A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandung
Dinas perhubungan Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 5 tahun 2001 tentang pembentukan dan susunan organisasi
1. Dinas lalu lintas dan angkatan jalan Provinsi daerah tingkat I Jawa Barat
2. Dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 dirubah menjadi Dinas lalu
lintas daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 1997 tanggal 1 April 1997
tentang Pembentukan Dinas lalu Lintas dan Angkatan Jalan Kota Madya
2019)
45
46
Penggunaan Halte Bus Trans Metro Bandung tidak terlepas dari kinerja Dinas
angkutan umum di Kota Bandung baik dari kendaraan bus Trans Metro Bandung,
bus Bandros dan angkutan umum lainnya, begitu juga bagian Sarana Prasarana
dalam Penggunaan Halte Bus Trans Metro Bandung, maka setiap penumpang
yang ingin menaiki angkutan umum yaitu bus Pemerintah Kota Bandung sudah
Pasal 28
4) Untuk kendaraan umum tidak dalam trayek dapat menaikan dan atau
berupa bangunan halte paling lama dalam jangka waktu 5 tahun sejak
3. Dasar Hukum
4. Peraturan Walikota Bandung No. 475 tahun 2008 tentang rincian tugas
pokok dan fungsi satuan organisasi pada Dinas daerah Kota Bandung.
Berdasarkan atas otonomi dan pembantuan. Fungsi dari Dinas Perhubungan Kota
Bandung terdisi atas empat dasar utama yang dijelaskan sebagai berikut:
dibidang perhubungan.
transportasi kota yang lebih baik untuk mendukung Kota Bandung sebagai kota
jasa yang BERMARTABAT dan Misi dari Dinas Perhubungan Kota Bandung
berbasis jalan raya di kawasan Perkotaan Bandung dengan sistem setoran menjadi
c. Tujuan
banyak. Untuk meminimalisir kegiatan lalu lintas maka dibutuhkan pula sebuat
memudahkan dalam kegiatan berlalu lintas. Untuk itu maksud dan tujuan
dan murah
Bandara)
produk, tentunya pasti ada landasan hukum serta kebijakan yang menunjang.
Untuk itu adapun kebijakan hokum dalam penyelenggaraan TMB sebagai berikut
ini:
f. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 704 Tahun 2008 tentang Standar
(https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/527/jbptunikompp-gdl-wendiwijay-
Data Dinas perhubungan Kota Bandung pada tahun 2017, mecatat jumlah
kepegawaian instansi berjumlah 514 orang yang terdiri dari, 491 orang
dari tingkat pendidikannya dapat dilihat dari uraian tabel berikut ini:
52
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Pegawai
No Tingkat Pegawai Jumlah
1 S-3 1 Orang
2 S-2 10 Orang
3 S-1 50 Orang
4 D-IV 2 Orang
5 D-III 10 Orang
7 SMP 40 Orang
6. Pangkat/ GolonganPegawai
Tabel 4.2
Pangkat/ golongan pegawai Dinas Perhubungan Kota Bandung
No Pangkat/Golongan Jumlah
1 IV/e -
2 IV/d -
3 IV/c 1 Orang
4 IV/b 1 Orang
53
5 IV/a 5 Orang
6 III/d 7 Orang
7 III/c 7 Orang
8 III/b 52 Orang
9 II/d 19 Orang
10 II/c 16 Orang
11 II/b -
13 I 61 Orang
7. Status Pegawai
Status kerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Bandung dapat dilihat dari
Tabel 4.3
Status Pegawai Dinas Perhubungan Kota Bandung
No Komposisi Pegawai Jumlah
8. Jabatan Fungsional
Tabel 4.4
Status Pegawai Dinas Perhubungan Kota Bandung
No Jabatan Fungsional Jumlah Pejabat Jumlah Pejabat
Kendaraan
9. Kegiatan Pembangunan
raya.
1. Plakat lomba tata tertib lalu lintas dan angkutan kota tingkat nasional
tahun 2004.
2. Piala Wahana Tata Nugraha lomba tertib lalu lintas dan angkutan kota
3. Juara 1 lomba tata tertib lalu lintas tingkat provinsi Jawa Barat dalam
Kota bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, tak heran
apabila aktivits kegiatan perkotaannya sangat banyak, akan tetapi dampak dari
kaitannya antara Land use dengan transportasi. Dengan sistem aktivitas yang
tinggi maka kegiatan orang-orang untuk berlalulintas sangat tinggi pula dan akhir-
akhir ini Kota Bandung pun sudah menjadi seperti Jakarta dimana terdapat
umum sendiri di Kota Bandung sudah di dominasi oleh Angkutan Kota (Angkot)
dengan jumlah trayek dan unit yang banyak. Akan tetapi hal tersebut justru bisa
bermuatan kecil. Adapun angkutan umum massal yang di kelola PERUM DAMRI
kebanyakan sudah tidak layak kondisi fisik maupun kondisi mesinnya. Maka dari
itulah diperlukan angkutan umum massal yang bisa digunakan penumpang untuk
Untuk sebagai gambaran angkutan umum di Kota Bandung bisa dilahat pada tabel
dibawah ini jenis jenis angkutan umum berbasis jalan di Kota Bandung yang
sudah ada:
57
Tabel 4.5
Jumlah penumpang TMB tahun 2017
Bulan Jumlah Penumpang
1 2 3
Januari
jumlah penumpang dalam setiap harinya yang selalu meningkat. Dari sejak
Perhubungan Kota Bandung, 2012) dengan fenomena seperti itu bahwa TMB
sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Bandung. Dengan jumlah yang selalu
meningkat tiap harinya maka diperlukan juga tingkat pelayanan yang sesuai untuk
moda lain.
besar dengan desain yang menarik dengan warna dasar biru muda dan biru tua,
desain TMB ada 2 macam, bus pertama kali diluncurkan berdasar biru tua dan
bercorak putih dan biru muda, sedangkan bus paling baru berdasarkan biru muda
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
59
lampu penerangan di hitung jumlah yang berfungsi dan minimal 95% sudah
sesuai dengan standar teknis, Kondisi lampu penerangan dalam bus TMB sendiri
jumlah lampu yang ada di dalam bus sebanyak 3 berada di depan, tengah dan
belakang bus. Kondisinya nyala semua sesuai standar, akan tetapi secara eksisting
lampu yang dinyalakan yaitu lampu di depan dan lampu yang di tengah, namun
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
petugas kemanan menurut peraturan tersebut. bahwa harus ada orang yang
bertugas untuk keamanan didalam bus disebutkan bahwa jumlah petugas kemanan
yang harus ada di dalam bus sebanyak 1 orang. Petugas keamanan yang ada di
dalam TMB sudah ada sebanyak 1 orang petugas kemanan tersebut merangkap
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut disebutkan untuk aduan pelayanan harus berupa stiker dimana didalam
nya memuat call centre dan jumlah stiker tersebut minimal dua stiker. Untuk
aduan pelayanan pada TMB sudah ada berupa stiker call centre yang terdapat di
belakang bus dan di dalam bus, artinya sudah memenuhi standar pelayanan.
e. Kondisi Identitas
yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk
peraturan PM. Nomor 10 untuk identitas kendaraan yang harus ada yaitu nomor
seri kendaraan serta nama trayek yang di tempelkan di depan atau di belakang
minimal satu jumlahnya. Untuk identitas kendaraan pada TMB semua armada
sudah memakai identitas kendaraan baik nama trayek maupun nomor seri
yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk
untuk tanda pengenal pengemudi pada TMB masih beberapa saja yang memakai
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
peraturan PM. Nomor 10 untuk kaca film yang harus diperhatikan yaitu
persentase kegelapan maksimal harus 60%. Artinya kondisi kaca harus tidak
terlalu gelap dan tidak terlalu terang, untuk TMB kaca film yang digunakan yaitu
jenis kaca PVB (Polly Vinyl Butyral) kaca jenis ini tidak akan pecah berantakan
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut disebutkan untuk fasilitas keamanan harus berupa suatu alat untuk
melindungi kemanan pengguna yang terdiri dari palu pemecah kaca, tabung
pemadam kebakaran, tombol pintu otomatis. Untuk TMB di semua armada hanya
ada alat palu pemecah kaca dan tombol pintu otomatis saja.
i. Kondisi Fasilitas
yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk
tersebut disebutkan untuk fasilitas kesehatan harus berupa satu kotak alat
dibeberapa armada saja yang di letakkan kotak kesehatan dan itupun peralatannya
cuman terdiri dari 1 botol kecil betadine, perban/Kasa dan gunting, tidak ada obat-
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut disebutkan untuk alat bantu pegangan tangan harus berupa alat untuk
pegangan waktu berdiri dimana dilihat dari jumlah yang berfungsi, kondisi dan
100% harus berfungsi sesuai standar teknis. Untuk TMB sendiri memiliki jumlah
pegangan tangan sebanyak 30 buah di sisi kiri ada 15 buah dan sisi kanan 15
buah, kondisinya masih bagus berfungsi dengan baik dan sesuai standar teknis.
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
lampu penerangan di hitung jumlah yang berfungsi dan minimal 95% sudah
sesuai dengan standar teknis, Kondisi lampu penerangan dalam bus TMB sendiri
jumlah lampu yang ada di dalam bus sebanyak 3 berada di depan, tengah dan
belakang bus. Kondisinya nyala semua sesuai standar, akan tetapi secara eksisting
64
lampu yang dinyalakan yaitu lampu di depan dan lampu yang di tengah, namun
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
kapasitas angkut dan maksimal 100% sesuai kapasitas angkut. Untuk TMB sendiri
jumlah penumpang jika di jam-jam sibuk selalu over kapasitas sehingga mencapai
> 50 orang di dalam bus sedangkan pada saat jam non-sibuk palingan hanya 25 –
30 orang.
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut disebutkan fasilitas kebersihan harus berupa alat tempat sampah minimal
terdapat dua buah dimana posisinya harus di depan dan di belakang. Untuk TMB
sendiri masih beberapa armada saja yang terdapat tempat sampah yang lainnya
65
belum ada, yang sudah adapun kondisinya hanya ada 1 alat tempat sampah dan di
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
pengatur suhu bus yaitu berupa AC (Air Conditioner) dan jumlah minimal harus
ada sebanyak 2 buah yang di letakan di depan di belakang. Untuk TMB sendiri
sudah terdapat AC di semua armada TMB dan jumlahnya hampir disetiap sisi
lebih dari standar yang diterapkan. Artinya sudah memenuhi standar pelayanan
teknis.
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut untuk integrasi moda lain harus tersedia memberikan akses kemudahan
untuk memperoleh trayek angkutan umum lainnya. Untuk TMB sendiri tersedia
66
Artinya untuk integrasi moda lain sudah sesuai dengan standar pelayanan.
p. Tarif/Biaya
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
pemerintah setempat. Untuk tariff TMB sekali jalan Rp.4.000 dengan harga
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tersebut kursi prioritas yaitu tempat duduk yang diperuntukan bagi penyandang
cacat, manusia usia lanjut, anakanak dan wanita hamil utnuk jumlah kursi yang
harus ada minimal 4 buah kursi. Untuk TMB sendiri di dalam semua bus sudah
terdapat kusri prioritas sebanyak 6 kursi posisinya di sisi kanan 3 kursi dan sisi
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
standar pelayanan untuk waktu tunggu bus pada waktu puncak minimal 7 menit
dan waktu non pucak selama 15 menit. Untuk TMB sendiri waktu tunggu bus
tidak menentu untuk waktu puncak bisa terjadi 15 menit menunggu hal itu terjadi
karena TMB tidak memiliki jalur sendiri sehingga perjalanannya terbagi dengan
kendaraan lainnya
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
standar pelayanan untuk kecepatan bus pada waktu puncak maksimal perjalanan
30 Km/Jam dan non puncak maksimal 50 Km/Jam. Untuk TMB sendiri kecepatan
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
standar tersebut untuk waktu berhenti di halte waktu puncak 45 detik dan waktu
non pucak maksimal 60 detik. TMB selama waktu berhenti di halte mencapai 60
terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
tempat dan kondisi. Dalam bentuk bisa berbentuk visual harus ditempatkan di sisi
yang strategis, kondisinya harus berfungsi dengan baik dan sesuai kondisi teknis.
TMB sendiri untuk layanan informasi kedatangan bus belum secara canggih tetapi
pelayanannya masih melalui petugas yang sedang berjaga di depan halte saja.
69
di desain semenarik dan senyaman mungkin agar penguna nyaman pada saat
menonjolkan ciri khas Kota Bandung dengan bentuk fisik bangunan terbuat dari
19 titik. Berikut ini titik-titik lokasi halte Trans Metro Bandung Koridor 2
(Cicaheum-Cibereum):
6. Halte TMB 6 - Jl. A. Yani depan One Day Service (Type 6,5)
7. Halte TMB 7 - Jl. A. Yani depan pos dan giro (type 6,5m
13. Halte TMB 13 - Jl. Rajawali Timur depan BCA (Type 6,5m)
14. Halte TMB 14 - Jl. Kebon Jati depan RS Kebon Jati (Type 8m)
70
15. Halte TMB 15 - Jl. Kebon Jati depan Ruko Textile (Type 6,5m)
16. Halte TMB 16 - Jl. A. Yani Kosambi Sebeum JPO (Type 6,5m)
17. Halte TMB 17 - Jl. A. Yani depan segitiga mas (Type 8m)
18. Halte TMB 18 - Jl. A. Yani Gereja/Disdik Kota Bandung (Type 6,5m)
19. Halte TMB 19 - Jl. A. Yani Gate Way Appartmen (Type 6,5m)
Akan tetapi halte TMB ini belum beroperasi sampai saat ini, yang
Kondisi bangunannya tidak terawat dan sudah mulai banyak yang rusak
seperti lantai ubin kotor, dan kaca-kaca pecah. Seharusnya hal ini menjadikan
menunggu di dalam halte melainkan masih tetap di pinggir jalan saja, dan bus
melihat peraturannya hal seperti ini tidak bisa di lakukan karena sudah
bagaimana proses dari kebijakan penggunaan halte bus TMB (Trans Metro
menjelaskan hal tersebut maka peneliti menggunakan landasan teori dari Van
Metter dan Van Horn yang dikutip oleh Leo Agustino dalam bukunya “Dasar-
Dasar Kebijakan Publik” bahwa terdapat beberapa dimensi yang menjadi penentu
uraikan oleh Van Metter dan Van Horn dan dalam pelaksanaan wawancara juga
Bandung dalam penggunaan halte bus TMB (Trans Metro Bandung) koridor 2
suatu kebijakan adalah ukuran dan tujuan kebijakan. Pada kritea ini, ketepatan
ukuran dan tujuan kebijakan yang di rencanakan oleh pemerintah harus sesuai
dengan keadaan yang ada di lapangan, sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan
a. Ukuran
penambahan maupun pengurangan halte bus, dimana setiap tahunnya selalu ada
potensi baru yang muncul. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti
UPT Angkutan Umum, bahwa memang pasti ada penambahan atau pembaharuan
membangun sebuah koridor atau halte juga Dinas Perhubungan memang harus
bisa memberikan efek yang baik bagi pembangunan sebuah halte ataupun koridor
tersebut, supaya dengan adanya halte tersebut bisa dipergunakan semestinya oleh
masyarakat.
73
b. Tujuan Kebijakan
Tujuan kebijakan terkait dengan penggunaan halte bus TMB (Trans Metro
turun para penumpang dan sebagai pelayanan publik untuk naik bus Trans Metro
Bandung angkutan umum yang relatif murah dan memudahkan masyarakat dalam
berpegian dekat maupun jauh. Dalam hal ini dapat membuat masyarakat lebih
nyaman menaiki kendaraan umum tersebut karena di dalam bus terdapat ac agar
para penumpang nyaman dan tidak kepanasan saat berpegian. Hal ini sesuai yang
“ya harapan kami dengan adanya kebijakan penggunaan halte bus di TMB
para penumpang tersebut bisa lebih nyaman untuk menunggu bus dan bisa
menaiki bus sesuai tujuan yang diinginkan. juga dinas perhubungan
sedang mau membangun fasilitas shalter yang layak lah mungkin ada
perosotannya ada ayunannya yang tidak membosankan kita juga tidak
menutup kemungkinan bahwa masih banyak shalter yang masih digunakan
oleh para pedagang atau untuk pengemis untuk tidur bahwa ada yang
mecahin atau vandalisme lah. (Hasil wawancara dengan Kepala UPT
Angkutan Umum Bapak Yudhiyana S.MM di Dinas Perhubungan Kota
Bandung, 17 Juli 2019).
penumpang nyaman saat menunggu di halte bus karena pada dasarnya dengan
adanya halte para penumpang bisa naik dan turun di tempat sesuai halte. Tapi
pada kenyataanya setiap penumpang yang ingin menaiki bus TMB malah turun di
langsung dengan Bapak Yudhiyana S.MM selaku Kepala UPT Angkutan Umum
74
”Perda di maksud kita sudah instrupsikan kepada seluruh awak bus supir
maupun kondektur dan petugas di lapangan bahwa untuk bus itu wajib di
shalter, halte atau rambu lalu lintas yang disediakan jadi tidak boleh ada
kru kita yang menaikan dan menurunkan penumpang disembarang tempat,
namun pada kenyataannya dilapangan sering kali shalter- shalter kita
banyak digunakan sebagai tempat parkir dan juga pedagang yang
menyulitkan kita berhenti di tempat yang telah disediakan untuk supir,
kalau memang bisa berhenti di tempat shalter yang sudah di sediakan tapi
malah tidak berhenti di sesuai shalter. (Hasil wawancara dengan Kepala
UPT Angkutan Umum Bapak Yudhiyana S.MM di Dinas Perhubungan
Kota Bandung, 17 Juli 2019).
Hasil wawancara apa yang di jelaskan oleh Bapak Yudhiyana S.MM
selaku kepala Angkutan Umum, bahwa UPT sudah memberikan arahan kepada
setiap kru atau supir agar bisa berhenti sesuai dengan halte yang sudah di
saja karena memang keinginan penumpang yang tidak ingin berhenti di sesuai
2. Sumber Daya.
sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang di isyaratkan
“Seperti kita ketahui setiap tahun kita selalu ada perawatan atau
pembersihan halte baik dari koridor 1, 2, 3 dan 4, nah untuk koridor 2
selalu rutin dari cicaheum sampai cibeureum, kita selalu ada tim
kebersihan yang mobile ya, mungkin satu hari itu bisa sampe 6 atau 7 halte
yang kita bersihkan atau kita perawatan di halte, itu harus bisa memilah
ada jasa kebersihan membersihkann halte yang kumuh dan kotor, kalaupun
ada peralatan kita lihat juga kerusakannya ringan atau berat ya, nah itu
anggaranya khusus lagi itu ada biaya perawatan halte kalau untuk
kebersihan kita rutin ya seperti jasa kebersihan, nah kadang-kadang kita
ada laporan juga dari medsos ya ini kotor, kumuh banyak gelandangan
yang tidur disitu kita koordinasi dengan tim dilapangan dengan tim kami
kita langsung action di lapangan supaya apa yang dilihat di medsos itu kita
langsung gitu ya reaksi cepat bahwa kita langsung tanggap di lapangan. Itu
tidak hanya untuk halte TMB saja mungkin hallte angkot juga kita
berlakukan seperti itu, karena kita fokusnya di TMB 2 ada tim khusus ya
yang tiap koridor itu di isi tim kebersihan” . (Hasil wawancara dengan
Seksi Sarana Prasarana Bapak Harry S.Sos di Dinas Perhubungan Kota
Bandung, 17 Juli 2019).
Hasil wawancara dengan Bapak Harry S.Sos selaku Seksi Sarana
Prasarana menegaskan bahwa setiap harinya ada beberapa halte yang dibersihkan
oleh para petugas kebersihan utuk menjaga kebersihan dan kenyamanan halte
supaya para penumpang lebih nyaman untuk menunggu bus yang akan mereka
naiki, dengan adanya media sosial dinas perhubungan lebih bisa mengontrol dan
lebih siap mengantisipasi jikalau ada keluhan masyrakat terhadap halte yang tidak
kebijakan adalah karekteristik agen pelaksana. Van Mtter dan Van Horn
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan agen pelaksananya.
kebijakan ialah terdiri dari supir dan para penumpang. Disini peneliti
Cicaheum-Cibeureum.
“Saya memang selalu megikuti aturan yang diterapkan untuk berhenti dan
menaikan para penumpang, tapi yang jadi masalah penempatan halte yang
tidak sesuai membuat para penumpang ingin berhenti dimana saja, karena
mungkin membuat penumpang lebih dekat untuk sampai tujuan” (Hasil
wawancara dengan Supir Koridor 2 Cicaheum-Cibeureum Bapak Yayat
Supendi di terminal Cicaheum, 15 Juli 2019).
77
Kemudian Bapak Anwar Suteja selaku supir bus TMB (Trans Metro
“Saya juga kepenginnya kami ngambil dari tiap halte untuk penumpamg
pengen para penumpang itu naik turunnya di halte, ya seharusnya bisa di
sosialisasikan untuk penggunaan halte, karena buat apa adanya shalter atau
halte tapi tidak dipergunakan” (Hasil wawancara dengan Bapak Anwar
Suteja Supir Koridor 2 Cicaheum-Cibeureum Bapak Yayat di terminal
Cicaheum, 15 Juli 2019).
bekerja dengan baik dan mengikuti arahan dari pihak UPT Angkutan Umum,
namun yang jadi permasalahnya penumpang yang seenaknya turun dan naik
dimana saja, dengan hal ini butuh sosialisasi ataupun arahan kepada penumpang
Sikap yang dimakud adalah sikap penerimaan ataupun penolakan dari pelaksana
yang akan di implementasikan adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang
78
“ Kalau dari kami sebagai supir tidak keberatan selalu menerima kebijakan
penggunaan halte yang harus berhenti di setiap halte, tapi tetep saja para
penumpang ingin berhenti di tempat halte, ya supir hanya bisa mengikuti
keinginan para penumpang, agar penumpang supaya bisa naik bus dan
setoran kita tercapai.” (Hasil wawancara dengan Bapak Yayat Supendi
selaku Supir koriodr 2 Cicaheum-Cibereum di terminal Cicaheum, 15 Juli
2019).
Penjelasan lainnya dari supir bus TMB (Trans Metro Bandung) koridor 2
koridor 2 sebenarnya sudah berusaha menerapkan aturan yang berlaku dari Dinas
Perhubungan, tapi yang menjadi kendala para penumpang yang turun atau naik
bus selalu tidak ditempat halte, karena pada dasarnya penempatan halte yang tidak
strategis dan tidak sesuaiyang diharapkan oleh penumpang. Dengan kata lain para
sebagian orang malah memilih menunggu dipinggir jalan untuk menunggu bus
Tidak hanya penjelasan salah satu supir saja yang menjelaskan sikap para
“Kebetulan rumah saya dekat sama halte jadi kalau saya mau berangkat
kerja atau mau pergi saya nunggu di halte biar bisa nunggu nya enak kan
ga panas kalau di luar kan panas kalau cuaca nya lagi siangmh” (Hasil
wawancara dengan Bapak Asep Sandhy Putra selaku penumpang koridor 2
Cicaheum-Cibereum di terminal Cicaheum, 15 Mei 2019).
Penjelasan lainnya dari penumpang pengguna bus di koridor 2 Cicaheum-
“Saya sebagai pengguna bus TMB untuk ketempat halte lumyan jauh jadi
mendingan saya neduh di warung pinggir jalan atau neduh dipohon biar
gak kepanasan.”(Hasil wawancara dengan Bapak Juli Aji selaku
penumpang koridor 2 Cicaheum-Cibereum di terminal Cicaheum, 15 mei
2019).
80
“Kalau saya pergi ke sekolah kadang saya dianterin sama orang tua terus
saya pulangnya naik bus, kebetulan saya nunggu di halte soalnya deket
dari sekolah tempat haltenya, ya walaupun kadang suka nunggu diluar
halte soalnya haltenya kurang nyaman buat nunggu”. (Hasil wawancara
dengan Bapak Vini Ramadhani selaku penumpang koridor 2 Cicaheum-
Cibereum di terminal Cicaheum, 15 Mei 2019).
Penjelasan lainnya dari penumpang pengguna bus di koridor 2 Cicaheum-
“Saya sih jarang ya naik bus dan kurang tau tentang halte, soalnya saya
seringnya berangkat naik kendaraan pribadi, tapi sih saya suka liat halte
kalau pas naik motor ya memang tidak terurus sebagian halte” (Hasil
wawancara dengan Muhammd Yusuf Maulana selaku penumpang koridor
2 Cicaheum-Cibereum di terminal Cicaheum, 15 mei 2019).
Terkait para penumpang bus TMB (Trans Metro Bandung) Koridor 2
beberapa faktor terjadi halte tidak terpakai karena letak halte dengan penumpang
memang jauh, belum lagi halte yang tidak nyaman membuat para penumpang
enngan menunggu atau istirahat di halte. Sebenarnya jika halte mempunyai letak
yang strategis maka tidak mungkin para penumpang bisa menunggu bus di tempat
halte.
terdapat kegiatan koordinasi baik antara internal maupun pihak pelaksana maupun
81
dengan pihak organisasi lain yang terlibat dalam suatu proses implementasi suatu
kebijakan.
Baik tidaknya komunikasi yang terjalin diantara pihak stake holder yang
oleh pihak terlibat dalam proses pelaksanaan penggunaan halte bus TMB (Trans
pihak UPT Angkutan Umum dengan Sarana Prasarana dan Supir, dimana setiap
terjadi kerusakan di halte UPT Angkutan Umum atau supir bisa melaporkan
kepada bagian sarana prasarana untuk bisa diperbaiki lagi jika terjadi kerusakan di
dalam halte.
“Oh iya pasti kitakan pasti koordinasi perawatan kalau misalkan halte
kotor petugas yang pertama melihat kita sampaikan misalkan ada yang
rusak kita sampaikan ya seperti itu” (Hasil wawancara dengan Bapak
Yudhiyana selaku Kepala UPT Angkutan Umum di Dinas Perhubungan,
17 Juli 2019).
Terkait hasil wawaancara dengan pihak UPT Angkutan Umum dan Seksi
Prasarana, bisa disimpulkan bahwa dari bagian UPT Angkutan dan bagian Sarana
Prasarana sejauh ini selalu berkoordinasi dengan baik ketika halte terjadi
Tidak hanya penjelasan dari pihak UPT Angkutan Umum saja yang
“Jika saya ngelewat halte terus ada halte yang rusak atau kotor kadang
saya melaporkan ke bagian UPT Angkutan Umum buat ngejaga juga
supaya bisa diurus” (Hasil wawancara dengan Bapak Yayat Supendi Supir
bus TMB koridor 2 Cicaheum-Cibeureum, 15 Juli 2019).
Penjelasan lainnya dari supir bus TMB (Trans Metro Bandung) koridor 2
Cicaheum-Cibeureum.
“ ya kalau lihat halte di koridor 2 memang banyak yang kotor dan kurang
terawat, mau gimana lagi para penumpang jarang nempatin halte, jadi
kalau kotor paling saya kasih tau ke atasan supaya dibersihkan kadang
suka ada yang bersihin kadang ngga ada soalnya ga nentu saya liatnya”.
(Hasil wawancara dengan Bapak Anwar Suteja Supir bus TMB koridor 2
Cicaheum-Cibeureum, 15 Juli 2019).
Penjelasan lainnya dari supir bus TMB (Trans Metro Bandung) koridor 2
Cicaheum-Cibeureum.
83
atau melaporkan kepada pihak UPT terkait halte kotor atau rusak, karena mereka
juga prihatin melihat halte tidak bisa digunakan dengan semestinya oleh para
penumpang, dengan hal ini pemerintah harus bisa mencari jalan supaya halte yang
ada di koridor 2 bisa digunakan sepenuhnya oleh para penumpang agar menjadi
kebijakan adalah ligkungan sosial, ekonomi, dan politik yang merupakan aspek
peneliti akan membahas mengenai ketiga aspek lingkungan sosial, ekomoni dan
umum.
a. Lingkungan Ekonomi
menyangkut pekerjaan yang sehari-hari dalam mencari nafkah seperti para supir
dan para penumpang bus. Masyarakat sebagai aktor penggerak dalam membangun
84
kondisi ekonomi suatu wilayah dan pemerintah sebagai aktor yang mengatur
“Ibu alhamdulillah selama ini berpegian selalu naik bus ini kalau mau
jualan ke pasar baru, ya untuk ongkosnya relatif terjangkau hanya Rp.
4.000 terus di bus nya nyaman ada ac nya jadi ga kepanasan” (Hasil
wawancara dengan Ibu Supriati Selaku penumpang bus TMB koridor 2
Cicaheum-Cibeureum, 8 mei 2019).
Penjelasan lainnya dari penumpang pengguna bus TMB (Trans Metro
“Kebetulan kalau saya mau pergi ke sekolah saya suka naik bus ini
soalnya searah dari rumah ke tempat sekolah saya, jadi setiap hari saya
pergi sekolah saya naik bus koridor 2.”(Hasil wawancara dengan Vini
Ramadhani penumpang bus TMB koridor 2 Cicaheum-Cibeureum, 15 Juli
2019).
Penjelasan lainnya dari penumpang pengguna bus TMB (Trans Metro
“Jarang saya sih kalau naik bus, kadang-kadang saya naik bus kadang-
kadang saya naik angkutan ojeg online untuk bepergian ke tempat kerja”
(Hasil wawancara dengan Bapak Asep Sandhy Putra penumpang koridor 2
Cicaheum-Cibeureum, 8 mei 2019).
Penjelasan lainnya dari penumpang pengguna bus TMB (Trans Metro
“Sangat terjangkau menurut saya untuk harga bus TMB ini tidak mahal
tidak murah untuk harga Rp. 4.000 mah.”(Hasil wawancara dengan Juli
Aji penumpang bus TMB koridor 2 Cicaheum-Cibeureum, 15 Juli 2019).
85
lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia yang akan
kemudian terjadilan sebuah interaksi diantara orang atau juga masyarakat dengan
lingkungannya.
lingkungan sosial disini adalah keadaan sosial yang dihadapi oleh supir dan para
“Kadang saya kurang merasa nyaman dengan para kru supir maupun
kondektur kurang ramah atau someah dalam pelayanan di bus”(Hasil
wawancara dengan Ibu Supriati selaku penumpang bus TMB koridor 2
Cicaheum-Cibeureum, 8 mei 2019).
Penjelasan dari penumpang bus TMB (Trans Metro Bandung) Koridor 2
”Ya tadi ada parkir sembarangan ada yang berdagang dan penumpang
yang ingin turun dimana saja, ada penumpang yang ingin turun dimana
saja tapi diturunin di shalter mereka komplen di medsos mereka inhgin
86
terkait akan membentuk sebuah regulasi. Tidak jarang bahwa politik selalu di
anggap sebagai satu kesatuan yang negatif. Politik merupakan alat yang
Perhubungan menjelaskan:
Sarana Prasarana, bisa disimpulkan bahwa kaitan penggunaan halte bus Trans
banyak sekali tender yang ingin mengambil alih halte tersebut untuk dibangun,
tapi pada kenyataanya halte yang dibangun oleh tander tersebut malah
87
terbengkalai dan bisa dibilang rusak dan gagal seperti hal nya koridor 1 yang di
Cibeureum
kesadaran para penumpang yang ingin menaiki bus. Terkait dengan kendala hal
ini disampaikan oleh Bapak Yudhiyana S.MM selaku Kepala UPT Angkutan
“Ya tadi ada parkir sembarangan ada yang berdagang dan penumpang
yang ingin turun dimana saja, ada penumpang yang ingin turun dimana
saja tapi diturunin di shalter mereka komplen di medsos mereka ingin
berhenti di tempat yang mereka inginkan padahal kami upayakan mereka
berhenti di shalter. Penumpang harus bisa mengerti dan juga harus paham
bahwa ada tempat pemberhentian yang sudah di tentukan di shalter atau
halte yang kami sudah sediakan.”(Hasil wawancara dengan Bapak
Yudhiyana S.MM selaku Kepala UPT Angkutan Umum, 17 Juli 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yudhiyana S.MM selaku
Kepala Angkutan Umum, menjelaskan bahwa adanya halte atau shalter malah
disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti angkutan
umum yang parkir didepan halte membuat kenyamanan halte bagi para
penumpang terganggu, para belum adanya para pedagang yang berjualan di dalam
halte juga para pengemis yang tidur didalam adalagi orang-orang yang tidak
lagi penumpang yang ingin turun dimana saja tidak mengkitu aturan yang berlaku
yang seharusnya bisa turun dan naik di tempat halte yang sudah disediakan oleh
dalam penggunaan halte bus menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Perhubungan
hadapi
Metro Bandung) adalah tentang masalah halte yang seharusnya digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat menunggu dan supir untuk menaikan dan menurunkan
89
para penumpang yang ingin naik bus Trans Merto Bandung. Terkait dengan hal
ini disampaikan oleh Bapak Yudhiyana S.MM selaku Kepala UPT Angkutan
“Baik Perda di maksud kita sudah instrupsikan kepada seluruh awak bus
supir maupun kondektur dan petugas di lapangan bahwa untuk bus itu
wajib di shalter, halte atau rambu lalu lintas yang disediakan jadi tidak
boleh ada kru kita yang menaikan dan menurunkan disembarang tempat.
Kita mewajibkan seluruh kru kita naik turun di halte kita memberikan
sanksi bilamana mereka tidak melakukan atau melaksanakan dan juga
sosialisasi kepada masyarakat supaya naik dan turun yang telah di
sediakan, kita juga punya medos kita sampaikan tentang aturan-aturannya
demikian. kita memberikan sanksi kepada mereka baik pemberian tidak
beroperasi beberapa hari dan ada juga pemberhentian. .”(Hasil wawancara
dengan Bapak Yudhiyana S.MM selaku Kepala UPT Angkutan Umum, 17
Juli 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yudhiyana S.MM selaku
Kepala UPT Angkutan Umum, bisa disimpulkan bahwa dalam upaya penggunaan
halte bus memang banyak sekali hambatan yang dirasakan baik dari UPT maupun
dari supir sebagai petugas lapangan, padahal pihak Upt sudah mensosialisasikan
lewat media sosial maupun lewat sosialisi langsung kelapangan. UPT sudah
memberikan arahan kepada supir agar bisa menjankan aruran supaya penumpang
bisa naik dan turun di halte, dengan penegasan dari aturan tersebut UPT angkutan
Umum juga memberikan tindakan kepada para supir yang tidak menjalankan
aturan tersebut sanki tersebut berupa sanksi tidak diizinkan untuk tidak beroperasi
E. Analisis
(Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu proyek, baik yang sedang
sesuai dengan apa yang direncanakan. Para stake holder yang yang ditugaskan
seperti petugas kebersihan atau tim khusus atau tim pengawas yang mengecek
setiap halte. Dalam hal ini hubungan komunikasi dan kinerja antara pihak stake
holder sudah terjalin dengan baik. Hal ini didukung oleh kerjasama antara dari
petugas lapangan dengan pihak UPT Angkutan Umum dan Sarana Prasarana.
karena adanya halte yang tidak sesuai penempatannya membuat para penumpang
hubungan kerja sama komunikasi yang sudah terjalin dengan baik. Antara pihak
UPT Angkutan Umum dan Sarana Prasarana, dalam kaitannya ini mereka
bekerja sama untuk melakukan kerja sama dalam menjaga dan merawat halte di
angkutan umum yaitu sebagai moda transportasi umum yang ada di kota
halte di koridor 2 tidak efektif digunakan oleh para penumpang pengguna bus.
Dengan penempatan halte yang tidak sesuai dan ada halte yang terbengkalai dan
tidak terawat menjadikan halte sepi jarang ada yang menempati, hal tersebut
2012 dalam pasal pasal 28. Banyaknya penumpang yang naik sembarangan
membuat halte semakin tidak terpakai dan tidak berjalan semestinya, dalam hal ini
perlu ada kesadaran dari peumpang selaku pengguna agar menyadari bahwa
suatu kota atau daerah supaya lebih baik kedepannya. Menjadi bahan evalusi
Pemerintah agar mempunyai solusi lebih pas dalam menuntaskan dan lebih