2 14 15
16 SUMATERA SELATAN 91,592.43 8,075,028 1 1 2 13 16 29 4 0 4 33 35
17 BENGKULU 19,919.33 1,935,636 1 0 1 9 0 9 1 0 1 10 11
18 LAMPUNG 34,623.80 9,545,687 1 0 1 13 2 15 2 1 3 18 19
19 KEP. BANGKA BELITUNG 16,424.06 1,285,190 1 0 1 6 1 7 1 0 1 8 9
21 KEPULAUAN RIAU 8,201.72 1,817,452 1 0 1 5 0 5 2 0 2 7 8
JUMLAH SUMATERA 480,793.28 57,027,860 10 5 15 120 51 171 34 6 40 211 226
31 DKI JAKARTA 664.01 9,992,842 1 0 1 1 0 1 5 0 5 6 1
32 JAWA BARAT 35,377.76 42,468,887 1 2 3 18 19 37 9 13 22 59 62
33 JAWA TENGAH 32,800.69 34,964,320 1 1 2 29 6 35 6 8 14 49 51
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3,133.15 3,553,293 1 0 1 4 0 4 1 0 1 5 6
35 JAWA TIMUR 47,799.75 39,182,656 1 2 3 29 19 48 9 11 20 68 71
36 BANTEN 9,662.92 10,022,566 1 0 1 4 5 9 4 2 6 15 16
51 BALI 5,780.06 4,169,998 1 0 1 8 0 8 1 0 1 9 10
JUMLAH JAWA BALI (MINUS DKI JAKARTA) 134,554 134,361,720 6 5 11 92 49 141 30 34 64 205 216

52 NUSA TENGGARA BARAT 18,572.32 5,164,618 1 1 2 8 2 10 2 0 2 12 14


53 NUSA TENGGARA TIMUR 48,718.10 5,278,512 1 1 2 21 6 27 1 0 1 28 30
JUMLAH NUSA TENGGARA 67,290.42 10,443,130 2 2 4 29 8 37 3 0 3 40 44
61 KALIMANTAN BARAT 147,307.00 5,318,289 1 1 2 12 12 24 2 1 3 27 29
62 KALIMANTAN TENGAH 153,564.50 2,451,711 1 1 2 13 3 16 1 0 1 17 19
63 KALIMANTAN SELATAN 38,744.23 3,851,242 1 0 1 11 0 11 2 0 2 13 14
64 KALIMANTAN TIMUR 129,066.64 3,369,666 1 1 2 7 7 14 3 1 4 18 20
65 KALIMANTAN UTARA 75,467.70 594,107 1 0 1 4 0 4 1 0 1 5 6
JUMLAH KALIMANTAN 544,150.07 15,585,015 5 3 8 47 22 69 9 2 11 80 88

71 SULAWESI UTARA 13,851.64 2,587,045 1 1 2 11 0 11 4 0 4 15 17


72 SULAWESI TENGAH 61,841.29 2,828,043 1 0 1 12 7 19 1 0 1 20 21
73 SULAWESI SELATAN 46,717.48 9,463,531 1 1 2 21 9 30 3 2 5 35 37
74 SULAWESI TENGGARA 38,067.70 2,525,392 1 1 2 15 1 16 2 0 2 18 20
75 GORONTALO 11,257.07 1,139,729 1 0 1 5 0 5 1 1 2 7 8
76 SULAWESI BARAT 16,787.18 1,520,508 1 0 1 6 5 11 0 1 1 12 13
JUMLAH SULAWESI 188,522.36 20,064,248 6 3 9 70 22 92 11 4 15 107 116
81 MALUKU 46,914.03 1,812,901 1 1 2 9 6 15 2 1 3 18 20
82 MALUKU UTARA 31,982.50 1,253,401 1 1 2 8 2 10 2 0 2 12 14
JUMLAH MALUKU 78,896.53 3,066,302 2 2 4 17 8 25 4 1 5 30 34

91 PAPUA 319,036.05 3,993,325 1 2 3 28 30 58 1 2 3 61 64


92 PAPUA BARAT 99,671.63 1,068,911 1 1 2 12 2 14 1 0 1 15 17
JUMLAH PAPUA 418,707.68 5,062,236 2 3 5 40 32 72 2 2 4 76 81
JUMLAH DO 2016-2025 1,912,915 245,610,511 34 23 57 415 192 607 93 49 142 749 806
* = Data Luas Wilayah = Permendagri No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
* = Data Jumlah Penduduk = Ditjen Dukcapil Kemendagri 2015
* = DKI JAKARTA tidak dihitung dalam rekapitulasi Jumlah DO
* = Pembulatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Anda mungkin juga menyukai